Anda di halaman 1dari 86

PERBEDAAN PENGARUH TERAPI SENAM YOGA DAN

SENAM AEROBIK TERHADAP KADAR GULA DARAH


PADA PENDERITA DIABETUS MELITUS TIPE 2
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEMAK III

SKRIPSI
Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :
LINA ARIFATUN NISA
NIM. 30901800105

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022
PERBEDAAN PENGARUH TERAPI SENAM YOGA DAN
SENAM AEROBIK TERHADAP KADAR GULA DARAH
PADA PENDERITA DIABETUS MELITUS TIPE 2
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEMAK III

SKRIPSI

Oleh :
LINA ARIFATUN NISA
NIM. 30901800105

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022

i
ii
iii
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Skripsi, Januari 2022

ABSTRAK

Lina Arifatun Nisa


PERBEDAAN PENGARUH TERAPI SENAM YOGA DAN SENAM
AEROBIK TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA
DIABETUS MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DEMAK III
68 halaman + 10 tabel + 3 gambar + 17 lampiran + xvii

Latar Belakang : Diabetus melitus merupakan merupakan penyakit degenerative


atau sering disebut juga sebagai killer silent yang memerlukan penanganan yang
serius karena penyakit ini dapat untuk disembuhkan. Diabetus melitus disebabkan
karena pola makan yang tidak seimbang juga tidak diimbangi dengan aktivitas
fisik yang baik. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk mengontrol kadar gula
darah adalah senam aerobik dan senam yoga. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui ada perbedaan nilai kadar gula darah antara kelompok senam
aerobik dan yoga
Metode : Jenis penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan desain penelitian
quasi exsperimental dengan pre post test grup desain. Data dikumpulkan dengan
menggunakan lembar observasi pada 40 responden dengan melakukan
pengukuran kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobik dan
yoga. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu senam aerobik dan senam yoga,
keduanya dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 2 minggu dan pengambilan
sampel menggunakan consecutive sampling. Data yang diperoleh secara statistik
menggunakan. uji Inpaired T Test.
Hasil : Hasil analisis dari 40 responden dibagi menjadi 2 kelompok senam
aerobik dan yoga sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan rata-rata
usia 35,40-36,30 dengan usia anatar 28-40 tahun dan mayoritas berpendidikan SD
dengan presentase 60,00% (12 orang ) pada masing-masing kelompok perlakuan
senam aerobik dan yoga. Hasil dari Uji Inpaired T Test antara Perbedaaan
Pengaruh Senam Aerobik dan Senam Yoga pada Kadar Gula Darah Penderita
Diabetus Melitus tipe 2 diwilayah kerja Puskesmas Demak III bermakna dengan
menunjukkan nilai .000 atau p value < 0,05
Kesimpulan : Terdapat perbedaan rata-rata nilai kadar gula darah antara senam
aerobik dan senam yoga di wilayah kerja puskesmas demak III

Kata kunci : Diabetus Melitus, Senam Aerobik, Senam Yoga


Daftar Pustaka : 49 (2010-2020)

v
BRACHELOR OF SCIENCE IN NURSING
FACULTY OF NURSING SCIENCE
SULTAN AGUNG ISLAMIC UNIVERSITY SEMARANG
Thesis, January 2022

ABSTRAC

Lina Arifatun Nisa


DIFFERENCES OF THE EFFECT OF YOGA EXERCISE AND AEROBIC
EXERCISE ON BLOOD SUGAR LEVELS IN TYPE 2 DIABETUS
MELLITUS PATIENTS IN THE WORK AREA OF PUSKESMAS DEMAK III
68 pages + 10 tables + 3 pictures + 17 appendices + xvii

Background: Diabetes mellitus is a degenerative disease or often referred to as a


silent killer that requires serious treatment because this disease can be cured.
Diabetes mellitus is caused by an unbalanced diet that is not balanced with good
physical activity. Physical activities that can be done to control blood sugar levels
are aerobic exercise and yoga. The purpose of this study was to determine
whether there was a difference in the value of blood sugar levels between the
aerobic and yoga groups
Methods: This type of research is quantitative using a quasi-experimental
research design with a pre-post-test group design. Data were collected using
observation sheets on 40 respondents by measuring blood sugar levels before and
after doing aerobics and yoga. The sample was divided into 2 groups, namely
aerobic exercise and yoga exercise, both were performed 3 times a week for 2
weeks and the sample was taken using consecutive sampling. The data obtained
statistically using. test Inpaired T Test.
Results: The results of the analysis of 40 respondents were divided into 2 groups
of aerobics and yoga, mostly women with an average age of 35.40-36.30 with an
age between 28-40 years and the majority having elementary school education
with a percentage of 60.00% (12 people ) in each group treated aerobic exercise
and yoga. The results of the Inpaired T Test between the differences in the effect
of aerobic exercise and yoga on blood sugar levels in type 2 diabetes mellitus
patients in the working area of the Demak III Health Center were significant by
showing a value of .000 or p value <0.05
Conclusion: There is a difference in the average value of blood sugar levels
between aerobic exercise and yoga in the working area of the Demak III Public
Health Center

Keywords : Diabetes Mellitus, Aerobics, Yoga


Bibliography : 49 (2010-2020)

vi
MOTTO

“ Mengeluh tanpa usaha mencari jalan keluar apalah artinya, mengeluh tidak
akan mengubah apapun yang terjadi, tinggal bagaimana memperbaiki.”
– Jefri al buchori

“ Jadikanlah setiap kritik bahkan penghinaan yang kita terima sebagai jalan
untuk memperbaiki diri.”
– Abdullah Gymnastiar

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan

ridho-Nya, sehingga penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi

penelitian dengan judul “Perbedaan Pengaruh Terapi Senam Yoga dan Senam

Aerobik terhadap Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetus Mellitus Tipe

II di Wilayah Kerja Puskesmas Demak III” . Skripsi penelitian ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan di Program

Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Agung

Semarang.

Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis

tidak dapat menyelesaikan tanpa bimbingan saran dan motivasi dari semua pihak

yang turut berkonstribusi dalam penyusunan skripsi penelitian ini sehingga

penyusun skripsi penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang telah

penulis rencanakan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih pada:

1. Prof. Dr. H. Gunarto, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Islam Sultan

Agung Semarang.

2. Iwan Ardian SKM. M. Kep. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Sultan Agung.

3. Ns. Indra Tri Astuti, M.Kep, Sp.Kep.An., selaku Kaprodi S1 Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung

viii
4. Ns. Moch Aspihan, M.Kep., S.Kep.Kom selaku pembimbing I yang telah

sabar dan meluangkan waktu serta tenaga dalam memberikan ilmu, nasehat

yang bermanfaat dan penuh motivasi dengan penuh perhatian dan

kelembutan, mengajarkan penulis agar selalu semangat sesulit apapun

menghadapi ujian skripsi maupun tugas-tugas lainnya

5. Ns. Iskim Luthfa, M.Kep selaku pembimbing II yang telah sabar dan

meluangkan waktu serta tenaga dalam memberikan ilmu, nasehat yang

bermanfaat dan penuh motivasi dengan penuh perhatian dan kelembutan,

mengajarkan penulis agar selalu semangat sesulit apapun menghadapi ujian

skripsi maupun tugas-tugas lainnya

6. Ns.Nutrisia Nu’im Haiya S.Kep.,M.Kep Selaku Penguji I yang telah berkenan

menguji saya dan memberikan pendapat yang penuh teliti dan kesabaran

untuk kemajuan skripsi saya.

7. Seluruh Dosen pengajar dan staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Islam Agung Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan serta

bantuan kepada penulis.

8. Pihak Puskesmas Demak III yang telah membantu dan memberikan semangat

untuk dalam penelitian skripsi ini.

9. Kedua Orang tua saya yang selalu memberikan dukungan, doa dan kasih

sayangnya selama ini sehingga bisa menempuh pendidikan di perguruan

tinggi.

10. Seluruh keluarga besar saya terimakasih yang telah memberikan semangat,

dukungan, dan doa selama ini sehingga bisa menempuh pendidikan

diperguruan tinggi.

ix
11. Untuk teman-teman saya terimakasih sebesar-besarnya telah memberikan

hari-hari yang penuh suka dan duka bagi penulis.

12. Teman-teman se departemen, yang saling mengingatkan dan memberi

dukungan satu sama lain

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga

sangat membutuhkan saran dan kritik demi kesempurnaannya. Peneliti berharap

skripsi keperawatan ini nantinya dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Semarang, 10 Januari 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ....................................... Error! Bookmark not

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... Error! Bookmark not

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... Error! Bookmark not

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

MOTTO ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................... 8

A. Diabetus Melitus .................................................................... 8

1. Pengertian........................................................................ 8

2. Klasifikasi ....................................................................... 8

3. Manifestasi Klinis ........................................................... 9

4. Penyebab ......................................................................... 10

xi
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Diabetus Melitus ..... 11

B. Aktivitas Fisik ........................................................................ 12

C. Senam Aerobik ....................................................................... 14

1. Pengertian........................................................................ 14

2. Jenis Senam Aerobik ....................................................... 14

3. Manfaat Senam Aerobik ................................................ 15

4. Prosedur Senam Aerobik ................................................ 15

D. Senam Yoga ........................................................................... 20

1. Pengertian........................................................................ 20

2. Jenis Senam Yoga ........................................................... 21

3. Manfaat Senam Yoga ...................................................... 21

4. Prosedur Senam Yoga ..................................................... 22

E. Glukosa Darah ........................................................................ 24

1. Pengertian........................................................................ 24

2. Metabolisme Glukosa Darah ........................................... 25

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Glukosa Darah ........ 26

4. Pemeriksaan Glukosa Darah ........................................... 28

5. Metode dalam mengukur Glukosa Darah ....................... 28

F. Kerangka Teori....................................................................... 29

G. Hipotesis ................................................................................. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 31

A. Kerangka Konsep ................................................................... 31

B. Variabel Penelitian ................................................................. 31

C. Desain Penelitian.................................................................... 31

D. Populasi dan Sampel .............................................................. 32

xii
1. Populasi ........................................................................... 32

2. Sampel............................................................................. 33

E. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 34

F. Definisi Operasional............................................................... 35

G. Alat ukur/instrumen ............................................................... 35

H. Uji Validitas ........................................................................... 36

I. Metode Pengumpulan............................................................. 36

J. Analisa Data ........................................................................... 38

K. Pengolahan Data..................................................................... 39

L. Etika Penelitian ...................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 42

A. Pengantar Bab ........................................................................ 42

B. Penjelasan tentang karakteristik sampel................................. 42

1. Senam Aerobik ................................................................ 42

2. Senam Yoga .................................................................... 43

C. Analisa Univariat ................................................................... 45

1. Senam Aerobik ................................................................ 45

2. Senam yoga ..................................................................... 46

D. Analisa Bivariat ...................................................................... 47

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 48

A. Pengantar Bab ........................................................................ 48

B. Interpretasi dan Diskusi Hasil ................................................ 48

1. Usia ................................................................................. 48

2. Jenis Kelamin .................................................................. 51

3. Tingkat Pendidikan ......................................................... 53

xiii
4. Senam Aerobik ................................................................ 54

5. Senam Yoga .................................................................... 56

6. Perbedaan pengaruh senam aerobik dan senam yoga


pada penderita diabetus melitus tipe 2 ............................ 60

C. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 62

D. Implikasi Keperawatan........................................................... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 63

A. Kesimpulan ............................................................................ 63

B. Saran....................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi operasional....................................................................... 35

Tabel 4.1. Distribusi rata-rata usia responden DM di Puskesmas Demak III


(n=20) ............................................................................................ 42

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada


pasien DM di Puskesmas Demak III (n=20) ................................. 43

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan


pada pasien DM di Puskesmas Demak III (n=20)......................... 43

Tabel 4.4. Distribusi rata-rata usia responden DM di Puskesmas Demak III


(n=20) ............................................................................................ 43

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada


pasien DM di Puskesmas Demak III (n=20) ................................. 44

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan


pada pasien DM di Puskesmas Demak III (n=20)......................... 44

Tabel 4.7. Nilai gula darah sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobik . 45

Tabel 4.8. Nilai gula darah sebelum dan sesudah dilakukan senam yoga...... 46

Tabel 4.9. Perbedaan nilai kadar gula darah pada senam aerobik dan senam
yoga ............................................................................................... 47

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori Virginia Henderson ........................................ 29

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 31

Gambar 3.2 Rancangan Penelitian ............................................................... 32

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat permohonan ijin survey ke Dinkes Kab. Demak

Lampiran 2. Surat permohonan ijin survey ke Puskesmas Demak III

Lampiran 3. Surat balasan ijin survey dari Dinkes Demak

Lampiran 4. Surat Balasan permohonan Ijin survey dari Dinkes Kab. Demak

Lampiran 5. Surat Keterangan lolos Etik

Lampiran 6. Surat permohonan ijin penelitian ke Dinkes Kabupaten Demak

Lampiran 7. Surat Permohonan ijin penelitian ke Puskesmas Demak III

Lampiran 8. Surat balasan permohonan ijin penelitian dari Dinkes Kab. Demak

Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 10. Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran 11. lembar observasi penelitian

Lampiran 12. Tabulasi Data

Lampiran 13. Output Hasil Uji Uivariat Dan Bivariate

Lampiran 14. Hasil Dokumentasi

Lampiran 15. Lembar Konsultasi Bimbingan

Lampiran 16. Jadwal Penelitian

Lampiran 17. Daftar Riwayat Hidup

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penderita diabetus melitus ditandai dengan adanya peningkatan kadar

gula darah akibat adanya penurunan dari insulin yang disebabkan oleh sel

pankreas atau gangguan insulin dalam tubuh. Gejala yang dapat terjadi adalah

seperti poliura, banyak minum atau timbul rasa haus yang berlebih dan juga

penurunan berat badan. Penyakit ini disebut juga dengan the silent killer yaitu

dimana pada penyakit ini dapat menimpa organ lainnya dalam tubuh serta

dapat menimbulkan berbagai keluhan. Dampak yang dapat tejadi adalah

adanya gangguan penglihatan pada mata, peningkatan penyakit jantung, akan

menyebabkan luka terbuka dan sulit sembuh sehingga membusuk/ ganggren,

infeksi paru-paru hingga dapat meyebabkan salah satu anggota tubuh

diamputasi akibat adanya luka yang membusuk. Oleh sebab itu untuk

menurunkan kejadiannya ini perlu adanya modifikasi gaya hidup seperti

melakukan kegiatan fisik. (Fatimah, 2015). Kadar gula darah yang tidak dapat

terkontrol disebabkan karena adanya asupan dari karbohidrat yang berlebih

dalam tubuh. Sumber pembentukan gula berasal dari karbohidrat dan

rendahnya reseptor insulin.(Sudoyo, 2016)

Peningkatan prevelensi dari DM di duga terdapat adanya hubungan

antara pola hidup terhadap masyarakat dengan perkembangan pola ekonomi

dan perubahan gaya hidup terutama pada masyarakat yang tinggal di

pemukiman perkotaan. Gaya hidup seperti diet adalah pola makan tinggi

1
2

kalori tanpa diimbangi dengan aktivitas olahraga yang cukup merupakan

faktor presdisposisi terjadinya resistensi insulin pada tubuh. (Devita, Tri

Hartiti, 2015)

Menurut data dari Puskemas Demak III pada tahun 2020 terdapat

penderita DM sebanyak 594 penderita. Dengan prevelensi tersebut membuat

kabupaten demak menjadi salah satu kabupaten dengan penderita DM

tertinggi. (Demak, 2020)

Menurut data yang diliris oleh WHO (2016), pada tahun 2016

Indonesia menduduki pada peringkat ke enam di dunia untuk prevelensi bagi

penderita diabetus melitus paling tinggi didunia dan untuk tingkat

kematiannya akibat diabetes mellitus di Indonesia ialah yang tertinggi.

Penderita Diabetus Melitus cenderung meningkat yaitu dari 5,8 % menjadi

7,0 % di tahun 2008 – 2014 (WHO, 2016)

Prevelensi penyakit Diabetes Melitus memiliki kecenderungan terus

meningkat. Berdasarkan hasil Riskesdas prevelensi Diabetes Melitus pada

tahun 2013 hingga tahun 2018 mencapai peningkatan sebanyak 1,6 %. Saat

tahun 2013 pengidap Diabetes Melitus mencapai 6,9 % sedangkan pada tahun

2018 penderita Daibetes Melitus mencapai 8,5 %. Prevelensi Diabetes

Melitus mencapai 10,9 % (Kementerian Kesehatan RI, 2018)

Penyakit Diabetes Melitus secara umum menempati peringkat 5 besar

secara tepatnya pada peringkat 2 setelah hipertensi sebesar 96,968 kasus.

Berdasarkan hasil rekapitulasi data kasus penyakit ini tidak menular secara

keseluruhan di area Jawa Tengah pada tahun 2016, terdapat 943,927

permasalahan penyakit tidak menular (Jateng, 2017)


3

Berhubung dengan berjalannya pertumbuhan era, konsep penyakit

yang dialami oleh orang-orang telah beralih dari kelainan infeksi ke penyakit

degenerative yaitu Diabetus Melitus. Diabetus melitus ini termasuk dalam

golongan penyakit gangguan metabolisme yang secara perlahan atau

berkepanjangan ditandai dengan kenaikan glukosa (Hiperglikemia),

diakibatkan karena ketidakseimbangan suplai serta kebutuhan insulin dalam

tubuh . Menurun atau tidak terdapatnya insulin berdampak pada glukosa

tertahan pada dalam darah serta menyebabkan peningkatan gula darah,

sedangkan sel kekurangan glucose yang sangat diperlukan dalam

kelangsungan dan guna sel dalam tubuh (Yulianto, 2017)

Diabetus Melitus terdapat 5 pilar ialah penyembuhan, latihan fisik,

cara pembatasan porsi makan, pendidikan dan pemantauan. Diabetus Melitus

tipe 2 diatasi dengan latihan fisik serta diet. Peningkatan gula darah pasti akan

terjadi, pengobatan penurunan berat badan dan latihan fisik termasuk

dilengkapi dengan pemberian obat penurunan kadar gula darah melalui mulut

(Suddarth, 2010). Perawatan klien Diabetus Melitus yang utama dilakukan

untuk lebih mengontrol metabolisme dalam tubuh. Untuk mencapai fokus

pengolahan Diabetus Melitus yang maksimal hingga butuh adanya

keteraturan terhadap lima pilar utama tersebut (Sutedjo, 2010)

Upaya pasien Diabetus Melitus dalam pengontrolan pada tingkat

glukosa dipengaruhi untuk memfokuskan kepada susunan kebiasaan makan

serta penggunaan obat hipoglikemik oral yang disarankan oleh pihak dokter

melainkan berolahraga tidak sering dilakukan. Sementara itu olahraga adalah


4

pencegahan awal untuk menghindari, mengendalikan dan mangatasi Diabetus

(Ilyas, 2010)

Manfaat olahraga untuk pengidap Diabetus sebagia berikut yaitu

mengecilkan tingkat glukosa darah, melawan obesitas, berfungsi dalam

menanggulangi resiko masalah aterogenik, hambatan kolesterol dalam darah,

peningkatan tekanan darah, dan juga hiperkoagulasi pada darah (Ilyas, 2009).

Menurut Chaveau dan kaufman (2009) kegiatan fisik pada klien Diabetus bisa

menimbulkan peningkatan konsumsi gula darah karena otot yang aktif

sehingga latihan jasmani dengan segera bisa memicu penurunan kandungan

lipid dalam badan , mengontrol kadar darah, memperbaiki sensitivitas dari

insulin dan memperkecil stress.

Salah satu dari jenis kegiatan olahraga adalah senam. Senam diabetus

di indonesia yaitu senam aerobik dimana senam tersebut menggunakan

gerakan yang sangat menyenangkan dan tidak membosankan karena

gerakannya yang bervariasi. Adapun tujuan dari senam tersebut yaitu

meningatkan kesegaran pada tubuh serta mencegah komplikasi dari DM.

(Salindeho, A., 2016)

Senam Aerobik memiliki fungsi yang sangat penting dalam

mengontrol kadar gula darah. Karena terdapat gerakan yang dinamis dan

energik sehingga membakar kalori dan menurunkan glukosa darah . Saat

melakukan kegiatan fisik mengakibatkan terjadinya kontraksi otot skeletal

yang menstimulasi pengambilan glukosa ke dalam sel-sel tubuh serta

metabolisme bekerja melalui jalur insulin-independen. Latihan ini juga dapat


5

meningkatkan kemampuan insulin mengaktifkan transportasi glukosa

kedalam otot. Serta pada senam tersebut juga terjadi proses pembakaran

lemak dan karbohidrat sehingga terjadi fungsi peningkatan kardiovaskuler

dan proses respirasi dalam tubuh, penurunan kadar LDL dan peningkatan

HDL(Brick, 2016) . Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indriyani

(2010) bahwa pada senam aerobik memperlihatkan pengaruh penurunan

kadar gula darah rata-rata sebesar 30,14 mg/dl.

Senam yoga dapat juga menurunkan kadar gula darah dimana pada

senam tersebut adanya intervensi holisitik dimana menggabungkan bentuk

tubuh, teknik pernafasan , meditasi, modifikasi perilaku dan sikap serta

mental.(Imawati, 2017) Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan

Lenggogeni (2015) menyatakan yoga dapat menurunkan kadar gula darah

rata-rata sebesar 89,47 mg/dl.

Peran keluarga untuk mendukung latihan fisik pada penderita Diabetes

Melitus yaitu dengan cara berperan sebagai pendamping saat berolahraga,

motivator yaitu mengingatkan untuk melakukan latihan fisik secara rutin

dirumah serta sebagai pengawas yaitu mengawasi atau memantau latihan fisik

yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga yang mengalami Diabetus

Melitus (Sari et al., 2014)

Berdasarkan penelitian terdahulu , peneliti mencoba membandingakn

pengaruh senam aerobik dengan senam yoga terhadap penurunan kadar gula

darah pada penderita diabetus. Apakah terdapat perbedaan atau tidak diantara

keduanya karena dari intervensi memiliki peran yang cocok yaitu dapat

menurunkan kadar gula darah.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang dikemukakan dapat dirumuskan

masalah yaitu Apakah ada Perbedaan Pengaruh Terapi senam Yoga dan

senam Aerobik terhadap kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di

wilayah Puskesmas Demak III ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menggambarkan yaitu Perbedaan Pengaruh Terapi senam yoga

dan senam aerobik terhadap kadar gula darah pada penderita DM tipe 2

di wilayah Puskesmas Demak III

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden mencakup usia, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan

b. Mendeskripsikan kadar gula darah sebelum senam yoga dan aerobik

c. Mendeskripsikan kadar gula darah setelah senam yoga dan aerobik

d. Menganalisis perbedaan nilai kadar gula darah antara kelompok

senam yoga dengan kelompok senam aerobik

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

meningkatkan pengetahuan , pemahaman dan sebagai motivasi perawat

dalam memberikan pelayanan pendidikan kesehatan intervensi


7

penatalaksanaan Diabetus Melitus yang benar serta mudah diapahami

oleh masyarakat

2. Bagi Institusi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan kajian

dalam institusi pendidikan khususnya Ilmu Keperawatan Komunitas di

Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula tentang Perbedaan Pengaruh Terapi

Senam Aerobik dan Senam Yoga terhadapa Kadar Gula Darah Penderita

Diabetus Melitus Tipe 2 terhadap intervensi tentang penatalaksanaan

Diabetus Melitus dimasyarakat dan bisa dilakukan penelitian selanjutnya

oleh mahasiswa

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan dan

menambah wawasan bagi masyarakat dalam mengetahui lebih dalam

mengenai intervensi penatalaksaan Diabetus Melitus


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Diabetus Melitus

1. Pengertian

Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh peningkatan kandungan glukosa di darah atau

hiperglikemia (Smeltzer, S. C. & Bare, 2010). Diabetes Melitus ialah

kumpula dari gejala gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar

gula darah diatas standar sehingga mengakibatkan metabolisme zat gizi

karbohidrat, lemak dan protein dengan disertai etiologi multi faktor

(Nurayati dan Adriani, 2017:82)

Diabetus Melitus yaitu kelainan kronis defisiensi atau resistensi

insulin yang mutlak atau relative. Diabetus Melitus bisa dicetuskan

dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Saputra,

2014). Uraian tersebut dapat disampaikan bahwa Diabetus Melitus

merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan

gula dalam darah yang diakibatkan adanya gangguan penghasil insulin

serta pemakaian insulin.

2. Klasifikasi

Menurut (Smeltzer, S. C. dan Bare, 2017) Diabetes Melitus dapat

digolongkan menjadi beberapa :

8
9

a. DM tipe 1

DM jenis 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus

berproses dikarenakan kehancuran sel yang menimbulkan

kekurangan insulin seluruhnya.

b. DM tipe 2

DM tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus) merupakan kerusakan progresif insulin yang disebabkan

karena adanya resistensi dari insulin. DM tipe 2 yakni menjadi salah

satunya gangguan metabolik dengan keadaan insulin yang dibuat

oleh badan. DM tipe 2 sering terjadi pada klien dengan obestias,

faktor gaya hidup.

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut (Perkenni, 2015) :

a. Pengeluaran urin (poliuria)

Poliuria merupakan waktu dimana volume pada air kencing

dalam 24 jam bertambah melebihi batasan wajar. Poliuria keluar

sebagai gejala dari Diabetes Melitus yang disebabakan kandungan

gula dalam darah tinggi sehingga badan tidak sanggup buat

mengurainya serta berupaya untuk mengeluarkan lewat urin.

b. Timbul rasa haus

Pasien Diabetes Melitus bakal mengalami rasa haus yang

sangat berlebih, insiden ini timbul disebabkan kadar glukosa terbawa

pada kemih sehingga badan merespon untuk meningkatkan konsumsi

cairan.
10

c. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan pada pasien Diabetes Melitus

dikarenakan tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak

sebagai cadangan energi.

4. Penyebab

Umumnya Diabetes Melitus ini disebabkan oleh rusaknya

sebagian sel pada pankreas yang menghasilkan insulin.Diabetes Melitus

memiliki beberapa penyebab menurut (Soegondo, S., Soewondo, P., &

Subekti, 2017) yaitu :

a. Pola makan

Makanan yang sangat berlebihan dan melebihi jumlah dari

kandungan kalori yang diperlukan oleh tubuh sehingga dapat

mendorong munculnya Diabetes Melitus serta bila mengkonsumsi

makan yang banyak sekali dan tak di imbangi dengan sekresi insulin

dalam jumlah yang mencukupi akan bisa menimbulkan kadar gula

dalam darah bertambah setelah itu akan menimbulkan diabetes

melitus .

b. Faktor genetis

Diabetes Melitus dapat diwariskan berasal dari kedua orang

tua kepada anak serta aspek gen pemicu diabetes melitus akan

dibawa oleh anak bila orang tuanya mengidap Diabetes Melitus.


11

c. Pola hidup

Pola hidup juga menjadi faktor yang jadi penyebab Diabetes

Melitus. Bila malas melaksanakan kegiatan fisik akan mendapatkan

efek yang lebih besar buat terkena Diabetes Melitus karena olahraga

berperan untuk membakar kalori yang tertimbun di dalam tubuh.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Diabetus Melitus

Beberapa faktor yang mempengaruhi DM menurut (Maulana,

2015) :

a. Gaya Hidup

Diet dan berolahraga yang kurang sangat berperan penting

menyebabkan timbulnya DM yang dihubungkan dengan sedikitnya

kegiatan fisik sehingga jumlah kalori dalam tubuh mengalami

peningkatan.

b. Umur

Penambahan usia merupakan salah satunya faktor resiko yang

berarti. Pada umur ≥60 tahun lebih rentang terserang diabetus

dibandingkan umur muda ≤50 tahun karena pada umur tua kepekaan

tubuh secara fisiologis menyusut diakibatkan terbentuknya

penurunan retensi insulin sehingga kemampuan dalam

mengendalikan kandungan gula darah kurang optimal.

c. Tipe kelamin

Pengidap diabetus selalu ditemui pada wanita dibanding pria

sebab pada wanita memiliki LDL dan kolesterol yang besar


12

dibandingkan laki-laki , tidak hanya itu pula kegiatan perempuan

sedikit dibanding pria sehingga merangsang terbentuknya bermacam

penyakit khususnya diabetus .

d. Obesitas

Kekurangan dalam pengkonsumsian kalori dengan kebutuhan

energi yang disimpan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan

faktor resiko utama terjadinya diabetus.

e. Ras dan Suku Bangsa

Suku bangsa Amerika Afrika, Amerika Meksiko, Indian

Amerika, Hawai dan Amerika Asia mempunyai efek diabetus dan

penyakit jantung lebih besar sebab tingginya angka hipertensi,

kegemukan dan diabetus pada populasi tersebut .

B. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan gerakan badan oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya yang membutuhkan pengeluaran tenaga. Kegiatan raga rasanya

dirasa cocok dilakukan sesuai dengan keahlian tubuh untuk menanggapi

stress yang diberikan, apabila tubuh diberi beban latihan yang terlalu ringan

sehingga tidak terjalin proses dalam penyesuaian diri (Sugiharto, 2010).

Model konsep keperawatan yang dipaparkan oleh Henderson adalah

model konsep aktivitas sehari-hari yang diinformasikan sebagai berikut: pada

Kebutuhan Fisik yaitu bernafas secara normal, bergerak dan memelihara

postur tubuh, minum serta makan sesuai dengan kebutuhan, eliminasi secara

normal, tidur serta beristirahat, membuka dan mengenakan pakaian, kegiatan


13

mempertahankan temperature tubuh normal dengan berpakaian dan

modifikasi area sekitar, memelihara kebersihan tubuh dan berhias diri dan

menghindari kecelakaan serta bahaya. Kebutuhan Psikologis ialah

komunikasi dan belajar atau memuaskan keingintahuan. Kebutuhan Spiritual

yaitu beribadah dan pada kebutuhan sosial yaitu bermain, rekreasi dan

bekerja. Jadi pada dasarnya teori Henderson adalah menolong orang yang

sakit dan sehat dalam melakukan kegiatan yang memiliki keikutsertaan

terhadap kesehatan serta penyembuhannya, yang mana individu akan sanggup

mengerjakan tanpa dorongan ia memiliki kekuatan, keinginan, dan

pengetahuan yang dibutuhkan (Hidayat, 2015). Kegiatan fisik secara tertib

dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan yaitu terhindar dari penyakit

jantung,diabetes melitus, hipertensi , bentuk tubuh menjadi ideal dan

proporsional, lebih bertenaga dan bugar dan secara keseluruhan keadaan

kesehatan menjadi lebih baik.

Aktivitas fisik pada pengidap diabetes melitus juga dapat

memperbaiki sirkulasi insulin dengan cara meningkatkan dilatasi sel dan

pembuluh darah sehingga membantu masuknya glukosa ke dalam sel.

Aktivitas fisik sangat baik bagi penderita diabetes melitus karena dapat

merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam sel

(Hidayat, 2012)

`
14

C. Senam Aerobik

1. Pengertian

Senam Aerobik adalah suatu pengarahan yang menerapkan semua

otot-oot terutama pada otot besar dengan gerakan terus menerus , ber-

irama dan bertahap. Pada pelaksanaannya senam aerobik memakai

lantunan musik guna agar menambah dorongan dan kecepatan dalam

latihan . Dengan demikian intensitasnya dapat diatur dengan tempo dari

iringan musik (Purwanto, 2011)

Latihan jasmani diperlukan agar pengendalian glukosa pada

tubuh. Olahraga atau latihan fisik yang rutin secara berlebih dengan pola

makan yang seimbang dan sehat akan menciptakan produksi insulin

menjadi terkontrol dan kadar gula darah stabil dalam tubuh. Keduanya

tersebut bisa meneruskan akibat positif bagi penderita diabetes melitus .

Namun hal tersebut dapat dilakukan secara berkelanjutan sebagai gaya

hidup sehingga dapat menurunkan angka komplikasi pada penderita

diabetes melitus. (Yusiana dkk, 2014)

2. Jenis Senam Aerobik

Beberapa jenis senam menurut (Utomo, O.M., Azam, M., &

Anggraini, 2012)

a. High impact yaitu gemnastik aerobik yang dilaksanakan dengan

menggunakan aliran gerakan keras

b. Low impact yaitu senam aerobik yang dikerjakan dengan memakai

aliran gerakan ringan


15

c. Discorobik yaitu senam aerobik yang dibuat agar mempergunakan

kombinasi aliran gerakan keras serta dipadukan dengan gerakan

aerobik aliran ringan

d. Aerobik sport yaitu gemnastik aerobik memfaedahkan aliran gerakan

keras dengan gerakan ringan serta beberapa gerakan kelentukan

e. Aerobik dance yaitu senam aerobik yang diterapkan dengan

kombinasi bentuk tarian yang indah

3. Manfaat Senam Aerobik

Seputar manfaat dari senam aerobik adalah meningkatkan fungsi

jantung, meningkatkan kinerja pada paru dan menaikkan stamina beserta

kekuatannya, memperkuat koordinasi dalam tubuh spesiknya yang telah

masuk dalam lanjut usia, bertambahnya imun, menghindari semua

penyakit semacam Diabetues meliteus, penyakit lipid, hipertensi dan lain

sebagainya . dikarenakan kegiatan raga dapat menaikkan perasaan senang

bagi sesesorang yang menjalankan, membantu menurunkan berat badan.

Karena dalam senam aerobik terdapat beberapa gerakan yang tujuannya

untuk menurunkan kadar gula darah serta mencegah berbagai komplikasi

yang mungkin terjadi (Nugraha, 2016)

4. Prosedur Senam Aerobik

Tata cara dari senam aerobik menurut (Soepmo, 2010):

a. Tahap 1 pemanasan merupakan tahapan awal dalam

melakukansenam aerobik, pada Fase ini menggunakan gerakan

stretching ialah peregangan pada otot fisik dilanjutkan dengan


16

gerakan dinamis pemanasan yang dilakukan selama 10 menit.

Tujuannya untuk menambah elasitisitas otot serta ligamen disekitar

tulang hingga dapat menghindari pemungkinan cedera yang penuh

resiko bagi tubuh. Pemanasan juga dapat meningkatkan temperatur

badan serta detak nadi, agar tubuh siap dalam melakukan latihan

yang tambah insentif.

Gerakan pemanasan
1) Jalan ditempat sembari menarik nafas serta membuang udara

(dilakukan dua kali dengan delapan hitungan)

2) Tubuh menghadap kedepan dan kepala menunduk tegap (dengan

hitungan yang sama)

3) Badan menghadap depan ,serta tolehkan kepala kekanan dan kiri

(2x8 hitungan)

4) Tubuh tegap lurus, kepala dimiringkan kekanan dan sebaliknya

dengan hitungan yang sama

5) Putar Kepala ke samping searah jarum jam

6) Menggerakkan kaki ke samping kanan kiri sambil memutarkan

pundak

7) Kemudian bahu digerakkan naik turun

8) Lalu ayunkan kedua tangan ke atas

9) Letakkan kedua tangan di pinggang sambil menggerakan kaki

kesamping kanan kiri (2x8 hitungan )

10) Jalan ditempat berselingan dengan tarik nafas dan buang nafas

(2x8 hitungan
17

b. Fase kedua bagian inti

Latihan ini merupakan tahap pertama dari keseluruhan senam

aerobik. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah senam aerobik low

impact, moderate impact dan high impact atau kombinasi dari senam

tersebut. Intensitas latihan pada fase ini adalah 25 sampai 55 menit.

Pada tingkat inilah tujuan latihan harus tercapai yaitu

mengetahui bahwa latihan telah mencapai training zone . Training

zone merupakan daerah ideal denyut nadi saat latihan. Jangkauan

training zone ini adalah 60-90% dari denyut nadi maksimal

seseorang (DNM). Oleh karena itu tingkat usia manusia berbeda,

berarti denyut nadi yang dimiliki berbeda juga.

Gerakan Inti

1) Jalan ditempat sambil bernafas

2) Buka kedua kaki, lalu lutut sedikit berjongkok kemudian,

tangan lurus kedepan sambil kegiatan naik turun

3) Lakukan seperti nomor 2 dengan tubuh mengahadap sedikit

menyerong lurus dengan kegiatan naik turun

4) Tendang kaki ke depan satu per-satu

5) Jalan kesamping kanan kiri sambil kedua tangan membentuk

lingkaran

6) Maju kedepan belakang sambil melakukan gerak memompa

7) Membuka kedua tangan didepan dada sambil bergerakan

kekanan kiri dengan berjalan kesamping kanan kiri


18

8) Mengangkat sendi bagian bawah secara bergantian kemudian

tangan membuat silangan dengan kaki mundur kebelakang

9) Membuat silangan tangan sambil jalan ditempat

10) Kemudian kedua tangan diayunkan secara bergantian dengan

menyentuh tumit bawah

11) Mengayunkan kedua tangan ke bawah dengan kaki diangkat

kebelakang

12) Gerakkan kaki dan tangan ke depan belakang secara bersama

13) Goyangkan pinggul dengan tangan diangkat

14) Rentangkan kedua tangan sambil menggoyangkan pinggul

15) Gerakan tangan semacam memompa kemudian lakukan tepuk

sambil jalan ditempat

16) Jalan kesamping kanan kiri depan belakang dengan tangan di

samping pinggang

17) Jalan serong kanan kiri sambil kedua tangan ditekuk ke atas

dada kemudian rentangkan (2x8 hitungan )

c. Fase ketiga Latihan Pendinginan

Pendinginan merupakan usaha untuk menurunkan kondisi

tubuh dari kerja dengan intensitas yang tinggi secara bertahap dan

teratur, Fase ini dilakukan selama 5-10 menit tergantung pada

kebutuhan dari setiap individu yang melakukan . Bentuk

melakukannya dengan tetap melaksanakan kegiatan fisik dan

intensitas yang paling rendah, dengan diiringi musik yang nyaman.


19

Gerakan pendinginan

1) Gerakan kedua tangan dengan digoyang-goyangkan secara

bersamaan

2) Tegapkan tubuh lalu ke-2 tangan kebelakang, kaki kanan

kebelakang dan kaki kiri sedikit dilipat serta sebaliknya

3) Bungkukan badan sampai tangan menyentuh jari bawah serta

kaki sedikit

4) Buka kedua kaki kemudian tangan kedepan lakukan sumo

squats angkat tumit

5) Jongkok kedua kaki sebagai tumpuan kemudian berdiri dengan

menggerakkan tangan ke serong

6) Buka kedua kaki goyangkan ke kanan kiri, tangan keatas

membentuk silang

7) Badan tegap tangan kanan lurus kesamping , tangan kiri

menahan siku tangan kanan , kaki kiri dibuka selebar pundak

dan sedikit dilipat, Lakukan pada sebelahnya

8) Kaki dibuka selebar mungkin, kaki kanan agak ditekuk, tangan

kanan di atas paha kaki kanan dan tangan kiri lurus keatas

mengikuti badan (1x8 hitungan). Lakukan gerakan sebaliknya

(1x8 hitungan )

9) Merapatkan ke-2 kaki kemudian angkat kedua tangan keatas

sambil bernafas perlahan dari hidung keluarkan melalui mulut


20

D. Senam Yoga

1. Pengertian

Senam Yoga merupakan satu diantara yang terdapat bentuk

latihan fisik yang efisien mengendalikan kandungan gula darah. Yoga

sangat diperlukan buat membakar kelebihan glukosa di dalam tubuh,

olahraga yoga melancarkan badan untuk lebih efektif menggunakan

karbohidrat. Rangkaian kegiatan yoga untuk diabetes melitus meliputi

pemanasan, latihan inti,istirahat dan doa (Surya, 2013).

Yoga ialah kondisi pikiran atau state of mind. Maksud dari yoga

yaitu untuk menuju kepada meditasi yang tenang. Konsentrasi pada

bagian tubuh akan lebih mudah apabila dapat dirasakan, setelah itu baru

perlahan akan masuk kedalam pikiran (mind). Yoga mengkombinasikan

gerakan bernafas, relaksasi dan meditasi serta latihan peregangan (Jain,

2011).

Bahwa tidak cuma raga saja yang dapat dipengaruhi oleh yoga

melainkan juga dari segi psikologis. Yoga bermanfaat terhadap fisik dan

juga psikologis . Meskipun yoga bisa turunkan kandungan gula darah

pada pengidap diabetes melitus, namun pula pengaturan kebiasaan makan

dan ketaatan dalam minum obat harus tetap dijalankan dengan teratur.

(Pelt, 2016).
21

2. Jenis Senam Yoga

Beberapa jenis senam yoga menurut (Merdawati et al., 2019)

a. Hatha yoga yaitu untuk mengidentifikasi nama dari bentuk tubuh

lebih gampang dan arena durasi yang tenang juga bisa menyelami

setiap bentuk dengan baik

b. Iyengar yoga berfokus pada ketepatan postur serta angat mencermati

anatomi tubuh secara perinci, bertujuan buat tingkatkan stamina

tubuh, kelenturan dan keseimbangan tubuh

c. Ashtanga yoga yaitu sinkronisasi pernafasan serta gerakan-gerakan

yang bertujuan untuk membersihkan tubuh

d. Vinyasa yoga tidak memiliki aturan terikat antara rangkaian-

rangkaian gerakan didalamnya sehingga yoga ini akan lebih menarik

3. Manfaat Senam Yoga

Pernapasan yoga membuat langkah naik turun lambung dan

gerakan-gerakan yoga akan menghimpit kerja pankreas. Kejadian ini

membuat hormon insulin jadi aktif dan kebutuhan insulin menjadi

berkurang. Sehingga dampaknya tidak terjalin penambahan glucose

darah (Surya, 2010). Manfaat dari senam yoga adalah menaikkan kinerja

kerja kelenjar endokrin (hormonal) pada tubuh, meningkatkan sirkulasi

darah menyeluruh di sel tubuh dan otak, membentuk bentuk badan yang

lebih gagah serta otot yang lebih lentur dan kokoh, tingkatkan kapasitas

paru-paru dikala bernafas serta kurangi krisis dalam tubuh, kosentrasi

dan mental serta buatnya lebih kokoh saat menghadapi stress (Widya,

2015).
22

4. Prosedur Senam Yoga

Prosedur senam yoga menurut (Lebang, 2015) :

a. Gerakan pertama dinamakan Suptha Baddha Konasana yaitu letak

terlentang (supta) dengan meringkus dua lutut kaki masing-masing

ke samping kiri serta kanan hingga dua telapak kaki itu bisa silih

melekat serta tumit memegang ujung paha. Penggunaan bantal

ataupun kain dapat membantu tubuh menjadi lebih santai sebab

dapat meningkatkan kinerja pada paru-paru. Guling dapat ditaruh

pada area kepala, tulang punggung sampai tulang ekor. Letak

pundak, badan dan tangan akan bebas dengan bagian tangan

mengarah ke atas. Kemudian gerakan tersebut dapat dilakukan

selama 5 menit.

b. Gerakan kedua dinamakan Janu sirsasana yaitu bentuk berdiam

dengan dandasana (bagian belakang badan tegak, kedua kaki lurus

ke depan) dengan salah satu kaki dilipat sedikit hingga bagian

telapak kaki memegang pangkal paha kaki lainnya. Tempatkan meja

atau sofa kecil menghadap ke dada serta taruh wajah dengan pelan-

pelan ke arah kursi. Pengidap dapat tambahkan selimut selaku

perlengkapan bantu dan gerakan ini dilakukan sepanjang 30-60 detik

dan kemudian lakukan pada sisi sebelahnya.

c. Gerakan ketiga dinamakan Bharadvajasana yaitu posisi duduk tegak

dengan menekuk kedua lutut ke arah samping tubuh. Atur tubuh ke

arah kanan (berlawanan) secara perlahan dan letakkan tangan kiri


23

pada lutut kanan sehingga tubuh dapat membelokkan lebih jauh .

Lakukan gerakan selama 10-15 detik dan kemudian lakukan pada

sisi sebelahnya.

d. Gerakan keempat dinamakan Marichiyasana I yaitu letak duduk

bersimpuh secara lurus dengan kaki kanan ditekuk hingga telapak

kaki memegang lantai dan tumit menyentuh bagian atas paha

belakang sebaliknya kaki kiri tentu pada posisi lurus. Setelah itu

tubuh diatur ke pinggir kanan dengan telapak tangan kiri mengikuti

badan serta memegang lantai, tangan kanan ditekuk sehingga siku

menekan pada lutut. Gerakan tersebut dilakukan semasa 20-30 detik

dan dilakukan pada sisi sebelahnya.

e. Gerakan kelima dinamakan Viparita Dandasana yaitu posisi terbalik

dengan kaki lurus. Dapat dilakukan dengan alat bantu seperti kursi .

Sepasang kaki dimasukkan dalam lubang kursi dan turunkan badan

secara perlahan dengan punggung menyentuh bantalan kursi . Kepala

ditopang menggunakan bantalan yang berada dibawah . Gerakan ini

dilakukan selama 1 menit.

f. Gerakan keenam dinamakan Adho Mukha Svanasana yaitu kedua

punggung tangan dan tumit memegang lantai dalam posisi sejajar.

Berikutnya badan dinaikkan ke atas secara pelan-pelan dengan kedua

tangan serta kaki senantiasa lurus, wajah menghadap ke bawah

dengan beralaskan selimut. Latihan ini dilakukan selama 5 menit.


24

g. Gerakan ketujuh dinamakan Adho Mukha Virasana yaitu posisi

menghadap kebawah dengan bersimpuh, kepala menghadap

kebawah dengan beralaskan handuk kecil yang digulung kemudian

letakkan guling diantara kedua lutut , penambahan selimut diujung

dan pangkal paha. Kemudian rebahkan badan secara perlahan ,

kedua tangan lurus kedepan. Gerakan dilakukan selama 5 menit.

h. Gerakan kedelapan dinamakan Savasana (relaksasi) yaitu pose

terakhir dalam yoga sebab gerakannya cuma tidur terlentang

menyamai mayat (sava) . Kegiatan ini dapat dilakukan selama 10

menit .

E. Glukosa Darah

1. Pengertian

Tingkat gula darah merupakan karbohidrat yang utama buat tubuh

dikarenakan glukoce bertindak bagai bahan bakar metabolisme pertama.

Kadar gula darah bermanfaat sebagai perkusor agar sintesis karbohidrat

lainnya misalnya glikogenesis, galaktosa, ribosa dan deoksiribosa. Kadar

gula darah adalah produk akhir terbanyak dari metabolisme karbohidrat.

(Hariyanto, 2013)

Kandungan gula darah dipengaruhi dari hormon insulin. kadar

gula dari darah dibawa Insulin ke dalam sel tubuh supaya dapat

digunakan glukosa sebagai energi . Tidak terdapatnya insulin, sel tubuh

tidak sanggup untuk memanfaatkan glukosa yang terdapat didalam darah.

Insulin ialah hormone di badan manusia yang oleh pancreas dikala kita
25

mencerna makanan dan pada saat glukosa dalam darah bertambah.

Apabila insulin tidak bekerja sebagai mana mestinya, kadar gula darah

akan bertambah yang pada akhirnya akan lolos dari proses di ginjal

sehingga turut terbawa kedalam air seni. Insiden tersebut bisa memicu

timbulnya indikasi diabetes semacam gemar buang air kecil dan

penurunan berat badan sebab tubuh tidak bisa memakai energi dari

makanan. Bila dibiarkan tidak terkontrol diabetes bisa menimbulkan

kadar gula darah menjadi sangat besar, yang bisa menimbulkan keadaan

kesehatan yang serius contohnya, diabetes ataupun kematian. (Sutanto,

2013)

Pemantauan status metabolik yang menyandang diabetes mellitus

merupakan perihal yang sangat penting. Kesimpulan dari pemantauan

tersebut digunakan buat menilai manfaat pengobatan serta selaku

pegangan penyesuaian diet, latihan jasmani dan obat buat mencapai

kadar gula (glukosa) darah senormal mungkin dan terbebas dari

bermacam komplikasi. Analisis gula darah secara teratur memang sangat

penting untuk dilakukan untuk mendapatkan tujuan mengenali

perkembangan terapi pengobatan diabetes serta melaksanakan

penyesuaian dosis obat, apabila target belum memenuhi.(Nabyl, 2015)

2. Metabolisme Glukosa Darah

Semua sel tidak berhenti memperoleh glukosa yaitu 80-100 mg/dl

untuk usia dewasa serta 80-90 mg/dl bagi anak, walaupun pasokan

kebutuhan makanan serta kebutuhan jaringan berubah diwaktu tidur dan


26

bekerja (Crabmer et al, 2009). Proses ini disebut homeostasis glukosa.

Tingkat gula darah yang rendah ialah hipoglikemia bisa dicegah dengan

pembelahan glukosa dari simpanan glikopen hati yang besar lewat lajur

glikogenolisis serta sintesis glukosa dari laktat, gliserol, dan asam amino

di hati melalui jalur glukoneogenesis serta melewati pelepasan asam

lemak dari simpanan jaringan adiposa apabila pasokan glukosa tidak

memadai. Kadar gula darah besar ialah hiperglikemia dapat dicegah

dengan perubahan glukosa menjadi glikogen dan perubahan glukosa

menjadi triasigliserol dijaringan adiposa. Keselarasan antara jaringan

dalam menggunakan serta menyimpan glukosa sepanjang puasa dan

makan paling utama dilaksanakan lewat kerja hormon homeostasis

metabolik yaitu insulin serta glukogen (Ferry, 2010)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Glukosa Darah

a. Diet/Penurunan berat tubuh adalah aspek pertama yang berkaitan

dengan penambahan kandungan gula darah pada responden sesudah

makan (Holt, 2010). Reaksi penambahan kadar gula darah setelah

makan berhubungan dengan sifat monosakarida yang diserap, jumlah

karbohidrat yang dikonsumsi, tingkat penyerapan dan fermentasi

kolon (Wolve, 2009).

b. Aktivitas fisik yang minim dapat menimbulkan penambahan tingkat

gula darah. Kegiatan jasmani merupakan gerakan yang dihasilkan

dari otot rangka yang perlu energy selama istirahat. Latihan ialah inti

dari tindakan fisik yang terencana dengan rapi dan terstruktur dengan
27

gerakan yang berulang dengan mempertahankan kesehatan fisik

(Sigal, 2011). Aktifitas badan meningkatkan transfer glukosa lewat

glucose transporter-4 (GLUT 4) pada membran sel yang

kemungkinan terjadinya perubahan penambahan AMP otot. Pada

tahap pemulihan setelah kegiatan terdapat proses pengisian kembali

cadangan glikogen otot dan hati yang berlanjut sepanjang 12-72 jam

sinkron dengan berat dan ringannya latihan yang dilaksanakan

(Soegondo, Soewondo, Subekti 2009).

c. Penggunaan obat

Kadar guka darah bisa dipicu dengan pemakain obat

hipoglikemia oral ataupun insulin. perubahan kerja obat pada

penurunan kadar gula darah diantaranya dengan merangsang kelenjar

pancreas agar meningkatkan produksi insulin, menurunkan produksi

glukosa dalam hepart, mencegah pencernaan karbohidrat sehingga

bisa meminimalkan absorbsi glukosa dan merangsang reseptor.

Insulin yang dikasih sejak dini agresif dalam memperlihatkan hasil

klinik dengan baik paling utama berhubungan pada problematika

glukotoksitosis ditunjukkan karena terdapatnya perbaikan peran sel

beta pankreas (Sudoyo,dkk 2010).

d. Stress dapat menambah tingkat glukosa darah dikareanakan stres

menstimulasi inti endokrin agar menghasilkan ephinerfin yang

memiliki dampak yang lebih kuat dalam memyebabkan munculnya

proses glikoneogenesis didalam hepart sehingga akan membebaskan


28

sejumlah besar glukosa ke dalam darah beberapa menit ( Guyton dan

Hall, 2010).

4. Pemeriksaan Glukosa Darah

Pengecekan glukoce darah adalah menurut (Perkenni, 2015)

a. Gula darah sewaktu dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa

memperlihatkan makanan terakhir yang dimakan serta keadaan

badan individu tersebut . Glukosa darah > 140 mg/dl

b. Gula darah puasa dicoba setelah pasien puasa delapan-sepuluh jam .

Glukosa darah 70-110 mg/dl

c. Gula darah 2 jam sesudah makan dilakukan pengecekan yang

dilaksanakan dua jam dijumlah setelah klien menuntaskan makanan

d. Kriteria diagnostis pada DM > 140 mg/dl kemungkinan sedikit

dalam 2x pemeriksaan

5. Metode dalam mengukur Glukosa Darah

Pengecekan gula darah dilakukan dengan memakai alat

glukometer dan dilaksanakan dengan mengambil darah menggunakan

lanset yang dimasukkan ke jari. Darah akan menetes keluar dan

diletakkan pada suatu strip yang mengandung zat kimiawi khusus yang

dapat bereaksi dengan zat gula yang ada pada darah. Setelah beberapa

lama strip itu bakal kering dan menampakkan warna tertentu . Warna

yang dihasilkan dibandingkan dengan deret (skala) warna yang bisa

menampilkan tingkat glukosa dalam darah tersebut. Selain membedakan

warna strip dengan skala warna pengukuran kadar gula bisa juga

dilaksanakan memakai alat khusus (Ramaidah, 2015).


29

F. Kerangka Teori

Kebutuhan Fisik :
Konsep Dasar Manusia : a. Bernafas secara normal
1. Biologis b. Bergerak dan memelihara postur
2. Psikologis tubuh
3. Sosiologis c. Kebutuhan nutrisi tercukupi
4. Spiritual d. BAB dan BAK normal
e. Istirahat yang cukup
f. Dapat memakai pakaian
g. Kegiatan mengatur temperatur
suhu badan secara normal
dengan modifikasi lingkungan
h. Menjaga kebersihan badan serta
menghias diri
i. Mencegah bahaya.

Diabetes
Melitus

Latihan Fisik Senam Aerobik dan


Senam Yoga

Penurunan
glukosa

Gambar 2.1. Kerangka Teori Virginia Henderson

Keterangan :
= tidak diteliti

= diteliti
30

G. Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan senam yoga dan senam aerobik pada kadar gula

darah penderita diabetus militus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas

demak III

Ha : Ada perbedaan senam yoga dan senam aerobik terhadap kadar gula

darah penderita diabetus militus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas

demak III
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Senam yoga
Kadar gula darah
Senam
aerobik

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Variabel Penelitian

Sesuatu yang dipakai sebagai ciri, ukuran atau sifat yang didapatkan

dari satuan penelitian mengenai sebuah konsep pengertian tertentu contohnya

usia, jenis kelamin, pendidikan, situasi perkawinan, penghasilan,

pengetahuan, pendapat, penyakit, dan lainnya (Notoadmodjo, 2016).

1. Variabel bebas ( independent) yaitu yang mempengaruhi variabel terikat.

Dalam riset ini variabel bebas-nya ialah senam yoga serta senam aerobik

2. Variabel terikat (Dependent ) yaitu yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Pada penelitian ini variabel terikatnya merupakan kadar glukosa darah

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperimental. Dalam

penelitian ini menggunakan pre test dan post test group design dengan

membandingkan antara perlakuan kelompok pertama (Senam Aerobik) dan

31
32

kelompok kedua (Senam Yoga) sehingga dapat disusun suatu desain

penelitian

O1 X O2
1

P S R
O3 X O4
2
Gambar 3.2 Rancangan Penelitian
Keterangan :
P : Populasi
S : Sampel
R : Consecutive Sampling
O1 : Pre test kelompok 1
X1 : Perlakuan ( Senam Aerobik )
O2 : Post test kelompok 1
O3 : Pre test kelompok 2
X2 : Perlakuan ( Senam Yoga )
O4 : Post test kelompok 2

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua subjek penelitian berupa benda. Seluruh

unsur yang terdapat ciri adalah topik yang dapat diteliti (Machfoedz,

2012). Populasi yang diambil pada peneliti ini ialah orang usia dewasa yg

mengalami penyakit diabetus melitus berdasarkan dari data yang didapat

puskesmas. Populasi dari penelitian ini sebanyak 72 orang usia dewasa

dari data yang diambil di Puskesmas Demak III pada bulan september

sampai november 2021.


33

2. Sampel

Sampel yaitu subjek yang diteliti dan dianggap mewakili semua

populasi. Pengambilan sampel penelitian memakai metode consecutive

sampling (berurutan) yaitu teknik pemilihan sampel dengan menetapkan

subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian

sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien terpenuhi.

N
n = n
N
7
=
00 (0 )
7
=
00 0 0
7
=

7
=

= 36
Keterangan :

n : jumlah sempel

N : jumlah populasi

d : tingkat signifikan (0,01)

Mengantisipasi adanya sempel Drop Out :

n
n
f

6
n
0

6
n
0

n 0
34

Keterangan :

n¹ : sampel yang akan digunakan (kalkulasi dengan drop out)

n : sampel yang digunakan

f : antisipasi droup out (0,1)

Dari perhitungan diatas diperoleh 40 responden dan sampel

terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan yaitu 20 untuk senam aerobik dan

20 untuk senam yoga. Dalam pengumpulan sampel peneliti menetapkan

kriteria inklusi dan eksklusi agar memutuskan karakter populasi praktis

yang telah terpenuhi persyaratannya (Sastroasmoro, 2014) .

a. Kriteria inklusi

1) Partisipan berusia 20-40 tahun yang menjalani pengobatan

diPuskesmas Demak III

2) Terdiagnosa mengalami diabetus melitus tipe 2

3) Berinteraksi dengan baik serta kooperatif

b. Kriteristik eksklusi

1) Responden terdapat pelebaran pada luka

2) Pasien tidak mengalami penyakit kronik ( stroke, penyakit ginjal

dan penyakit syaraf )

3) Klien tidak kooperatif

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Demak III

pada bulan Oktober- Desember 2021.


35

F. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan dari semua variabel dan

istilah yang digunakan pada penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013)

Tabel 3.1. Definisi operasional


Hasil
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala
pengukuran
Independent
1. Senam Senam yang menerapkan Lembar - -
Aerobik semua otot-oot terutama Observasi
pada otot besar dengan
gerakan terus menerus , ber-
irama dan bertahap dengan
memakai lantunan music
dan tergolong dalam aerobik
low impact
2. Senam Senam yang Lembar - -
Yoga mengkombinasikan gerakan Observasi
bernafas, relaksasi dan
meditasi serta latihan
peregangan.
Dependent
3. Kadar Kadar gula darah Glukometer Jumlah angka Interval
gula darah bermanfaat sebagi perkusor dengan merk glukosa darah
agar síntesis karbohidrat one touch mempunyai
lainnya misalnya satuan mg/dl
glikogenesis, galaktosa,
ribosa dan deoksiribosa.
Kadar gula darah adalah
produk akhir terbanyak dari
metabolisme karbohidrat

G. Alat ukur/instrumen

Sebagai alat-alat yang digunakan untuk mendapatkan atau

mengumpulkan data (Notoadmodjo, 2016). Penelitian ini menggunakan

lembar observasi untuk senam aerobik dan senam yoga dan untuk kadar gula

darah menggunakan glukometer.


36

H. Uji Validitas

1. Uji Validitas ialah pengukuran serta pengamatan yang mempunyai

prinsip andalan instrumen dalam pengumpulan data ( Nursalam, 2016).

Suatu instrumen yang dikatakan benar apabila instrumen tersebut dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur (Dharma, 2017). Pada penelitian

ini instrumen yang dipakai ialah glukometer untuk mengukur glukosa

darah . Alat ukur yang akan peneliti pakai tidak membutuhkan uji coba

validitas sebab glukometer telah teruji kevalidannya di tempat

produksinya ( Prasetya, dkk., 2015 )

2. Uji Reabilitas merupakan kesamaan hasil pengukuran ataupun

pengamatan apabila kenyataan hidupnya diukur ataupun diamati berulang

dalam waktu yang berlainan ( Nursalam, 2016). Karena pada penilitian

ini mempunyai nilai reabilitas internal dimana dengan koefisien α =

0,872 yaitu terdapat hubungan yang sangat erat (reliabel) dengan

memakai rumus Alpha Cronbach dengan kriteria Guilford yaitu 0,7- <

0,9

I. Metode Pengumpulan

Pengumpulan informasi merupakan metode yang digunakan dalam

pengumpulan data penelitian (Surya, 2013). Tahapan yang digunakan

peneliti adalah :

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin agar melakukan

penelitian kepada Kepala Program Pendidikan SI Keperawatan

Universitas Islam Sultan Agung.


37

b. Mengurus ijin ke Dinas Kesehatan Demak

c. Mendapatkan surat balasan dari Dinas Kesehatan untuk diberikan

kepada kepala puskesmas

d. Mengurus ijin surat penelitian di Puskesmas Demak III

e. Mengisi kode etik penelitian

f. Melakukan penelitian

2. Tahap Penelitian

a. Meminta responden mengisi data persetujuan menjadi responden

b. Mengisi data kuisioner sampel yang diberikan peneliti

c. Sebelum melakukan senam aerobik maupun yoga dilakukan

pengecekan kadar gula darah terlebih dahulu

d. Kemudian responden melakukan senam aerobik dilakukan 3 kali

dalam seminggu selama 2 minggu dengan durasi 30 menit selama 6

kali pengukuran dan yoga dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 2

minggu dengan durasi 60 menit selama 6 kali pengukuran

e. Melaksanakan senam aerobik dan yoga dengan instrukstur senam

yang sudah bersertifikasi dibidangnya sesuai dengan hari dan waktu

yang disepakati bersama

f. Setelah itu melakukan ulang pengukuran kadar gula darah setelah

dilakukan senam aerobik dengan 6 kali pengukuran seperti

sebelumnya dan senam yoga dialakukan selama 6 kali pengukuran

seperti sebelumnya
38

g. Pengukuran kadar gula darah dilakukan 15 menit setelah senam

aerobik dan yoga

h. Mendokumentasikan hasil gula darah dilembar observasi

J. Analisa Data

Dalam penelitian ini untuk memaparkan data yang sudah

dikumpulkan, kemudian akan diinterpretasikan lebih lanjut untuk menguji

hipotesa. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah :

a. Uji Univariat

Analisa Univariat dipakai dalam menjelaskan setiap ciri dari

variabel penelitian (Sastroasmoro, S., & Ismail, 2014). Berdasarkan

karakteristik responden sebelum dilakukan senam yoga dan aerobik pada

aktivitas fisiknya di lakukan pengukuran glukosa dan sesudah

dilaksanakan senam aerobik dan yoga kadar gula darah mengalami

penurunan.

b. Uji Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan untuk dua variabel yang diperkirakan

berhubungan(Sastroasmoro, S., & Ismail, 2014). Untuk penelitian ini

menggunakan uji Inpaired T Test karena menguji beda 2 mean yang tidak

berpasangan. Maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas pada

perbedaan kedua kelompok tersebut , uji tersebut menggunakan Shapiro

Wilk. Dan jika data tidak normal dapat diuji dengan uji Mann Whitney

sebagai uji alternatifnya dengan p value 0,001 dikatakan ada perbedaan

sebelum dan sesudah perlakuan jika p value 0,05.


39

K. Pengolahan Data

a. Processing ialah melaksanakan pencatatan informasi dari lembar

observasi penghitungan tingkat gula darah responden kedalam program

computer

b. Cleaning merupakan penghapusan ulang kembali data responden yang

sudah di masukkan apakah terdapat salah atau tidak

c. Editing yaitu aktivitas buat melaksanakan pemeriksaan data pengukuran

glukosa responden, semacam evaluasi gula darah responden sebelum

serta setelah intervensi

d. Tabulating adalah membuat table data yang cocok dengan tujuan

penelitian ataupun yang diharapkan oleh peneliti (Notoadmodjo, 2016).

Tabel yang dibuat dalam penelitian ini antara lain : tabel pengukuran gula

darah saat sebelum serta setelah dicoba intervensi, table pengaruh senam

yoga terhadap perubahan kadar gula pada pasien diabetes melitus tipe II.

L. Etika Penelitian

Prosedur analisis adalah sebuah pilar etika yang digunakan buat tiap

riset yang mengaitkan antara periset, subjek riset dan masyarakat yang

hendak memperoleh pengaruh dari hasil penelitian tersebut.(Nasional &

Indonesia, 2017)

a. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Persetujuan antara peneliti dengan responden, yang ditandai

dengan lembar persetujuan yang ditandatangani oleh responden sebagai

bukti bahwa responden telah setuju untuk terlibat dalam penelitian.

Lembar tersebut diantarkan sebelum penelitian dilangsungkan, agar


40

peserta memahami maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan.

Tetapi apabila responden menolak, maka peneliti tidak mewajibkan serta

senantiasa menghargai responden.

b. Anonymity (Tanpa Nama)

Dalam penelitian ini dibuat untuk melindungi privasi responden

dan tidak harus menuliskan nama lengkap saat mengisi kuesioner dan

hanya mencantumkan inisial huruf depan. Peneliti hanya menulis inisial

dari nama depan.

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian dan data tidak akan

disebar luaskan.

d. Beneficience (Manfaat)

Penelitian diharapkan dapat memberikan dampak positif kepada

responden sehingga dapat meminimalkan dampak negatif untuk

responden. Dalam riset ini diharapkan bisa berguna bagi responden buat

mengurangi kendala dalam memberikan pelayanan caring Islami.

e. Nonmaleficience (Keamanan)

Dalam penelitian alat yang digunakan ini hanya menggunakan

lembar observasi dan glukometer, dimana responden dapat mengisi

lembar observasi tanpa ada hal yang membahayakan responden dan

keamanan dilakukan untuk melindungi responden dari cedera saat

melakukan intervensi senam aerobik dan yoga serta melakukan

pengukuran kadar gula darah. Sebelum melakukan pengukuan kadar gula


41

darah dilakukannya pengecekan tekanan darah pada responden setelah itu

baru melakukan pengukuran kadar gula menggunakan glukometer

dengan proses pengambilan darah pada ujung ibu jari menggunakan

jarum kemudian darah diletakkan pada strip glukometer kemudian lihat

berapa kadar gula darah dari responden.

f. Veracity (Kejujuran)

Peneliti memberikan informasi jujur menimpa pengisian

kuesioner dan manfaat dari penelitian. Peneliti akan menjelaskan

mengenai informasi peneliti yang akan dilakukan, karena penelitian ini

menyangkut diri responden.

g. Justice (Keadilan)

Peneliti memberikan perlakuan sama rata ke semua responden

tanpa dibedakan oleh siapapun. Dengan melakukan pengukuran kadar

gula darah sebelum dan sesudah dilakukannya senam aerobik dan yoga

pada setiap responden.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pengantar Bab

Pada bab ini membahas tentang Perbedaan Pengaruh Senam Aerobik

dan Senam Yoga terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetus Melitus

Tipe 2 diwilayah Puskesmas Demak III . Penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 20 November sampai 20 Desember 2021 dengan 40 responden yang

telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

B. Penjelasan tentang karakteristik sampel

Karakteristik responden agar dapat dijelaskan mengenai subjek yang

sedang diteliti. Karakteristik dari penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin

dan tingkat pendidikan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing

karakteristik dari responden dengan tabel dibawah ini :

1. Senam Aerobik

a. Usia

Tabel 4.1. Distribusi rata-rata usia responden DM di Puskesmas


Demak III (n=20)
Usia Mean Minimal Maksimal
28-40 th 35,40 28 40

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa usia rata-rata pada responden

yaitu 35,40 dan nilai minimum pada respoden yaitu 28 dan

sebaliknya untuk nilai maksimalnya yaitu 40.

42
43

b. Jenis kelamin

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis


kelamin pada pasien DM di Puskesmas Demak III
(n=20)
Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)
Perempuan 16 80,0 %
Laki-laki 4 20,0 %
Total 20 100%

Tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa jenis kelamin terbanyak

pada penelitian ini adalah perempuan sebanyak 16 responden

(80,0%) sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 4 responden

(20,0%).

c. Tingkat pendidikan

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat


pendidikan pada pasien DM di Puskesmas Demak III
(n=20)
Tingkat pendidikan Frekuensi Presentase (%)
Sd 9 45,0%
Smp 7 35,0%
Sma 4 20,0%
Total 20 100%

Tabel 4.3 menunjukkan hasil bahwa tingkat pendidikan

terbanyak pada penelitian ini adalah Sd sebanyak 9 responden

(45,0%), Smp sebanyak 7 responden (35,0%) dan Sma sebanyak 4

responden (20,0%).

2. Senam Yoga

a. Usia
Tabel 4.4. Distribusi rata-rata usia responden DM di Puskesmas
Demak III (n=20)
Usia Mean Minimal Maksimal
32-40 th 36,30 32 40
44

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa usia rata-rata pada responden

yaitu 36,30 dan nilai minimum pada respoden yaitu 32 dan

sebaliknya untuk nilai maksimalnya yaitu 40.

b. Jenis kelamin
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis
kelamin pada pasien DM di Puskesmas Demak III
(n=20)
Jenis kelamin Frekuensi Presentase %
Perempuan 19 95,0%
Laki-laki 1 5,0%
Total 20 100%

Tabel 4.5 menunjukkan hasil bahwa jenis kelamin terbanyak

pada penelitian ini adalah perempuan sebanyak 19 responden

(95,0%) sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1 responden

(5,0%).

c. Tingkat pendidikan
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat
pendidikan pada pasien DM di Puskesmas Demak III
(n=20)
Tingkat pendidikan Frekuensi Presentase %
Sd 12 60,0%
Smp 6 30,0%
Sma 2 10,0%
Total 20 100%

Tabel 4.6 menunjukkan hasil bahwa tingkat pendidikan

terbanyak pada penelitian ini adalah Sd sebanyak 12 responden

(60,0 %), Smp sebanyak 6 responden (30,0%) dan Sma sebanyak 2

responden (10,0%).
45

C. Analisa Univariat

1. Senam Aerobik

Tabel 4.7. Nilai gula darah sebelum dan sesudah dilakukan senam
aerobik
mean Mean
Y1.1 234,60 Y1.2 142,95
Y2.1 241,90 Y2.2 140,80
Y3.1 240,65 Y3.2 139,45
Y4.1 238,85 Y4.2 138,00
Y5.1 237,50 Y5.2 136,95
Y6.1 236,00 Y6.2 136,05
Total 239,75 Total 139,03

Tabel 4.7 menunjukkan hasil bahwa pada perlakuan pertama

sebelum dilakukan senam aerobik rata-rata kadar gula darahnya 243,60

setelah dilakukan senam aerobik rata-rata kadar gula darahnya yaitu

142,95, perlakuan kedua didapatkan hasil sebelum senam rata-rata gula

darah 241,90 setelah senam 140,80, perlakuan ketiga sebelum dilakukan

senam 240,65 setelah senam menjadi 139,45, perlakuan keempat

didapatkan hasil sebelum senam rata-ratanya 238,85 kemudian setelah

senam 138,00, perlakuan kelima sebelum senam rata-rata gula darahnya

237,50 setelah melakukan senam 136,95, perlakuan keenam didapatkan

hasil sebelum senam yaitu rata-rata gula darahnya 236,00 kemudian

setelah senam menjadi 136,05. Dan pada tabel tersebut rata-rata gula

darah sebelum perlakuan 1-6 adalah 239,75 dan rata-rata setelah

perlakuan 1-6 yaitu 139,03.


46

2. Senam yoga

Tabel 4.8. Nilai gula darah sebelum dan sesudah dilakukan senam
yoga
Mean Mean
Y1.1 235,20 Y1.2 135,65
Y2.1 233,05 Y2.2 133,40
Y3.1 231,05 Y3.2 131,10
Y4.1 228,30 Y4.2 128,55
Y5.1 226,45 Y5.2 125,65
Y6.1 224,10 Y6.2 122,00
Total 229,70 Total 129,39

Tabel 4.8 menunjukkan hasil bahwa pada perlakuan pertama

sebelum dilakukan senam yoga rata-rata kadar gula darahnya 235,20

setelah dilakukan senam yoga rata-rata kadar gula darahnya yaitu

135,65, perlakuan kedua didapatkan hasil sebelum senam rata-rata gula

darah 233,05 setelah senam 133,40, perlakuan ketiga sebelum dilakukan

senam 231,05 setelah senam menjadi 131,10, perlakuan keempat

didapatkan hasil sebelum senam rata-ratanya 228,35 kemudian setelah

senam 128,55, perlakuan kelima sebelum senam rata-rata gula darahnya

226,45 setelah melakukan senam 125,65, perlakuan keenam didapatkan

hasil sebelum senam yaitu rata-rata gula darahnya 224,10 kemudian

setelah senam menjadi 122,00. Dan pada tabel tersebut rata-rata gula

darah sebelum perlakuan 1-6 adalah 229,70 dan rata-rata setelah

perlakuan 1-6 yaitu 129,39.


47

D. Analisa Bivariat

Tabel 4.9. Perbedaan nilai kadar gula darah pada senam aerobik dan
senam yoga menggunakan Uji Inpaired T Test (n=40)
Perbedaan rerata (IK
Hasil Rerata (s.b) Nilai p
95%)
Senam aerobik 139,0±(2,0) 0,001 9,64(8,5-10,7)
Senam yoga 129,3±(1,3)

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada nilai p value < 0,05 yang artinya

bahwa hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada perbedaan rata-

rata nilai kadar gula darah pada 2 kelompok perlakuan yaitu senam aerobik

dan senam yoga. Karena dari hasil data yang didapatkan terdapat perbedaan

mean antara senam aerobik dan yoga sebesar 10 mg/dl. Sehingga pada data

penelitian didapatkan bahwa senam aerobik lebih efektif menurunkan kadar

gula darah daripada senam yoga.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Pengantar Bab

Pada pengantar bab ini peneliti akan membahas hasil dari penelitian

yang berjudul Perbedaan Pengaruh Senam Aerobik dan Senam Yoga

Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetus Melitus Tipe 2 di Wilayah

Kerja Puskesmas Demak III. Pada hasil yang tertera telah diuraikannya

mengenai masing-masing karakteristik responden yang terdiri dari jenis

kelamin, usia dan tingkat pendidikan . Sedangkan untuk analisa univariat

menguraikan sebelum dan sesudah dilakukannya senam aerobik dan yoga

serta analisa bivariat mengenai Perbedaan Pengaruh Senam Aerobik dan

Senam Yoga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetus Melitus Tipe 2

di Wilayah Kerja Puskesmas Demak III. Adapun hasil serta pembahasannya

sebagai berikut

B. Interpretasi dan Diskusi Hasil

1. Usia

Pada penelitian yang dilakukan sekarang ini jumlah sampel yang

digunakan adalah 40 orang yang merupakan responden dari wilayah

puskesmas demak III. Dimana 40 responden tersebut dibagi menjadi 2

kelompok perlakuan yaitu 20 responden untuk kelompok senam aerobik

dimana rata-rata usia yang ada yaitu 35,40 dengan minimal usia 28 dan

maksimal usia 40. Sedangkan 20 responden untuk kelompok senam yoga

48
49

dimana rata-rata usia yang ada yaitu 36,30 dengan minimal usia 32 dan

maksimal usia 40.

Diabetus melitus dapat diderita dari berbagai kalangan

masyarakat baik dari segi ekonomi rendah, sedang maupun tinggi karena

pada dasarnya diabetus melitus ini dapat menyerang siapa saja. Tua

maupun muda dapat menjadi penderita DM . Pada umumnya fisiologis

manusia mengalami perubahan yang drastis menurun dengan cepat

setelah usia 40 tahun . Penyakit diabetus melitus ini sering muncul pada

usia rawan terutama pada mereka yang usianya 45 tahun dengan berat

badan yang berlebih sehingga menyebabkan tubuhnya tidak peka akan

insulin lagi. Teori yang ada mengatakan bahwa usia dengan ≥ 5 tahun

memiliki peningkatan besar terahadap resiko terjadinya diabetus melitus

dan intoleransi glukosa yang disebabkan oleh faktor degenerative yaitu

menurunnya fungsi tubuh dengan kemampuan dari sel β dalam

memproduksi insulin untuk metabolisme glukosa (Widyasari, 2017)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada ke sepuluh

wanita yang berusia produktif di puskesmas wawonasa dengan usia

termudanya 36 tahun dan usia tertua yaitu 61 tahun. Hasil penelitain ini

juga sejalan dengan penelitian yang sebelumnya yang mengemukakan

bahwa prevelensi DM di Indonesia pada penduduk usia > 15 tahun

meningkat dari 1,5-2,3 % menjadi 5,6 % dari tahun 1993. Hasil studio

epidemiologi di manado menunjukkan angka yang lebih tinggi yaitu 6,1

% sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ayu dan Indirawati pada

penelitiannya (Indirawati, 2015).


50

Berdasarkan hasil penelitian dahulu penyebab usia muda

menderita diabetus melitus yaitu adanya pola makan yang tidak seimbang

dikarenakan sering memakan-makanan yang siap saji tanpa

memperhatikan komposisi didalamnya. Menurut peneliti (Suiraoka,

2012) pola makan yang tinggi lemak, garam dan gula menyebabkan

masyarakat gemar mengkonsumsi makanan secara berlebihan serta pola

makan yang instan sebagian digemari oleh masyarakat tetapi dapat

meningkatkan kadar gula darah. Kemudian faktor keturunan menjadi

penyebab pada usia muda menderita diabetus melitus dan menurut

peneliti (Prihaningtyas, R, 2013) bahwa Pada DM tipe 2, jika salah satu

anggota keluarga mengalami diabetes, anggota keluarga yang lain

memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes. Jika pada

DM tipe 1 hanya 50% risiko terkena diabetes jika memiliki saudara

kembar yang menderita diabetes, pada DM tipe 2 risiko tersebut dapat

meningkat hingga 90%.

Menurut peneliti terdahulu penyebab usia muda terkena diabetus

melitus yaitu kurangnya aktifitas fisik karena aktifitas fisik ataupun

berolahraga dapat mengontrol gula darah , pada orang yang kurang

bergerak zat makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat dibakar tetapi

hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses

pengubahan lemak dan gula memerlukan insulin, jika hormone insulin

kurang makan akan timbul penyakit diabetus melitus (Laniwati, 2010)


51

Sehingga berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa pada

diabetes melitus terjadi tidak hanya pada usia lansia saja tetapi bisa

terjadi pada usia muda dikarenakan adanya ketidakseimbangan gaya

hidup dan pola makan , terdapat faktor keturunan dari keluarga yang

menderita diabetus melitus dan juga kurangnya aktifitas fisik.

2. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini sampel terdiri dari 40 responden dimana

dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan yaitu senam aerobik dan senam

yoga. Untuk 20 responden pertama diberikan perlakuan senam aerobik

dimana terdapat 16 responden berjenis kelamin perempuan ( 80,0% )

dengan presentase terbesar . Sedangkan untuk 20 responden kedua

diberikan perlakuan senam yoga dengan responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak 19 orang ( 95,0%) dengan presentase terbesar.

Sehingga pada penelitian jenis kelamin perempuan lebih mendominasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Irawan (2010) wanita lebih

berisiko mengalami diabetus melitus dikarenakan secara fisik wanita

mempunyai peluang untuk meningkatkan indeks masa tubuhnya yang

lebih besar. Sindrom siklus bulanan (Premenstual Syndrome), pasca

meopouse yang bisa meningkatkan distribusi lemak tubuh menjadi

mudah terakumulasi akibat dari proses hormonal sehingga wanita

berisiko terkena diabetus melitus. Kemudian berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh (Salindeho, A., 2016) hasil penelitian yang dilakukan

terhadap 30 responden yang terdiri dari 25 responden kelompok


52

intervensi dan 15 responden kelompok kontrol diperoleh responden

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang (43,3 %) sedangkan untuk

responden kelamin perempuan sebanyak 17 orang ( 56,7 % ). Kejadian

diabetus melitus lebih tinggi terjadi pada perempuan dibandingkan pad

laki-laki. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan dari hormone

ekstrogen akibat dari menopause. Ekstrogen pada dasarnya mempunyai

fungsi untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah dan meningkatkan

penyimpanan lemak tubuh serta hormone progesterone yang berfungsi

untuk menormalkan kadar gula darah dan membantu menggunakan

lemak sebagai energi (Taylor, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh puskesmas Ranotana

Weru kota Manado (2015) didapatkan hasil uji statistik chi-square

dengan nilai p 0,04 terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan

kejadian DM dengan frekuensi 58,8% pada perempuan dan 41,2 % pada

laki-laki.

Berdasarkan hasil analisa peneliti didapatkan perempuan lebih

rentan terkena diabetus melitus karena perempuan terdapat peluang untuk

meningkatkan indeks masa tubuhnya sehingga dapat menyebabkan

obesitas dan juga perempuan mengalami masa menopouse sehingga

menurunkan hormone ekstrogen.


53

3. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan penelitian ini dengan 40 responden di Puskesmas

Demak III dimana pada kelompok perlakuan senam aerobik untuk 20

responden tingkat pendidikan terbanyak pada Sd sebanyak 9 orang

dengan presentase ( 45,0%), sedangkan 20 responden pada perlakuan

senam yoga didapatkan tingkat pendidikan tertinggi pada waktu Sd

sebanyak 12 orang dengan presentase ( 60,0%). Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Anis & Weni (2014) menjelaskan penderita diabetes

melitus terbanyak berlatar belakang pendidikan dasar yaitu sebanyak

56,3 % dari total keseluruhan responden. Pendidikan merupakan suatu

proses yang akan menghasilkan perubahan perilaku seseorang yang

berbentuk peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor

(Notoatmojo, 2012).

Berdasarkan hasil analisa peneliti, bahwa pendidikan yang

terbanyak adalah sekolah dasar yang menunjukan adanya pengaruh

dalam pengetahuan diabetes melitus, yang sangat dibutuhkan oleh

penderita dan keluarga. Adapun untuk pihak tenaga kesehatan dapat

memberikan pendidikan kesehatan mengenai diabetes melitus untuk

menambah wawasan dan mencegah dari komplikasi diabetes melitus itu

sendiri.
54

4. Senam Aerobik

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada 6 kali

perlakuan sebelum senam aerobik rata-rata nilai gula darah sebesar

239,75 dan setelah dilakukan senam aerobik nilai rata-rata gula darah

sebesar 139,03.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Fidrotim A & A., 2018)

hasil dari uji dependent t test didapatkan hasil nilai p value sebesar 0,001

terlihat kurang dari α 0 005. Ini menunjukkan ada perbedaan antara kadar

glukosa darah kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukannya

senam aerobik .

Pasien diabetus melitus tipe 2 dengan kadar gula darah diatas 180

mg/dl membutuhkan pengelolaan yang baik agar dapat mencegah

terjadinya komplikasi yang diakibatkan pengingkatan kadar gula darah

(Hastuti, dkk,. 2017 ). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan (Evangeline., 2018) rata-rata kadar gula darah puasa sebelum

melakukan senam aerobik 145,00 mg/dl dengan standar deviasi 14,568

mg/dl. Hasil yang sama diperoleh oleh ( Diah, 2016) rata-rata kadar gula

darah puasa pada saat pre test 187,17 mg/dl dengan nilai standar deviasi

39,702mg/dl.

Program aktivitas fisik yang bersifat aerobik disusun oleh

Kenneth H. Cooper yang memiliki tujuan memperbaiki dan

meningkatkan kondisi yang kurang sempurna , apabila seseorang

bergerak dan berolahraga maka akan terjadi proses biokimia di dalam


55

tubuh untuk memperoleh energi. . Energi dapat diperoleh dengan kerja

fisik dalam jangka waktu lama 5- 6 menit. Proses memperoleh energi

jangka lama dengan pembakaran oksigen inilah yang dikenal dengan

istilah aerobik. Jenis latihan aerobik yang dapat dilakukan yaitu jalan

kaki, berenang, bersepeda dan senam (Anies, 2017). Hasil ini sejalan

oleh penelitian (Evangeline., 2018) hasil analisa didapatkan rerata

glukosa darah puasa sesudah melakukan senam aerobik adalah 106,70

mg/dl dengan standar deviasi 11,225 mg/dl.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ( Irianto, 2015 )

sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobik terjadi penurunan kadar

gula darah. Kadar gula darah sebelum dilakukannya senam diperoleh

hasil 50 % ( 15 responden ) dengan kadar glukosa 191-200 mg/dl

sedangkan sesudah dilakukannya senam aerobik diperoleh hasil 50% ( 15

responden ) dengan kadar gula darah 150-160 mg/dl . Hasil uji t test

menunjukkan p < α p 0 000 < 0 05 yang berarti ada pengaruh latihan

fisik (senam aerobik) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada

penderita DM tipe 2. Penurunan ini disebabkan karena senam aerobik

merupakan suatu proses yang sistematis dengan menggunakan

rangsangan gerak yang bertujuan untuk meningkatkan atau

mempertahankan kualitas fungsional tubuh.

Dalam melakukan senam aerobik intensitas yang baik adalah

rentang 60-90 % dari denyut nadi maksimal. Rentang ini disebut dengan

training zone atau daerah latihan. Dalam penelitian ini intensitasnya


56

termasuk ke dalam intensitas kategori sedang karena dari rata-rata

penderita mencapai rentang denyut jantung 150-170 x/menit. Melakukan

olahraga yang baik dapat membuat peningkatkan aliran ke otot di

pembuluh darah kecil pada otot akan menyebabkan penurunan tekanan

otot yang pada gilirannya akan meningkatkan penyediaan dalam jaringan

otot itu sendiri. Maka demikian itu dapat mengurangi adanya gangguan

dari metabolisme karbohidrat pada penderita diabetus melitus sehingga

menurunkan kadar glukosanya ( Wiarto, 2013 ). Dalam penelitian ini

ditemukan adanya perubahan kadar gula darah pre dan post setelah

dilakukan intervensi senam aerobik.

Menurut analisa peneliti terdapat penurunan kadar gula darah

dikarenakan penderita diabetus melitus melakukan senam aerobik sesuai

dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama serta adanya dari

penderita diabetus melitus akan kepatuhan untuk meminum obat OAD

dan kepatuhan akan dietnya.

5. Senam Yoga

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil selama dilakukan 6

kali pengukuran sebelum senam yoga rata-rata kadar gula darah sebesar

229,70 dan setelah dilakukan senam yoga kadar rata-rata nilai gula darah

menjadi 129,39.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Prastika, 2016)

mengatakan bahwa dalam analisa uji t test ( paired t test ) mendapatkan p

value 0,048 atau < 0,05. Berlandaskan dari hasil tersebut dapat
57

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan yoga untuk menurunkan

kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 diwilayah puskesmas

kadungwuni 1 pekalongan. Nilai rerata sebelum dan sesudah adalah

12,64 mg/dl yang menunjukkan adanya penurunan kadar gula darah

setelah latihan yoga.

Gerakan yoga dapat memberikan konsentrasi atau fokus pada

fikiran dimana diketahui bahwa yoga mempunyai tujuan untuk

memberikan fikiran ketenangan, konsentrasi pada tubuh akan bisa

dirasakan kemudian akan masuk kedalam secara perlahan ke dalam

fikiran ( stase mind ). Yoga dapat memberikan fokus fikiran sehingga

dengan yoga kita akan sadar semua bagian tentang tubuh kita dan apabila

kita telah fokus pada tubuh hal ini akan membuat semua fikiran fokus

pada keadaan sekarang ini sehingga rasa khawatir akan hilang dan hal

inilah yang akan menghilangkan rasa stress dan memberikan rasa

nyaman pada pikiran ( Leonita, 2016).

Penurunan kadar gula pada penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh (Irawati, 2017) mengatakan bahwa dari analisa data

yang diperoleh adalah 25 subjek penderita diabetus melitus dengan hasil

statistik t diperoleh 10.974 dan paraf sig diperoleh sebesar 0,000 < 0,05

dengan demikian hipotesis mengatakan bahwa ada penurunan kadar gula

darah bagi diabetus melitus dengan gula darah dari awal dan diatas 250

mg/dl setelah mengikuti senam yoga ditolak. Yang artinya dimana ada

pengaruh penurunan kadar gula darah yang signifikan setelah mengikuti


58

senam yoga. Gerakan yang ada pada yoga memberikan manfaat untuk

penurunan kimiawi darah. Gerakan yang dilakukan secara dinamis pada

yoga dilakukan dengan terus menerus bisa meningkatkan sensitivitas

reseptor insulin. Peningkatan pada reseptor tersebut dapat meningkatkan

transfer glukosa ke sel, sehingga dapat membuat penurunan kadar

glukosa dalam darah penderita diabetus melitus tipe 2 (Horden et. Al.,

2012).

Hasil penelitian menunjukkan beberapa jenis dan kombinasi

beberapa gerakan dari yoga guna untuk menurunkan kadar gual darah.

Beberapa gerakan yang diteliti yaitu dhanurasana, paschimottanasana,

padangusthasana, bhujangasana, sarvangasana dan ardha-

matsyendrasanan ( Aljasir et al,. 2010 ). Beberapa gerakan tangan yang

dapat meningkatkan sensibilitas syaraf tepi yang cenderung terganggu

pada DM. Latihan keseimbangan pada gerakan yang lebih lanjut lagi

dapat melatih kerja sistem kerja syaraf motorik dan menstimulasi kerja

syaraf otonom yang sangat bermanfaat bagi penderita diabetus melitus

tipe 2 (Ross et al,. 2010).

Olahraga yang teratur dapat memperbaiki sirkulasi insulin dengan

meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh darah sehingga membantu

masuknya glukosa kedalam sel ( Riyadi, 2013 ). Dalam penelitian ini

senam yoga dilakukan dengan cara mengumpulkan semua responden

yang menderita diabetus melitus tipe 2 dengan mengikuti langkah-

langkah senam yoga yang dipandu oleh instruktur yang berpengalaman di


59

bidangnya dan setelah itu dilakukan pengukuran kadar gula darah

sebelum dan setelah dilakukannya senam yoga. Diabetus melitus

merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol

dengan program yang telah ditentukan sebelumnya dengan mengikuti

edukasi yang diberikan perawat atau tenaga kesehatan lainnya,

perencanaan diet yang telah disepakati, mengkonsumsi OAT dengan

teratur, melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur, melakukan

latihan jasmani guna untuk membuat gula darah turun (Soegondo, S.,

Soewondo, P., & Subekti, 2017).

Menurut analisa peneliti terdapat penurunan kadar gula darah

dikarenakan terdapat adanya penggabungan dari beberapa gerakan yaitu

dengan yang dapat memberikan gerakan rileks pada tubuh sehingga

kadar gula darah dapat terkontrol dan juga yoga dapat mengurangi

kecemasan. Karena pada saat melakukan penggabungan gerakan yoga

dapat melatih kerja system syaraf motorik dan menstimulasi system kerja

syaraf otonom. Dan yoga menyebabkan otot-otot mampu menyerap

kelebihan glukosa dalam darah, mampu memaksimalkan fungsi pankreas

dan hati agar mampu bekerja lebih efektif dengan jalan mengatur kadar

gula darah. Gerakan yang dilakukan dalam yoga berfungsi untuk

merangsang fungsi kerja pankreas. Fungsi gerakan tersebut akan

meningkatkan aliran darah ke pankreas, meremajakan sel-sel organ dan

meningkatkan kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin.


60

6. Perbedaan pengaruh senam aerobik dan senam yoga pada penderita

diabetus melitus tipe 2

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa senam aerobik

dengan rerata 139,0±2,0 dan senam yoga dengan rerata 129,3±(1,3) dan

perbedaan rerata (nilai IK 95%) kedua kelompok perlakuan yaitu

9,64(8,5-10,7).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Andri Nugraha,

2016) di poliklinik penyakit dalam RSUD dr. Slamet garut dengan 20

responden terdapat perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah

dilakukannya senam aerobik dengan p value 0,000 dengan rata-rata kadar

gula darah sebelum pelaksanaan senam diabetes adalah 164,50 mg/dl

dengan standar deviasi 10,750. Pada responden yang sama rata-rata kadar

gula darah sesudah pelaksanaan senam diabetes adalah 145,13 mg/dl

dengan standar deviasi 16,193. Maka Kriteria pengujian adalah bila p

value< alpha dengan derajat kepercayaan 5% (0,05) maka disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah pasien DM tipe II sebelum

dan sesudah senam diabetes.

Berdasarkan penelitian (Siti Hardianti, 2018) dengan 10

responden didapatkan Nilai gula darah responden sebelum melakukan

senam yoga dan sesudah melakukan senam yoga menunjukkan bahwa

hasil uji T (paired sample) diperoleh hasil rata-rata pengukuran kadar

gula darah sebelum intervensi 222.5 mg/dl dengan standar deviasi 127.9

mg/dl pada nilai pengukuran kadar nilai kadar gula darah responden
61

setelah intervensi didapatkan rara-rata 207.6 mg/dl dengan standar

deviasi 120.6 mg/dl. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0.006 <

0.05, maka Ho ditolak. Berarti ada pengaruh senam yoga terhadap

perubahan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus tipe II di wilayah

kerja Puskesmas Cakra Negara.

Hasil penelitian terhadap 10 responden ini, nilai rata-rata kadar

gula darah responden sebelum melakukan senam yoga menunjukkan

bahwa rata-rata nilai kadar gula darah responden dengan Diabetes

Mellitus sebelum melakukan senam yoga yaitu 222.5 mg/dl dengan

standar deviasi 127.9 mg/dl. Nilai kadar gula darah responden terendah

141 mg/dl dan tertinggi 515 mg/dl.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Fatia, 2017) tentang

perbedaan pengaruh senam aerobik dan senam yoga terhadap penurunan

kadar gula darah pada pasien Diabetus Melitus tipe 2 di Poliklinik khusus

Penyakit Dalam RSUP M. Djamil Padang, hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan penurunan rata-rata glukosa darah antara senam aerobik 32

mg/dl sedangkan senam yoga 47,7 mg/dl. Hasil statistik uji kelompok

eksperimen dan pembanding didapatkan nilai p= 0,038 ( p < 0,05 ) yang

dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 .

Berdasarkan analisa peneliti dapat disimpulkan bahwa didapatkan

data rerata ( mean ) antara kelompok perlakuan senam aerobik adalah

139,0 sedangkan dengan kelompok perlakuan senam yoga adalah 129,3

dengan nilai p value 0,001 ( p < 0,05 ) dengan perbedaan rata-rata antara
62

kedua senam sebesar 10 mg/dl . Hasil nilai diatas menyatakan bahwa

terdapat perbedaan antara senam aerobik dengan senam yoga pada

penderita diabetus melitus tipe 2. Sehingga terdapat perbedaan yang

bermakna antara kedua perlakuan senam.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu responden yang datang tidak

tepat waktu menghambat proses dalam melakukan aktivitas fisik yaitu senam

aerobik dan yoga. Waktu dan tempat yang tidak sama dalam melakukan

senam aerobik maupun yoga. Perbedaan pada setiap instrukturnya tetapi

perlakuan senam aerobik dan yoga tetap sama.

D. Implikasi Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan perawat komunitas sebagai pedoman

strategi intervensi pada penatalaksanaan klien diabetus mellitus. Bagi petugas

kesehatan, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam memberikan

alternatif intervensi terutama bagi petugas kesehatan puskesmas. Bagi

penderita, penelitian ini dapat menjadi gambaran untuk melakukan aktivitas

fisik secara teratur dalam kehidupan sehari-hari.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Simpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik responden yaitu umur responden pada kelompok perlakuan

senam aerobik dan yoga 28-40 tahun , responden lebih dominan berjenis

kelamin perempuan dan sebagian besar berpendidikan SD.

2. Kadar gula darah dikategorikan tinggi sebelum mendapatkan perlakuan

senam aerobik dan senam yoga.

3. Kadar gula darah dikategorikan menurun setelah dilakukan senam

aerobik dan senam yoga.

4. Terdapat perbedaan rata-rata nilai kadar gula darah pada kelompok

perlakuan senam aerobik dan senam yoga pada penderita diabetus

melitus tipe 2 diwilayah Puskesmas Demak III.

B. Saran

Hasil pembahasan diatas, disampaikan saran sebagai berikut:

1. Profesi keperawatan

Bagi perawat puskesmas untuk memberikan informasi dan

pengembangan pelayanan bagi penderita diabetus melitus dalam

meningkatkan kualitas hidup dan pelayanan terutama dalam

melaksanakan kegiatan senam aerobik dan senam yoga untuk mencapai

angka normal glukosa darah

63
64

2. Institusi pendidikan

Bagi para pendidik yang ada untuk memberikan informasi bagi

mahasiswanya tentang manfaat senam aerobik dan senam yoga terhadap

perubahan kadar gula darah sehingga dapat memberikan penyuluhan

kesehatan dan mampu mempraktekkannya kepada masyarakat

3. Masyarakat

Bagi masyarakat, peneliti mengharapkan masyarakat lebih memahami

tentang pentingnya aktivitas fisik terutama senam aerobik dan senam

yoga guna untuk menurunkan kadar gula darah sehingga dapat

menghambat adanya komplikasi lain

4. Peneliti lain

Bagi peniliti lain untuk bisa meneliti lebih lanjut mengenai variabel lain

yang dapat mempengaruhi penurunan kadar gula darah seperti faktor

obat-obatan, kepatuhan dietnya, pengetahuan mengenaai diabetus

melitus.
DAFTAR PUSTAKA

Brick, L. (2016). Bugar dengan Senam Aerobik. Jakarta: PT.Raja Grapindo


Persada.

Demak, D. K. K. (2020). Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetus Melitus (DM)


menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Demak.

Devita, Tri Hartiti, D. (2015). Hubungan antara Pola Makan dengan kejadian
Diabetus Melitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Tugurejo,
Semarang UNIMUS. (skripsi) : Semarang.

Fatimah, R. (2015). Diabetes Mellitus tipe 2: Medical Journal of Lampung


University, 4(5), 86- 95.

Hariyanto, F. (2013). Hubungan aktifitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Puasa
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Cilegon Tahun 2013. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi.

Hidayat. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan 1. Surabaya:


Health Books.

Ilyas, E. I. (2010). Manfaat Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetus. Dalam


Soegondo, S., et al. Penatalaksanaan Diabetus Melitus Terpadu.
Jakarta:FKUI.

Imawati, I. (2017). Pengaruh Latihan Senam Yoga terhadap Kadar Glukosa


Darah dan kolerterol pada Penderita Diabetus Melitus tipe II.

Jain, R. (2011). Pengobatan alternatif untuk mengatasi tekanan darah. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.

Jateng, D. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017. 3511351(24), 1–


62.

Kementerian Kesehatan RI, B. P. dan P. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan


Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf.

Lebang, E. (2015). Yoga Sehari-hari Untuk Kesehatan. Jakarta: Pustaka Bunda.

Machfoedz, I. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Yogyakarta :


Fitramaya.

65
66

Maria dan Kristianingsih. (2016). Latihan Fisik (Senam Erobik) Menurunkan


Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pakis Tahun 2020.

Maulana, M. (2015). Mengenal Diabetes Melitus Panduan Praktis Menangani


Penyakit Kencing Manis. Jogjakarta: Katahati.

Merdawati, L., Andalas, U., Afriyanti, E., Andalas, U., Fatmadona, R., &
Andalas, U. (2019). Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Kadar Gula Darah
Pasien Diabetes Melitus Pengaruh Latihan Yoga terhadap Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. January.
https://doi.org/10.25077/njk.14.1.19-30.2018

Nabyl, A. (2015). Panduan Hidup Sehat Mencegah dan Mengobati Diabetes


Melitus, Aulia Publishing, Yogyakarta.

Nasional, K. E. P. dan P. K., & Indonesia, K. K. R. (2017). Pedoman dan Standar


Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional.

Notoadmodjo, S. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta,


Jakarta.

Nugraha, K. & S. (2016). Pengaruh senam diabetus terhadap kadar gula darah
pada pasien diabetus melitus.

Pelt, J. (2016). Strike the Perfect Pose — Research Shows Yoga Can Stabilize
Blood Sugar in Diabetes Patients.

Perkenni. (2015). Konsesus pencegahan diabetus melitus tipe 2 di indonesia.

Purwanto. (2011). Dampak Senam Aerobik terhadap Daya Tahan Tubuh dan
Penyakit. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia.Vol 1. Edisi 1. Juli
2011.

Ramaidah, S. (2015). Diabetes : Cara Mengetahui Gejala Diabetes dan


Mendeteksinya Sejak Dini, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Salindeho, A., dkk. (2016). Pengaruh Senam Diabetus Melitus Terhadap Kadar
Gula Darah pada Penderita DM tipe II di Sanggar Senam Persedia
Kabupaten Gorontalo.ejurnal Keperawatan. Vol 4. no.1 Hal: 1-7.

Saputra, L. 2014. (2014). Kapita Selekta. Kedokteran Klinik. Jakarta: Binarupa


Aksara.

Sari, N., Susanti, N., & Sukmawati, E. (2014). Peran Keluarga Dalam Merawat
Klien Diabetik Di Rumah. Jurnal Ners Lentera, 2(September), 231972.
67

Sastroasmoro, S., & Ismail, S. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis


(Edisi ke-5). CV. Sagung Seto.

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Ediisi 8).


Jakarta: EGC.

Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2017). Penatalaksanaan Diabetes


Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suddarth, B. &. (2010). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.

Sudoyo, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (ed.6). Yogyakarta: Sagung
Seto.

Surya, D. (2013). Taklukan Diabetus dengan Yoga, Puspa Swara, Jakart.

Sutanto. (2013). Diabetes Deteksi, pencegah, pengobatan, Buku Pintar,


Yogyakarta.

Sutedjo, A. . (2010). 5 Strategi penderita Diabetus Melitus Berusia Panjang.


Jogjakarta: Kanisius.

Utomo, O.M., Azam, M., & Anggraini, D. N. (2012). Pengaruh Senam Terhadap
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes. Unnes Journal of Public
Health:1(1):36-40.

WHO. (2016). Diabetus Melitus dan Angka.

Widya, S. (2015). Panduan Dasar Yoga, PT Kawan Pustaka, Jakarta.

Yulianto, A. (2017). Pengaruh Senam Diabetes Mellitus Terhadap Penurunan


Kadar Glukosa Darah Pada Wanita Penderita Diabetes Mellitus Tipe Ii Di
Persadia Rsud Pringsewu Tahun 2016 Effect of Diabetes Mellitus Exercise
on Blood Glucose Level in Women Diabetes Mellitus Type 2 in. Wacana
Kesehatan, 2(2).

Evangeline., D. (2018). Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap Gula


Darah Puasa Pada Klien Diabetes Mellitus.Skripsi.Stikes General
Achmad Yani Cimahi.

Fidrotim A, N. V., & A. (2018). "Pengaruh Senam Aerobik Terhadap Perubahan


Kadar Gula Dalam Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus”. Fakultas
Kesehatan, Akes Rajekwesi : Bojonegoro.
68

Indirawati, A. dan. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya


Diabetes.

Prastika, E. (2016). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Perubahan Kadar Gula


Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan. Skripsi : Stikes muhamamadiyah
pekalongan.

Prihaningtyas, R, 2013. (n.d.). Hidup manis dengan Diabetes, panduan lengkap


berkawan dengan Diabetes, cetakan 1, media pressindo. Yogyakarta.

Salindeho, A., dkk. (2016). Pengaruh Senam Diabetus Melitus Terhadap Kadar
Gula Darah pada Penderita DM tipe II di Sanggar Senam Persedia
Kabupaten Gorontalo.ejurnal Keperawatan. Vol 4. no.1 Hal: 1-7.

Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2017). Penatalaksanaan Diabetes


Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suiraoka, I. (2012). Penyakit Degeneratif. Mengenal, Mencegah dan Mengurangi


Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta : Nuha Medika.

Widyasari, N. (2017). Hubungan Karakteristik Responden dengan Risiko


Diabetes Melitus dan Dislipidemia Kelurahan Tanah Kalikedinding.
Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 5 (1), hal. 130-141.

Anda mungkin juga menyukai