Anda di halaman 1dari 19

GAMBARAN PENGETAHUAN HIPOGLIKEMIA PADA PENYANDANG

DIABETES TIPE 2 DI WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


Pada Program Studi Keperawatan

Oleh :

ULFA WIDIYASARI
J210160070

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN HIPOGLIKEMIA PADA


PENYANDANG DIABETES TIPE 2 DI WILAYAH KABUPATEN
SUKOHARJO

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun oleh:
ULFA WIDIYASARI
J210160070

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing :

Okti Sri Purwanti, S.Kep., Ns., M.Kep., Ns.Sp.Kep.M.B.


NIP : 197910182005012001

i
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN PENGETAHUAN HIPOGLIKEMIA PADA


PENYANDANG DIABETES TIPE 2 DI WILAYAH KABUPATEN
SUKOHARJO

Oleh:
ULFA WIDIYASARI
J210160070

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Hari Kamis, 6 Februari 2020

Susunan Dewan Penguji :


1. Okti Sri Purwanti, S.Kep., Ns., M.Kep., Ns. Sp. Kep.M.B (.........................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Arina Maliya, S.Kep., Ns., M.Si.Med (.........................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Ns. Beti Kristinawati, M.Kep., Sp. Kep.M.B (.........................)
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan :

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes

NIK.786

ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos 1 Telp (0271) 717417, 719483 Fax.
715448 Surakarta 57102
Website: http//fik.ums.ac.id email: fik@ums.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ulfa Widiyasari
NIM : J210160070
Program studi : Keperawatan
Judul skripsi : GAMBARAN PENGETAHUAN HIPOGLIKEMIA PADA
PENYANDANG DIABETES TIPE 2 DI WILAYAH
KABUPATEN SUKOHARJO

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat ini


merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali ringkasan ringkasan dan kutipan
kutipan yang semuanya telah saya jelaskan sumbernya. Apabila kemudian hari
dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Surakarta, Januari 2020
Yang memberi pernyataan

(Ulfa Widiyasari)

iii
GAMBARAN PENGETAHUAN HIPOGLIKEMIA PADA PENYANDANG
DIABETES TIPE 2 DI WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO
Abstrak
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
perhatian. Penyakit diabetes tidak bisa disembuhkan namun dapat dikendalikan
melalui kontrol kadar gula darah. Salah satu cara mengkontrol kadar gula darah
yaitu dengan pengobatan, baik insulin maupun obat diabetes oral agar gula darah
tetap dalam batas normal. Pengobatan diabetes apabila tidak berhati-hati dan
melebihi dosis akan menyebabkan komplikasi yaitu hipoglikemia. Hipoglikemia
pada diabetes memiliki angka kejadian yang tinggi, penyebab lain terjadinya
hipoglikemia diakibatkan karena ketidakefektifan pengetahuan dan pemahaman
penyandang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
hipoglikemia pada penyandang diabetes tipe 2 di wilayah Kabupaten Sukoharjo.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 94 responden dengan teknik
pengambilan sampel proportional random sampling. Pengumpulan data yang
digunakan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan hipoglikemia yang dibuat
sendiri oleh peneliti berjumlah 14 pertanyaan, sedangkan analisa data
menggunakan univariat. Hasil pada penelitian ini yaitu pengetahuan
hipoglikemia yang dimiliki penyandang diabetes tipe 2 di wilayah Kabupaten
Sukoharjo rata-rata sedang, berjenis kelamin perempuan, berusia 56-65 tahun,
berpendidikan terakhir sekoah dasar, tidak bekerja, lama menderita penyakit
diabetes 1 – 10 tahun, pernah mengalami gula darah rendah, sebagian besar
memperoleh informasi tentang gula darah rendah dari pelayanan kesehatan.
Sehingga kesimpulan pada penelitian ini yaitu pengetahuan hipoglikemia
penyandang rata-rata sedang dikarenakan mayoritas usia penyandang diabetes 56-
65 tahun, berpendidikan terakhir sekolah dasar, lama menderita penyakit diabetes
1 – 10 tahun, pernah mengalami gula darah rendah, sebagian besar penyandang
pernah memperoleh informasi tentang gula darah rendah dari pelayanan
kesehatan. Bagi responden diharapkan agar dapat mendeteksi dini terhadap tanda
gejala hipoglikemia sebagai upaya dalam pencegahan terjadinya hipoglikemia.

Kata Kunci : Diabetes Tipe 2, Pengetahuan, Hipoglikemia

DESCRIPTION OF HYPOGLICEMIA KNOWLEDGE IN TYPE 2 DIABETES


PEOPLE IN SUKOHARJO REGENCY
Abstract
Diabetes mellitus is a non-communicable disease of concern. Diabetes can not be
cured but can be controlled through control of blood sugar levels. One way to
control blood sugar levels is by treatment, both insulin and oral diabetes
medications so that blood sugar remains within normal limits. Diabetes treatment
if not careful and exceed the dose will cause complications, namely hypoglycemia.
Hypoglycemia in diabetes has a high incidence rate, another cause of
hypoglycemia is due to the ineffectiveness of knowledge and understanding of
persons. This study aims to determine the level of hypoglycemia knowledge in

1
people with type 2 diabetes in the Sukoharjo Regency. This research is a
quantitative study and the research method used is descriptive. The number of
samples was 94 respondents with proportional random sampling technique. Data
collection used by using a hypoglycemia knowledge questionnaire made by
researchers amounted to 14 questions, while data analysis used univariate. The
results of this study are knowledge of hypoglycemia possessed by type 2 diabetics
in Sukoharjo regency on average moderate, female sex, aged 56-65 years,
educated last elementary school, not working, long suffering from diabetes 1-10
years, ever experiencing low blood sugar, most obtain information about low
blood sugar from health services. So that the conclusion of this study is the
knowledge of hypoglycemia with an average average because the majority of
people with diabetes are 56-65 years old, have a primary education, have
diabetes 1 - 10 years, have experienced low blood sugar, most people have
obtained information about low blood sugar from health services. Respondents
are expected to be able to detect symptoms of hypoglycemia early as an effort to
prevent hypoglycemia.

Keywords : Type 2 Diabetes, Knowledge, Hypoglycemia

1. PENDAHULUAN
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
menjadi perhatian. Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini menjadi penyebab
kematian terbanyak di Indonesia, yang salah satunya yaitu diabetes melitus
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Diabetes melitus atau
sederhananya biasa disebut diabetes merupakan kondisi kronis yang terjadi
ketika ada peningkatan kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak
menghasilkan hormon insulin. Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel
untuk merespon insulin menyebabkan tingginya kadar glukosa dalam darah
atau hiperglikemia (International Diabetes Federation, 2017).
Berdasarkan informasi kesehatan tentang diabetes menurut World Health
Organization (2018) sekitar 422 juta orang diseluruh dunia menderita diabetes.
Data yang diperoleh dari riset Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2018) memperlihatkan peningkatan angka prevalensi diabetes yang cukup
signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018,
sehingga estimasi jumlah penyandang di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta
orang. Peningkatan prevalensi awalnya disebabkan individu tidak menyadari

2
adanya gejala diabetes melitus, namun individu mulai menyadarinya setelah
terjadi komplikasi lebih lanjut pada organ tubuh lain (Purwanti, et al, 2016).
Diabetes melitus dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe, diantaranya
diabetes gestasional, diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 dan diabetes tipe lainnya
yang disebabkan karena adanya cacat genetik fungsi sel beta yang
mempengaruhi produksi insulin (Baynest, 2015). Dari beberapa tipe diabetes,
sejauh ini diabetes tipe 2 yang paling umum terjadi, yaitu sebanyak 90% dari
diabetes itu sendiri, yang pada umumnya berangsur lama hingga bertahun-
tahun (Lewis & Dirksen, 2011).
Diabetes tipe 2 yang biasa dikenal dengan non-insulin-dependent atau
adult-onset, disebabkan karena ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan
insulin secara efektif sehingga mengakibatkan tingginya kadar glukosa dalam
darah. (Kurniawaty & Yanita, 2016). Kadar glukosa darah yang dikontrol
dalam batas normal dapat mengurangi terjadinya komplikasi jangka panjang
yang dapat mengancam jiwa, diantaranya penyakit kardiovaskular, neuropati,
penyakit mata, dan penyakit berbahaya lainnya (Nguyen et al, 2019). Untuk
meminimalkan komplikasi jangka panjang yang terjadi memerlukan adanya
pengobatan yang tepat dan teratur.
Pengobatan pada diabetes tipe 2 yang diobati dengan insulin ataupun
obat oral apabila pemberian tidak sesuai prosedur dan kurang berhati-hati akan
menyebabkan terjadinya hipoglikemia (Black & Hawks, 2014). Hipoglikemia
merupakan suatu kondisi rendahnya kadar glukosa dalam darah dan dapat
membahayakan pasien apabila tidak segera ditangani (Ortiz, 2017). Diabetes
melitus tipe 2 memiliki angka kejadian hipoglikemia berat terjadi 3 – 72
episode per 100 penderita per tahun, sehingga menyebabkan hipoglikemia
sangat membahayakan pada penyandang diabetes melitus, di mana 2% – 4%
kematian penderita diabetes mellitus disebabkan oleh hipoglikemia (Desouza,
Bolli, & Fonseca, 2010). Penyandang diabetes memiliki angka kejadian
hipoglikemia sangat tinggi yang diakibatkan ketidakefektifan pengetahuan dan
pemahaman yang didapat penyandang diabetes (Sutawardana, Yulia, &
Waluyo, 2016).

3
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan hipoglikemia
pada penyandang diabetes tipe 2. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
tingkat pengetahuan hipoglikemia pada penyandang diabetes tipe 2 yang
merupakan dampak membahayakan dari diabetes.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif dalam menjelaskan suatu fenomena yang
terjadi erat kaitannya dengan sebuah angka. Dan metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif, merupakan suatu desain penelitian yang
menggambarkan fenomena yang diteliti dan menggambarkan besarnya suatu
masalah yang akan diteliti (Swarjana, 2015).
Populasi merupakan keseluruhan suatu elemen atau subjek penelitian
(Azwar & Prihartono, 2014). Populasi pada penelitian ini yaitu penderita
diabetes melitus tipe 2 di wilayah Kabupaten Sukoharjo sebanyak 1.679
penderita yang terbagi menjadi 4 puskesmas yaitu Puskesmas Mojolaban,
Puskesmas Gatak, Puskesmas Tawangsari dan Puskesmas Polokarto. Sampel
penelitian merupakan bagian dari objek yang diteliti dan mewakili seluruh
populasi yang akan diteliti (Supriyadi, 2014). Jumlah sampel sebanyak 94
responden dengan teknik pengambilan sampel proportional random sampling.
Instrumen pada penelitian ini menggunkan kuesioner tentang
pengetahuan hipoglikemia yang dibuat oleh peneliti sendiri berjumlah 16
pertanyaan. Dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 20 responden.
Didapatkan hasil uji validitas menunjukkan nilai r hitung terendah 0,325 dan
tertinggi 0,810. Nilai r tabel yaitu 0,444. Suatu variabel dinyatakan valid
apabila r hitung > r tabel, yang dilakukan uji 2 sisi dengan signifikansi >5%
dimana suatu instrumen atau pertanyaan-pertanyaan dapat berkolerasi
signifikan terhadap skor total (Carsel, 2018). Sehingga 14 pertanyaan
dinyatakan valid dan 2 pertanyaan dinyatakan tidak valid kemudian peneliti
menghilangkan pertanyaan yang tidak valid tersebut. Uji reliabilitas pada
penelitian ini menggunakan uji Cronbach Alfa. Reliabilitas suatu instrumen

4
dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang angkanya berada pada rentang 0
– 1. Semakin nilai mendekati angka 1 maka rentang reliabilitasnya semakin
tinggi, dan apabila nilai mendekati 0 maka berarti reliabilitasnya semakin
rendah. Instrumen dinyatakan reliabel α > 0.6 (Syahdrajat, 2015). Hasil uji
reliabiliatas didapatkan hasil 0.871 sehingga instrumen yang peneliti gunakan
adalah reliabel. Jenis analisa dalam penelitian ini adalah analisis univariat
dengan menggunakan uji deskriptif frekuensi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Responden
Berikut ini karakteristik responden penyandang diabetes tipe 2 meliputi
jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, lama menderita
diabetes, riwayat gula darah rendah dan informasi yang diperoleh tentang
gula darah rendah.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Variabel Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 33 35.1
b. Perempuan 61 64.9
Usia
a. 35 – 45 Tahun 8 8.5
b. 46 – 55 Tahun 26 27.6
c. 56 – 65 Tahun 39 41.5
d. 66 – 75 Tahun 20 21.3
e. 76 – 85 Tahun 1 1.1
Pendidikan Terakhir
a. Tidak Sekolah 16 17.0
b. SD 24 25.5
c. SMP 19 20.2
d. SMA/SMK 20 21.3
e. Perguruan Tinggi 15 16.0
Pekerjaan
a. PNS 7 7.4
b. Buruh 20 21.3
c. Tani 17 18.1
d. Pensiunan 9 9.6
e. Wiraswasta 11 11.7
f. Swasta 9 9.6
g. Tidak Bekerja 21 22.3

5
Lama Menderita Diabetes
a. 1 – 10 Tahun 78 83.0
b. 11 – 20 Tahun 12 12.8
c. 21 – 30 Tahun 4 4.2
Riwayat Gula Darah Rendah
a. Pernah 63 67.0
b. Tidak 31 33.0
Informasi Yang Diperoleh Tentang
Gula Darah Rendah
a. Pelayanan Kesehatan 87 92.6
b. Media massa 0 0
c. Keluarga 0 0
d. Lain-lain (WhatsApp, 0 0
Facebook, dll)
e. Tidak Pernah 7 7.4

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan


mayoritas berjenis perempuan. Menurut Tandra (2013) perempuan
beresiko lebih besar untuk menderita diabetes tipe 2 karena perempuan
memiliki riwayat kehamilan dan secara fisik perempuan mengalami
peningkatan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang lebih besar. Allorerung &
Joseph (2016) menyatakan bahwa perempuan lebih banyak menderita
diabetes tipe 2 dibandingkan laki-laki karena perempuan mempunyai
riwayat kehamilan yang menjadi salah satu faktor resiko penyebab
terjadinya diabetes.
Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan mayoritas
berusia 56 – 65 tahun. Sesuai dengan Lathifah (2017) di usia 40-an tahun
merupakan usia yang rentan mengalami obesitas karena aktivitas fisik
sehari-hari yang kurang. Gerak badan yang menutun merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terjadinya diabetes melitus. secara fisiologis
bertambahnya usia akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi organ
tubuh salah satunya yaitu fungsi sel beta pankreas dalam memproduksi
insulin. Menurut Syamsiyah (2017) Usia > 40 tahun merupakan usia yang
mudah terkena berbagai penyakit degeneratif yang disebabkan karena
penurunan kualitas jaringan dan organ-organ tubuh. Salah satu penyakit
degeneratif yaitu salah diabetes. Pada usia > 40 tahun produksi insulin

6
seseorang mulai berkurang dan aktivitas sel-sel otot mulai melemah. Hal
ini berkaitan dengan meningkatnya kadar lemak pada otot sehingga
glukosa dalam tubuh sulit untuk digunakan menjadi energi sehingga
menyebabkan usia tersebut rentan terkena diabetes.
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
menunjukkan mayoritas berpendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) hasil
tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden masih berlatar
belakang pendidikan yang rendah. Pendidikan yang rendah berhubungan
dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Setiyorini & Wulandari (2017) menyatakan responden
paling banyak mengalami diabetes yaitu pada tingkat pendidikan terakhir
SD, seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki
pengetahuan yang lebih baik dan akan berusaha untuk mengakses
informasi mengenai penyakit diabetes dan berupaya untuk meningkatkan
kesehatan. Sesuai dengan Kunaryanti, Andriyani & Wulandari (2018)
yang menyebutkan karakteristik penyandang diabetes berdasarkan
pendidikan terakhir berada pada rentang pendidikan yang rendah. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin rendah
tingkat pendidikan seseorang maka semakin sedikit informasi yang
didapatkan tentang suatu penyakit sehingga akan mempengaruhi terhadap
pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan mayoritas
responden tidak bekerja. Menurut Nur, Wilya, & Ramadhan (2016) jenis
pekerjaan berhubungan dengan aktivitas fisik dalam kegiatan sehari-hari,
sebagian besar penyandang diabetes yang melakukan aktivitas sedang
seperti halnya tidak bekerja dan tidak pernah olahraga maka kadar glukosa
darah sebagian besar tidak terkontrol. Aktivitas atau kegiatan diluar yang
kurang menyebabkan makanan yang dikonsumsi dan masuk kedalam
tubuh tidak dibakar melainkan tertimbun menjadi gula dan lemak. Sesuai
dengan Zainuddin, Utomo & Herlina (2015) menyatakan pekerjaan
seseorang erat kaitannya dengan kejadian hipoglikemia, karena aktivitas

7
fisik seseorang dapat meningkatkan sensitivitas insulin sehingga kadar
gula dalam darah akan menurun. Menurut Mahmud, Sudirman & Afni
(2018) aktivitas yang kurang akan menyebabkan jumlah energi yang
keluar lebih sedikit daripada jumlah energi yang dikonsumsi. Sehingga
menimbulkan keseimbangan energi positif yang disimpan dalam jaringan
adipose, hal ini resistensi insulin dapat terjadi dan berkembang menjadi
diabetes.
Karakteristik responden berdasarkan lama menderita penyakit
diabetes mayoritas pada rentang 1 – 10 tahun. Sesuai dengan penelitian
dari Chaidir, Wahyuni, & Furkhani (2017) menunjukkan lama responden
dalam menderita diabetes paling banyak yaitu < 10 tahun yang disebabkan
karena seseorang baru mengetahui dirinya terkena diabetes dan
membutuhkan penyesuaian diri terhadap penyakit yang dideritanya.
Menurut Masithoh & Priyanto (2017) penyandang diabetes yang semakin
lama menderita cenderung memiliki kurangnya intensitas keluhan automik
dan bahkan menghilang yang disebabkan karena kegagalan yang progresif
aktivitas sistem syaraf otonomik. Purwanti, Yetti & Herawati (2016.)
menyatakan semakin lama seseorang menderita diabetes, maka semakin
beresiko untuk terjadinya komplikasi. Menurut Purwanti (2013) seseorang
pada awalnya tidak menyadari adanya tanda gejala awal diabetes melitus,
sehingga sering terjadi komplikasi lanjutan baik akut maupun kronis.
Karakteristik responden berdasarkan riwayat kadar gula darah
mayoritas responden pernah mengalami gula darah rendah. Sesuai dengan
penelitian Damayanti (2016) penyandang diabetes berdasarkan riwayat
gula darah rendah, rata-rata pernah mengalami gula darah yang rendah dari
pada yang tidak memiliki pengalaman. Menurut International Diabetes
Federation - DAR (2016) Hipoglikemia dapat terjadi sebagai akibat efek
samping dari penggunaan obat penurun glukosa darah, seperti insulin dan
Obat Hipoglikemi Oral (OHO) terutama golongan sulfonilurea dan
meglitinide. Meskipun obat yang digunakan tidak memiliki efek samping
terjadi hipoglikemia jika digunakan tunggal, penggunaan kombinasi

8
dengan golongan OHO yang lain dapat meningkatkan kejadian
hipoglikemia. Menurut Rusdi & Afriyeni (2019) faktor lain yang dapat
meningkatkan kejadian hipoglikemia adalah ketidakcukupan konsumsi
karbohidrat, terlambat makan, peningkatan aktivitas fisik, dan sakit.
Karakteristik responden berdasarkan informasi yang diperoleh
tentang gula darah rendah mayoritas responden mendapatkan informasi
dari pelayanan kesehatan misalnya puskesmas, rumah sakit dan lain.
Menurut Khasanah, et al (2019) informasi merupakan pemberitahuan
kepada seseorang. Dengan informasi mengenai suatu halndapat
memberikan landasan kognitif baru dan terbentuknya sikap terhadap hal
yang baru tersebut. Meskipun seseorang berpendidikan yang rendah
namun apabila mendapatkan informasi yang cukup dari berbagai media
maka pengetahuan seseorang dapat meningkat.
3.2 Pengetahuan Hipoglikemia Responden
Berikut ini hasil analisis pengetahuan hipoglikemia responden, didapatkan
hasil :
Tabel 2 Pengetahuan Hipoglikemia Responden
Pengetahuan Hipoglikemia Frekuensi Persentase
Responden
Baik 17 18.1
Sedang 56 67.0
Kurang 21 14.9
Total 94 100

Berdasarkan analisis pengetahuan responden tentang hipoglikemia


mayoritas pengetahuan sedang. Menurut peneliti pengetahuan
hipoglikemia responden rata-rata sedang dikarenakan sebelumnya
penyandang diabetes sudah pernah diberikannya pendidikan kesehatan
terkait hipoglikemia atau sering terpapar informasi dan mayoritas
responden pernah memiliki riwayat gula darah rendah sehingga dapat
mengenali tanda dan gejala hipoglikemia. Sesuai dengan penelitian Herath,
et al (2017) pengetahuan penyandang tentang penyakit diabetes yaitu
moderat (sedang) atau diatas moderat karena memiliki tingkat pendidikan

9
yang tinggi (baik) dan pernah belajar hingga tingkat lanjutan. Berdasarkan
hasil penelitian Purwanti, Pratama & Dewi (2016) pengetahuan dalam
rentang cukup dikarenakan seseorang sudah sering kali terpapar informasi
dan sudah memeahami penyakit diabetes melitus.
Menurut Mashitoh & Priyanto (2017) salah satu penyebab
penyandang diabetes mengalami kejadian hipoglikemia karena
penyandang tidak mampu mengenali gejala awal hipoglikemia yang
disebabkan kurangnya pengetahuan dalam mengidentidikasi dan
menginterpretasi gejala dari hipoglikemia. Sesuai dengan Ristanto (2015)
terbatasnya atau kurangnya pengetahuan tentang hipoglikemia telah
terbukti sebagai penghalang dalam memanajemen penyakit diabetes.
Pengetahuan yang baik akan berdampak pada kemampuan penyandang
dalam menentukan tindakan yang terbaik untuk kondisinya serta dapat
meminimalkan resiko komplikasi hipoglikemia yang mebahayakan seperti
kejang, koma, hingga kematian.
Menurut Engkartini, Kongingah, & Sodikin (2018) pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana pendidikan yang
tinggi maka seseorang akan semakin luas pengetahuannya. Semakin
pengetahuan meningkat maka akan meningkatkan kesadaran diri terhadap
kesehatannya, gaya hidup sehat, patuh terhadap terapi dan meningkatnya
kualitas hidup.
4. PENUTUP
Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, berusia 56
– 65 tahun, berpendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), tidak bekerja, lama
menderita diabetes 1 – 10 tahun, pernah mengalami gula darah rendah, dan
mendapatkan informasi tentang gula darah rendah dari pelayanan kesehatan.
Pengetahuan hipoglikemia pada penyandang diabetes tipe 2 di wilayah
Kabupaten Sukoharjo yaitu pengetahuan sedang dikarenakan penyandang
diabetes sering terpapar informasi atau pernah diberikannya pendidikan
kesehatan tentang hipoglikemia dan pernah mengalami gula darah rendah

10
sehingga dapat mengenali tanda dan gejalanya. Bagi responden untuk
mendeteksi dini terhadap tanda gejala hipoglikemia sebagai upaya dalam
pencegahan terjadinya hipoglikemia.

DAFTAR PUSTAKA
Allorerung, D. L., Sekeon, S. A., & Joseph, W. B. (2016). Hubungan antara
Umur, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Diabetes
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado Tahun
2016. Seluruh Jurnal, 8(3), 1-8. Retrieved from
http://medkesfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/JURNAL-Desy-L.-
Allorerung.pdf
Azwar, A., & Prihartono, J. (2014). Metodologi Penelitian. Tangerang Selatan:
Binarupa Aksara Publisher.
Baynest, H. W. (2015). Classification, Pathophysiology, Diagnosis and
Management of Diabetes Mellitus. Journal of Diabetes & Metabolism,
06(05). https://doi.org/10.4172/2155-6156.1000541
Black, Joyce M & Hawks, J. H. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Elsevier :
Singapura: PT Salemba Medika.
Carsel, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan. Yogyakarta:
Penebar Media Pustaka.
Chaidir, R., Wahyuni, A. S & Furkhani, D. W. (2017). Hubungan Self Care
Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Endurance : Kajian
Ilmiah Problema Kesehatan, 2(2), 132-144 Retrieved from
https://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/view/1357
Damayanti, S. (2016). Efektifitas Senam Diabetes Melitus Dengan Tekanan Darah
Sistolik Dan Diastolik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kelompok
Persadia RS Jogja. Medika Respati : Jurnal ilmiah kesehatan, 020, 1–5
http://scholar.google.co.id/scholar?q=DAMAYANTI+S+EFEKTIFITAS+S
ENAM+DIABETES&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart

11
Desouza, C. V., Bolli, G. B & Fonseca, V. (2010). Hypoglicemia, Diabetes, And
Cardiovascular Events. Diabetes Care, 33(6), 1389-1394 Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20508232
Engkartini, Kongingah, L & Sodikin. (2018). Hubungan Pengetahuan Penderita
DM Tipe 2 Tentang Komplikasi Diabetes Jangka Panjang (Kronis) Terhadap
Motivasi Self Care. Jurnal Penelitian Keperawatan, Vol 4(1) 38-43.
http://jurnalbaptis.hezekiahteam.com/jurnal/index.php/keperawatan/article/vi
ew/312/285
Herath, H. M. M., Weerasinghe, N.P., Dias, H & Weerarathna, T.P. (2017).
Knowledge, Attitude And Practice Related To Diabetes Mellitus Among The
General Public In Galle District In Southern Sri Lanka : A Pilot Study. BMC
Public Health, 17(1), 535.
https://link.springer.com/content/pdf/10.1186/s12889-017-4459-5.pdf
International Diabetes Federation. (2017). IDF DIABETES ATLAS Eighth edition
2017 (8th ed.; B. M. Suvi Karuranga, Joao da Rocha Fernandes, Yadi Huang,
Ed.). Retrieved from www.diabetesatlas.org
International Diabetes Federation and the DAR International Alliance (IDF-
DAR). (2016). Practical Guidelines. Brussels, Belgium: International
Diabetes Federation. http://www.deralliance.org/deralliance/wp-
content/uploads/IDF-DAR-Practical-Guidelines_15-April-2016_low.pdf.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Cegah, Cegah, dan Cegah:
Suara Dunia Perangi Diabetes. Retrieved from Senin, 10 Desember 2018
00:00:00 website: www.depkes.go.id.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Kurang aktivitas fisik
berpotensi alami penyakit tidak menular. 9–10.
https://dinkes.pringsewukab.go.id/detailpost/kurang-aktivitas-fisik-
berpotensi-alami-penyakit-tidak-menular
Khasanah, U., Anwar, S., Sofiani, Y., Kurwiyah, N & Nurhayati, N. (2019).
Edukasi Masyarakat Dalam Peningkatan Dan Perawatan Hipertensi Dan DM
Desa Kaliasin Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tanggerang. In Prosiding

12
Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ, E-ISSN: 2714-6286.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat/article/viewFile/5432/3642
Kunaryanti., Andriyani, A & Wulandari, R. (2018). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus Dengan Perilaku Mengontrol Kadar
Gula Darah. Jurnal Kesehatan, 11(1).
http://journals.ums.ac.id/index.php/JK/article/view/7007/4152
Kurniawaty, E & Yanita, B. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Majority, 5(2), 27-31.
http://jurnal.fk.unila.ac.id/index.php/Majority/article/viewFile/489/180
Lathifah, N. L. (2017). Hubungan durasi penyakit dan kadar gula darah dengan
keluhan subyektif penderita diabetes melitus. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 5(2),231-239.
https://pdfs.semanticscholar.org/aac7/fbb17fff75557baa21a1f13b71279ed2fb
29.pdf
Lewis, S. L & Dirksen, S. R. (2011). Medical Surgical Nursing Assessment and
Management of Clinical Problem (8th ed.; Kristian Geen, Ed.). United States
of America: Elsevier.
Masithoh, R. F & Priyanto, S. (2017). Optimalisasi Self Moitoring Blood Glucose
Pasien Diabetes Melitus Dalam Melakukan Deteksi Episode Hipoglikemia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Magelang. Urecol, 73-82, ISSN 2407-
9189. http://journal.ummgl.ac.id/index.php/urecol/article/view/1316/839
Nguyen, K. T., Diep, B. T. T., Nguyen, V. D. K., Lam, H. Van, Tran, K. Q., &
Tran, N. Q. (2019). A Cross-sectional Study to Evaluate Diabetes
Management, Control and Complications in 1631 Patients with type 2
Diabetes in Vietnam. Birdem Medical Journal, 7(1), 1-10
https://doi.org/doi.org/10.1007/s13410-019-00755-w.
Nur, A., Wilya, V & Ramadhan R. (2016) Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien
Diabetes Mellitus Terhadap Kadar Gula Darah Di Rumah Sakit Umum dr.
Fauziah Bireuen. Sel Jurnal Penelitian Kesehatan, 3(2), 41-48.
http://202.70.136.138/index.php/sel/article/view/6381/4815
Ortiz, M. R. (2017). Hypoglycemia in Diabetes. Nursing Clinics of North

13
America, 52(4), 565–574. https://doi.org/10.1016/j.cnur.2017.07.006.
Purwanti, O.S. (2013). Hubungan Faktor Risiko Neuropati Dengan Kejadian
Ulkus Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rsud Moewardi Surakarta.
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan, 130–134. ISSN: 2338-2694.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3403/19.%20OKTI.
pdf?sequence=1&isAllowed=y

Purwanti, O.S., Pratama, A.N & Dewi, V.Y. (2016). Peningkatan Kemampuan
Kader Kesehatan Dalam Pengelolaan Diabetes Melitus, Di Wilayah Kerja
Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo. Journal Komunikasi Kesehatan,
VII(2). https://docplayer.info/40614335-Peningkatan-kemampuan-kader-
kesehatan-dalam-pengelolaan-diabetes-melitus-di-wilayah-kerja-puskesmas-
gatak-kabupaten-sukoharjo.html
Purwanti, O.S., Yetti, K & Herawati, T. (2016). Duration Of Diabetic Correlated
Diseases With Diabetic Foot Ulcers At Dr Moewardi Hospital Of Surakarta.
International Conference on Health and Well-Being, 359-362.Retrieved from
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/7424/44-Okti Sri
Purwanti.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Purwanti, O.S., Yetti, K., Herawati, T., Sudaryanto, A & Daryani. (2016). Study
On The Relationship Between Blood Glucose Control And Diabetic Foot
Ulcers At Dr. Moewardi Hospital Of Surakarta. The 2nd International
Conference on Science, Technology, and Humanity, ISSN: 2477-3328.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/7488/28%20OSP.p
df?sequence=1
Ristanto, R. (2015). Pencegahan Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, 3(2), 57-63. http://jurnal.poltekkes-
soepraoen.ac.id/index.php/HWS/article/download/113/46
Rusdi, M. S & Afriyeni, H. (2019). Pengaruh Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Terhadap Kepatuhan Terapi Dan Kualitas Hidup. Journal Of
Pharmaceutical And Sciences, 2(1), 24-29. https://www.journal-
jps.com/index.php/jps/article/download/13/12
Setiyorini, E & Wulandari, N. A. (2017). Hubungan Lama Menderita Dan
Kejadian Komplikasi Dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes

14
Mellitus. Research Report, 75-82. http://research-
report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/viewFile/1194/1413
Supriyadi. (2014). Statistik Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sutawardana, J. H., Yulia & Waluyo, A. (2016). Studi fenomenologi pengalaman
penyandang diabetes melitus yang pernah mengalami episode hipoglikemia.
NurseLine Journal, 1(1), 159–175.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/77286/Jon%20HS
%2C%20Yulia%2C%20Agung%20W_Jurnal_ISSN%202540-
7937_STUDI%20FENOMENOLOGI%20PENGALAMAN%20PENYANDAN
G_%28PSIK%29.pdf?sequence=1
Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Syahdrajat, T. (2015). Panduan Menulis Tugas Akhir Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Syamsiyah, N. (n.d.). Berdamai Dengan Diabetes.
Tandra, H. (2013). Life Healthy With Diabetes. Yogyakarta: Rapha Publishing.
World Health Organization. (2018). Diabetes. https://www.who.int/health-
topics/diabetes.
Zainuddin, M., Utomo, W & Herlina. (2015). Hubungan Stres Dengan Kualitas
Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Online Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 2(1), 890-898.
https://media.neliti.com/media/publications/188387-ID-hubungan-stres-
dengan-kualitas-hidup-pen.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai