Anda di halaman 1dari 73

GAMBARAN STATUS GIZI DAN KADAR GLUKOSA DARAH

PUASA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2


DI PUSKESMAS GUNTUR 1

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :
Feni Fitriyani
NIM: 30901800067

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022
GAMBARAN STATUS GIZI DAN KADAR GLUKOSA DARAH
PUASA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2
DI PUSKESMAS GUNTUR 1

SKRIPSI

Oleh :
Feni Fitriyani
NIM: 30901800067

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022

i
ii
iii
iv
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Skripsi, Januari 2022

ABSTRAK

Feni Fitriyani, Retno Setyawati, Mohammad Arifin Noor


GAMBARAN STATUS GIZI DAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS GUNTUR 1
51 halaman + 10 tabel + 2 gambar + 14 halaman depan + 14 lampiran

Latar Belakang: Diabetes mellitus tipe 2 merupakan ketidakmampuan sel-sel tubuh untuk
merespon insulin secara penuh, sehingga menyebabkan resistensi insulin. Pencapaian status gizi
yang baik dapat menurunkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes. Pemeriksaan kadar
glukosa dapat puasa untuk mengetahui adanya reaksi hipoglikemik dengan mengukur setelah 8 jam
berpuasa. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran status gizi dan kadar glukosa darah puasa
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Guntur 1
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner demografi, hasil pemeriksaan laboratorium,
serta pengukuran status gizi. Jumlah responden sebanyak 81 orang dengan teknik purposive
sampling. Data dianalisis statistic menggunakan uji univariat dengan menyajikan frekuensi variabel.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 81 responden, mayoritas memiliki
karakteristik umur lansia akhir sebanyak 37,0%, jenis kelamin dominan perempuan sebanyak
80,2%, pendidikan dominan SD sebanyak 71,6%, Pekerjaan mayoritas sebagai petani sebanyak
48,1%, mayoritas lama menderita diabetes < 5 tahun, mayoritas ada riwayat keturunan sebanyak
60,5%. Status gizi berdasarkan indeks massa tubuh mayoritas normal 45,7%, gemuk 27,2% dan
obesitas 24,7%. Status gizi berdasarkan lingkar lengan atas dominan normal sebanyak 72,8% dari
pada kekurangan energi kronis sebanyak 27,2%. Rata-rata kadar glukosa darah puasa yaitu 221.98
mg/dl.
Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Puskesmas Guntur 1 memiliki status gizi yang normal, gemuk dan obesitas serta memiliki kadar
glukosa darah puasa tinggi.

Kata kunci: Status Gizi, Kadar Glukosa Darah Puasa, Diabetes Mellitus Tipe 2
Daftar Pustaka: 77 (2012 -2021)

v
NURSING SCIENE STUDY PROGRAM
FACULTY OF NURSING SCIENCE
ISLAMIC UNIVERSITY OF SULTAN AGUNG SEMARANG
Thesis, January 2022

ABSTRACT

Feni Fitriyani, Retno Setyawati, Mohammad Arifin Noor


DESCRIPTION OF NUTRITIONAL STATUS AND FASTING BLOOD GLUCOSE
LEVELS IN PEOPLE WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS IN PUSKESMAS GUNTUR
1
51 pages + 10 tables + 2 images + 14 front pages + 14 appendices

Bakground: Type 2 diabetes mellitus is the inability of the body’s cells to respond fully to insulin,
thus causing insulin resisence. Achieving good nutrional status can lower blood glucose levels in
diabetics. Examination of glucose levels can be fast to find out he presence of hypoglycemic
reactions by measuring after 8 hours of fasting. The purpose of the sudy to find out the description
of nutrional status and fasting blood glucose levels in people with type 2 diabetes mellitus in
Puskesmas Guntur 1
Methods: This research is quantitative desriptive research with a cross sectional approach. Data
collection uses demographic questionnaires, laboratory examination results, as well as nuttrional
status measurements. The number of respondents as many as 81 people with purposive sampling
techniques. Data is analyzed statistically using univariate tests by presenting variable frequencies.
Results: Based on the results of the study showed that of 81 respondents, the majority had the
characterisics of final elderly age as much as 37,0%, the dominant sex of women as much as 80,2%,
primary education as much as 71,6%, majority employment as farmers as much as 48.1%, the
majority have long suffered from diabetes < 5 years, the majority there is a history of offspring as
much as 60.5%. nutrional status based on normal dominant upper arm ccircumference is 72,8% off
chronic energy deficiency of 27,2%. The average fasting blood glucose level is 221.98 mg/dl.
Conclusion: From the results of the study it can be concluded that people with type 2 diabetes
mellitus in Puskesmas Guntur 1 have normal nutritional status, fat and obesity and have high asting
blood glucose levels.

Keyword:Nutrional Status, Fasting Blood Glucose Levels, Type 2 Diabetes Mellitus


Bibliography: 77 (2012-2021)

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan Rahmat-Nyalah sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Gambaran Status Gizi dan Kadar Glukosa Darah Puasa di Puskesmas
Guntur 1”. Penulisan proposal skripsi ini dilakukan unuk memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada program sudi S1
Keperawatan pada jurusan Ilmu Keperawatan Unversitas Islam Sultan Agung
Semarang. Proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Saya ucapkan
terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Gunarto,SH.,M.Hum selaku Rektor Universitas Islam Sultan


Agung Semarang
2. Iwan Ardian SKM. M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Unversitas Islam Sultan Agung
3. Ns. Indra Tri Astuti S.Kep. M.Kep. Sp.Kep.An. selaku Ketua Prodi S1
Keperawatan Fakulas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung
Semarang
4. Ns. Retno Setyawati, M.Kep., Sp.KMB. selaku dosen pembimbing I yang
telah sabar meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan
bimbingan, ilmu serta motivasi selama penyusunan skripsi
5. Ns. Mohammad Arifin Noor, M.Kep.,Sp.KMB selaku dosen pembimbing
II yang telah sabar meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan
bimbingan, ilmu serta nasihat dan kritik serta saran yang bermanfaat dalam
penyususan skripsi
6. Ns. Ahmad I Amal, MAN. selaku dosen penguji I yang telah meluangkan
waktu dan tenaganya selama menguji sidang skripsi
7. Seluruh Dosen pengajar Dan Staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universias
Islam Sultan Agung Semarang yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan serta bantuan kepada penulis selama menempuh studi
8. Ibu dr. Rokhis Saidah selaku Kepala Puskesmas Guntur I yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas tersebut

vii
9. Seluruh Perawat serta Bidan Puskesmas Guntur I yang telah membantu
penulis dalam melakukan penelitian di Puskesmas tersebut
10. Bapak Muh Sayidi dan Ibu Siti Martiah, selaku kedua orang tua tercinta
yang selalu memberikan kasih sayang dan doa serta dukungan yang tiada
henti, yang selalu memberikan nasihat, yang tak kenal lelah dan gigih dalam
bekerja untuk membiayai pendidikan putrinya, tanpa doa, kasih sayang,
nasehat serta kerja keras beliau mungkin saya tidak dapat berada dititik ini,
serta Adik saya Vera Anggraeni yang senantiasa memotivasi dalam
pembuatan skripsi ini
11. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan serta semangat dalam
pembuatan skripsi ini
12. Teman-teman angkatan 2018 Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula yang
selalu memberikan semangat satu sama lain dalam proses penulisan skrpsi
13. Teman-teman satu bimbingan dan satu departemen keperawatan medical
bedah, yang selalu mengigatkan untuk bimbingan dan mengerjakan agar
bisa sidang dengan tepat waktu

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan


skripsi ini. Namun demikian, penulis selalu berusaha untuk memberikan yang
terbaik. Kiranya Skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang
membacanya.

Terimakasih.

Semarang, 11 Januari 2022

Feni Fitriyani

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 7

A. Tinjauan Teori ........................................................................................ 7


1. Diabetes Mellitus ............................................................................. 7
a. Pengertian Diabetes Mellitus ..................................................... 7
b. Klasifikasi Diabetes Mellitus ..................................................... 7
c. Faktor Risiko Diabetes Mellitus................................................. 8
d. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus ......................................... 10
e. Komplikasi Diabetes Mellitus ................................................... 12

ix
f. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ............................................ 14
2. Status Gizi ........................................................................................ 15
a. Pengertian Status Gizi ................................................................ 15
b. Klasifikasi Status Gizi ................................................................ 16
c. Pengukuran Status Gizi .............................................................. 16
3. Kadar Glukosa Darah ....................................................................... 18
a. Pengertian Kadar Glukosa Darah .............................................. 18
b. Pengendalian Kadar Glukosa Darah ......................................... 18
c. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah .......................................... 19
B. Kerangka Teori....................................................................................... 21

BAB III METODELOGI PENELTIAN ............................................................ 22

A. Kerangka Konsep ................................................................................... 22


B. Variabel Penelitian ................................................................................. 22
C. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 22
D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 23
E. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 24
F. Definisi Operasional............................................................................... 25
G. Instrument atau Alat Pengumpulan Data .............................................. 26
H. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 27
I. Rencana Analisis Data ........................................................................... 29
J. Etika Penelitian ...................................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 32
A. Pengantar Bab ........................................................................................ 32
B. Analisa Univariat ................................................................................... 32
1. Karakteristik Responden .................................................................. 32
2. Status Gizi ........................................................................................ 35
3. Kadar Glukosa Darah Puasa ............................................................ 36

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 37

A. Pengantar Bab ........................................................................................ 37

x
B. Interpretasi Dan Diskusi Hasil ............................................................... 37
1. Karakteristik Responden .................................................................. 37
2. Status Gizi ........................................................................................ 45
3. Kadar Glukosa Darah Puasa ............................................................ 47
C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 48
D. Implikasi Penelitian ................................................................................ 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 50

A. Kesimpulan ............................................................................................ 50
B. Saran ....................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 52

LAMPIRAN ....................................................................................................... 59

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Operasional ............................................................................ 25


Tabel 3. 2 Definisi Operasional ........................................................................... 26
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia ............................................... 32
Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 33
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendidikan ...................................... 33
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pekerjaan) ....................................... 34
Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Lama Menderita ............................ 34
Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi berdasarkan Riwayat Keturunan ........................ 35
Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh .... 35
Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Lingkar Lengan Atas . 36
Tabel 4. 9 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Puasa .............................. 36

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori................................................................................. 21


Gambar 3. 1 Kerangka Konsep ............................................................................. 22

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat ijin study pendahuluan ............................................................. 60


Lampiran 2 Surat balasan ijin study pendahuluan ................................................ 61
Lampiran 3 Surat ijin pengambilan data penelitian .............................................. 62
Lampiran 4 Surat balasan ijin pengambilan data penelitian ................................. 63
Lampiran 5 Surat keterangan lolos uji etik ........................................................... 64
Lampiran 6 Surat permohonan menjadi responden .............................................. 65
Lampiran 7 Surat persetujuan menjadi responden ................................................ 66
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian .......................................................................... 67
Lampiran 9 Tabulasi data ..................................................................................... 68
Lampiran 10 Hasil pengolahan data SPSS ............................................................ 72
Lampiran 11 Dokumentasi penelitian ................................................................... 75
Lampiran 12 Lembar Konsultasi bimbingan......................................................... 76
Lampiran 13 Jadwal kegiatan penelitian ............................................................... 80
Lampiran 14 Daftar riwayat hidup ........................................................................ 81

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) ialah sekelompok kendala metabolisme yang

diisyarati dengan peningkatan kandungan glukosa darah sebab kelainan sekresi

insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. DM menyebabkan komplikasi akut

seperti hipoglikemia, hiperglikemik dan ketosidosis diabetik. Hiperglikemia

jangka panjang mungkin berperan dalam perkembangan komplikasi

mikrovaskuler, makrovaskuler, dan kerusakan vaskuler perifer (Brunner &

Suddarth, 2013).

Penderita DM di Dunia pada tahun 2019 sebesar 463 juta (International

Diabetes Federation, 2019). Prevalensi DM di Indonesia diahun 2013 sebesar

1,5% (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Pada tahun 2018 mengalami

peningkatan sebesar 2% (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Prevalensi DM di

Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 19.4933, dan tahun 2013 turun sebesar 9.376

(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Pada 2019 mengalami

peningkatan sebesar 625.822 dan untuk kota Demak prevalensi DM sebesar

5.861 (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2019).

Diabetes mellitus dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya usia, jenis

kelamin, keturunan, aktifitas fisik, pola makan, konsumsi alkohol dan status gizi

yaitu obesitas (Fandinata & Ernawati, 2020). Obesitas erat kaitannya dengan

resistensi insulin, karena mencegah penyerapan glukosa dalam otot dan sel

1
2

lemak memiliki risiko terjadinya komplikasi kardiovaskuler, stroke dan DM

tipe 2 (Nasution & Jauhari, 2015).

Obesitas dapat dilihat dari penilaian status gizi menggunakan indikator

indeks massa tubuh (IMT), sebaliknya untuk mengenali kekurangan energi

kronik (KEK) dilihat dari pengukuran rasio lingkar lengan atas (LILA).

Pencapaian status gizi baik erat kaitannya dengan kandungan glukosa darah

pada pengidap diabetes. Status gizi mengacu pada keadaan tubuh yang

disebabkan oleh konsumsi makanan dan penggunaannya, serta

ketidakseimbangan jumlah asupan gizi antara kebutuhan tubuh (Bancin &

Christy, 2020). Tujuan dilakukan status gizi unuk mengidentifikasi individu

atau kelompok yang memiliki risiko masalah gizi (Par’i et al., 2017).

Penyakit diabetes menyebabkan keidaksetabilan glukosa yaitu kenaikan

glukosa dalam rentan normal (Damayanti, 2015). Kadar glukosa dapat dikontrol

dengan diet, olahraga, menjaga berat badan, pengobatan dan pemeriksaan

glukosa darah secara teratur guna mempertahankan dan mencapai kadar glukosa

darah normal (Syahrizal & Puspita, 2020). Pemeriksaan glukosa dapat

dilakukan dengan berbagai jenis pengecekan kandungan glukosa darah

sewaktu, puasa, post prandial serta HbA1c (Simatupang, 2020).

Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (GDP) digunakan buat mengenali

terdapatnya diabetes ataupun respon hipoglikemik dengan mengukur setelah 8

jam berpuasa (Simatupang, 2020). Pemeriksaan kadar GDP untuk mengetahui

keseimbangan glukosa secara keseluruhan atau homeostatis glukosa dengan

metode hexokinase yaitu pemeriksaan glukosa darah yang menggunakan


3

metode spektrofometer yang mana sempel yang digunakaan darah vena dan

kapiler atau arteri saat keadaan tertentu (Damayanti, 2015). Kadar GDP 80 –

130 mg/dl dikatakan terkontrol, sedangkan < 80 mg/dl ataupun > 130 mg/dl

dikatakan tidak terkontrol (Perkeni, 2021).

Penelitian yang dilakukan (Suryani et al., 2016) mengenai status gizi DM

tipe 2 berdasarkan antropometri, didapatkan data sebesar 33,3% status gizi IMT

kategori obesitas, 60% status gizi lingkar lengan atas kategori KEK dan 63,3 %

status gizi lingkar pinggang kategori obesitas sentral. Penelitian sebelumnya

dilakukan oleh (Septiana et al., 2015) tentang status gizi DM tipe 2 berdasarkan

IMT, sebesar 40,5 % mengalami berat badan yang beresiko, dan 37,8 %

mengalami obesitas. Penelitian sebelumnya juga dicoba oleh (Harsari et al.,

2018), pada pengidap DM tipe 2 status gizi dengan kadar glukosa darah

memiliki keeratan hubungan. Pengendalian glukosa darah tidak hanya terpaku

pada status gizi, namun pola makan, olahraga dan terapi farmakologis harus

diperhatikan.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Guntur 1 diperoleh data

dalam 3 bulan terakhir sebanyak 306 penderita DM tipe 2. Dari buku kontrol

prolanis didapatkan data status gizi berdasarkan indeks massa tubuh sangat

kurus sebanyak 49 orang, kurus 55 orang, normal 78 orang, gemuk 67 orang

dan obesitas 57 orang. Dari data yang didapatkan banyak penderia DM tipe 2

dengan IMT yang normal namun pada kadar glukosa darah puasanya tinggi dari

rentan normal. Obat yang diberikan kepada penderita yaitu glimepiride

amlodipine dan metformin. Berdasarkan wawancara dengan pasien didapatkan


4

hasil sudah lama menderita DM tipe 2 untuk asupan makanan, pasien

mengatakan mengkonsumsi nasi, lontong sayur, roti, gorengan, minum air

putih, teh dan kopi.

Bersumber pada fenomena diatas peneliti tertarik buat melaksanakan riset

terkait gambaran status gizi dan kadar glukosa darah puasa pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Guntur 1.

B. Rumusan Masalah

Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan metabolisme ditandai

menggunakan peningkatan kadar glukosa darah sebab kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, atau keduanya. Pada DM tipe 2 faktor resiko yang berpengaruh

adalah status gizi yaitu obesitas meningkatkan resistensi insulin karena

mencegah penyerapan glukosa dalam otot dan sel lemak. Obesitas dapat dilihat

dengan mengukur status gizi berdasarkan indikator IMT, sedangkan untuk

mengetahui kekurangan energi kronik dari pengukuran rasio LILA. Status gizi

mengacu pada keadaan tubuh yang disebabkan oleh konsumsi makanan dan

penggunaannya. Pencapaian status gizi yang baik memiliki keeratan dengan

kandungan glukosa darah pengidap diabetes. Diabetes menyebabkan

ketidaksetabilan glukosa dalam darah. Pemeriksaan kadar glukosa dapat

dilakukan dengan pemeriksaan kadar GDP untuk mengetahui adanya reaksi

hipoglikemik dengan mengukur setelah 8 jam berpuasa.

Rumusan masalah pada penelitian ini “Gambaran Status Gizi Dan Kadar

Glukosa Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2”.


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran status gizi dan kadar glukosa darah puasa pada

penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Guntur 1

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik penderita DM tipe 2

berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat

keturunan, lama menderita diabetes mellitus

b. Mengetahui gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan status gizi

indikator indeks massa tubuh pada daerah Puskesmas Guntur 1

c. Mengidentifikasi gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan status gizi

indikator lingkar lengan atas pada daerah Puskesmas Guntur 1

d. Mengidentifikasi gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan kadar

glukosa darah puasa pada daerah Puskesmas Guntur 1

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Perawat

Sebagai salah satu informasi, kajian, pembaharuan materi dalam

pembelajaran untuk tenaga kerja profesi keperawatan terkait status gizi dan

kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2.

2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Sebagai acuan dan masukan meningkatkan pemberian informasi dan

pelayanan bagi penderita DM tipe 2 dengan status gizi yang lebih dan kadar

glukosa darah puasa tidak terkontrol


6

3. Bagi Pasien

Sebagai bahan pengetahuan yang lengkap untuk menjaga status gizi

yang baik dan kadar glukosa darah puasa terkontrol agar tidak terjadi

komplikasi.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Sebagai referensi selanjutnya yang ingin melakukan penelitian tentang

gambaran status gizi dan kadar glukosa darah puasa pada penderita diabetes

mellitus tipe 2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Diabetes mellitus

a. Pengertian diabetes mellitus

Diabetes mellitus ialah gangguan metabolik glukosa darah tinggi,

karena sel tidak merespon insulin yang diproduksi atau tidak dapat

memproduksi insulin yang cukup (Pramukanto, 2013).

Diabetes mellitus adalah penyakit degeneratif kronis yang ditandai

menggunakan kerusakan pankreas sebagai penghasil hormon insulin,

yang menyebabkan peningkatan kadar gula darah, menyebabkan

berbagai ketidaknyamanan dan komplikasi (Irwan, 2016).

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan ketidakmampuan sel-sel tubuh

untuk merespon insulin secara penuh (hiperglikemia), sehingga

menyebabkan resistensi insulin, dalam keadaan resistensi insulin,

sehingga menyebabkan hormon menjadi tidak efektif, dan kemudian

lama kelamaan akan meningkatan produksi insulin (International

Diabetes Federation, 2019).

b. Klasifikasi diabetes mellitus

Tiga tipe diabetes menurut (Brunner & Suddarth, 2013) :

1) Diabetes mellitus tipe 1

7
8

Rusaknya sel beta pancreas ditimbulkan oleh faktor imunologi dan

faktor genetik. Biasanya sebelum umur 30 tahun dengan tiba-tiba,

tindakan pengendaliannya, yaitu pemberian suntikan insulin.

2) Diabetes mellitus tipe 2

Jumlah insulin yang diproduksi berkurang atau resistensi insulin

berkurang. Tindakan yang dilakukan adalah diet dan olahraga.

Pasien obesitas dan berusia diatas 30 tahun, biasanya menderita

diabetes tipe 2.

3) Diabetes mellitus gestasional

Kondisi intoleransi karbohidrat dengan setiap derajat pada trimester

kedua atau ketiga kehamilan meningkatkan risiko komplikasi

selama kehamilan atau persalinan baik ibu atau anak yang akan

dilahirkan.

4) Diabetes mellitus tipe yang spesifik yang memiliki kaitan dengan

penyebab lain

Sindrom dengan diabetes monogenic, seperti diabetes neonatal serta

mengalami maturnity-onset diabetes of the young. Bisa juga

disebabkan oleh obat-obatan atau bahan kimia.

c. Faktor risiko diabetes mellitus

Klasifikasi faktor yang menjadi pemicu kejadian diabetes mellitus

yaitu:

1) Faktor tidak dapat dimodifikasi adalah bersifaat bawaan dari genetik

dan tidak dapat diubah (Fandinata & Ernawati, 2020).


9

a) Usia

Usia diatas 40 tahun mulai mengalami penurunan organ

tubuh terutama sistem endokrin. Proses penuaan menurunkan

produksi insulin dikarenankan kemampuan sel beta pancreas

menurun.

b) Jenis kelamin

Penderita diabetes mellitus berdasarkan jenis kelamin sangat

lebih beresiko pada perempuan karena secara fisik perempuan lebih

cenderung meningkatkan distribusi lemak badan mudah

terakumulasi karena proses hormonal.

c) Faktor keturunan

Keturunan memiliki pengaruh yang besar terhadap kejadian

diabetes. Diabetes adalah kromosom seks atau penyakit yang

berhubungan seks. Secara umum, laki-laki adalah korban

sebenarnya, sedangkan perempuanlah yang mewariskan gen kepada

anak-anak mereka.

2) Faktor yang dapat dimodifikasi adalah dapat dirubah atau

dikendalikan (Fandinata & Ernawati, 2020).

a) Obesitas

Semakin banyak jaringan adiposa di tubuh, semakin besar

daya tahan tubuh terhadap insulin. Lemak menghambat kerja

insulin, mencegah glukosa diangkat kedalam sel sehingga di

pembuluh darah menumpuk, menyebabkan peningkatan glukosa.


10

b) Aktifias fisik

Olahraga membuat sel manusia lebih sensitive terhadap

insulin karana dapat mengubah glukosa menjadi energy sehingga

dapat membantu mengontrol glukosa.

c) Pola makan

Gangguan sekresi dan kerja insulin dapat terjadi karena

malnutrisi dan kelebihan berat badan. Penderita harus menerapkan

3 J (jumlah, jadwal dan jenis makan). Penderita harus mampu

meminum obat anti diabetes (OAD) dalam dosis yang diberikan.

Penderita harus dapat mengikuti jadwal makanan yang diberikan

sehingga OAD dapat dengan mudah disesuaikan dengan dosis yang

diberikan. Penderita harus bisa mematuhi jenis makanan yang tidak

boleh dimakan, seperti makan makanan yang tinggi gula.

d) Konsumsi Alkohol

Alkohol adalah zat psikoaktif yang menghasilkan zat yang

membuat konsumen ketergantungan. Minum tanpa batas secara

terus menererus dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan.

Alkohol dapat menyebabkan gangguan produksi insulin yang pada

akhirnya diabetes.

d. Manifestasi klinis diabetes mellitus

Tanda-tanda klinis kejadian diabetes mellitus (Suryati, 2021).

1) Peningkatan produksi urin (poliuria)


11

Tubuh sering berkemih dalam jumlah yang banyak karena

terjadi kelainan pada produksi urin didalam ttubuh yang tidak

normal. Karena aktivitas osmotik glukosa, air tidak diserap kembali

oleh tubulus ginjal, mengakibatkan hilangnya air, glukosa dan

elektrolit.

2) Sering kali merasa haus (polidipsia)

Kondisi dimana rasa haus berlebihan karena akibat dari sering

kencing. Dehidrasi sekunder akibat polyuria menyebabkan rasa

haus.

3) Peningkatan nafsu makan (polifagia)

Kondisi sering merasa lapar akibat glukosa darah tidak dapat

semuanya diserap oleh tubuh yang mengakibatkan tubuh

kekurangan energi. Kelaparan sekunder terhadap katabolisme

jaringan menyebabkan rasa lapar.

4) Mudah lelah

Kondisi tubuh mudah merasa kelelahan karena cairan yang

dikeluarkan dalam jumlah yang banyak. Penurunan kadar plasma

menyebabkan hipertensi ortostotik, kehilangan kalium serta

katabolisme protein menyebabkan kelemahan.

5) Berat badan menurun

Menurunnya berat badan disebabkan tubuh kekurangan

glukosa untuk menghasilkan energi akibat metabolisme glukosa

terganggu yang tidak dapat menyimpan glukosa dalam tubuh.


12

Kehilangan awal sekunder akibat penipisan air, glukosa, dan

trigliserid; kehilangan kronis sekunder akibat hilangnya massa otot

karena asam amino ditransfer untuk membentuk glukosa dan keton.

6) Sering mengalami kesumutan

Hal ini biasanya disebabkan karena terdapat kerusakan pada

pembuluh darah, akibatnya akan mengalami pengurangan pada

darah yang biasanya mengalir diujung saraf tersebut.

7) Luka sulit sembuh

Luka yang sulit sembuh adalah efek lain kerusakan pada

pembuluh darah atau syaraf. Pada kerusakan ini penderita pada saat

terjadi luka tidak merasakan sakit.

e. Komplikasi diabetes mellitus

Penderita DM sering menyebabkan komplikasi makrovaskuler serta

mikrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler dapat disebabkan oleh

resistensi insulin. Sedangkan komplikasi mikrovaskuler penyebabnya

karena hiperglikemia kronik.

1) Penyakit arteri koroner

Pada DM tipe 2 terdapat resistensi insulin dan hiperglikemia kronik

menyebabkan stress oksidatif, inflamasi, serta gangguan

ketersediaan oksida nitrat dalam endotel vaskuler. Kerusakan

endotel mengakibatkan terbentuknya lesi pada aterosklerosis

coroner sehingga menyebabkan penyakit kardiovaskuler (CVD).

2) Penyaki serebrovaskuler
13

Stroke pada klien DM mungkin berhubungan dengan

perkembangan nefropati diabetic serta konsekuensi dari proteinuria,

hipertensi dan adhesi trombosit. Pencegahan termasuk mengontrol

darah tinggi, kadar lemak dan obesitas, berhenti merokok,

berolahraga dan menjalankan nutrisi yang baik.

3) Ulkus Kaki Diabetik

Penyakit yang terjadi pada kaki penderita yang mempunyai

karakteristik seperti gangguan pembuluh darah tungkai serta

neuropati sensorik, motoric dan otonom. Ulkus diabetik merupakan

komplikasi serius dan banyak ampuasi juga telah dilakukan.

4) Retinopati diabetik

Gangguan retina akibat diabetes disebabkan oleh glikosilasi protein,

iskemika, dan mekanisme hemodinamik. Manifestasi klinis

retinopati tidak berkembang menjadi stadium lanjut, ketika klien

memiliki masalah penglihatan akut. Penglihatan kabur adalah gejala

umum dari kadar glukosa darah tinggi yang tidak normal.

5) Nefropati

Neropati melibatkan kerusakan dan akhirnya hilangnya kapiler yang

mensuplai glomerulus ginjal. Kerusakan ini pada gilirannya

menyebabkan perubahan dan gejala patologis kompleks. Intervensi

cepat serta memadai untuk infeksi ginjal serta kandung kemih dapat

mencegah penyebab gagal ginjal. Kontrol tekanan darah serta


14

kontrol glikemik yang ketat dapat membantu memperlambat

perkembangannya.

6) Neuropati

Neuropati adalah komplikasi kronis paling umum dari DM. karena

serabut saraf tidak memiliki suplai darah sendiri, mereka bergantung

pada difusi nutrisi dan oksigen melintasi membran. Klien dengan

kadar gula darah tinggi sering mengalami nyeri syaraf. Neuralagia

biasanya muncul seperti mati rasa, kesemutan, atau sensasi terbakar

yang membuat klien tetap terjaga di malam atau berhenti melakukan

tugas sehari-hari (Maria, 2021).

f. Penatalaksanaan diabetes mellitus

Pengobatan agar mencapai kadar glukosa normal untuk mengurangi

terjadinya komplikasi vaskuler dan neurologis (Brunner & Suddarth,

2013).

1) Nutrisi

Manajemen diet untuk membantu pasien diabetes meningkatkan

kontrol metabolisme dengan mengubah perilaku makan. Tujuan

khusus meliputi; meningkatkan tingkat lipid glukosa, menyediakan

asupan makanan harian yang konsisten untuk pasien dengan

diabetes tipe 1, mempromosikan manajemen berat badan untuk

pasien dengan diabetes tipe 2 (Maria, 2021).

2) Olahraga
15

Aktivitas fisik mengontrol kadar glukosa dengan metabolisme

karbohidrat meningkat, menjaga berat badan normal, dan

sensitivitas insulin meningkat (Maria, 2021).

3) Pengobatan

Pengobatan insulin pada diabetes tipe 1 diberikan insulin yang

cukup untuk mempertahankan hidup. Sebaliknya, diabetes tipe 2

mengkonsumsi obat diabetes secara oral. Kategori utama obat

antidiabetik oral termasuk soloniurea, biguanid, meglitinid,

tiazolidinedion, dan inhibitor alfa-glukosidase (Maria, 2021).

4) Pendidikan

Perawat melakukan pendidikan tentang keterampilan perawatan

diri seperti perawatan kaki dan manajemen faktor risiko. Pendidikan

lebih lanjut mencakup metode alternatif manajemen insulin secara

mandiri, yaitu menggunakan jarum suntik insulin untuk

menyuntikkan insulin ke dalam jaringan subkutan. informasi dasar

termasuk instruksi tentang peralatan, insulin, spuit, dan cara

mencampur insulin (Brunner & Suddarth, 2013).

2. Status gizi

a. Pengertian status gizi

Status gizi merupakan keseimbangan antara kebutuhan tubuh

dengan zat gizi dengan masuknya makanan di dalam tubuh manusia

(Supariasa, Nyoman, Dewa et al., 2016). Status gizi adalah indikator

kualitas suplai makanan sehari-hari (Banowati, 2014).


16

b. Klasifikasi status gizi

Terdapat ambang batas dalam menentukan kelompok status gizi.

Disetiap negara, pembatasan relatif berbeda, tergantung ahli gizi

memutuskannya sesuai hasil kondisi kliis di negaranya (Par’i et al.,

2017). Status gizi dikelompokkan menjadi lebih, baik , kurang dan

buruk (Supariasa, Nyoman, Dewa et al., 2016).

c. Pengukuran status gizi

1) Pengukuran langsung status gizi (Bancin & Christy, 2020) :

a) Antropometri

Antropometri ialah pengukuran bagian tubuh berbeda dengan

komposisi tubuh, derajat dan tingkat gizi yang berbeda (Bancin &

Christy, 2020). Digunakan untuk mengamati kecukupan asupan

protein dan energi dan proporsi jaringan otot dan lemak (Banowati,

2014). Pemeriksaan antropometri dapat diukur (Bancin & Christy,

2020).

(a) Tinggi badan

Ukuran antropometri mengetahui pertumbuhan tulang.

Pengukuran dapat menggunakan microtoise. Sensitivitas 0,1 cm.

penggukuran dilakukan dalam posisi tegak dan bertelanjang kaki.

(b) Berat badan

Indikator antopometri penting yang umum dipakai, dan

hasilnya sangat akurat dapat memberikan gambaran tentang status


17

gizi. Penilaian berat badan menggunakan timbangan. Pengukuran

dilakukan dalam posisi berdiri dengan ketelitian 0,1 kg.

(c) Lingkar lengan atas

Dilakukan untuk menilai penyakit kekurangan energi kronis.

Lingkar lengan atas di Indonesia untuk risiko kekurangan energi

adalah 23,5 cm.

(d) Indeks massa tubuh

Status gizi orang dewasa, terutama berat badan kurang serta

kelebihan berat badan dapat dipantau dengan indeks massa tubuh.

Indeks massa tubuh ialah indeks yang diperoleh menghitung berat

badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m).

b) Klinis

Metode ini berdasarkan pada perubahan yang terjadi akibat

malnutrisi, dapat dilihat dijaringan epitel seperti kulit, rambut dan

mukosa mulut.

c) Biokimia

Pengkajian biokimia status gizi adalah pemeriksaan specimen uji

laboratorium dari berbagai jaringan tubuh untuk menilai kekurangan

gizi yang lebih parah .

d) Biofisik

Penentuan status gizi dengan memeriksa kemampuan fungsi

terutama jaringan, serta mengamati perubahan struktur jaringan.

2) Pengukuran tidak langsung status gizi (Bancin & Christy, 2020)


18

a) Survey konsumsi makanan

Penilaian tidak langsung buat menentukan status gizi dengan

memeriksa jumlah serta jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan food

recall 24.

b) Statstik vital

Menganalisis data dari statistic kesehatan seperti kematian spesifik

usia dan terkait gizi lainnya.

c) Faktor ekologi

Faktor lingkungan sebagai hubungan aneka faktor fisik, biologis,

serta budaya. Jumlah makanan yang tersedia bergantung pada kondisi

lingkungan.

3. Kadar glukosa darah

a. Pengertian kadar glukosa darah

Glukosa adalah sumber tenaga utama bagi tubuh manusia untuk

secara bersamaan mengubah glukosa menjadi glikogen melalui proses

glikolisis (Syahrizal & Puspita, 2020). Kadar glukosa darah adalah gula

dari terbentuknya karbohidrat makanan, yang disimpan diotot rangka

dan hati sebagai glikogen yang perlu dijaga dalam kisaran normal agar

tidak terjadi gangguan pada tubuh (Simatupang, 2020).

b. Pengendalian kadar glukosa darah

Menurut Syahrizal & Puspita, 2020 kadar glukosa darah bisa

dikontrol berbagai cara :

1) Diet
19

Terapi diet digunakan untuk mencegah kadar gula darah tinggi

sesudah makan. Pada tipe 1, makanan dalam porsi besar atau kecil harus

disuntik insulin secara bersamaan karena pankreas tidak lagi bekerja.

Bagi penderita tipe 2 yang umumnya mengalami obesitas, sangat

bermanfaat untuk mengatur gula darah dan mengurangi lemak.

2) Olahraga

Olahraga bisa menurunkan kadar gula darah dengan menaikkan

kembalinya gula darah otot serta meningkatkan penggunaan insulin.

3) Menjaga berat badan

Jaringan adipose yang banyak, semakin besar resistensi tubuh dan

jaringan otot terhadap aksi insulin. Jaringan adiposa dapat memblokir

aksi insulin, mencegah glukosa memasuki sel dan terakumulas dalam

sirkulasi darah. Mengukur berat badan berlebih dapat menghitung

indeks massa tubuh.

4) Pengobatan

Perlakuan penderita tipe 1 untuk mengatasi kadar glukosa tinggi

karena pancreas tidak mampu memproduksi insulin diberikan suntikan

insulin. Penderita tipe 2 membutuhkan obat diabetes oral.

5) Pemeriksaan glukosa darah

Pemeriksaan keadaan pasien secara langsung dalam mengontrol kadar

glukosa darah. Penderita harus memeriksakan gula darahnya secara

teraur untuk mengontrol kadar gula darahnya.

c. Pemeriksaan kadar glukosa darah


20

Menurut Simatupang, 2020 pemeriksaan kandungan glukosa

terdapat berbagai jenis yakni :

1) Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu

Metode pengukuran kadar glukosa instan, terlepas dari waktu

setelah makan dan tidak perlu puasa. Nilai normalnya sekitar 110-

180 mg/dl. Hasil pemeriksaan relatif cepat diketahui, pemantauan

glukosa dapat dilakukan mandiri, namun tidak menggambarkan

pengendalian DM jangka panjang.

2) Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa

Alat ukur untuk mengukur setelah 8 jam berpuasa. Dikatakan

terkontrol 80 – 130 mg/dl, jika < 80 mg/dl atau >130 mg/dl

dikatakan tidak terkontrol. Tes ini digunakan untuk mengetahui

kadar glukosa yang diproduksi oleh hati dan adanya diabetes atau

reaksi hipoglikemik. Pemeriksaan ini juga dapat mengetahui

keseimbangan glukosa secara keseluruan dan perlunya di lakukan

pengukuran rutin.

3) Pemeriksaan post prandial

Ukuran kadar gula darah dimana sampel darah diambil dua jam

sesudah makan. Rentan nilai normal sekitar 100-140 mg/dl. Tes ini

digunakan untuk mendiskripsikan transfer glukosa menjadi insulin

dalam sel dan menguji respon metabolik terhadap pemberian

karbohidrat dua jam sesudah makan.

4) Pemeriksaan HbA1c
21

Pemeriksaan hemoglobin terglikosilasi untuk mendapatkan

gambaran kondisi glukosa darah penderita dalam periode 2-3 bulan

terakhir. HbA1c dapat dijadikan acuan dalam penatalaksaan DM

dengan nilai normal yaitu < 6,5%.

B. Kerangka teori

Kerangka teori penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2. 1 Kerangka Teori

Diabetes Mellitus 1. DM tipe 1


Kadar Glukosa
2.2. DM
DM tipe
tipe 22 Darah Puasa
3. DM Gestasional
v Faktor Risiko:
1. Dapat dimodifikasi :
a. Obesitas Status Gizi
b. Pola makan
c. Aktivitas fisik
d. Konsumsi
alkohol Penilaian secara langsung:
2. Tidak dapat 1. Tinggi
dimodifikasi : 1.
1. Antropometri
Antropometri Badan
a. Usia 2. Klinis 2. Berat
b. Jenis kelamin 3. Biokimia Badan
c. Faktor keturunan 4. Biofisik 3. IMT
Penilaian tidak langsung : 4. LILA
1. Survey konsumsi makanan
2. Statistic vital
3. Faktor ekologi

Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti

Sumber: (Brunner & Suddarth, 2013), (Fandinata & Ernawati, 2020),(Bancin & Christy, 2020)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka konsep

Gambaran hubungan antara teori dengan variabel yang diteliti (Sugiyono,

2013). Kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

Gambaran Status Gizi dengan


Pengukuran Antropometri:
1. Tinggi Badan
2. Berat badan
3. Indeks Massa Tubuh
4. Lingkar Lengan Atas
Gambaran Pemeriksaan Kadar Glukosa
Darah Puasa pada Penderita DM tipe 2

B. Variabel penelitian

Variabel penelitian mengacu pada sifat orang, benda atau kegiatan dengan

variabilitas tertentu, yang ditentukan dan disimpulkan peneliti (Sugiyono,

2013). Pada penelitian ini variabel bebas yang diteliti adalah status gizi dan

kadar glukosa darah puasa.

C. Jenis dan Desain penelitian

Desain penelitian adalah teknik untuk menyusun strategi model penelitian

(Siyoto & Sodik, 2015). Desain penelitian ini memakai metode descriptif

kuantitatif dengan desain cross sectional. Cross sectional membutuhkan

pengamatan dan pengukuran secara bersamaan (Donsu, 2016). Dalam

penelitian ini, peneliti akan mencari gambaran status gizi dan kadar glukosa

darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

22
23

D. Populasi dan sampel penelitian

1) Populasi

Populasi ialah sifat objek maupun subjek ditetapkan peneliti buat diteliti

serta ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015). Populasi penelitian ini adalah

penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Guntur 1 mencapai 102

orang dalam satu bulan.

2) Sampel

Sampel ialah suatu objek dari peneliian yang dapat dijadikan bagian dalam

mewakili populasi (Sugiyono, 2015). Pada penelitian ini untuk

mendapatkan besar sampelnya menggunakan rumus yang dikemukakan

oleh slovin :

n= N

1+N (e)2

Keterangan :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : tingkat signifikansi (0,05)

n= N

1+N (e)2

n= 102

1 + 102 (0,05)2

n= 102

1,255
24

n = 81,27

Dengan demikian sampel penelitian ini adalah 81 responden. Teknik

pengambilan sample yang digunakan Purposive sampling

memperhitungkan kriteria ditetapkan peneliti (Duli, 2019).

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi ialah ciri umum objek yang dapat memenuhi objek

penelitian (Fathnur, 2018).

a) Penderita diabetes mellitus tipe 2

b) Kooperatif atau bersedia menjawab dalam wawancara dan dilakukan

pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan kadar

glukosa darah puasa

c) Bersedia sebagai responden

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi ialah ciri yang menyebabkan subjek tak

diikutsertakan dalam penelitian (Fathnur, 2018).

a) Penderita ulkus diabetik dan amputasi kaki

b) Penderita dengan komplikasi seperti, gagal ginjal dan penyakit

jantung

E. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Guntur 1

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan oktober 2021


25

F. Definisi operasional

Interpretasi variabel yang dapat diuji, diamati dan digunakan sebagai angka

(Djiwandono, 2015).

Tabel 3. 1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1 Usia Waktu hidup Kuesioner 1. < 45 tahun Ordinal
Penderita penderita saat Demografi 2. 46 – 55 tahun
DM mengalami 3. 56 – 65 tahun
penyakit DM 4. > 65 tahun

2 Jenis Perbedaan Kuesioner 1. Laki-laki Nominal


Kelamin biologis antara Demografi 2. perempuan
laki-laki dan
perempuan

3 Pendidikan Asmilisasi Kuesioner 1. SD Ordinal


pengetahuan Demografi 2. SMP
dan 3. SMA
keterampilan 4. PT
yang diturunkan
dari generasi ke
generasi

4 Pekerjaan Aktivitas yang Kuesioner 1. Ibu Rumah Nominal


dilakukan Demografi Tangga
penderita dalam 2. Petani
melaksanakan 3. Pedagang
kegiatan sehari-
hari

5 Lama Diabetes Kuesioner 1. < 5 tahun Nominal


Menderita mellitus Demografi 2. 5 – 10 tahun
DM dihitung dari 3. > 10 tahun
lamanya
menderita DM
dari pasien di
diagnose DM
mg/dl

6 Riwayat Jika kedua Kuesioner 1. Ada Ordinal


Keturunan orang tua Demografi 2. Tidak Ada
memiliki
riwayat
penyakit,
keturunannya
beresiko karena
faktor genetika
26

Tabel 3. 2 Definisi Operasional


7 Status gizi Indeks massa Microtoice Status gizi, Ordinal
tubuh merk Gea, berdasarkan IMT :
merupakan alat Timbangan 1. Sangat Kurus :
ukur untuk badan manual < 17,0 kg/m2
memantau merk Gea 2. Kurus : 17,0 -
status gizi orang < 18,5 kg/m2
dewasa, 3. Normal : 18,5
terutama yang - 25,0 kg/m2
berhubungan 4. Gemuk : >
dengan 25,0 - 27,0
underweight kg/m2
dan overweight 5. Obesitas : >
27,0 kg/m2

Lingkar lengan Pita LILA Status gizi, Ordinal


atas merupakan berdasarkan LILA
gambaran :
keadaan 1. Normal : >
jaringan otot 23,5 cm
dan lapisan 2. KEK : < 23,5
lemak subkutan cm
untuk menilai
risiko
kekurangan
energi kronis

8 Kadar Alat ukur untuk Hasil Hasil ukur : Interval


glukosa darah mengukur kadar pemeriksaan Sesuai dengan
puasa glukosa darah laboratorium hasil laboratorium
setelah 8 jam kadar glukosa responden dalam
berpuasa. darah puasa satuan mg/dl
dengan metode
hexokinase
pada saat
penelitian
dilakukan

G. Instrument atau Alat pengumpulan data

a. Instrument

Instrument adalah alat yang dapat membantu menggumpulkan data

(Siyoto & Sodik, 2015).

1. Tinggi badan
27

Instrument yang digunakan microtoice merk Gea dengan ketelitian 0,1

cm. cara mengukurnya adalah gunakan paku untuk memasang microtoice

setinggi 2 meter di dinding lurus, dan tandai angka 0 pada lantai. Lepaskan

sepatu responden. Responden berdiri tegak dan menyenderkan kepala ke

dinding. Turunkan microtoice sampai dekat dengan bagian atas kepala dan

siku harus lurus ke dinding. Baca angka pada microtoice, menunjukkan

tinggi badan yang diukur.

2. Berat badan

Instrument memakai timbangan badan manual merk Gea dengan

ketelitian 0,1 kg. cara mengukurnya dengan posisi berdiri diatas

timbangan, dengan melepas sepatu dan tidak memakai tas, posisi kaki

pasien tepat berada ditengah alat timbang, baca hasil berat badan .

3. Lingkar lengan atas

Instrument dalam pengambilan data lingkar lengan atas menggunakan

pita LILA yang sudah standard dan efektif digunakan. Cara mengukurnya

adalah di tengah lengan kiri atas. Tempatkan pita LILA tepat di titik

tengah lengan. Pita tidak longgar maupun ketat. Pembacaan skala pada

pita dengan cm.

4. Kadar glukosa darah puasa

Hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa yang diambil dari hasil

pemeriksaan laboratorium kadar glukosa darah puasa dengan metode

hexokinase pada saat penelitian dilakukan

H. Metode pengumpulan data


28

Metode pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti melalui beberapa

cara yaitu :

1. Sumber data

Data ialah informasi yang dikumpulkan peneliti untuk menjawab

pertanyaan penelitian (Siyoto & Sodik, 2015)

a. Data primer

Informasi yang diperoleh secara langsung. Pada penelitian ini

berupa hasil pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan

atas.

b. Data sekunder

Informasi yang dipereroleh tidak langsung. Dalam penelitian ini

berupa hasil pemeriksaan laboratorium kadar glukosa darah puasa

dengan metode hexokinase pada saat penelitian dilakukan.

2. Prosedur penelitian

a. Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian ke Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung untuk melakukan

penelitian di Puskesmas Guntur 1

b. Peneliti memberikan surat permohonan izin penelitian pada Ruang Tata

Usaha Puskesmas Guntur 1 guna meminta persetujuan penelitian

c. Peneliti mendapatkan izin untuk melaksanakan penelitian

d. Peneliti ke Puskesmas mematuhi protocol kesehatan memakai masker

serta membawa hand sanitizer.


29

e. Peneliti memberitahukan prosedur penelitian kepada penderita yang

memenuhi kriteria inklusi

f. Peneliti membagikan informed consent untuk ditandatangani responden

sebagai persetujuan dilakukannya penelitian

g. Peneliti memberikan kuesioner demografi untuk diisi responden

h. Peneliti melakukan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice

merk Gea, berat badan menggunakan timbangan merk Gea, lingkar

lengan atas menggunakan pita LILA, dan kadar glukosa darah puasa

menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium kadar glukosa darah

puasa dengan metode hexokinase pada saat penelitian dilakukan.

i. Peneliti melihat kuesioner serta hasil pengukuran tinggi badan, berat

badan, lingkar lengan atas serta kadar glukosa darah puasa yang telah

terkumpul, kemudian peneliti mengolah, menginterpretasikan serta

menginputnya dalam software komputer data dari hasil penelitian.

I. Rencana analisis data

1. Pengolahan data

a. Editing

Pemeriksaan untuk menghindari kesalahan pengukuran data yang

telah dikumpulkan dan mengklarifikasi data yang diperoleh, sehingga

seluruh data lengkap susai yang diperlukan.

b. Coding

Pemberian masing-masing tanda terhadap data untuk menggunakan

kode agar mempermudah dalam memasukkan data. Pada tabulasi data


30

penting untuk dilakukan pemberian kode sehingga dapat mempermudah

pada tahap-tahap berikutnya.

c. Processing atau data entry

Data yang diperoleh dimasukkan kedalam software computer dalam

mengolah dan penyusunan data agar mempermudah dalam menganalisis

data secara statistik.

d. Cleaning

Memeriksa kembali data yang telah dimasukkan, jika ada data yang

sudah tidak dibutuhkan lagi bisa dihapus.

2. Analisa data

Analisa data merupakan tahapan selanjutnya setelah melakukan

penggolahan data dengan menggunakan software computer. penelitian ini

menggunakan analisa univariat. Analisa univariat ialah gambaran variabel

dalam tabel distribusi frekuensi atau presentase meliputi data kategorik yaitu;

usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, riwayat keturunan, status gizi

berdasarkan indeks massa tubuh dan lingkar lengan atas sedangkan data

numerik yaitu; lama menderita dan kadar glukosa darah puasa yang duji

dengan mean, maximum, minimum, confidence interval dan standar deviasi.

J. Etika penelitian

Etika penelitian adalah aturan yang perlu diperhatikan peneliti dalam

melakukan kegiatan penelitian (Irwan, 2018).

1. Informed consent (lembar persetujuan)


31

Lembar persetujuan diserahkan ke responden memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi. Jika ada responden yang tidak setuju menjadi responden,

peneliti tidak memaksakan penderita untuk berpartisipasi dalam penelitian.

2. Anonymity (tanpa nama)

Peneliti tidak mencantumkan nama dilembar instrument menggantinya

dengan inisial, kode dan simbol untuk menjaga kerahasian responden.

3. Confiadentiality (kerahasian)

Peneliti harus merahasiakan data yang diperoleh, agar dapat menjaga

anonimitas dan kerahasian identitas tersebut.

4. Justice (keadilan)

Peneliti harus menerapkan prinsip keadilan sehingga dapa menekankan

sejauh mana kebijakan penelitian dalam membagikan beban dan

keuntungan secara merata.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pengantar Bab

Bab ini memaparkan hasil penelitian tentang gambaran status gizi dan kadar

glukosa darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Guntur

1. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah responden sebanyak 81 orang pada

tanggal 14 – 31 Oktober 2021. Pada bab ini disajikan analisa univariat data usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menderita, riwayat keturunan, indeks

massa tubuh dan lingkar lengan atas dan kadar glukosa darah puasa.

B. Analisa Univariat

1. Karakteristik responden

a. Usia

Adapun karakteristik responden menurut usia dapat disajikan sebagai

berikut :

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Penderita Diabetes


Mellitus Tipe 2 Oktober 2021 ( n : 81 )
Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
< 45 tahun 10 12,3
46 – 55 tahun 28 34,6
56 – 65 tahun 30 37,0
> 65 tahun 13 16,0
Total 81 100,0

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 81 responden, jumlah terbanyak

adalah lansia akhir 56-65 tahun sebanyak 30 orang (37,0 %), 28 orang

(34,6%) lansia awal 46-55, usia manula > 65 tahun sebanyak 13 responden

(16,0%) dan usia dewasa akhir < 45 tahun sebanyak 10 responden (12,3

%).

32
33

b. Jenis kelamin

Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat

disajikan sebagai berikut :

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin Penderita


Diabetes Mellitus Tipe 2 Oktober 2021 ( n : 81 )
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
Laki-laki 16 19,8
Perempuan 65 80,2
Total 81 100,0

Ditunjukan pada tabel 4.2 bahwa dari 81 responden, sebagian besar

adalah perempuan yaitu 65 responden (80,2 %) dan 16 responden laki-laki

(19,8 %).

c. Pendidikan

Adapun karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat

disajikan sebagai berikut :

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pendidikan Penderita


Diabetes Mellitus Tipe 2 Oktober 2021 ( n : 81 )
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
SD 58 71,6
SMP 13 16,0
SMA 10 12,3
Total 81 100,0

Ditunjukan pada tabel 4.3 bahwa dari 81 responden dominan yaitu

58 responden (71,6%) dengan pendidikan terakhir SD, 13 responden

(16,0) pendidkan terakhir SMP dan lulusan SMA sebanyak 10 responden

(12,3%).
34

d. Pekerjaan

Adapun karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat

disajikan sebagai berikut :

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Pekerjaan Penderita


Diabetes Mellitus Tipe 2 Oktober 2021 ( n : 81 )
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 35 43,2
Petani 39 48,1
Pedagang 7 8,6
Total 81 100,0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 81 responden, mayoritas bekerja

sebagai petani, 39 responden (48,1%), 35 orang (43,2%) sebagai ibu

rumah tangga dan 7 responden (8,6%) sebagai pedagang.

e. Lama menderita DM

Adapun karakteristik responden berdasarkan lama menderita dapat

disajikan sebagai berikut :

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Lama Menderita


Diabetes Mellitus Tipe 2 Oktober 2021 ( n : 81 )
Lama Menderita Frekuensi (f) Persentase (%)
< 5 tahun 51 63,0
5 – 10 tahun 24 29,6
> 10 tahun 6 7,4
Total 81 100,0
Terlihat pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 81 responden,

mayoritas lama menderita < 5 tahun, 51 responden (63,0%), 24 orang

(29,6%) 5 – 10 tahun dan 6 responden (7,4%) > 10 tahun.


35

f. Riwayat keturunan

Adapun karakteristik responden berdasarkan riwayat keturunan dapat

disajikan sebagai berikut :

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi berdasarkan Riwayat Keturunan


Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Oktober 2021 ( n : 81 )
Riwayat keturunan Frekuensi (f) Persentase (%)
Ada 49 60,5
Tidak Ada 32 39,5
Total 81 100,0

Disajikan pada tabel 4.6 hasil dominan 49 responden (60,5%) memiliki

riwayat keturunan, dan 32 responden (39,5%) tidak memiliki riwayat

keturunan.

2. Status gizi

a. Indeks massa tubuh

Adapun karakteristik responden berdasarkan status gizi indeks massa

tubuh dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Indeks


Massa Tubuh Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Oktober 2021 ( n :
81 )
Gambaran Status Gizi Frekuensi (f) Persentase (%)
Sangat Kurus 1 1,2
Kurus 1 1,2
Normal 37 45,7
Gemuk 22 27,2
Obesitas 20 24,7
Total 81 100,0

Terlihat pada tabel 4.7 dari 81 responden, sebanyak 22 orang (27,2%)

status gizi gemuk, 20 orang (24,7%) dengan status gizi obesitas, 37 orang

(45,7) dengan status gizi normal dan status gizi sangat kurus dan kurus

memiliki jumlah yang sama yaitu 1 orang (1,2%)


36

b. Lingkar lengan atas


Adapun karakteristik responden berdasarkan status gizi lingkar
lengan atas sebagai berikut :
Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Lingkar
Lengan Atas Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Oktober 2021 ( n :
81 )
Gambaran Status Gizi Frekuensi (f) Persentase (%)
Normal 59 72,8
KEK 22 27,2
Total 81 100,0

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 81 responden penderita diabetes

mellitus tipe 2, 22 orang (27,2%) berstatus gizi KEK, dan 59 orang

(72,8%) berstatus gizi normal

3. Kadar glukosa darah puasa


Adapun karakteristik responden berdasarkan kadar glukosa darah
puasa dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 4. 9 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Puasa Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Oktober 2021 ( n : 81 )
Variabel Frekuensi Mean + SD Median Min-Max 95% CI
Kadar 81 221.98 208 60 - 498 197.75 – 246. 20
Glukosa + 109.573
Darah
Puasa

Ditunjukan pada tabel 4.9 rata-rata kadar glukosa darah puasa

responden adalah 221.98 mg/dl, median 208 mg/dl dan standar devisiasi

109.573 mg/dl. Glukosa darah puasa terendah 60 mg/dl dan tertinggi 498

mg/dl. Rata-rata glukosa darah puasa diperkirakan antara 197.75 mg/dl dan

246.20 mg/dl berdasarkan kisaran 95%.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Pengantar Bab

Bab ini memaparkan hasil penelitian tentang gambaran status gizi dan kadar

glukosa darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Guntur

1. Penelitian ini melibakan 81 responden pada tanggal 14 – 31 Oktober 2021.

Menjelaskan mengenai karakteristik responden dan variabel dalam penelitian ini

serta keterbatasan penelitian dan implikasi.

B. Interpretasi dan Diskusi Hasil

1. Karakteristik responden

a. Usia

Hasil riset menunjukkan bahwa dominan usia 56-65 tahun sebanyak 30

orang. Pertambahan usia seseorang, meningkatnya kemungkinan terkena

DM tipe 2 (Brunner & Suddarth, 2013). Riset yang sudah dilakukan

(Elman, 2019) menampilkan kalau status gizi lanjut usia 60-74 tahun yang

mempunyai resiko malnutrisi dengan jumlah 55 responden dengan

presentase sebesar 59,2%. Studi yang telah dicoba (Komariah & Rahayu,

2020) menampilkan kalau mayoritas faktor resiko DM beruisa 46-65 tahun

dengan jumlah 93 responden sebesar 69,4 %.

Perubahan dan kemunduran usia pada semua organ tubuh, terutama

sistem endokrin, menyebabkan resistensi insulin menimbulkan kandungan

gula darah tidak terkontrol (Isnaini & Ratnasari, 2018). Penelitian ini

sesuai dengan penelitian (Trisnawati & Setyorogo, 2013) proses penuaan

37
38

menunjukkan manifestasi dari kemampuan sel beta pancreas untuk

memproduksi insulin. Menurut (Fathurohman et al., 2016) pasien DM

mengalami penurunan mitokondria sebesar 35% pada sel otot, terkait

dengan peningkatan lemak otot sebesar 30% dan menyebabkan resistensi

insulin. DM sering muncul setelah usia 45 tahun karena faktor degeneratif

seperti penurunan metabolisme insulin dalam tubuh (Betteng & Mayulu,

2020).

Pertambahan usia menyebabkan kebutuhan masalah gizi lebih dan

kurang. Kurang gizi ialah salah satu permasalah gizi yang kerap terjadi

pada lanjut usia, perihal ini selaku akibat tidak tercukupi konsumsi tenaga

serta protein (Nurfantri & Yuniar, 2016). Gizi lebih lebih banyak dikaitkan

dengan konsumsi berlebihan lemak, protein dan karbohidrat tidak

memenuhi kebutuhan kalori, sehingga menyebabkan peningkatan lemak

tubuh akibat penurunan jaringan otot seiring bertambahnya usia (Vieira et

al., 2019). Malnutrisi pada lanjut usia diisyarati dengan penurunan berat

badan akibat asupan makanan yang berkurang sehingga tidak dilakukan

pengisian kalori (Bancin & Christy, 2020).

Hasil Penelitian bisa disimpulkan kalau kebanyakan responden yang

menderita DM tipe 2 ialah berusia dekat 45 tahun keatas. Ini didasarkan

pada fakta bahwa umur meningkatkan peristiwa DM tipe 2 sebab penuaan

menurunkann sensitivitas insulin, yang mempengaruhi kadar glukosa

darah. Biasanya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara

ekstrem pada umur 40 tahun yang salah satunya berakibat pada pancreas
39

itu sendiri. Lanjut usia biasanya mengidap kekurangan nutrisi makro dan

mikro, serta respons dan fungsi sistem kekebalan yang buruk. Bila fungsi

imun lanjut usia dapat ditingkatkan maka kualitas hidup lanjut lansia akan

meningkat, sehingga memungkinkan untuk menjadi orang tua yang sehat.

b. Jenis kelamin

Hasil riset menampilkan mayoritas kebanyakan perempuan 65 orang.

Studi yang telah dicoba (Anita, 2018) menunjukkan kalau status gizi kurus

kebanyakan ada pada tipe kelamin wanita sebanyak 20 orang dengan

presentase 29,4%, sebab berupaya untuk tetap bugar mencapai bentuk

badan sehat dengan metode menghalangi asupan makanan. Riset yang

dilakukan (Sudaryanto et al., 2014) menampilkan kalau kebanyakan

memiliki risiko yang lebih besar terhadap DM tipe kelamin wanita

sebanyak 34 orang sebesar 56,7 %.

Wanita lebih berisiko terkena DM tipe 2 dari pada pria, karena

kehamilan, menstruasi, pasca menopause menyebabkan distribusi lemak

badan mudah terakumulasi karena proses hormonal (Komariah & Rahayu,

2020). Penelitian ini sejalan dengan studi (Trisnawati & Setyorogo, 2013)

bahwa prevelensi DM tipe 2 lebih berisiko pada wanita karena secara fisik

wanita lebih cenderung meningkatkan indeks massa tubuhnya. Jumlah

wanita penderita DM lebih tinggi dibandingkan jumlah pria, perihal ini

disebabkan tingkatan sensitivitas kerja insulin pada otot serta hati (Betteng

& Mayulu, 2020).


40

Estrogen merupakan hormon yang dipunyai perempuan, penurunan

serta peningkatan hormon estrogen bisa pengaruhi kandungan glukosa

darah, ketika kandungan hormon estrogen meningkat maka badan menjadi

resistensi terhadap insulin (Brunner & Suddarth, 2013). Dengan timbulnya

menopause, respon insulin berkurang karena rendahnya kadar hormon

estrogen dan progesterone (Arania et al., 2021). Wanita sebelum

menoupouse cenderung mempunyai kolestrol total lebih rendah dari pada

laki-laki, wanita memiliki kadar kolestrol lebih tinggi setelah mencapai

menopause. Hal ini disebabkan penurunan aktifitas hormone estrogen

pasca menoupose pada wanita (Ujiani, 2015).

Hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

menderita DM tipe 2 perempuan. Hal ini didasarkan bahwa wanita

memiliko resiko lebih besar terkena DM tipe 2 dibandingkan pria,

dikaitkan dengan indeks massa tubuh besar dan sindrom siklus mestruasi

serta selama menoupouse yang menyebabkan akumulasi lemak, yang

menghambatan transportasi glukosa kedalam sel.

c. Pendidikan

Hasil riset menunjukkan sebagian besar berpendidikan SD sebanyak 58

orang. Tingkat pendidikan mempengaruhi kejadian DM tipe 2. Penelitian

dilakukan oleh (Masruroh, 2018) menunjukkan mayoritas responden

pendidikan SD ada 11 orang dengan persentase 36,67%. Hal ini juga telah

ditunjukkan dalam riset lain bahwa mayoritas responden adalah responden

dengan pendidikan dasar, yaitu 35 orang sebesar 36,5% (Aji Wibowo et


41

al., 2021). Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Pahlawati & Nugroho,

2019) meningkatnya capaian pendidikan akan meningkakan kesadaran

akan perlunya hidup sehat dan menjaga pola hidup serta pola makan,

masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah berisiko mengabaikan pola

hidup serta pola makan dan apa yang wajib dilakukan buat menghindari

diabetes.

Sesorang yang berpendidikan tinggi umumnya mempunyai banyak

pengetahuan tentang kesehatan, sadar untuk menjaga kesehatannya

(Isnaini & Ratnasari, 2018). Tingkat pendidikan yang rendah berarti

kemampuan merespon masalah akan semakin rendah (Notoatmodjo,

2012). Menurut (Arania et al., 2021) masyarakat dengan tingkat

pendidikan rendah akan sulit mencerna informasi yang disampaikan,

masyarakat yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah memahami pesan

yang disampaikan karena berdasarkan pengalaman serta budaya yang ada

di masyarakat setempat.

Hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata orang yang

berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang rendah tentang

kesehatan, sehingga terkadang penderita tidak menyadari gejala awal

penyakitnya. Sedangkan yang berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan

kesehatan yang baik serta pemahaman dalam mengelola kesehatannya

d. Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar bekerja sebagai petani

yaitu sebanyak 39 orang. Studi yang dilakukan oleh (Aji Wibowo et al.,
42

2021) menunjukkan bahwa jumlah responden yang berprofesi sebagai

petani mencapai 7 responden sebesar 7.3%. Studi yang dilakukan (Kusnadi

et al., 2019) dikalangan petani menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden

sebesar 93,1% mencapai aktivitas tinggi.

Jenis pekerjaan mempengaruhi tingkat aktivitas fisik seseorang karena

dapat mengontrol gula darah (Trisnawati & Setyorogo, 2013). Aktivitas

fisik menyebabkan insulin bertambah, sehingga kandungan gula darah

turun, sedangkan pada orang tidak sering olahraga, nutrisi yang masuk

tidak terbakar, melainkan disimpan di dalam badan selaku lemak serta gula.

Bila insulin tidak cukup buat mengganti glukosa jadi tenaga hingga

terjadilah diabetes (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Penelitian ini sesuai dengan studi Isnaini & Ratnasari, 2018 Status

pekerjaan mempengaruhi aktivitas fisik untuk menjaga pola hidup sehat

dan mencegah diabetes. Menurut (Bancin & Christy, 2020) aktivitas fisik

yang kurang, asupan energy untu harus dikurangi untuk mencapai

keseimbangan energy dan mencegah obesitas. Hal inilah yang

menyebabkan timbulnya DM pada petani, ketidakseimbangan energi

dengan tenaga yang dikeluarkan, serta didukung oleh faktor risiko lain

seperti riwayat keluarga dan IMT.

e. Lama menderita

Lama menderita DM tipe 2 mayoritas berada 5 tahun. Penelitian

dilakukan oleh (Aji Wibowo et al., 2021) menunjukkan bahwa pada

sebagian responden, durasi penyakit < 5 tahun sebanyak 54 responden


43

sebesar 56.3%. penelitian lain menyimpulkan bahwa mayoritas lebih dari

5 tahun menderita DM yaitu 46 responden sebesar 53.5 % (Simanjuntak

& Simamora, 2020).

Peningkatan durasi diabetes, memburuknya kontrol glukosa darah, dan

penurunan progresi sekresi insulin akibat kerusakan sel beta pancreas akan

meningkatkan kejadian komplikasi (Tsalissavrina et al., 2018). Riset ini

cocok dengan riset Suryati et al., 2019 semakin lama seseorang mengidap

DM, menjadi besar kesempatan buat mengidap hiperglikemia kronis, yang

pada kesimpulannya menimbulkan komplikasi DM berbentuk retinopati,

nefropati, jantung koroner, dan ulkus diabetikum. Terlalu lama terkena

DM tipe 2, semakin tinggi risiko terkena neuropati, karena glukosa darah

yang tinggi melemahkan dan merusak dinding kapiler yang mensuplai

saraf (Simanjuntak & Simamora, 2020).

Penderita DM yang diatas 10 tahun, jika kadar glukosa darah tidak

terkontrol, mengembangkan ulkus diabetik yang terkait dengan pembuluh

darah, sehingga mengembangkan makroangiopati-mikroangiopoti yang

mengurangi sirkulasi dan adanya luka di kaki yang sering tidak dirasakan

(Husniawati, 2015).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perjalanan penyakit DM

dapat menimbulkan komplikasi, baik akut maupun kronis. Komplikasi akut

terjadi sebagai kondisi hipoglikemik yang harus segera ditangani untuk

mencegah koma hipoglikemik. Sedangkan komplikasi kronis akan

menyertai penderita diabetes setelah mengidap DM diatas 5 tahun.


44

f. Riwayat keturunan

Hasil penelitian diketahui 49 responden ada riwayat keturunan DM.

Penelitian dilakukan oleh (Kusnadi et al., 2019) menunjukkan bahwa

sebagian besar penderita DM memiliki riwayat keluarga sebanyak 42

responden sebesar 51,9%. Peneliti lain menyimpulkan bahwa terdapat

mayoritas memiliki faktor genetik terhadap kejadian DM tipe yaitu 25

responden sebesar 83,4% (Sudaryanto et al., 2014).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Etika & Monalisa, 2016) DM

tipe 2 berasal dari interaksi genetik berhubungan dengan kromosom XX

dan XY. Seseorang dengan riwayat keluarga lebih mungkin hadapi

kandungan gula darah yang tidak wajar dibandingkan dengan yang tidak

mempunyai riwayat keluarga sehingga berpotensi menyebabkan peristiwa

diabetes tipe 2 (Nuraisyah et al., 2020).

Riwayat keluarga merupakan faktor risiko terjadi diabetes tipe 2

(Brunner & Suddarth, 2013). Seseorang akan lebih cepat sakit diabetes jika

memiliki silsilah keturunan (Santoso et al., 2017). Menurut (Nuraini &

Surpiatna, 2016) risiko terjadinya diabetes pada anak dengan diabetes pada

salah satu orang tuanya adalah 15% dan dengan diabetes pada kedua orang

tuanya 75% .

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa riwayat keluarga ialah

aspek risiko yang tidak bisa dimodifikasi. Riwayat keluarga dengan DM

merefleksikan baik kerentanan genetik serta paparan aspek gaya hidup jadi

aspek berarti dalam berkembangnya DM. Tidak hanya aspek genetik,


45

hidup dengan kerutinan yang sama dalam pola hidup berbahaya antara

anggota keluarga pula menjadikan kenaikan resiko DM itu sendiri. Tetapi

mempunyai keluarga dengan riwayat DM tidak menjadikan seorang

merubah kemampuannya untuk menghindari penyakit.

2. Status gizi

a. Status gizi berdasarkan indeks massa tubuh

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mengalami kegemukan

sebanyak 22 orang dan Obesitas sebanyak 20 orang terkait dengan IMT.

Studi dilakukan oleh (Putri et al., 2021) menampilkan kalau pengendalian

DM berdasarkan IMT sebagian besar tidak mencapai nilai target, sebab 34

responden sebesar 66,6% mengalami obesitas . Penelitian ini sejalan

dengan penelitian (Lasabuda et al., 2015) menampilkan kalau 8 responden

sebesar 40 % memiliki berat badan kurang, 9 reponden sebesar 45 %

dengan berat badan normal ialah paling banyak serta 3 responden sebesar

15% dengan obesitas.

Pencapaian Status gizi yang baik dapat menurunkan kandungan

glukosa darah pada pengidap diabetes tipe 2 (Harsari et al., 2018).

Seseorang dengan IMT diatas normal menyebabkan peningkatan resistensi

insulin yang berujung pada peningkatana kadar glukosa (Sa’pang et al.,

2018). Penderita DM dengan obesitas, pancreas menghasilkan insulin yang

cukup, kadar lemak yang tinggi menekan penyerapan glukosa dalam tubuh,

akibatnya insulin tidak dapat bekerja secara maksimal (Suryanti et al.,

2019).
46

Menurut (Norsaipah et al., 2020) perlu dilakukan pemantauan hasil

IMT yang masuk kategori obesitas, karena dapat menyebabkan

peningkatan kadar glukosa darah dan memperburuk kondisi. Mekanisme

risiko tinggi terjadinya diabetes tipe 2 pada obesitas adalah karena

peningkatan kandungan asam lemak, akumulasi lipid intraseluler dan

pembentukan sitokin oleh adiposit, yang menyebabkan gangguan fungsi

insulin (Fathurohman et al., 2016).

Hasil Penelitian dapat disimpulkan kalau kegemukan ialah aspek

predisposisi terjadinya peningkatan kandungan gula darah, perihal ini

disebabkan sel beta kurang peka terhadap rangsangan serta menekan

jumlah reseptor insulin pada sel-sel seluruh tubuh. IMT normal, tetapi

glukosa darah puasa tinggi, hal ini disebabkan ketidakpatuhan terhadap

regimen pengobatan dan malnutrisi karena kurangnya pengetahuan pasien.

b. Status gizi berdasarkan lingkar lengan atas

Hasil riset menampilkan bahwa sebagian besar responden memiliki

lingkar lengan atas normal yaitu 59 orang dibandingan dengan KEK 22

orang. Penelitian ini sesuai dengan penelitian (Suryani et al., 2016)

menampilkan bahwa sebagian besar responden tidak KEK sebanyak 18

orang sebesar 60%, perihal ini disebabkan kandungan gula darah tidak

pengaruhi lingkar lengan bahu seorang.

LILA mempunyai korelasi yang kuat dengan IMT untuk mendeteksi

KEK (Ariyani et al., 2012). LILA sebagai parameter yang berkorelasi

sangat baik dengan IMT dan dapat digunakan sebagai pelengkap atau
47

sebagai pengganti yang sama dalam situasi pasien tidak dapat ditimbang

(Brito et al., 2016). LILA merupakan alat yang berguna sebagai penanda

malnutrisi, pada pasien yang berat dan tingginya tidak dapat ditentukan,

ditemukan korelasi yang kuat antara LILA dengan berat badan pada lansia

usia di atas 60 (r=0,78, p=<0,001) (Das et al., 2019). Penurunan berat

badan >10% merupakan indikator terbaik prediksi kematian pada pasien.

Jika penurunan berat badan tidak terukur, LILA merupakan faktor yang

signifikan dari pada IMT (Mulyasari & Purbowati, 2018).

KEK merupakan masalah gizi kronis yang tidak secara langsung

mempengaruhi asupan makanan dalam sebulan terakhir dan dapat

mengurangi asupan makanan karena nafsu makan menurun dan gangguan

pencernaan (Amila et al., 2020). Sehingga bisa disimpulkan sesuai dengan

hasil penelitian bahwa responden dominan usia 56-65, kalau akibat

penuaan pada lanjut usia massa otot menurun sebaliknya massa lemak

meningkat. Penurunan massa otot akan menyebabkan berkurangnya

kebutuhan energi yang terlihat pada lansia. Keseimbangan energi pada

lansia juga bergantung pada berkurangnya aktivitas fisik, sedangkan

peningkatan aktivitas fisik tidak menyebabkan penurunan massa otot,

sehingga lemak tidak meumpuk dibahu.

3. Kadar glukosa darah puasa

Hasil riset menampilkan bahwa rata-rata kadar glukosa puasa pada

responden adalahh 221.98 mg/dl. Riset ini sesuai dengan penelitian (Rahayu

et al., 2020) menampilkan rata-rata kadar glukosa darah puasa adalah 217,8
48

mg/dl untuk responden wanita serta 187 mg/dl untuk responden pria. Riset

lain menemukan kalau sebagian besar responden mempunyai kadar glukosa

darah tinggi sebanyak 19 orang sebesar 67,9% (Lindayati et al., 2018).

Glukosa darah mengacu pada glukosa dalam darah ataupun glukosa

serum, yang diatur secara ketat di dalam tubuh (Damayanti, 2015). Diabetes

tipe 2 terjalin kekurangan insulin yang dibuat oleh pancreas dalam jumlah

wajar, yang tidak bekerja secara efisien, ataupun terjalin resistensi insulin

(Ugahari et al., 2016). Glukosa darah yang tinggi disebabkan oleh penurunan

fungsi organ pankreas, sehingga produksi insulin terganggu, sehingga

menyebabkan penyakit diabetes (Lestari & Purwanto, 2013).

Penurunan glukosa darah puasa dapat disebabkan oleh keterlambatan

pengambilan glukosa, sehingga mengurangi pengambilan glukosa oleh hati,

otot dan lemak (Djakani et al., 2013). Menurut analisa peneliti, sebagian

penderita yang turut kelas prolanis tidak melaksanakan kontrol teratur serta

masih belum mengkonsumsi obat diabetes secara tertib. Ketidakpatuhan

minum obat serta pola makan yang kurang baik ini diakibatkan sebab kurang

pengetahuan penderita.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan, karena keterbatasan waktu jadi

salah satu ketidak lengkapnya informasi penderita yang bisa diteliti sehingga

tidak bisa dijadikan sebagai variabel penelitian, seperti data pola makan,

ketidakpatuhan minum obat serta kontrol pengobatan.


49

D. Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini implikasi dari status gizi yaitu kelebihan

gizi, efek jangka panjang dari kelebihan gizi pada penderita DM tipe 2 akan

meningkatkan kadar glukosa darah puasa tidak terkontrol dan memperburuk

kondisi, perlu adanya perbaikan gizi bagi penderita DM tipe 2 sehingga dapat

mencapai status gizi yang baik dan kadar glukosa darah yang normal.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian dengan sampel 81 responden mengenai gambaran status gizi

dan kadar glukosa darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di

Puskesmas Guntur 1, dapat disimpulkan :

1. Gambaran karakteristik berdasarkan usia mayoritas sebagian besar berusia

56-65 tahun sebanyak 30 responden. Karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin perempuan 65 responden.

Pendidikan pasien sebagian besar SD sebanyak 58 responden. Karakteristik

berdasarkan pekerjaan didapatkan hasil 39 responden bekerja sebagai petani.

Rata-rata lama menderita pasien DM tipe 2 adalah < 5 tahun sebanyak 51

responden. Ada riwayat keturunan sebanyak 49 responden .

2. Gambaran status gizi pada penderita DM tipe 2 berdasarkan IMT didapatkan

hasil 22 responden mengalami status gizi gemuk, 20 responden mengalami

status gizi obesitas, 37 responden memiliki gizi normal. Dan status gizi

sangat kurus dan kurus dengan hasil yang sama yaitu 1 responden .

Berdasarkan LILA didapatkan hasil 22 responden mengalami KEK dan 59

responden mengalami status gizi normal.

3. Gambaran rata-rata kadar glukosa darah puasa pada penderita DM tipe 2

menunjukkan 221.98 mg/dl, median 208 mg/dl dan standar deviation

109.573 mg/dl. Glukosa darah puasa terendah 60 mg/dl dan tertinggi 498

mg/dl. Berdasarkan hasil evaluasi interval, 95% meyakini bahwa rata-rata

50
51

glukosa darah puasa berada antara 197.75 mg/dl sampai dengan 246.20

mg/dl.

B. SARAN

1. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

mengimplementasikan informasi mengenai status gizi dan kadar glukosa

darah puasa pada penderita diabetes mellitus tipe 2

2. Bagi institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi tenaga

kesehatan terhadap penderita diabetes tipe 2 terkait pentingnya menjaga

status gizi normal dan terkontrolnya kadar glukosa darah puasa.

3. Bagi Pasien

Bagi pasien diabetes tipe 2 mampu menjaga dan mempertahankan

status gizi dalam rentan normal dan pentingnya kadar glukosa darah puasa

terkontrol agar tidak menimbulkan komplikasi dan memperparah kondisi.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti berikutnya dengan

memodifikasi serta menambahkan variabel seperti pola makan, kepatuhan

minum obat serta kontrol pengobatan sehinga menjadikan keterbaruan pada

penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Aji Wibowo, M. I. N., Fitri, F. M., Yasin, N. M., Kristina, S. A., & Prabandari, Y.
S. (2021). Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Beberapa Puskesmas Kabupaten Banyumas. Jurnal Kefarmasian Indonesia,
11(2), 98–108. https://doi.org/10.22435/jki.v11i2.3635

Amila, Utami, N., & Marbun, A. S. (2020). Hubungan status gizi berdasarkan
lingkar lengan atas ( LiLA ) dengan tekanan darah pada pasien Diabetes
Mellitus. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(1), 140–148.

Anita, W. (2018). Relations Dietary And Gender With Nutritional Status Of


Children In Sdn 43 Kota Pekanbaru. Jurnal Endurance, 3(2), 253–259.
https://doi.org/http://doi.org/10.22216/jen.v3i2.2970

Arania, R., Triwahyuni, T., Esfandiari, F., & Nugraha, F. (2021). Hubungan Antara
Usia, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan Dengan Kejadian Diabetes
Mellitus Di Klinik Mardi Waluyo Lampung Tengah Resti. 5(September), 146–
153.

Ariyani, D., Achadi, E., & Irawati, A. (2012). Kekurangan Energi Kronis pada
Wanita Indonesia Validity Mid-Upper Arm Circumference to Detect Chronic
Energy Malnutrition Risk of Indonesian Women. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 7(2), 83–90.

Bancin, L., & Christy, J. (2020). Status Gizi Lansia (cetakan pe). Deepublish.

Banowati, L. (2014). Ilmu Gizi Dasar (F. Pratama (ed.); cetakan pe). Deepublish.

Betteng, R., & Mayulu, N. (2020). Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya
Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas
Wawonasa. Jurnal E-Biomedik (EBM), 2(2), 404–412.

Brito, N. B., Pablo, J., Llanos, S., Ferrer, M. F., Castellanos, N. C., Xiomara, C.,
Rodríguez, A., & Palacio, E. (2016). Relationship between Mid-Upper Arm
Circumference and Body Mass Index in Inpatients. 78(cm), 1–10.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0160480

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah (A. E. Mardella (ed.);


Edisi 12). EGC.

Chrisianto, E., Rosdiana, D., & Suryani. (2016). Gambaran Status Gizi Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Ariin Achmad
Provinsi Riau. 3(1), 12 halaman.

52
53

Damayanti, S. (2015). Diabetes Melitus & Penatalaksanaan Keperawatan. Nuha


Medika.

Das, A., Saimala, G., Reddy, N., Mishra, P., Giri, R., Kumar, A., Raj, A., Kumar,
G., Chaturvedi, S., Babu, S., Srikantiah, S., & Mahapatra, T. (2019). Mid-
upper arm circumference as a substitute of the body mass index for assessment
of nutritional status among adult and adolescent females : learning from an
impoverished Indian state. Public Health, 179, 68–75.
https://doi.org/10.1016/j.puhe.2019.09.010

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun2019. 3511351(24).

Djakani, H., Masinem, T. V, Mewo, Y. M., Biokimia, B., Kedokteran, F., Sam, U.,
& Manado, R. (2013). Gambaran kadar gula darah puasa pada laki- laki usia
40-59 tahun 2. Jurnal E-Biomedik (EBM), 1(1), 71–75.

Djiwandono, P. (2015). Meneliti Itu Tidak Sulit : Metodologi Penelitian Sosial dan
Pendidikan Bahasa (cetakan 1). Penerbit Deepublish.

Donsu, J. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan (cetakan pe). PT Pustaka


Baru.

Duli, N. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif : Beberapa Konsep Dasar Untuk


Penulisan Skripsi & Analisis Data dengan SPSS. Penerbit Deepubish.

Elman, B. (2019). Prevalensi Malnutrisi Pada Lansia Dengan Pengukuran Mini


Prevalensi Malnutrisi Pada Lansia Dengan Pengukuran Mini Nutritional
Assesment ( Mna ) Di Puskesmas. Herb-Medicine Journal, 2(August), 5–9.
https://doi.org/10.30595/hmj.v2i1.3583

Etika, A., & Monalisa, V. (2016). Riwayat Penyakit Keluarga dengan Kejadian
Diabetes Mellitus. 4(1), 51–57.

Fandinata, S., & Ernawati, L. (2020). Management Terapi pada Penyakit


Degeneratif (Diabetes Melitus dan Hipertensi). Penerbit Graniti.

Fathnur, S. (2018). Metodologi penelitian Farmasi Komunitas dan Eksperimental


(Edition 1,). Deepublish.

Fathurohman, I., Fadhilah, M., & Kunci, K. (2016). Gambaran Tingkat Risiko dan
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Buaran , Serpong Description of Risk Level and Factors Related to Risk of
Type 2 Diabetes Mellitus in Buaran , Serpong. Jurnal Kedokteran Yarsi,
24(3), 186–202.
54

Fradinata, E., Rahayu, L., Rusdiana, S., & Kesuma, Z. (2018). Pengantar
Biostatistika Dan aplikasinya Pada Status Kesehatan Gizi Remaja (H. Sofyan
(ed.); Cetakan Pe). Syiah Kuala University Press Darussalam-Banda
Aceh,2111.

Harsari, R. H., Fatmaningrum, W., & Prayitno, J. H. (2018). Hubungan Status Gizi
dan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Association
between Nutritional Status and Blood Glucose Level in Type 2 Diabetes
Mellitus. 6(2), 2–6. https://doi.org/10.23886/ejki.6.8784.Abstrak

Herlina, V. (2019). Panduan Praktis Mengolah Data Kuesioner Menggunakan


SPSS. PT Elex Media Komputindo.

Husniawati, N. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ulkus


Kaki Diabetes Mellitus Di Klinik Diabetes Mellitus Tahun 2015.
7(September), 1–6.

International Diabetes Federation. (2019). IDF Diabetes Atlas Ninth edition 2019.
In International Diabetes Federation. http://www.idf.org/about-
diabetes/facts-figures

Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (edisi 1). Deepublish.

Irwan. (2018). Etika dan Perilaku Kesehatan (Cetakan II). CV Absolute Media.

Isnaini, N., & Ratnasari. (2018). Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes
mellitus tipe dua Risk factors was affects of diabetes mellitus type 2. Jurnal
Keperawatan Dan Kebidanan Aisyiyah, 14(1), 59–68.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31101/jkk.550

Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


41 Tahun 2014. 1–96.

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat
Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 1–8.

Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. 306 halaman.

Komariah, & Rahayu, S. (2020). Hubungan Usia , Jenis Kelamin Dan Indeks Massa
Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Di Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi , Depok , Jawa Barat. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, May, 41–50.
https://doi.org/10.34035/jk.v11i1.412
55

Kusnadi, G., Murbawani, E., & Fitranti, D. (2019). Faktor risiko diabetes melitus
tipe 2 pada petani dan buruh. Journal Of Nutrition College, 6(August), 18–
148. https://doi.org/10.14710/jnc.v6i2.16905

Lasabuda, T., Wowor, P., & Mewo, Y. (2015). Gambaran Indeks Massa Tubuh (
IMT ) Jamaah Masjid Al- Fatah Malalayang. Jurnal E-Biomedik (EBM), 3(3),
9–12.

Lestari, D. D., & Purwanto, D. S. (2013). Gambaran Kadar Glukosa Darah Puasa
Pada Mahasiswa Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Dengan Indeks Massatubuh. 991–996.

Lindayati, Hariyono, & Indrawati, U. (2018). Hubungan Indeks Massa Tubuh


Dengan Kadar Gula Darah Pada Diabetes Mellitus Tipe 2.

Maria, I. (2021). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus dan Asuhan Keperawatan


stroke (Cetakan Pe). Deepublish Publisher.

Masi, G., & Oroh, W. (2018). Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Diabetes
Melitus. Jurnal Keperawatan, 6(1), 1–6.

Masruroh, E. (2018). Hubungan Umur dan Status Gizi dengan Kadar Gula Darah
penderita Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), 153–163.

Mulyasari, I., & Purbowati. (2018). Jurnal Gizi Indonesia Lingkar lengan atas dan
panjang ulna sebagai parameter antropometri untuk memperkirakan berat
badan dan tinggi badan orang dewasa. Jurnal Gizi Indonesia, 7(1), 30–36.

Nasution, N., & Jauhari, A. (2015). Nutrisi dan Keperawatan (Cetakan 1). Jaya
Imu.

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.s

Norsaipah, Netty, & Jalpi, A. (2020). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Riwayat
Keluarga Dengan Kejadian Diabetes Melitus Pada Masyarakat Di Puskesmas
Cempaka Putih Kota Banjarmasin Tahun 2020.

Nuraini, H. Y., & Surpiatna, R. (2016). Artikel Penelitian Hubungan Pola Makan ,
Aktivitas Fisik dan Riwayat Penyakit Keluarga Terhadap Diabetes Melitus
Tipe 2. 05(01), 5–14.

Nuraisyah, F., Ruliyandari, R., & Matahari, R. (2020). Riwayat Keluarga Diabetes
Tipe II dengan Kadar Gula Darah. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan
’Aisyiyah, 16(2), 253–259.
56

Nurfantri, & Yuniar, D. (2016). Identifikasi Status Nutrisi Dan Resiko Malnutrisi
Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari.
Dunia Keperawatan, 4(September), 93–99.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


(Edisi 3). Salemba Medika.

Pahlawati, A., & Nugroho, P. (2019). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Usia
dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota
Samarinda Tahun 2019. 2030, 1–5.

Par’i, H., Wiyono, S., & Harjatmo, T. (2017). Penilaian Status Gizi. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Pramukanto, Q. (2013). Taman Terapi Mandiri : Diabetes Melitus jenis, Fungsi,


Pengolahan Tanaman Obat, dan rancangan Taman (Cetakan Pe). PT Penerbit
IPB Press.

Pratiwi, S., Prihandhani, I., & Pradiptha, I. (2020). Hubungan Indeks Massa Tubuh
(Imt) Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe Ii Di Wilayah Kerja Unit Pelayanan Teknis Daerah (Uptd) Puskesmas I
Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat. Jurnal Medika Karya Ilmiah
Kesehatan, 5(2).

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2013). Profil kesehatan provinsi jawa
tengah tahun 2013. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 1–253.

Rahayu, P., Handayati, A., & Suhariyadi. (2020). Hubungan Kadar Gula Darah
Puasa Dan Profil Lipid Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan
Kejadian Stroke Iskemik di RSUD R.A Basoeni Mojokerto. Jurnal Biosains
Pascasarjana, 22(2), 50–62.

Sa’pang, M., Puili, D., & Sitoayu, L. (2018). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan Rasio Lingkar Puasa pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Di
Puskesmas Kebayoran Lama , Jakarta Selatan. 10(April), 45–50.

Santoso, A., Trijanto, P., & Endiyono. (2017). Hubungan Riwayat Garis Keturunan
dengan Usia Terdiagnosis Diabetes Melitus Tipe II. 1–6.

Septiana, T., Sulendri, N., & Suhaema. (2015). Gambaran Riwayat Pola Makan
Dan Status Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan Peserta Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Mataram. Jurnal Kesehatan Prima, 9(1), 1444–1456.
57

Simanjuntak, G. V., & Simamora, M. (2020). Lama Menderita Diabetes Mellitus


Tipe 2 sebagai Faktor Risiko Neuropati Perifer Diabetik. Holistik Jurnal
Kesehatan, 14(1), 96–100.

Simatupang, R. (2020). Pedoman Diet Penderita Diabetes Melitus (A. Rahman


(ed.); Cetakan Pe). Rumiris Simatupang.

Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian (Ayup (ed.); Cetakan
1). Literasi Media Publishing.

Sudaryanto, A., Setiyadi, N., & Frankilawati, D. (2014). Hubungan Antara Pola
Makan, Genetik Dan Kebiasaan Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes
Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari. December,
19–24. https://doi.org/10.13140/2.1.3702.9448

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Alfabeta, CV.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cetakan


Ke). Alfabeta, CV.

Supariasa, Nyoman, Dewa, I., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian Status Gizi
(E. Rezkina & C. Agustin (eds.); Ed. 2). Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suryani, Rosdiana, D., & Christianto, E. (2016). Gambaran Status Gizi Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Ariin Achmad
Provinsi Riau. 3(1), 12 halaman.

Suryanti, S. D., Raras, A. T., Dini, C. Y., & Ciptaningsih, A. H. (2019). Hubungan
Indeks Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2. 13(2), 86–90.

Suryati, I. (2021). Buku Keperawatan Latihan Efektif Untuk Pasien Diabetes


Mellitus Berbasis Hasil Penelitian (cetakan pe). Deepublish Publisher.

Suryati, I., Primal, D., & Pordiati, D. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan
Lama Menderita Diabetes Mellitus ( Dm ) Dengan Kejadian Ulkus
Diabetikum Pada Pasien Dm Tipe 2. Jurnal Kesehatan Perintes, 6, 1–8.

Syahrizal, D., & Puspita, N. (2020). Metabolisme dan Bioenergetika (N. Hasanah,
Nurul, Hikmah (ed.); 1st ed.). Syiah Kuala University Press.

Simanjuntak, G. V., & Simamora, M. (2020). Lama Menderita Diabetes Mellitus


Tipe 2 sebagai Faktor Risiko Neuropati Perifer Diabetik. Holistik Jurnal
Kesehatan, 14(1), 96–100.
58

Trisnawati, S., & Setyorogo, S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1), 6–11.

Trisnawati, S., Widarsa, T., Suastika, K., Trisnawati, S., Widarsa, T., Suastika, K.,
Iii, P., Selatan, D., & Iv, P. (2013). Laporan hasil penelitian Faktor risiko
diabetes mellitus tipe 2 pasien rawat jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan
Denpasar Selatan Risk factors of type 2 diabetes mellitus of outpatients in
the community health centres of South Denpasar Subdistrict Pendahuluan
Metode Desain yang digunakan dalam penelitian ini. 1.

Ugahari, L. E., Mewo, Y. M., & Kaligis, S. H. M. (2016). Gambaran kadar glukosa
darah puasa pada pekerja kantor. Jurnal E-Biomedik, 4(2).

Ujiani, S. (2015). Hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kadar
kolesterol penderita obesitas rsud abdul moeloek provinsi lampung. Jurnal
Kesehatan, VI(1), 4–48. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26630/jk.v6i1.24

Vieira, M., Saintrain, D. L., Lais, R., Sandrin, P., Arrais, M., Bandeira, C., Ofe,
A., & Braga, A. (2019). Nutritional assessment of older adults with diabetes
mellitus. 155. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2019.107819

Anda mungkin juga menyukai