Anda di halaman 1dari 48

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN


MINUM OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI RAWAT JALAN RSUD
KOTA MADIUN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah

Disusun oleh :
DELLA SITI AIDA
22142011059

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2024
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK
Della Siti Aida. 22142011059
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN MINUM
OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI RAWAT JALAN RSUD KOTA MADIUN

Pendahuluan : Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak dapat
disembuhkan, namun dapat dikontrol dan membutuhkan pengobatan dalam jangka
panjang bahkan seumur hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di rawat
jalan RSUD Kota Madiun.

Metode Penelitian : Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional
dengan sampel semua pasien hipertensi di rawat jalan RSUD Kota Madiun pada bulan
Pebruari 2021 s/d Mei 2021 yang berjumlah 100 orang. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling.

Hasil : Hasil penelitian dari 100 responden menunjukkan yaitu tingkat pengetahuan
kategori baik pada responden 92% dan cukup baik sebanyak 8%, untuk tingkat kepatuhan
kategori patuh 3%, cukup patuh 88% dan tidak patuh 9%. Berdasarkan uji chi sqaure
yang telah dilakukan diperoleh nilai p.value 1,000 > 0,05, maka H1 ditolak dan H0
diterima yang menunjukkan tidak adanya hubungan secara signifikan antara tingkat
pengetahuan hipertensi dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di rawat
jalan RSUD Kota Madiun dengan jumlah 100 responden.

Kesimpulan : Kepatuhan dalam minum obat merupakan salah satu faktor penting dalam
mengontrol tekanan darah pasien, ketidakpatuhan merupakan salah satu faktor utama
penyebab kegagalan terapi. Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian
selanjutnya seperti pengetahuan dengan tatalaksana terapi secara non farmakologis seperti
olahraga dan makan makanan diet rendah garam dengan gizi yang cukup, dan peneliti
selanjutnya agar melihat data pendukung seperti rekam medis pasien.

Kata kunci : Kepatuhan Minum Obat, Pasien Hipertensi, Rumah Sakit

i
UNDERGRADUATE NURSING STUDY PROGRAM
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
YPIB MAJALENGKA UNIVERSITY
SCIENTIFIC PAPER

ABSTRACT
Della Siti Aida. 22142011059
THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE LEVEL WITH DRUG COMPLIANCE IN
HYPERTENSION PATIENTS IN OUTPATIENT MADIUN CITY HOSPITAL

Introduction: Hypertension is a chronic disease that cannot be cured, but can be


controlled and requires long-term, even lifelong, treatment. The purpose of this study was
to determine the relationship between knowledge and adherence to medication in
hypertensive patients in outpatient hospitals in Madiun City..

Method: The design used in this study was cross sectional with a sample of all
hypertensive patients in outpatient hospitals in Madiun City from February 2021 to May
2021, totaling 100 people. The sampling technique used is purposive sampling..

Results: The results of the study from 100 respondents showed that the level of
knowledge was in the good category of 92% of respondents and good enough as much as
8%, for the compliance level of the obedient category was 3%, quite obedient 88% and
non-compliant 9%. Based on the chi square test that has been carried out, the p value of
1,000 > 0.05, then H1 is rejected and H0 is accepted which indicates there is no
significant relationship between the level of knowledge of hypertension and adherence to
taking medication in hypertensive patients in outpatient hospitals in Madiun City with a
total of 100 respondents.

Conclusion: Adherence in taking medication is one of the important factors in


controlling the patient's blood pressure, non-adherence is one of the main factors
causing therapy failure. This research can be used as a basis for further research such as
knowledge with non-pharmacological therapeutic management such as exercise and
eating a low-salt diet with adequate nutrition, and further researchers to look at
supporting data such as patient medical records.

Keywords: Medication Compliance, Hypertension Patients, Hospitals.

ii
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI RAWAT JALAN RSUD
KOTA MADIUN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah

Disusun oleh :
DELLA SITI AIDA
22142011059

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

iii
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023

MOTTO
“Kepuasan terletak pada usaha yang kita lakukan bukan pada hasil. Usaha dengan keras
adalah kemenangan yang hakiki”

(Penulis)

“Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah bila dikerjakan tanpa keengganan”
(Penulis)

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain Engkau Ya ALLAH. Syukur
Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu ya Allah, saya bisa menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta, ini anakmu mencoba memberikan yang terbaik untukmu.
Betapa diri ini ingin melihat kalian bangga padaku. Betapa tak ternilai kasih sayang dan
pengorbanan kalian padaku. Terimakasih atas dukungan moroil maupun materil untukku
selama ini. Terimakasih kepada Allah SWT atas kemudahannya.

2. Dosen-dosenku yang telah menjadi orang tua keduaku, yang namanya tidak bisa aku
sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi untukku, selalu peduli dan
perhatian, ucapan terimakasih yang tak terhingga atas ilmu yang telah kalian berikan
sangatlah bermanfaat untukku.

3. Dosen pembimbingku Rina Nuraeni, S.Kep, Ners.,M.Kes yang telah memberiku


bimbingan , dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiahku ini sehingga menjadi
sebuah Karya Tulis Ilmiah yang sempurna dan mendapatkan nilai yang baik.

4. Untuk teman-teman seperjuanganku

v
BIODATA
A. Identitas

Nama : Della Siti Aida

Tempat,Tanggal Lahir : Majalengka, 14 Februari 2004

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Salagedang, Majalengka

B. Riwayat Pendidikan

1. Lulus TK Cempaka

2. Lulus SD Negeri Jayi 1

3. Lulus SMP Negeri 2 Sukahaji

4. Lulus SMA Negeri 1 Rajagaluh

5. Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas YPIB Majalengka sejak tahun 2022

vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Hipertensi di Rawat Jalan RSUD Kota Madiun” dapat selesai tepat pada waktunya.

Karya tulis ilmiah ini disusun dan diajukan untuk menyelesaikan Tugas kuliah. Karya
Tulis Ilmiah ini disusun dengan usaha peneliti serta dapat diselesaikan dengan baik
karena doa, bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak.

Majalengka, 11 Januari 2024

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Table of Contents
ABSTRAK................................................................................................................i
ABSTRACT...............................................................................................................ii
MOTTO..................................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v
BIODATA...............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1 Tinjauan Tentang Hipertensi..........................................................................4
2.1.1 Pengertian hipertensi...............................................................................4
2.1.2 Klasifikasi hipertensi...............................................................................4
2.1.3 Jenis dan Penyebab Hipertensi................................................................5
2.1.4 Gejala hipertensi......................................................................................7
2.1.5 Penatalaksanaan Hipertensi.....................................................................8
2.1.6 Komplikasi penyakit hipertensi.............................................................10
2.2.1 Pengukuran tingkat pengetahuan...........................................................12
2.2.3 Perilaku..................................................................................................12
2.3 Tinjauan Tentang Kepatuhan.......................................................................13
2.3.1 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan..................................................13
2.3.2 Faktor-faktor yang mendukung kepatuhan............................................15
2.3.3 Pengukuran tingkat kepatuhan...............................................................17

viii
2.3.4. Kepatuhan konsumsi obat hipertensi....................................................17
2.3.5 Kepatuhan pemeriksaan rutin................................................................18
2.3.6 Ketidakpatuhan......................................................................................18
2.3.7 Faktor ketidakpatuhan...........................................................................18
BAB III..................................................................................................................19
KERANGKA KONSEP.........................................................................................19
3.1 Bagan Kerangka Konseptual........................................................................19
3.2 Hipotesa Penelitian.......................................................................................19
BAB IV..................................................................................................................20
METODE PENELITIAN.......................................................................................20
4.1 Desain Penelitian..........................................................................................20
4.2 Populasi dan Sampel....................................................................................20
4.3 Teknik Sampling..........................................................................................21
4.4 Kerangka Kerja Penelitian............................................................................22
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel...............................22
4.6 Instrumen Penelitian.....................................................................................23
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................23
4.8 Prosedur Pengumpulan Data........................................................................24
4.9 Teknik Analisis Data....................................................................................24
BAB V....................................................................................................................27
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................27
5.1 Hasil..............................................................................................................27
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...........................27
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia..........................................27
5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan................................28
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan..................................28
5.1.5 Distribusi frekuensi kategori pengetahuan responden...........................29
5.1.6 Distribusi frekuensi kategori kepatuhan responden...............................29
5.1.7 Hasil Uji Chi Square..............................................................................30
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...........................30
5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia..........................................31
5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan................................32

ix
5.2.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan....................................32
5.2.4 Distribusi frekuensi kategori pengetahuan responden...........................32
5.2.5 Distribusi frekuensi kategori kepatuhan responden minum obat
hipertensi.........................................................................................................33
5.2.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Hipertensi Dengan Kepatuhan Minum
Obat.................................................................................................................34
BAB VI..................................................................................................................35
PENUTUP..............................................................................................................35
6.1 Kesimpulan...................................................................................................35
6.2 Saran.............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

x
xi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2015, menunjukkan sekitar
1,13 milliar orang di dunia menderita hipertensi. Terdapat 45% kematian akibat penyakit
jantung dan 51% kematian akibat stroke disebabkan oleh hipertensi. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai
6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes, 2018). (Riskesdas,
2018) menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan
terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar
63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar
427.218 kematian. Hipertensi Provinsi Jawa Timur, persentase hipertensi sebesar 22.71%
atau sekitar 2.360.592 penduduk, dengan proporsi lakilaki sebesar 18.99% (808.009
penduduk) dan perempuan sebesar 18.76% (1.146.412 penduduk) (Dinkes Jatim , 2018).
Berdasarkan jenis kelamin nilai hipertensi pada perempuan menunjukkan 48,55% dari
50,580 penduduk dan lakilaki 39,82% dari 34,679 Penduduk (Dinkes Kota Madiun,
2017). Berdasarkan pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah
32,2%, sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan
atau riwayat minum obat hanya 7,8% atau hanya 24,2% dari kasus hipertensi di
masyarakat. Berarti 75,8% kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosis dan
terjangkau pelayanan kesehatan (Rosie et al., 2013) .

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan,
namun dapat dikontrol dan membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang bahkan
seumur hidup (Ayuchecaria et al., 2018). Tanda dari pasien hipertensi yaitu dengan
memiliki tekanan darah di atas normal suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang disebut The Silent Killer karena
sering tanpa keluhan (Kemenkes, 2020) .

1
Ada dua terapi yang dilakukan untuk mengobati hipertensi yaitu terapi farmakologis
dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-
obatan antihipertensi yang terbukti dapat menurunkan tekanan darah, sedangkan terapi
non farmakologis atau disebut juga dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi berhenti
merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet serta
yang mencakup psikis antara lain mengurangi stress, olah raga, dan istirahat (Kosasih et
al., 2013).

Dalam menekan atau menurunkan angka pasien hipertensi di negara ini dibutuhkan
sebuah pengetahuan dan kepatuhan dalam minum obat antihipertensi. Namun
penggunaan obat antihipertensi saja terbukti tidak cukup menghasilkan efek kontrol
tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung dengan kepatuhan dalam
mengkonsumsi antihipertensi tersebut (Saepuddin, 2013). Menurut penelitian yang
dilakukan (Rizky M, 2017) yang berjudul Hubungan Kepatuhan Minum Obat Terhadap
Peningkatan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi, diketahui bahwa kepatuhan
dalam minum obat sangat mempengaruhi seseorang dalam pencegahan hipertensi.
Semakin patuh atau rutin seseorang terhadap obat hipertensi maka ia akan sadar bahwa
pencegahan hipertensi sangat bermanfaat bagi kesehatannya, dengan kesadaran ini akan
membentuk suatu kepedulian khususnya pada kesehatan diri sendiri dalam melakukan
pencegahan hipertensi . Dari latar belakang permasalahan tersebut maka Peneliti berniat
melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien Hipertensi Di Rawat Jalan RSUD Kota Madiun”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
berikut:

1.2.1 Bagaimana tingkat pengetahuan pada pasien hipertensi di rawat jalan RSUD
Kota Madiun ?

1.2.2 Bagaimana kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di rawat jalan RSUD
Kota Madiun ?

2
1.2.3 Adakah hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada
pasien hipertensi di rawat jalan RSUD Kota Madiun ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada


pasien hipertensi di rawat jalan RSUD Kota Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan pada pasien hipertensi di rawat jalan RSUD


Kota Madiun.

2. Untuk mengetahui kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di rawat jalan
RSUD Kota Madiun.

3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat


hipertensi pada pasien hipertensi di rawat jalan RSUD Kota Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak antara
lain:

1. Bagi Stikes Bhakti Husada Madiun Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi dan perbandingan serta dapat digunakan dimasa yang akan datang, bagi peneliti-
peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Bagi RSUD Kota Madiun Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan
evaluasi bagi pihak Rumah S akit dalam menangani penatalaksanaan penyakit hipertensi
pada Pasien Hipertensi di Rawat Jalan RSUD Kota Madiun.

3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian dapat menambah wawasan bagi masyarakat


dalam menambah pengetahuan tentang pengertian tentang hipertensi sehingga patuh
minum obat hipertensi

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Hipertensi
2.1.1 Pengertian hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang memerlukan terapi jangka panjang, sehingga
diperlukan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan untuk mengontrol tekanan
darah dan menurunkan risiko komplikasi (Exa Puspita, 2016).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan medis dimana
ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadilah
resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan darah terhadap dinding pembuluh
darah, kemudian meningkatkan kerja jantung agar bekerja lebih maksimal untuk
memompa darah melalui pembuluh darah arteri yang sempit. Jika keadaan seperti ini
terus-menerus berlangsung akan menyebabkan pembuluh darah dan jantung rusak.
Hipertensi sering disebut sebagai slient killer atau pembunuh diam-diam, hal ini
dikarenakan hipertensi sering terjadi tanpa gejala. Seseorang dinyatakan mengidap
hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg. (Yahya P et al., 2017).

Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki tanda
atau gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada gejala
ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa
pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk,
mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi et al.,
2014) .

2.1.2 Klasifikasi hipertensi


Angka pengukuran tekanan darah hanya menunjukkan besarnya tekanan darah pada
saat dilakukan pengukuran. Tekanan darah akan meningkat pada saat kita beraktivitas,

4
yakni ketika jantung harus memompa lebih keras, seperti ketika kita sedang melakukan
olahraga. Namun ketika kita beristirahat, tekanan darah akan turun. Keadaan ini
disebabkan terjadinya penurunan beban jantung (Junaedi E, 2013) .

Klasifikasi hipertensi menurut The seventh Report of the Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)
tahun 2013 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran
tekanan darah sebanyak dua kali atau lebih. Tekanan darah dibagi menjadi empat
klasifikasi yaitu : normal, prehipertensi, hipertensi stage 1 dan stage 2 (Tabel 2).

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 > 160 > 100

Tabel 2.1. Kriteria penyakit hipertensi menurut JNC 7 Report

2.1.3 Jenis dan Penyebab Hipertensi


Hipertensi dapat dikelompokkan berdasarkan tinggi rendahnya sistolik dan
diastolik. Nilai tekanan darah dapat bervariasi karena berbagai kondisi. Hipertensi dapat
dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder
(Setiawan D, 2008) .

1. Hipertensi primer (Hipertensi Esensial)

Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang sampai saat ini masih
belum diketahui penyebabnya. Hampir 90% penderita hipertensi tergolong sebagai
hipertensi esensial. Hipertensi primer bisasanya diakaitkan dengan beberapa faktor
dibawah ini :

a. Keturunan (genetik)

Menurut Agnesia (2012), yang mengemukakan bahwa riwayat keluarga yang


menderita hipertensi terbukti merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan

5
terjadinya hipertensi. Faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
tersebut memiliki risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar natrium intraseluler dan rendahnya rasio antara kalium terhadap natrium usia.

b. Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan semakin menurun dengan


produktivitas organ tubuh seseorang. Hampir setiap survei yang dilakukan para ahli
ditemukan terjadinya kenaikan tekanan darah rata-rata dengan naiknya usia (Maya
Apriyanti, 2013).

c. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah yang
tidak dapat diubah. Laki - laki memiliki tingkat hipertensi yang lebih tinggi daripada
wanita namun memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih rendah terhadap penyakit
hipertensi daripada wanita (Everret dan Zajacova, 2015).

d. Ras (Renin Angiotensin System)

Rangsangan Aldosteron oleh angiotensin II akan menyebabkan retensi natrium dan


air. Angiotensin II juga mempunyai efek meningkatkan risiko terjadinya atherosclerosis
akibat meningkatnya inflamasi. Sehingga pada akhirnya efek keseluruhan akan
menyebabkan meningkatnya tekanan darah atau hipertensi, bahkan bila tidak diobati
akan menyebabkan hipertensi yang menetap (Akmarawita Kadir, 2018) .

e. Obesitas

Penelitian yang telah dilakukan oleh (Kartika, 2016) dengan yaitu ditemukan bahwa
responden dengan berlebihnya asupan lemak maka berisiko 4,246 kali lebih tinggi
untuk mengalami hipertensi dibandingan responden dengan asupan lemak yang rendah.

f. Konsumsi garam

Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume


plasma,curah jantung dan tekanan darah. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih
dari 6 gr / hr yang setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hr. Asupan natrium

6
yang tinggi dapat menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga meningkatkan volume
darah (Lina, 2016) .

g. Gaya hidup

Hal ini sejalan dengan sebuah penelitian yang dimana responden dengan kebiasaan
konsumsi makanan berlemak kategori cukup sebagian bear tidak mengalami hipertensi
(68,57%) dan responden dengan kebiasaan konsumsi makanan berlemak kategori
sering sebagian besar mengalami hipertensi (84,21%) menunjukkan bahwa hubungan
antara keduanya bersifat searah dimana semakin sering kebiasaan konsumsi makanan
berlemak akan semakin berisiko untuk mengalami hipertensi (Oktadoni Saputra et al,.
2016).

2. Hipertensi sekunder ( Hipertensi Renal )

Hipertensi sekunder merupakan penyakit ikutan dari penyakit sebelumnya. Secara


klinis dikenal dua jenis hipertensi yaitu hipertensi primer atau hipertensi esensial, yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder dengan penyebab diketahui.
Pada anak, sebagian besar (>90%) hipertensi merupakan hipertensi sekunder yang
diketahui penyebabnya, sedangkan pada orang dewasa sebagian besar (sekitar 90%)
merupakan hipertensi primer, dan sisanya (10%) merupakan hipertensi sekunder yang
penyebabnya diketahui. 1,2 Sekitar 50% hipertensi sekunder disebabkan kelainan
jaringan ginjal (Bernadetha Nadeak,2016).

2.1.4 Gejala hipertensi


Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer kerena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai gejala – gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya. Kalaupun muncul gejalah tersebut seringkali dianggap gangguan biasa
sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit ( Vita health , 2005).

Gejala – gejala hipertensi bervariasi pada masing – masing individu dan hampir
sama dengan penyakit lainnya. Gejala – gejala itu adalah (Situmorang, 2015) :

a. Sakit kepala

b. Jantung berdebar – debar

c. Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat

d. Mudah lelah

7
e. Penglihatan kabur

f. Wajah memerah

g. Hidung berdarah

h. Sering buang air kecil, terutama dimalam hari

i. Telinga berdenging (tinnitus)

j. Dunia terasa berputar (vertigo)

2.1.5 Penatalaksanaan Hipertensi


Dalam penatalaksanaan hipertensi petugas kesehatan memiliki peran dalam
mengubah perilaku sakit penderita dalam rangka menghindari suatu penyakit atau
memperkecil resiko dari sakit yang diderita. Petugas kesehatan mempunyai peran
sebagai educator tentang informasi hipertensi dalam menambah pengetahuan pasien dan
dapat membentuk sikap yang positif agar dapat melakukan perawatan hipertensi secara
mandiri sehingga komplikasi dapat dicegah (Cahyono, 2015). Penatalaksanaan pasien
hipertensi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara non farmakologis dan
farmakologis ( Kurniawan, 2015 ) :

1. Penatalaksanaan Non-Farmakologis

Penatalaksanaan non-farmakologis Menurut Dalimartha (2008) terapi


nonfarmakologis yang dapat dilakukan pada penderia hipertensi adalah terapi diet,
olahraga, dan berhenti merokok :

a. Terapi diet Diet rendah garam Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan,
maksimal 2 gr garam dapur perhari dan menghindari makanan yang kandungan garamnya
tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan makanan yang mengandung
ikatan natrium.Tujuan diet rendah garam adalah untuk membantu menghilangkan retensi
(penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun
rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi
makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral,
maupun vitamin yang seimbang.

8
b. Olahraga Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan fisik
seharihari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur terbukti bahwa dapat
menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko terhadap stroke, serangan jantung, gagal
ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah lainya.

c. Berhenti merokok Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan


tekanan darah. Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang linear antara jumlah
alkohol yang diminum dengan laju kenaikan tekanan sistolik arteri.

2. Penatalaksanaan Farmakologis

Menurut Direktorat pengendalian penyakit tidak menular dalam pedoman teknis


penemuan dan tatalaksana hipertensi 2006 mengemukakan beberapa prinsip pemberian
obat antihipertensi sebagai berikut :

1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan penyebabnya .

2. Pengobatan hipertensi essensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan


harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi .

3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat


antihipertensi

4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan


seumur hidup.

5. Jika tekanan darah terkontrol maka pemberian obat antihipertensi dapat diberikan
disaat kontrol dengan catatan obat yang diberikan untuk pemakaian selama 30 hari
bila tanpa keluhan baru.

6. Untuk penderita hipertensi yang baru didiagnosis (kunjungan pertama) maka


diperlukan kontrol ulang disarankan 4 kali dalam sebulan atau seminggu sekali,
apabila tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolik >100 mmHg sebaiknya
diberikan terapi kombinasi setelah kunjungan kedua (dalam dua minggu) tekanan
darah tidak dapat dikontrol.

Penatalaksanaan dengan obat menurut (Sylvia Saraswati , 2009) adalah sebagai berikut :

1. Diuretik

9
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contohnya adalah Hidroklorotiazid dengan dosis 12,5-50 mg/hari
dengan frekuensi pemakaian 1 kali sehari.

2. Penghambat simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas). Contohnya Klonidin dengan dosis 0,1-0,8 mg/hari
dengan frekuensi pemakaian 2 kali sehari .

3. Betabloker

Mekanisme kerja obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini
tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan,
seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah Metoprolol dengan dosis 50-100 mg/hari
dengan frekuensi pemakaian 1 sampai 2 kali sehari .

4. Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah).Yang termasuk dalam golongan ini adalah Prasosindan
Hidralasin dengan dosis 25-100 mg/hari dengan frekuensi pemakaian 2 kali sehari.

5. Penghambat enzim konversi angiotensin

Menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan


peningkatan tekanan darah). Contoh obatnya adalah Kaptopril dengan dosis 25- 100
mg/hari dengan frekuensi pemakaian 2 kali sehari.

6. Antagonis kalsium

Menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung


(kontraktilitas). Contoh obatnya adalah Nifedipin dengan dosis 30-60 mg/hari dengan
frekuensi pemakaian 1 kali sehari.

7. Penghambat reseptor angiotensin II

Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan


ringannya daya pompa jantung. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah

10
Valsartan dengan dosis 80-320 mg/hari dengan frekuensi pemakaian 1 sampai 2 kali
sehari.

2.1.6 Komplikasi penyakit hipertensi


Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan risiko terjadinya komplikasi
terhadap organ vital, diantaranya yaitu :

a. Stroke

Stroke atau serangan otak terjadi apabila terdapat bekuan darah yang menyumbat atau
akibat pecahnya pembuluh darah, yang mengakibatkan gangguan aliran darah pada
satu bidang tertentu di otak dan berakibat kematian sel otak.

b. Jantung

Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka panjang akan mengganggu fungsi
endotel, yaitu sel-sel pelapis dinding dalam pembuluh darah. Gangguan fungsi endotel
ini menyebabkan terbentuknya plak yang dapat mempersempit liang pembuluh darah
koroner. Padahal pembuluh darah koroner ini merupakan jalur oksigen dan nutrisi
(energi) bagi jantung. Akibatnya, pasokan zat-zat penting (esensial) bagi kehidupan
sel-sel jantung jadi terganggu. Bahkan pada keadaan tertentu meningginya tekanan
darah dapat meretakkan kerak (plak) di pembuluh darah koroner. Serpihan-serpihan
yang terlepas dapat menyumbat aliran darah, sehingga terjadilah apa yang disebut
“serangan jantung”. Tidak jarang serangan jantung itu berakhir dengan kematian
( Yahya , 2011) .

c. Gagal ginjal

Salah satu penyebabnya adalah kelainan jaringan sel juksta glomerulus yang
mengalami hiperfungsi. Hipertensi juga dapat terjadi pada stenosis renovaskular dan
kelainan jaringan parenkhim ginjal karena infeksi atau tumor ( Bernadetha Nadeak ,
2016). 2.2 Tingkat Pengetahuan Pengetahuan merupakan tingkat perilaku pasien
dalam melaksanakan pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang
lain. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang.

Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pasien hipertensi meliputi arti penyakit
hipertensi, penyebab hipertensi, gejala yang sering menyertai dan pentingnya melakukan

11
pengobatan yang teratur dan terus-menerus dalam jangka panjang serta mengetahui
bahaya yang ditimbulkan jika tidak minum obat (Hananditia et al., 2016). Secara
bersama-sama akan mempengaruhi tingkat kepatuhan berobat. Apabila pengetahuan
pasien mengenai penyakitnya dan pengendalian penyakitnya ditingkatkan bersamaan
dengan pengetahuan mengenai obat antihipertensi maka kepatuhan minum obat akan
meningkat (Realita Nurhanani, 2020).

2.2.1 Pengukuran tingkat pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden atau subjek penelitian
( Notoadmodjo , 2018). Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau diketahui dapat
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan ( Sunarti , 2018 ) .

Kuesioner tingkat pengetahuan terdiri atas 12 Soal dengan ketentuan benar nilai 1
dan salah nilai 0 2.2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
(Soekanto, 2000), antara lain :

a. Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan


sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

b. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan lebih luas.

c. Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi


kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan

d. Pengalaman Sesuatu yang pernah dialami akan menambah pengetahuan tentang


sesuatu yang bersifat informal.

e. Lingkungan Merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu yang


berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu. Tingkatan
seseorang untuk memnuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada,
sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin,
begitu pula dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada,mereka sesuaikan
dengan pendapatan keluarga.

f. Usia Mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya.

12
2.2.3 Perilaku
Seorang ahli psikologi mengemukakan bahwa perilaku merupakan suatu respon
seseorang terhadap rangsangan dari luar. Teori ini dikenal dengan teori “ S-O-R”
(Stimulus – Organisme – Respons) .

Berdasarkan teori ini perilaku manusia digolongkan menjadi 2 yakni ( Notoadmojo,


2014 ):

1. Perilaku Tertutup Perilaku ini merupakan perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang
lain secara jelas. Respon yang diterima masih dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan, dan sikap .

2. Perilaku Terbuka Perilaku ini terjadi jika respon yang dihasilkan atas stimulus berupa
tindakan yang dapat diamati oleh orang lain secara jelas.

2.3 Tinjauan Tentang Kepatuhan


Menurut Siti Noor Fatmah (2012) mendefinisikan kepatuhan adalah sebagai perilaku
untuk menaati saran-saran dokter atau prosedur dari dokter tentang penggunaan obat,
yang sebelumnya didahului oleh proses konsultasi antara pasien dengan dokter sebagai
penyedia jasa medis.

Kepatuhan dalam menjalani pengobatan merupakan salah satu faktor penting dalam
mengontrol tekanan darah pasien hipertensi itu sendiri. Sebaliknya, ketidakpatuhan
merupakan salah satu faktor utama penyebab kegagalan terapi. Kegagalan terapi ber2upa
tekanan darah yang senantiasa di atas batas normal dapat menimbulkan komplikasi
penyakit lain sepeti penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke. Ketidakpatuhan terhadap
terapi hipertensi merupakan suatu faktor yang menghambat pengontrolan tekanan darah
sehingga membutuhkan intervensi untuk meningkatkan kepatuhan terapi ( Fauziah ,
2019 ) .

Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai suatu perilaku pasien dalam
mentaati semua nasehat ataupun petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga medis
(Ayuchecaria et al., 2018).

13
2.3.1 Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan seseorang patuh dalam pengobatan diantaranya
adalah adanya dukungan dari keluarga yang selalu mengingatkan untuk minum obat, obat
yang dikonsumsi efektif menurunkan tekanan darah, serta berharap dengan minum obat
antihipertensi tekanan darahnya stabil dan mencegah timbulnya komplikasi penyakit
( Unimus , 2011 ) . Menurut Lurence Green,1980 dalam Notoadmojo, 2018 perilaku
patuh dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yang meliputi:

1. Faktor Predisposisi ( Presdiposision Factors ) Faktor yang mempermudah dan


mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu . Faktor ini mencakup pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan, kepercayaan, nilai, keyakinan dan sebagainya.
Faktor-faktor tersebut mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam perilaku
kesehatan.

2. Faktor pendukung ( Enabeling Factors ) Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya


perilaku tertentu atau menungkinkan suatu motivasi direalisasikan . Faktor ini meliputi
lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan.

3. Faktor pendorong ( Reinforcing Factors ) Faktor yang memperkuat terjadinya


perubahan perilaku. Faktor ini meliputi keluarga dan praktik petugas kesehatan maupun
tokoh masyarakat.

Menurut Purwanto (2006) ada beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan
seseorang yaitu:

1. Demografi Meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio-ekonomi dan
pendidikan. Umur merupakan faktor yang penting dimana anak-anak terkadang tingkat
kepatuhannya jauh lebih tinggi daripada remaja. Tekanan darah pria umumnya lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita. Faktor kognitif serta pendidikan seseorang dapat juga
meningkatkan kepatuhan terhadap aturan perawatan hipertensi .

2. Pengetahuan Pengetahuan pasien tentang kepatuhan pengobatan yang rendah yang


dapat menimbulkan kesadaran yang rendah akan berdampak dan berpengaruh pada pasien
dalam mengikuti tentang cara pengobatan, kedisiplinan pemeriksaan yang akibatnya
dapat terjadi komplikasi berlanjut .

3. Komunikasi Knapp dan Hall menyebutkan beberapa teknik komunikasi terapeutik,


yaitu pengulangan pesan-pesan kepada pasien agar mudah dipahami, menyempurnakan

14
langkah-langkah atau tindakan, pengaturan dalam berkomunikasi atau pendekatan agar
tidak jenuh dan menakutkan pasien, dan penekanan agar menjadi perhatian pasien ( Sotiri
et al., 2012 )

4. Psikososial Variabel ini meliputi sikap pasien terhadap tenaga kesehatan serta
menerima terhadap penyakitnya. Sikap seseorang terhadap perilaku kepatuhan
menentukan tingkat kepatuhan. Kepatuhan seseorang merupakan hasil dari proses
pengambilan keputusan orang tersebut, dan akan berpengaruh pada persesi dan keyakinan
orang tentang kesehatan. Selain itu keyakinan serta budaya juga ikut menentukan perilaku
kepatuhan. Nilai seseorang mempunyai keyakinan bahwa anjuran kesehatan itu dianggap
benar maka kepatuhan akan semakin baik ( Smet Bart , 1994 ) .

5. Dukungan Sosial Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan bagi individu serta memainkan peran penting
dalam program perawatan dan pengobatan. Pengaruh normatif pada keluarga dapat
memudahkan atau menghambat perilaku kepatuhan, selain dukungan keluarga, dukungan
tenaga kesehatan diperlukan untuk mempertinggi tingkat kepatuhan, dimana tenaga
kesehatan adalah seseorang yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien, sehingga apa
yang dianjurkan akan dilaksanakan ( Smet Bart, 2004 ).

2.3.2 Faktor-faktor yang mendukung kepatuhan


Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi tidak hanya dilihat
berdasarkan kepatuhan minum obat antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif pasien
dan kesediaannya untuk memeriksakan diri ke dokter sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi merupakan usaha
bersama antara pasien dan dokter yang menanganinya ( Burnier , 2001 ) . Sementara
menurut Notoatmodjo (2007) faktor yang mempengaruhi kepatuhan terbagi menjadi :

1. Faktor predisposisi (faktor pendorong)

a. Kepercayaan atau agama yang dianut

Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani


kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap agamanya akan memiliki jia yang
tabah dan tidak mudah putus asa serta menerima keadaanya, demikian juga cara akan
lebih baik. Kemauan untuk melakukan control penyakitnya dapat dipengaruhi oleh

15
kepercayaan penderita dimana penderita yang memiliki kepecayaan yang kuat akan lebih
patuh terhadap anjuran dan larangan kalau tahu akibatnya.

b. Faktor geografi

Lingkungan yang jauh jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan memberikan
kontribusi rendahnya kepatuhan.

c. Individu

1. Sikap individu yang ingin sembuh Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri
individu sendiri keinginan untuk tetap mempertahankan kesehatan sangat berpengaruh
terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan penderita dalam control penyakit.

2. Pengetahuan Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak


terindentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa dirinya sembuh dan sehat
dan sehat sehingga tidak perlu melakukan kontrol terhadap kesehatannya.

3. Faktor reinforcing (Faktor penguat) Upaya meningkatkan kepatuhan bisa dengan


meningkatkan kemampuan menyampaikan informasi oleh tenaga kesehatan yaitu dengan
memberikan informasi yang jelas pada pasien mengenai penyakit yang dideritanya serta
cara pengobatannya, keterlibatan lingkungan sosial (keluarga) dan beberapa pendekatan
perilaku. Riset telah mempertunjukkan bahwa jika kerjasama anggota keluarga diperoleh,
kepatuhan menjadi lebih tinggi .

a. Dukungan petugas

Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi penderita sebab petugas adalah
pengelola penderita yang sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik
maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa
percaya dan selalu menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk anjuran-anjuran yang
diberikan.

b. Dukungan keluarga

Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat
dipaksakan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan
dukungan dari keluarganya. Karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan
kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakit dengan baik, serta

16
penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang
pengelolaan penyakitnya. 4.

Faktor enabling (Faktor pemungkin) Fasilitas kesehatan merupakan saran penting


dalam memberikan penyuluhan terhadap penderita yang diharapkan dengan prasarana
kesehatan yang lengkap dan mudah terjangkau oleh penderita dapat lebih mendorong
kepatuhan penderita.

2.3.3 Pengukuran tingkat kepatuhan


Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang akan diukur dari responden atau subjek penelitian.
Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dapat diukur menggunakan metode
MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scale) Kuesioner kepatuhan terdiri atas 8 soal
dengan ketentuan YA nilai 1 dan TIDAK nilai 0.

2.3.4. Kepatuhan konsumsi obat hipertensi


Pasien dengan obat antihipertensi kemungkinan besar akan terus mengkonsumsi
selama hidup, karena penggunaan obat antihipertensi dibutuhkan untuk mengendalikan
tekanan darah sehingga komplikasi dapat dikurangi dan dihindari pemilihan obat
didasarkan pada tingkat tekanan darah, kerusakan organ dan tingkat keparahannya serta
adanya penyakit-penyakit lain. Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan
pengobatan secara teratur dan lengkap.

Kepatuhan terhadap perawatan merupakan perilaku seseorang untuk mentaati


aturan dalam hal pengobatan yang meliputi perlakuan khusus mengenai gaya hidup
seperti diet, istirahat dan olahraga serta konsumsi obat yang harus dikonsumsi, jadwal
waktu minum, kapan harus dihentikan dan kapan harus berkunjung untuk melakukan
kontrol tekanan darah (Gunawan, 2001).

Kepatuhan minum obat antara lain ( Rizky , 2017 ):

1. Tepat dosis Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang tetapi yang sempit akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya

17
dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang
diharapkan.

2. Cara pemberian obat Cara pemberian obat memerlukan pertimbangan


farmakokinetik, yaitu cara atau rute pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian,
sampai kepemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti pasien, aman dan
efektif untuk pasien.

3. Waktu pemberian obat Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana


mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi
pemberian obat perhari semakin rendah tingkat ketaatan minum obat

4. Periode minum obat Lama pemberian obat harus tepat sesuia penyakit masing-
masing.

2.3.5 Kepatuhan pemeriksaan rutin


Pemeriksaan rutin merupakan suatu kegiatan atau aktivitas penderita hipertensi
untuk melakukan perawatan, pengendalian, dan pengobatan. Pemeriksaan rutin
merupakan salah satu manajemen hipertensi yang perlu dilakukan untuk pengelolaan
hipertensi. Pemeriksaan rutin hipertensi sebaiknya dilakukan minimal sebulan sekali,
guna tetap menjaga atau mengontrol tekanan darah agar tetap dalam keadaan normal
( Unimus , 2011 ).

2.3.6 Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan adalah ketidakmampuan pasien untuk mengikuti aturan pengobatan
yang telah diresepkan oleh dokter dan dinilai secara klinis tepat, efektif, dan mampu
memberikan hasil yang diinginkan tanpa efek berbahaya. Ketidakpatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat antihipertensi dapat menyebabkan tekanan darah tidak terkontrol dan
dapat menyebabkan organ tubuh menjadi rusak. Kerusakan yang paling sering terjadi
akibat penyakit ini adalah stroke dan gagal ginjal ( Unimus , 2011 ) .

2.3.7 Faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan menurut ( Padila , 2012) adalah :

18
1. Kurang pahamnya pasien tentang tentang tujuan pengobatan. Alasan utama untuk tidak
patuh adalah kurang mengerti tentang pentingnya manfaat terapi obat dan akibat yang
mungkin jika obat tidak digunakan sesuai dengan instruksi.

2. Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang


ditetapkan

3. Sukanya memperoleh obat diluar rumah sakit 4. Mahalnya harga obat Pasien akan
lebih enggan mematuhi instruksi penggunaan obat yang mahal, biaya penghentian
penggunaan sebelum waktunya sebagai alasan untuk tidak menebus resep.

BAB III

KERANGKA KONSEP
3.1 Bagan Kerangka Konseptual

Gambar 3.1: Kerangka konsep Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan


Minum Obat Pada Pasien Hipertensi di rawat jalan RSUD Kota Madiun .

19
Keterangan : : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

3.2 Hipotesa Penelitian


Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian,patokan duga, atau dalil sementara
yang kebenaranya akan di buktikan dalam penelitian (Notoatmojo, 2010). Dalam
penelitian ini rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan


kepatuhan minum obat hipertensi pada pasien hipertensi H1 : Ada hubungan antara
tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan kepatuhan minum obat hipertensi pada
pasien hipertensi.

BAB IV

METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang penting dalam penelitian, yang memungkinkan
pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional
yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dan
efek dengan cara observasi data sekaligus yang menggunakan metode kuesioner.

Artinya setiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja ( Notoadmodjo ,


2018 ). Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan kepatuhan pasien hipertensi .

4.2 Populasi dan Sampel


1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang men yangkut
masalah yang diteliti ( Notoadmodjo, 2018 ). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pasien hipertensi yang melakukan pemeriksaan di rawat jalan RSUD Kota
Madiun pada bulan Pebruari 2021 s/d Mei 2021 yang berjumlah 100 orang .

2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dapat dianggap mewakili populasinya (Notoadmodjo , 2018 ). Sampel dalam
penelitian ini adalah semua pasien hipertensi di rawat jalan RSUD Kota Madiun

20
pada bulan Pebruari 2021 s/d Mei 2021 yang berjumlah 100 orang. Dalam penelitian
ini menggunakan rumus Slovin dalam penarikan sampel, karena jumlahnya harus
representative agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun
tidak memerlukan tabel jumlah sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus dan
perhitungan sederhana (Amirin, 2011).

Maka sampel yang akan diambil untuk penelitian ini adalah 100 orang responden
( Notoatmodjo, 2018). Dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteri Inklusi Sampel :

1) Pasien hipertensi .

2) Pasien yang mendapat terapi obat antihipertensi .

3) Usia pasien remaja akhir (14 - 65 tahun)

4) Pasien yang bersedia untuk diteliti dan menandatangani lembar persetujuan .

b. Kriteria Eksklusi Sampel:

1) Pasien dengan keadaan kegawat daruratan .

2) Pasien tidak kooperatif atau ada gangguan (misalnya : jiwa, pengelihatan) . 3)


Pasien hipertensi dengan penyakit penyerta .

4.3 Teknik Sampling


Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi.
Teknik sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar
diperoleh sampel yang benar - benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Cara
penetapan teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan purposive sampling adalah
karena tidak semua sampel memiliki kriteria sesuai dengan yang telah peneliti tentukan.

Oleh karena itu, sampel yang dipilih sengaja ditentukan berdasarkan kriteria tertentu
yang telah ditentukan oleh peneliti (Notoadmodjo, 2018). Responden penelitian dipilih
dengan quota sampling . Quota Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara
menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan

21
sampel dari populasi,kemudian dengan patokan jumlah tersebut peneliti mengambil
sampel secara sembarang asal memenuhi kriteria sebagai sampel dari populasi tersebut.
Jumlah responden pada penelitian ini sejumlah 100 orang.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Gambar 4.4 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan


Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi Di Rawat Jalan Rsud Kota Madiun.

22
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu ( Notoatmodjo , 2018 ).

a. Variabel Independent ( Variabel Bebas ) Variabel independent merupakan variabel


yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen ( Notoatmodjo , 2018).
Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang hipertensi.
b. Variabel Dependent ( Variabel Terikat ) Variabel dependent merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas ( Notoatmodjo, 2018 ). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan minum obat.

2. Definisi Operasional Variabel

4.6 Instrumen Penelitian


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan pada waktu
penelitian oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi mudah dan sistematis ( Notoadmojo , 2018 ). Instrumen atau alat penelitian yang
digunakan dalam penelitian adalah koesioner. Koesioner ini terbagi dalam 4 bagian,
yaitu: 1. Persetujuan Responden Koesioner ini merupakan persetujuan atau ketersediaan
pasien untuk dijadikan responden dalam penelitian ini.

23
2. Data demografi Koesioner ini terkait dengan identitas responden meliputi ; jenis
kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan .

3. Koesioner tentang kepatuhan minum obat Koesioner tentang kepatuhan minum obat
yeng terdiri dari 8 pertanyaan.

4. Koesioner pengetahuan tentang hipertensi Koesioner pengetahuan tentang hipertensi


yeng terdiri dari 12 pernyataan.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rawat Jalan RSUD Kota Madiun.

2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 2021 s/d Mei 2021.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data.


Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan lembar koesioner yang
akan dibagikan ke responden, dan responden mengisi dengan memilih salah satu jawaban
sesuai dengan yang mereka lihat dan alami

Tahap - tahap pengumpulan data :

1. Peneliti menyebarkan koesioner ke responden yang dijadikan sampel.

2. Peneliti mengumpulkan koesioner yang sudah diisi oleh responden.

3. Peneliti meneliti koesioner yang sudah diterima.

24
4. Peneliti mempertimbangkan jawaban-jawaban yang kurang lengkap, apakah dengan
kekurangan kelengkapan jawaban dapat dianggap valid.

5. Peneliti menganalisis data.

4.9 Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari kuesioner dikumpulkan. Data yang terkumpul kemudian
dihitung persentase perolehan jawaban sesuai dengan variabel yang diteliti. Metode
analisis data yang digunakan adalah deskriptif untuk mengetahui frekuensi jenis kelamin,
usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan terhadap seluruh data hasil penelitian yang
diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan kuesioner dan pembahasan masing-
masing faktor yang terdiri dari item-item pertanyaan, dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan persentase .

Analisis data dilakukan dengan cara mengkategorikan hasil kuesioner tingkat


pengetahuan dengan kepatuhan pasien tentang pengobatannya menjadi kategori kurang,
cukup dan baik. Menurut Arikunto ( 2010 ), tingkat pengetahuan dikatakan baik apabila
memiliki interval 75–100%, cukup apabila memiliki interval 55–74%, dan buruk apabila
memiliki interval ≤55%. Data yang telah diperoleh dari kuesioner dimasukkan data tabel
distribusi frekuensi, kemudian dipresentasekan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

P= 𝑓 𝑁 X100%

Keterangan :

P : Prosentase

f: Frekuensi (banyaknya jawaban responden)

N : Jumlah responden

Setelah di prosentasekan, untuk kategori pengetahuan di kelompokkan menjadi:

1. Baik : 76 - 100 %

2. Cukup : 56 - 75 %

3. Kurang : < 55 %

25
Dan untuk kategori kepatuhan di kelompokkan menjadi :

1. Patuh : 76 - 100 %

2. Cukup Patuh : 56 - 75 %

3. Tidak Patuh : < 55 %

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
tingkat kepatuhan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis univariat
merupakan analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari
tiap variabel. Setelah dilakukan analisis univariat hasil yang didapat dilanjut ke analisis
bevariate. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara 2 variabel yaitu variabel
bebas (Variabel Independent) dan variabel terikat (Variabel Dependent) yang berskala
nominal dan ordinal maka peneliti menggunakan uji chi sqaure yang tingkat kemaknaan p
< 0,05 maka H1 diterima dan Ho ditolak artinya ada hubungan tingkat tingkat
pengetahuan hipertensi dengan kepatuhan minum obat hipertensi pada pasien hipertensi.
Bila tingkat kemaknaan p > 0,05 maka antara H1 dan Ho tidak terdapat hubungan yang
signifikan.

26
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2021 di RSUD Kota
Madiun. Penelitian dilakukan kepada 100 responden dengan melalui pengisian kuesioner
yang telah disediakan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang telah
terkumpul kemudian dihitung persentase perolehan jawaban sesuai dengan variabel yang
diteliti. Melalui kuesioner yang diperoleh didapatkan hasil sebagai berikut:

5.1 Hasil
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin termasuk salah satu karakteristik yang perlu untuk diketahui karena akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan persepsi pasien. Frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil yang dapat dilihat pada gambar berikut :

27
Dari table 5.1.1 tersaji sebuah data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
sebagian besar adalah laki-laki dengan persentase (64%).

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Dalam penelitian ini usia responden dikelompokkan dalam kategori berdasarkan WHO
(2018) yaitu usia 14 sampai dengan 25 tahun (usia remaja), 26 tahun sampai dengan 45
tahun (usia dewasa), 46 tahun sampai dengan 55 tahun (usia pra lansia) dan 56 tahun
keatas (usia lansia), dengan distribusi frekuensi sebagai berikut:

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan UU
Sispendik (2013) dalam empat kategori yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi
(Sarjana) dengan distribusi frekuensi sebagai berikut :

Dari tabel 5.1.3 tersebut tersaji sebuah data, jumlah responden paling banyak terdapat
pada Pendidikan SMA dengan persentase 49 % dan paling sedikit padaa perguruan tinggi
dengan persentase 6 %.

28
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Dalam penelitian ini pekerjaan responden berdasarkan dikelompokkan dalam Empat
kategori yaitu PNS/TNI/Polri, Petani, Wiraswasta dan Tidak Bekerja/Ibu Rumah Tangga.
Dengan distribusi frekuensi pekerjaan responden ditunjukkan dalam tabel sebagai
berikut:

Dari tabel 5.1.4 tersebut tersaji sebuah data, jumlah responden berdasarkan pekerjaan
paling banyak yaitu tidak bekerja atau IRT dengan persentase 43 % , dan paling sedikit
pada pekerjaan PNS / TNI / POLRI dengan persentase 5 % .

5.1.5 Distribusi frekuensi kategori pengetahuan responden

Dari table 5.1.5 tersaji sebuah data distribusi kategori pengetahuan responden dengan
pengetahuan sebagian besar baik dengan pesentase 92 % .

29
5.1.6 Distribusi frekuensi kategori kepatuhan responden

Dari table 5.1.6 tersaji sebuah data distribusi kategori kepatuhan minum obat hipertenssi
sebagian besar dengan kategori cukup patuh sebanyak persentase 88 %

5.1.7 Hasil Uji Chi Square

Dari table 5.1.7 tersaji hasil uji chi sqaure yang telah dilakukan didapatkan hasil pada
tabel diatas, diperoleh nilai p.value 1.000 > 0,05 , maka tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan minum obat.

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Telah diketahui dari hasil penelitian frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
lebih banyak pasien pria 64 responden (64%) dibandingkan pasien wanita 36 responden
(36%). Presentase pasien hipertensi berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada
pasien berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan beresiko lebih

30
besar terserang hipertensi dari pada laki-laki. Faktor yang dapat memperbesar resiko atau
kecenderungan seseorang penderita hipertensi yaitu faktor genetik serta faktor
lingkungan. Perempuan akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah setelah
menopouse yaitu diatas usia 45 tahun.

Hal ini dikarenakan menopause pada perempuan yaitu berhentinya produksi endogen
esterogen yang menyebabkan tubuh tidak dapat mempertahankan vasodilatasi yang dapat
mengontrol tekanan darah. Menurut Maas and Franke (2019) Hormon pada laki-laki dan
perempuan memiliki efek untuk mengatur sistem RAS (Renin-Angiotensin System) dan
mempengaruhi produksi angiotensinogen dan metabolisme natrium. Sehingga pada
perempuan yang sudah tua dan mengalami menopause, tekanan darah sistolik meningkat
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan perubahan
hormonal pada saat mendekati masa menopause.

Penurunan rasio esterogen/andogen mengurangi efek vasorelaksan esterogen pada


dinding vessel dan meningkatkan faktor vasokontriksi seperti endoteloin. Terjadinya
penurunan hormon esterogen ini meningkatkan regulasi RAS dengan meningkatkan
aktivitas plasma renin. Faktor terjadinya hipertensi pada perempuan selain disebabkan
karena usia, jenis kelamin dan genetik juga disebabkan karena penggunaan kontrasepsi
pil yang mengandung hormon esterogen dan progesteron. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Pangaribuan ( 2015 ), menyatakan bahwa esterogen yang terkandung
dalam kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal. Esterogen dengan dosis tinggi juga dapat mempengaruhi metabolisme elektrolit
yang mengakibatkan kenaikan ketahanan perifer dan venous return yang dapat
meningkatkan tekanan darah.

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Usia sangat penting diketahui karena dapat menilai segala sesuatu berdasarkan
pengalaman yang pernah dijalaninya di masa lalu. Berdasarkan usia yang terbanyak
didapatkan pada golongan usia 46 sampai 55 tahun sebanyak 36 responden dengan
persentase (36%).

Kelompok usia tersebut termasuk golongan usia pra lansia yang berpotensi
mendapatkan risiko penyakit dan penurunan daya tahan tubuh. Hal ini terjadi karena pada
usia tersebut pembuluh darah mengalami penurunan kelenturannya dan menjadi kaku

31
karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan dan bertambahnya usia seseorang
akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental), hal ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ ( Abdilah, 2016 ) . Dalam usia saat ini pola hidup harus lebih
terkontrol salah satunya yaitu melakukan terapi diet rendah garam. Tujuan diet rendah
garam adalah membantu menghilangkan retensi ( penahan ) air dalam jaringan tubuh
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting
diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap cukup zat –
zat gizi , baik kalori , protein , mineral , maupun vitamin yang seimbang .

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur tingkat intelektual
sesorang. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki maka semakin tinggi pula tingkat
intelektualnya. Dari hasil penelitian table 5.1.3 diketahui bahwa faktor pendidikan yang
terbanyak didapatkan pada pendidikan SMA sebanyak 49 responden (49%), oleh karena
itu semakin tinggi tingkat pendidikan maka wawasan responden terhadap kepatuhan
minum obat akan tercapai. Pada hasil frekuensi responden yang kurang patuh dengan
pengetahuan baik sebanyak (9,8 %), maka perlunya sebuah pemahaman tentang
pentingnya aturan pengobatan yang ditetapkan. Dalam terapi non famakologis responden
yang kurang patuh bisa melakukan kegiatan yang dapat menurunkan tekanan darah
seperti olahraga atau aktivitas fisik dengan begitu dapat menjaga tekanan darah lebih
terkontrol .

5.2.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan


Dari tabel 5.1.4 dapat kita ketahui bahwa faktor pekerjaan paling banyak didapatkan
pada tidak bekerja atau IRT dengan jumlah 43 responden dengan persentase 43 %, maka
dapat disimpulkan dengan responden yang tidak bekerja lebih patuh dalam
mengkonsumsi obat daripada responden yang bekerja. Hal ini disebabkan pasien yang
bekerja tidak memiliki waktu untuk menuju tempat pelayanan kesehatan. Supaya
memperkecil resiko dari penyakit hipertensi yaitu dengan penatalaksanaan secara non
farmakologis yaitu melakukan terapi diet garam maksimal 2 gr garam dapur perhari,
olahraga, dan istirahat yang cukup .

32
5.2.4 Distribusi frekuensi kategori pengetahuan responden
Dari tabel 5.1.5 telah diketahui dari 100 responden pasien hipertensi, bahwa tingkat
pengetahuan kategori baik pada responden lebih banyak dengan jumlah 92 responden (92
%) dan tingkat pengetahuan kategori cukup baik sebanyak 8 responden (8 %).
Pengetahuan responden dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya pengalaman,
serta sarana informasi. Locke dalam Ekarini (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan
tidak hanya didapat secara formal melainkan juga melalui pengalaman. Selain itu
pengetahuan juga didapat melalui sarana informasi yang tersedia di rumah, seperti radio
dan televisi. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
sehingga penggunaan pancaindra terhadap suatu informasi sangat penting.

Hasil suatu studi sebelumnya menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan dengan kontrol tekanan darah secara rutin. Hal ini
dikarenakan jika seseorang memiliki pengetahuan tentang penyakit hipertensi seperti
akibat dari penyakit tersebut jika tidak minum obat atau tidak kontrol tekanan darah
secara rutin maka akan mengakibatkan komplikasi penyakit sehingga mereka meluangkan
waktunya untuk kontrol tekanan darah.

5.2.5 Distribusi frekuensi kategori kepatuhan responden minum obat hipertensi


Berdasarkan tabel 5.1.6 diatas menunjukkan bahwa dari 100 responden sebagian
besar yaitu 88 responden cukup patuh (88 %), 9 responden ( 9 % ) dengan kategori tidak
patuh dan 3 responden ( 3 % ) dengan kategori patuh. Tingginya ketidakpatuhan minum
obat pada pasien hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Sebagian besar responden patuh untuk meminum obatnya
sehingga angka ketidakpatuhan minum obat menjadi tinggi. Kepatuhan dalam minum
obat hipertensi dilakukan secara berkelanjutan dan dalam jangka waktu yang panjang
hingga tekanan darah dapat terkontrol. Walaupun keluhan sudah hilang, pasien hipertensi
tetap harus mengonsumsi obat hingga tekanan darahnya benar-benar terkontrol. Hal ini
diakibatkan karena hipertensi sering tidak menimbulkan gejala dan keluhan yang khas,
sehingga sulit disadari oleh penderita. Menurut Siti Noor Fatmah (2012) mendifinisikan
kepatuhan adalah sebagai perilaku untuk menaati saran-saran dokter atau prosedur dari

33
dokter antara pasien (dan keluarga pasien sebagai orang kunci dalam kehidupan pasien)
dengan dokter sebagai penyedia jasa medis.

Kepatuhan terapi pada pasien hipertensi merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan mengingat hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikendalikan ( Palmer dan William , 2017 ). Bagi pasien yang kurang patuh
maka bisa melakukan sebuah terapi secara non farmakologis guna mengkontrol tekanan
darahnya seperti olahraga teratur minimal 30 menit per hari, megurangi konsumsi garam (
tidak lebih dari 2 gram per hari ), diet dengan gizi seimbang, menghindari alkohol, dan
tidak merokok .

5.2.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Hipertensi Dengan Kepatuhan Minum Obat


Pengetahuan merupakan tingkat perilaku pasien dalam melaksanakan kepatuhan
dalam minum obat dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain. Apabila
pengetahuan pasien mengenai penyakitnya dan pengendalian dapat ditingkatkan
bersamaan dengan kepatuhan mengenai obat hipertensi maka kepatuhan minum obat akan
meningkat ( Realita Nurhanani , 2020 ) . Kepatuhan dalam minum obat merupakan salah
satu faktor penting dalam mengontrol tekanan darah pasien itu sendiri dan sebaliknya,
ketidakpatuhan merupakan salah satu faktor utama penyebab kegagalan terapi. Kegagalan
terapi berupa tekanan darah yang senantiasa diatas batas normal dapat menimbulkan
komplikasi penyakit lain seperti jantung, gagal ginjal, dan stroke. Ketidakpatuhan
terhadap terapi hipertensi merupakan suatu faktor yang menghambat pengontrolan
tekanan darah sehingga membutuhkan intervensi untuk meningkatkan kepatuhan terapi
( Fauziah , 2019) .

Hasil penelitian menunjukkan jika responden memahami mengenai aturan minum


obat, namun mereka cenderung tidak memahami kondisi tubuhnya. Hal ini
menggambarkan kurangnya informasi yang didapatkan oleh pasien saat kontrol rutin.
Setiap bulan, mereka mendapatkan informasi tentang obat antihipertensi karena
mengambil obat di Rumah Sakit namun sayangnya informasi untuk pengendalian hidup
serta kondisi penyakitnya tidak didapatkan. Namun karena responden kurang memahami
tata laksana pengobatan hipertensi itu sendiri. Oleh sebab itu responden bisa melakukan
tatalaksana terapi secara non farmakologis seperti olahraga dan makan makanan diet
rendah garam dengan gizi yang cukup, dengan begitu bisa memperkecil resiko penyakit

34
yang diderita. Selanjutnya dalam hasil analisis bivariat peneliti menggunakan uji statistik
dengan uji chi square. Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen. Selain itu juga untuk mengetahui kuat
lemahnya hubungan antara variabel tersebut. Berdasarkan uji chi sqaure yang telah
dilakukan didapatkan hasil pada tabel diatas, diperoleh nilai p.value 1,000 > 0,05 , maka
H1 ditolak dan H1 diterima yang menunjukkan tidak adanya hubungan secara signifikan
antara tingkat pengetahuan hipertensi dengan kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi di rawat jalan RSUD Kota Madiun dengan jumlah 100 responden

BAB VI

PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pasien hipertensi di rawat jalan
RSUD Kota Madiun dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk tingkat
pengetahuan pada pasien hipertensi di rawat jalan RSUD Kota Madiun sebagian besar
pengetahuan responden dengan kriteria baik ( 92 % ). 2. Untuk kepatuhan minum obat
pada pasien hipertensi di rawat jalan RSUD Kota Madiun sebagian besar tingkat
kepatuhan responden dengan kategori cukup patuh (88 %). 3. Hubungan tingkat
pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di rawat jalan RSUD
Kota Madiun didapatkan hasil tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
minum obat pada pasien hipertensi di RSUD Kota Madiun p.value 1,000 > 0,05 )

6.2 Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan setelah melihat hasil penelitian tersebut adalah:
3. Untuk Keluarga atau Pasien Melakukan aktivitas fisik atau olahraga minimal 30 menit
per hari, diet rendah garam 2 gr perhari , makan makanan yang cukup gizi , tidak minum
alkohol , dan istirahat yang cukup . 4. Untuk Tenaga Kesehatan Peran petugas dalam
kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien sangat kuat. Peran petugas
diimplementasikan dalam bentuk pemberian informasi yang mudah diterima kepada
pasien mengenai penyakitnya, memberikan dukungan kepada pasien untuk sembuh, dan
komunikasi interpersonal sehingga menghasilkan perilaku pelayanan yang baik. Petugas
kesehatan hendaknya memberikan informasi yang lengkap mengenai kondisi pasien,
pengendalian hipertensi, dan aturan minum obat antihipertensi saat konseling dan
melibatkan anggota keluarga saat konseling atau pengambilan obat sehingga informasi

35
akan lebih mudah diterima. 5. Peneliti lain Melakukan pengukuran variabel yang lebih
detail untuk menggambarkan persepsi pasien terhadap perilaku minum obat .

DAFTAR PUSTAKA
Ayuchecaria. 2018 .Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi Di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Journal Insan Farmasi Indonesia.

Barton, M., & Meyer, M.R., 2019, Postmenopousal Hypertension Mechanism and
Therapy Hypertension Bell K, Twiggs J, Olin B. Hypertension The Silent Killer: Updated
JNC-8 Guideline Recommendations.

http://c.ymcdn.com/sites/www.aparx.o

rg/resource/resmgr/CEs/CE_Hyperten sion_The_Silent_K.pdf.

Bernadheta N . 2016 . Hipertensi Sekunder Akibat Perubahan Histologi Ginjal.


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Jakarta .. Dinkes Jatim . 2018 . Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Timur . Dinkes Kota Madiun,2018 .

Profil Kesehatan Kota Madiun 2018. http://dinkes.madiunkota.go.id Fauziah Y .


2019 . Analisis Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi Dalam Minum Obat Di RSUD Kota
Kendari .

Hairadi et al, 2019. Evaluasi Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi Di


Puskesmas Alalak Tengah Kota Banjarmasin. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin.

Hananditia R. P . 2016. Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi tentang Penggunaan


Obat di Puskesmas Kota Malang.

Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Junaedi E et


al . 2013 . Hipertensi Kandas Berkat Herbal .FMedia ( Imprint Agro Media Pustaka ) .

36

Anda mungkin juga menyukai