A. Latar belakang
System kesehatan merupakan suatu tatanan yang mencerminkan upaya
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mempunyai derajat
kesehatn yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum. Dalam visi
Indonesia sehat 2010 gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang
ingin dicapai melalui masyarakat ialah yang ditandai dengan hidup dalam
perilaku sehat yang memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
Asuhan kepearwatan lansia dimaksudkan unutk memberikan bantuan,
bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan pertolongan kepada lanjut usia
secara individual maupun kelompok , seperti dirumah / lingkungan keluarga
panti werda maupun puskesmas yang diberikan oleh perawat.
Tujuan asuhan keperawatan lansia adalah agar lansia dapat melakukan
kegiatan sehari – hari secara mandiri, menolong dan merawat klien lansia
yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu, mencari upaya
semaksimal mungkin agar klien lansia yang menderita suatu penyakit masih
dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan.
Penyebab kematian karena penyakit jantung , pembuluh darah pada saat
ini menduduki urutan pertama pada lanjut usia, selanjutnya kanker dan ketiga
stroke. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pembinaan lansia
belum mantap. Oleh karma itu perlu peran serta masyarakat dalam pembinaan
lanjut usia perlu dikembangkan secara optimal.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini dibuat untuk mempelajari lebih dalam
tentang asuhan keperawatan keluarga terhadap anak usia sekolah.
1
Disamping itu, penulisan juga bertujuan untuk memenuhi tugas yang
bertujuan untuk menerapkan konsep materi keperawatan gerontik
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :
a) Pengertian gagal janutung
b) Tanda dan gejala
c) Penyebab
d) Asuhan keperawatan
C. Batasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu asuhan keperawatanpada
lansia dengan gagal jantung
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun
makin menurun. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan
yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti
kala muda dulu.
Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam
suatu pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa
masalah yang kerap muncul pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a
series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan
jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan
intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan
penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi),
insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan
tubuh).
Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah
hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes
mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga terdapat berbagai keadaan
yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif,
keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang
terlihat sebagai gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang
menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
3
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang
baru saja terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru
4
pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis, batu
ginjal, dsb. Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi,
saraf terjepit Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan
saluran cerna, faktor sosio-ekonomi Sukar menahan BAK karena obat-obatan,
radang kandung kemih, saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis
Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan
rektum Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa
berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata Gangguan pendengaran karena
otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mental Gangguan tidur karena
lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi, irritabilitas)
Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsb
Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ggn sirkulasi
darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal Mudah gatal-gatal karena kulit
kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis kronis, alergi.
5
a. Jantung (Cor)
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia.
Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi
akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan
merupakan akibat dari perubahan intima karena ateros¬kle¬rosis.
Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic
incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi)
seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur
30-90 tahun massa jantung bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki
dan ± 1,5 gram/tahun pada wanita).
Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari
berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup,
penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa
katup tersebut. Daun katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan
terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut. Ukuran katup
jantung tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular
lebih luas dari katup semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat
penambahan circumferensi katup, katup aorta paling cepat sehingga
pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga menyebabkan penebalan
katup mitral dan aorta. Peru¬bahan ini disebabkan degenerasi jaringan
kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi.
Kalsifikasi sering ter¬jadi pada anulus katup mitral yang sering
ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun
atau cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik
ejeksi.
b. Pembuluh Darah Otak
Otak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan
avertebralis. Pembentukan plak ateroma sering di¬jumpai didaerah
bifurkatio kususnya pada pangkal arteri karotis interna, Sirkulus willisii
dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma juga arteri-arteri
6
kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media
hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2% dari berat
badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen
komsumsion. Aliran darah serebral pada orang dewasa kurang lebih
50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun menjadi
30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem
vertebrobasiler adalah degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat
menurun, fibrokartilago meningkat dan perubahan pada
mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer
men¬dorong periost yang meliputinya dan lig.intervertebrale menjauh
dari corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini akan
mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan seperti ini
dikenal dengan nama spondilosis servikalis.
Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna
vertebralis sehingga degenerasi diskus dapat mengakibat¬kan
pengurangan tinggi badan pada usia lanjut. Spondilosis servi¬kalis
berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:
1) Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu
bahkan dapat mengakibatkan oklusi pem¬buluh arteri ini.
2) Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verter¬balies
menjadi berkelok-kelok. Pada posisi tertentu pembu¬luh ini dapat
tertekuk sehingga terjadi oklusi.
7
menurun hal ini menyebabkan iskimia jaringan otot yang menyebabkan
keluhan kladikasio.
8
incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan
diastolik.
2) Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-
adrenergik. Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan
baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons
terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi
Ortostatik pada lansia.
3) Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan
pembuangan melambat.
c. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah
1) Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah
pun menurun.
2) Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun.
Juga terjadi penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk
menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh
terhadap infeksi menurun.
9
Insidensi disritmia atrial dan ventrikuler maningkat pada lansia karena
perubahan struktural dan fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh
disritmia dan tidak terkoordinasinya jantung sering dimanifestasikan
sebagai perubahan perilaku, palpitasi, sesak nafas, keletihan, dan jatuh
4. Penyakit Vaskular Perifer
Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat
yang terjadi pada saat aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat.
Ketika penyakit semakin berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan
istirahat. Jika klien mempertahankan gaya hidup yang kurang gerak,
penyakit ini mungkin telah berlanjut ketika nyeri pertama muncul. Tanda
dan gejala lain yaitu ekstremitas dingin, perubahan trofik (misalnya
kehilangan rambut yang tidak seimbang, deformitas kuku, atrofi jari-jari
dari anggota gerak yang terkena), tidak terabanya denyut nadi, dan mati
rasa.
5. Penyakit Katup Jantung
Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase
kompensasi sampai pada fase pascakompensasi. Selama fase kompensasi
tubuh menyesuaikan perubahan pada struktur dan fungsi katup,
menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang muncul. Lnsia dapat turut
berperan dalam fase ini melalui peningkatan gaya hidup yang
menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kurang gerak yang
menempatkan tuntutan kebutuhan yang lebih kecil pada jantung untuk
curah jantungnya
Bila fase pascakompensasi dicapai, biasanya mengindikasikan
disfungsi yang berat pada katup yang terpengaruh. Gejalanya bervariasi
bergantung pada katup yang terlibat tetapi secara umum terdiri atas
dispnea pada saat beraktivitas, nyeri dada tipe agina, dan gejala-gejala
jantung kanan atau kiri atau keduanya. Murmur secara khas tedengar pada
saat auskultasi
10
Pathway
gagal jantung
Dilatasi jantung
Hipertropi jantung
Isi sekuncup
11
F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Studi prevalensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko
untuk penyakit kardiovaskuler di antara lansia. Peningkatan kerangka
penelitian mendukung keefektifan suatu pendekatan yang agresif untuk
mengurangi faktor resiko sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas yang dihubungkan dengan penyakit
kardiovaskuler dalam kelompok usia ini. Peningkatan kualitas hidup telah
ditunjukkan melaui upaya-upaya untuk meningkatkan aktivitas fisik secara
teratur dan mengurangi merokok.
a. Merokok
Merokok temabakau mempunyai efek berbahaya bagi jantung
dengan menurunkan kadar HDL, meningkatkan adhesivitas trombosit
dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen pada molekul hemoglobin
dengan karbondioksida, meningkatkn konsumsioksigen miokardium,
dan menurunkan ambang batas fibrilasi ventrikel selama infark
miokardium. Oleh karena itu, semua pemberi pelayanan kesehatan
harus memberikan pendidikan tentang aspek membahayakan dari
merokok dan keuntungan yang diperoleh dengan berhenti merokok
pada usia berapapun
b. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol total meningkat secara bertahap seiring
bertambahnya usia. Bukti peningkatan tingginya kadar kolesterol LDL
dan rendahnya kadar kolesterol HDL adalah prediktor yang penting
untuk penyakit arteri koroner baik pada pria ataupun wanita yang
berusia di atas 65 tahun. Untuk lansia denagn penyakit koroner,
peningkatan kolesterol pada dasarnya meningkatkan resiko terjadinya
kembali infark miokardium atau kematian. Penurunan kadar kolesterol
melalui diet rendah lemak telah terbukti efektif pada lansia. Bagi
mereka yang tidak memperoleh efek yang diinginkan melalui
penatalaksanaan diet, terapi obat direkomendasikan
12
c. Diabetes mellitus dan Obesitas
Pengurangan berat badan sangat bermanfaat bukan saja untuk
diabetes tetapi juga untuk hipertensi dan hiperlipidemia yang
menyertainya. Lansia yang menderita diabetes dan obesitas perlu
didukung dan didorong untuk mengendalikan diabetesnya secara
efektif, untuk mengikuti diet penurunan berat badan secara tepat, atau
keduanya untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler
d. Gaya Hidup Monoton
Pada lansia terjadi penurunan tonus otot, kehilangan massa otot tak
berlemak, yang digntikan dengan jaringan lemak, dan peningkatan
resiko penyakit jantung. Upaya pencegahan primer yang ditujukan
untuk malawan resiko ini harus difokuskan pada perubahan sikap
tentang pentingnya aktivitas fisik secara teratur untuk semua usia dan
meningkatkan kepercayaan bahwa ada program aktivitas yang sesuai
untuk semua orang, tanpa mengabaikan tingkat kebugaran saat ini atau
adanya penyakit yang menyertai.
e. Hipertensi
Pencegahan primer dari hipertensi esensial terdiri atas
mempertahankan berat badan ideal, dietrendah garam, pengurangan
stress dan latihan aerobik secara teratur. Deteksi dini dan
penatalaksanaan hipertensi yang efektif penting untuk mencegah
terjadinya penyakit jantung hipertensif
f. Kondisi setelah menopause
Pencegahan penyakit kardiovaskular pada wanita lansia
memfokuskan pada metode sulih estrogen. Walaupun sulih estrogen
efektif dalam membentu mengubah lipid pada wanita pascamenopouse
tetapi teknik ini bukannya tanpa resiko, khususnya resiko kanker
endometrium. Penembahan progesteron dalam regimen estrogen dapat
mencegah konsekuensi keganasan dan nonkeganasan dri estrogen yang
tidak dapt dilawan.
13
2. Pencegahan sekunder
a. Riwayat dan Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang menunjukkan indikasi adanya masalah
sistem kardiovaskular adalah perfusi organ akhir yang buruk. Lansia
dengan perfusi ginjal yang buruk pada keadaan tidak memiliki penyakit
ginjal dapat mengalami penurunan haluaran urin selama lebih dari 24
jam. Tanda dan gejala tidak adekuatnya perfusi perifer dapat bervariasi
dari kulit yang terasa dingin ketika disentuh, dengan menurunnya
pengisian kapiler, sampai penemuan kronis seperti pingsan atau tidak
adanya denyut nadi perifer, kehilangan rambut pada ekstremitas yang
tidak proporsional dan ulkus yang sulit untuk sembuh. Edeme juga
memiliki sumber nonkardiak yang memerlukan pembedaan untuk
lansia. Perbedaan kunci termasuk distribusi cairan yang terakumulasi
dan variasi diurnalnya. Edema yang berasal dari penyakit jantung
merupakan edema yang lembut dan meninggalkan bekas cekungan bila
ditekan, memiliki distribusi yang simetris, dan melibatkan bagian tubuh
yang dependent.
Auskultasi bunyi jantung pada lansia serig sulit karena perubahan
emfisema senilis pada dinding dada. Jika buyi jantung terdengar jauh
atau sulit didengar, klien mungkin diposisikan miring pada sisi kirinya
dengan lengan kiri menopang kepala.
Dalam pengkajian jantung pada lansia, ”abnormalitas” harus
diinterpretasikan dengan hati-hati. Walaupun merupakan suatu
parameter pengkajian yang rutin, pengukuran tekanan darah secara
akurat sangat penting untuk menghindari masalah yang berhubungan
dengan penanganan hipertensi yang tidak perlu. Memberikan perhatian
ketat terhadap detail ukuran manset dan terhadap aktivitas sebelum
pengukuran dan mempertahankan teknik yang konsisten sangat penting
untuk memperoleh hasil yang akurat.
14
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mengurangi Beban Kerja Jantung
Berbagai upaya keperawatan dapt turut berperan dalam mengurangi
beban krja jantung dan sistem kardiovaskuler. Menyeimbangkan istirahat
dan aktivitas dapat membentu mempertahankan tonus otot dan penggunaan
oksigen secara efisien, yang dapat menurunkan kebutuhan jaringan
terhadap darah yang mengandung oksigen.Untuk mencapai keseimbangan
ini aktivitas harus terjadwal sepanjang hari.
Aplikasi langsung dari penambahan oksigen juga menurunkan beban
kerja jantung dengan meningkatkan jumlah oksigen yang dibawa oleh
molekul hemoglobin. Tindakan-tindakan untuk menurunkan ansietas
membantu menghentikan pelepasan katekolamin yang bersikulasi yang
dapat meningkatkan tuntutan kebutuhan jantung. Dengan mengurangi
sirkulasi volume klien melalui pembatasan cairan atau pembatasan natrium
atau keduanya atau melalui pemberian diuretik, volume darah totl yang
harus dipompa oleh jantung telah berkurang. Tindakan keperawatan
dependen untuk mengurangi beban kerja jantung terdiri dari pemberian
agens penghambat β adrenergik untuk menurunkan kebutuhan oksigen
miokardium dan obat-obatan seperti vasodilator untuk mengurangi
resistensi pembuluh darah perifer dari sistem arteri.
2. Peningkatan Fungsi
Fungsi jantung yang efektif memerlukan keseimbangan yang baik
antara kontraktilitas serta kecepatan dan irama yang teratur. Upaya-upaya
keperawatan untuk meningkatkan kontraktilitas termasuk memantau
keseimbangan elektrolit dan memberikan suplemen yang diperlukan,
memastikan keadekuatan aliran balik darah vena melalui pemantauan
tekanan darsh dan keseimbangan darah dan keseimbangan cairan secara
hati-hati, dan memberikan obat-obat kardiotonik seperti preparat digitalis.
Tindakan keperawatan yang kritis untuk populasi ini adalah
pengkajian secara hati-hati pada efek samping atau efek yang lain yang
tidak diinginkan dari preparat digitalis. Karena lansia secara spesifik
15
sangat sensitif terhadp efek toksik dari obat-obatan ini, mereka
memerlukan pengkajian yang berkelanjutan. Ahli genetik sering
memberikan digoksin dosis pedriatik bagi lansia untuk memberikan dosis
satu kali sehari tanpa memicu keracunan. Obat-obat yang mungkin
diresepkan bersama digoksin (misalnya quanidin, verapamil, dan pada
tingkatan yang lebih sedikit, nifidepin) meningkatkan kadar serum
digitalis. oleh karena itu, lansia yang menerima obat-obatan kombinasi
tersebut harus sering diobservasi untuk mengetahui adanya gejala-gejala
overdosis.
Kecepatan dari irama jantung yang teratur sangat penting untuk fungsi
yang efektif. Lansia sering memerlukan agens antidisritmia untuk
menstabilkan denyut dan irama jantungnya karena hilangnya sel-sel pace-
maker dalam nodus sinoatrial atau nodus attrioventrikular. Walaupun obat-
obatan ini umumnya diresepkan, kebutuhan klien akan obat-obatan
tersebut harus ditinjau ulang secara teratur karena adanya efek samping
yang terjadi dengan penggunaan dalam waktu yang lama. Selain itu,
penggunaan alat pacu jantingkatkan kemampuan jantung secara
keseluruhan pada lansia yang mengalami sick sinus syndrome atau gejala
bradikardia dan meningkatkan toleransi mereka terhadap aktivitas.
Biasanya lansia, beradaptasi dengan baik terhadap penggunaan alat-alat ini
dengan bantuan dan dukungan minimal.
Elemen kuci untuk pendokumentasian termasuk perkembangan dan
resolusi tanda dan gejala dari gangguan dan respons klien terhadap terapi.
Perubahan yang menyertai dalam mentasi atau peningkatan napas yang
pendek selama aktivitas dapat mengindikasikan efek obat yang tidak
diinginkan atau lebih memburuknya kondisi jantung. Bunyi nafas harus
diauskultasi dan dicatat secara teratur. Keseimbangan cairan selama 24
jam adalah indikator awal dan sensitif terhadap perubahan status jantung
(pada keadaan tidak adanya kegagalan ginjal), dan karenanya harus
dipanta secara teratur, karena hubungan nilai-nilai tersebut terhadap
berfungsinya sistem kardiovaskular secara efktif.
16
Pendokumentasian respons klien terhadap aktivitas sangat penting.
Denyut jantung dan tekanan darah dicatat sebelum, selama dan setelah
aktivitas. Jumlah aktivitas harus dihitung (yaitu dalam menit atau jumlah
langkah-langkah yang dilakukan) untuk memberikan kesempatan dalam
pengkajian dari kemajuan klien selama beberapa waktu. Selain itu,
persepsi klien terhadap tingkat aktifitas, dari yang ringan sampai yang
paling berat, merupakan ukuran dari beban jantung.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama :
a. Nyeri dada
b. Sesak nafas
c. Edema
2. Riwayat Kesehatan
a. Nyeri lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, factor yang
memperberat/memperingan, tipe nyeri.
b. Integritas neurovaskuler mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli.
c. Status pernafasan sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal
nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan.
d. Gangguan sirkulasi peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah
lelah.
e. Riwayat kesehatan sebelumnya penyekit yang pernah diderita, obat-obat
yang digunakan dan potensial penyakit keturunan.
f. Kebiasaan pasien diet, latihan, merokok dan minuman.
3. Riwayat Perkembangan
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
a. Efek perkembangan fisik denyut jantung
b. Produksi zat dalam darah
c. Tekanan darah
4. Riwayat Sosial
a. Cara hidup pasien.
b. Latar belakang pendidikan
c. Sumber-sumber ekonomi.
d. Agama.
e. Kebudayaan dan etnik.
18
5. Riwayat Psikologis
a. Mengidentifikasi stress/sumber stress.
b. Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.
Pengkajian Fisik
1. JANTUNG
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada
jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka
penting terlebih dahulu melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum
19
termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan frekuensi
pernafasan. Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
a. Bentuk tubuh gemuk/kurus
b. Anemis
c. Sianosis
d. Sesak nafas
e. Keringat dingin
f. Muka sembab
g. Oedem kelopak mata
h. Asites
i. Bengkak tungkai/pergelangan kaki
j. Clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan
pemeriksaan nadi adalah
a. Kecepatan/menit
b. Kuat/lemah (besar/kecil
c. Teratur atau tidak
d. Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.
2. INSPEKSI
a. Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien
yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah
Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum Impulse). Normalnya berada
pada ruang intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls
maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau
jantung terdorong atau tertarik kekiri.
b. Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure
Cardiac” dinding totaks di bagian jantung menonjolm menandakan
penyekit jantung congenital. Benjolan ini dapat dipastikan dengan
20
perabaan. Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan)
Teknik :
1) Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
2) Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan
pasien
3) Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi
penuh/sebagian, di mana batas atasnya bergerak naik turun
4) Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps
5) Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
a) Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri)
b) Tekanan intra toraks yang meninggi
c) Tamponade jantung
d) Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.
3. PALPASI
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut
jantung. Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang
terjadi ketika darah mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami
gangguan.
Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita
amati pada inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari
tengah) atau dengan telapak tangan. Yang perlu dinilai adalah :
a. Lebar impuls iktus kordis
b. Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula
dirasakan (dengan telapak tangan) :
a. Bising jantung yang keras (thrill)
b. Apakah bising sistolik atau diastolik
c. Bunyi murmur
d. Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)
21
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot
jantung akibat latihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung.
4. PERKUSI
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan
perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan
kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman,
diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa
yang disebut sonor, redup dan timpani.
5. AUSKULTASI
a. Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung,
bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub).
b. Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung
merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di
titik spesifik dari dinding dada.
c. Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler
(mitral dan trikuspidalis).
d. Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta
dan pulmonal).
e. Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan
oleh pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
f. Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel
pada diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel
atau lemahnya penggelembungan ventrikel.
g. Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup
jantung yang tidak sempurna. Yang perlu diperhatikan pada setiap bising
jantung adalah :
1) Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.
2) Kenyaringan (keras-lemah) bising.
3) Lokasi bising (yang maksimal).
22
4) Penyebaran bising
Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
1) Kecepatan aliran darah yang melalui katup.
2) Derajat kelainan/gangguan katup.
3) Tebal tipisnya dinding toraks.
4) Ada tidaknya emfisema paru.
Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
1) Tingkat I : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.
2) Tingkat II : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.
3) Tingkat III : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.
4) Tingkat IV : amat nyaring tanpa thrill.
5) Tingkat V : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)
6) Tingkat VI : dapat didengar tanpa stetoskop.
Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah
besar disebabkan oleh bertambahnya turbulensi aliran. Pada murmur dapat
ditentukan :
a) Lokasi : daerah tertentu/menyebar
b) Waktu : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
c) Intensitas :
i. Tingkat 1 : sangat redup.
ii. Tingkat 2 : redup
iii. Tingkat 3 : agak keras
iv. Tingkat 4 : keras
v. Tingkat 5 : sangat keras
vi. Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
d) Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah,
medium dan tinggi.
e) Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau serak.
23
Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan
visceral oleh perikarditis. Bunyi kasar, intensitas, durasi dan lokasi
tergantung posisi klien.
6. PEMBULUH DARAH
a. Inspeksi
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan
sirkulasi perifer.
b. Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat
menekan tempat tersebut dengan ketentuan:
+1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.
c. Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.
24
8. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
25
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan
kebutuhan tubuh.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
a. Pantau HR, irama, dan perubahan a. Menentukan respon klien terhadap
TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas.
aktivitas sesuai indikasi. b. Menurunkan kerja
b. Tingkatkan istirahat, batasi miokard/konsumsi oksigen,
aktivitas menurunkan risiko komplikasi.
c. Anjurkan klien untuk c. Manuver Valsava seperti menahan
menghindari peningkatan tekanan napas, menunduk, batuk keras dan
abdominal. mengedan dapat mengakibatkan
d. Batasi pengunjung sesuai dengan bradikardia, penurunan curah
keadaan klinis klien. jantung yang kemudian disusul
e. Bantu aktivitas sesuai dengan dengan takikardia dan peningkatan
keadaan klien dan jelaskan pola tekanan darah.
peningkatan aktivitas bertahap. d. Keterlibatan dalam pembicaraan
f. Kolaborasi pelaksanaan program panjang dapat melelahkan klien
rehabilitasi pasca serangan IMA. tetapi kunjungan orang penting
dalam suasana tenang bersifat
terapeutik.
e. Mencegah aktivitas berlebihan;
sesuai dengan kemampuan kerja
jantung.
f. Menggalang kerjasama tim
kesehatan dalam proses
penyembuhan klien.
26
c. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik
jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik;
infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
a. Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam a. Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari
keadaan baring, duduk dan berdiri (bila disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard
memungkinkan) dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi
b. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya juga banyak terjadi yang mungkin
murmur. berhubungan dengan nyeri, cemas,
c. Auskultasi bunyi napas. peningkatan katekolamin dan atau masalah
d. Berikan makanan dalam porsi kecil vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik
dan mudah dikunyah. berhubungan dengan komplikasi GJK.
e. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai Penurunanan curah jantung ditunjukkan
kebutuhan klien oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang
f. Pertahankan patensi IV-lines/heparin- meningkat.
lok sesuai indikasi. b. S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi
g. Bantu pemasangan/pertahankan paten- mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri
si pacu jantung bila digunakan. yang disertai infark yang berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemia miokardia,
kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur
menunjukkan gangguan aliran darah
normal dalam jantung seperti pada kelainan
katup, kerusakan septum atau vibrasi otot
papilar.
c. Krekels menunjukkan kongesti paru yang
mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokard.
d. Makan dalam volume yang besar dapat
meningkatkan kerja miokard dan memicu
27
rangsang vagal yang mengakibatkan
terjadinya bradikardia.
e. Meningkatkan suplai oksigen untuk
kebutuhan miokard dan menurunkan
iskemia.
f. Jalur IV yang paten penting untuk
pemberian obat darurat bila terjadi
disritmia atau nyeri dada berulang.
g. Pacu jantung mungkin merupakan tindakan
dukungan sementara selama fase akut atau
mungkin diperlukan secara permanen pada
infark luas/kerusakan sistem konduksi.
28
f. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium dapat menimbulkan disfungsi
(gas darah, BUN, kretinin, elektrolit) gastrointestinal
g. Kolaborasi pemberian agen terapeutik e. Asupan cairan yang tidak adekuat dapat
yang diperlukan menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan
fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ
urine merupakan indikator status hidrsi
dan fungsi ginjal.
f. Penting sebagai indikator perfusi/fungsi
organ.
g. Heparin dosis rendah mungkin diberikan
mungkin diberikan secara profilaksis
pada klien yang berisiko tinggi seperti
fibrilasi atrial, kegemukan, anerisma
ventrikel atau riwayat tromboplebitis.
Coumadin merupakan antikoagulan
jangka panjang.
h. Menurunkan/menetralkan asam
lambung, mencegah ketidaknyamanan
akibat iritasi gaster khususnya karena
adanya penurunan sirkulasi mukosa.
e. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan
atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi
penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
29
variasi proses pembelajaran. (Tanya c. Memberikan informasi terlalu luas tidak
jawab, leaflet instruksi ringkas, lebih bermanfaat daripada penjelasan
aktivitas kelompok) ringkas dengan penekanan pada hal-hal
c. Berikan penekanan penjelasan tentang penting yang signifikan bagi kesehatan
faktor risiko, pembatasan klien.
diet/aktivitas, obat dan gejala yang d. Aktivitas ini sangat meningkatkan beban
memerlukan perhatian cepat/darurat. kerja miokard dan meningkatkan
d. Peringatkan untuk menghindari kebutuhan oksigen serta dapat
aktivitas isometrik, manuver Valsava merugikan kontraktilitas yang dapat
dan aktivitas yang memerlukan tangan memicu serangan ulang.
diposisikan di atas kepala. e. Meningkatkan aktivitas secara bertahap
e. Jelaskan program peningkatan meningkatkan kekuatan dan mencegah
aktivitas bertahap (Contoh: duduk, aktivitas yang berlebihan. Di samping itu
berdiri, jalan, kerja ringan, kerja juga dapat meningkatkan sirkulasi
sedang) kolateral dan memungkinkan
kembalinya pola hidup normal.
30