Anda di halaman 1dari 113

SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT RISIKO PREDIABETES


PADA APARAT KEPOLISIAN DI POLRES
PADANG PANJANG TAHUN 2022

OLEH:

NURUL FEBRI GUSTINA

1811142010055

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR

YARSI BUKITTINGGI

2022
SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT RISIKO PREDIABETES


PADA APARAT KEPOLISIAN DI POLRES
PADANG PANJANG TAHUN 2022

Bidang Ilmu Keperawatan Medikal Bedah


Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Universitas Mohammad Natsir Yarsi

OLEH:

NURUL FEBRI GUSTINA


1811142010055

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR
YARSI BUKITTINGGI
2022

i
PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Nurul Febri Gustina

NIM : 1811142010055

Tanda tangan :

Tanggal : Juni 2022

ii
iii
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR YARSI BUKITTINGGI

SKRIPSI, September 2022

Nama :Nurul Febri Gustina


Judul Skripsi :Gambaran Tingkat Risiko Prediabetes Pada Aparat
Kepolisian Di POLRES Padang Panjang Tahun 2022
Jumlah Halaman :xiv + 61 halaman + 4 tabel+2 bagan+ 10 lampiran

ABSTRAK

Prediabetes merupakan suatu kondisi dimana seseorang dengan kadar


glukosa darah yang tidak memenuhi kriteria diabetes mellitus namun cukup tinggi
untuk bisa dikatakan normal. Prediabetes juga memilki faktor risiko pencetus dan
karena itu pentingnya upaya pengendalian faktor risiko dan upaya menurunkan
tingkat fatalitas . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat risiko
prediabetes pada aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang tahun 2022.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh aparat kepolisian di POLRES Padang
Panjang dengan jaumlah sampel sebanyak 232 responden dengan menggunakan
deskriptif dengan pendekatan studi. Instrumen penelitian ini adalah kuisioner
FINDRISC yang dilakukan pada bulan kuli 2022. Hasil penelitian ini diketahui
bahwa distribusi frekuensi tingkat risiko prediabetes pada aparat kepolisian di
POLRES Padang Panjang tahun 2022 sedikit meningkat sebesar 124 orang (53,4%).
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu tingkat risiko prediabetes pada aparat
kepolisian di POLRES Padang Panjang tahun 2022 yaitu pada tingkat risiko sedikit
meningkat. Saran pada penelitian ini adalah agar dapat memperhatikan faktor-faktor
risiko penyebab prediabetes pada aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang.

Kata Kunci : Risiko Prediabetes, FINDRISC, Aparat Kepolisian, DM

Daftar Bacaan: 2012-2022

v
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

MOHAMMAD NATSIR YARSI UNIVERSITY BUKITTINGGI

Thesis, September 2022

Name :Nurul Febri Gustina

Thesis Title: An Overview of Prediabetes Risk Levels in Police Officers in


Padang Panjang Police Station in 2022

Number of Pages :xiv + 61 pages + 4 tables + 3 charts + 10 attachments

ABSTRACT

Prediabetes is a condition in which a person with blood glucose levels that do


not meet the criteria for diabetes mellitus but are high enough to be considered
normal. Prediabetes also has precipitating risk factors and therefore the importance
of controlling risk factors and efforts to reduce fatality rates This study aims to
describe the level of prediabetes risk in police officers at the Padang Panjang police
attention in 2022. The population in this study were all police officers at the Padang
Panjang police station with a sample of 232 respondents using a descriptive study
approach. The instrument of this research is the FINDRISC questionnaire which was
conducted in the month of coolies in 2022. The results of this study show that the
frequency distribution of the risk level of prediabetes among police officers at the
Padang Panjang police station in 2022 slightly increased by 124 people (53.4%).
The conclusion in this study is that the level of prediabetes risk in police officers at
the Padang Panjang police station in 2022 is at a slightly increased risk level.
Suggestions in this study are to be able to pay attention to the risk factors that cause
prediabetes in police officers at the Padang Panjang police station.

Keywords: Prediabetes Risk, FINDRISC, Police Officers, DM

Reading List: 2012-2022

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-

Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ―Gambaran

Tingkat Risiko Prediabetes Pada Aparat Kepolisian di POLRES Padang Panjang

Tahun 2022‖. Shalawat beriringan salam diberikan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk dunia dan akhirat.

Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi . Selama proses penyusunan skripsi ini,

peneliti mendapat banyak bimbingan, bantuan, dukungan dan arahan dan kerja keras

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih setulus

hati kepada :

1. Bapak Afridian Wirahadi Ahmad, S.E.,M.Sc,AK,CA,AAP-B selaku Rektor

Universitas Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi.

2. Bapak Ns. H. Junaidy S.Rustam S.Kep,MNS selaku Wakil Rektor I

Universitas Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi.

3. Ibu Reny Chaidir S.Kep, M.Kep selaku Wakil Rektor II Universitas

Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi.

vii
4. Ibu Ns. Sri Hayulita S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan di Universitas Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi.

5. Ibu Ns. Aulia Putri S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

menyusun skripsi ini.

6. Bapak Ns. H. Junaidy S.Rustam S.Kep,MNS selaku dosen pembimbing II

yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam menyusun skripsi ini.

7. Ibu Dosen beserta staf pengajar di Program Studi Ilmu Kesehatan Universitas

Mohammad Natsir Bukittinggi yang telah memberikan ilmu pengetahuaan

dan bimbingan serta nasehat selama menjalani pendidikan.

8. Teristimewa,ucapan terimakasih kepada bapak Rajabri dan ibu Gusnelita

selaku orang tua dan kakak saya Lusiana Fitrah dan juga keluarga saya yang

selalu memberikan dukungan material dan moral serta do’a dalam

penyusunan skripsi ini.

9. Teman – teman Mahasiswa prodi S1 Keperawatan Universitas Mohammad

Natsir Yarsi Bukittinggi yang telah memberikan masukan, kritik dan saran

yang sangat berguna dalam menyelesaiakan proposal ini.

10. Dan juga ucapan terimakasih untuk diri saya sendiri sehingga sudah mampu

sampai pada titik ini dalam menyelesaikan proposal ini.

Akhirnya peneliti mengharapakan agar skripsi ini bermanfaat bagi

kita semua, khususnya dibidang kesehatan, atas segala bantuan yang telah

viii
diberikan peneliti mendo’akan budi baik Bapak/Ibu akan dibalas oleh Allah

SWT Amin Ya Rabbal Alamin.

Bukittinggi, September 2022

( Nurul Febri Gustina )

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSYARATAN ORISINASLITAS ................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL ....................................iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI ...........................................................................................viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1. Tujuan umum............................................................................. 7
2. Tujuan khusus ............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
1. Bagi responden .......................................................................... 8
2. Bagi institusi pemerintahan ....................................................... 8
3. Bagi peneliti............................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Prediabetes ....................................................................... 10


1. Defenisi prediabetes ................................................................ 10
2. Epidemiologi prediabetes ........................................................ 11
3. Kriteria prediabetes ................................................................. 11
4. Manifestasi klinis prediabetes ................................................. 12
5. Screening prediabetes .............................................................. 12
6. Patofisiologi prediabetes ........................................................ 17
B. Faktor risiko prediabetes ............................................................... 17
1. Unmodified factor ................................................................... 17

x
a. Usia .................................................................................... 18
b. Riwayat keluarga DM........................................................ 19
c. Jenis kelamin ..................................................................... 20
2. Modified factor ........................................................................ 21
a. Indeks masa tubuh ............................................................. 21
b. Aktivitas fisik .................................................................... 25
c. Konsumsi sayur atau buah ................................................. 26
d. Hipertensi ……………………………………………….26
C. Prediabetes pada anggota kepolisian ............................................. 26
D. Kerangka Teori ............................................................................. 27

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep .......................................................................... 28

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................... 29


B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 29
C. Populasi dan Sampel...................................................................... 29
D. Kriteria Sampel .............................................................................. 30
E. Definisi Operasional ...................................................................... 31
F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 31
G. Uji validitas dan Reabilitas ............................................................ 31
H. Etika Penelitian.............................................................................. 32
I. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 36
J. Analisa Data .................................................................................. 38

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum penelitian ............................................................ 39


B. Karakteristik responden .................................................................. 40
C. Tingkat risiko prediabetes............................................................... 41

BAB IV PEMBAHASAN

A. Karakteristik responden ................................................................. 44


B. Tingkat risiko prediabetes ............................................................. 47

xi
BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 60
B. Saran .................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Table 4.1 : Definisi Operasional ................................................................ 31

Tabel 5.1 : karakteristik responden ........................................................... 40

Tabel 5.2: tingkat risiko prediabetes ......................................................... 42

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka teori ..................................................................... 30

Gambar 3.1 : Kerangka konsep penelitian ................................................ 31

Gambar 4.1 : Skema Pengambilan Data .................................................... 40

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 2 : Curiculum Vitae

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat persetujuan penelitian dari tempat penelitian

Lampiran 5 : Lembar konsul skripsi

Lampiran 6 : Surat permohonan menjadi responden

Lampiran 7 : Informed consent

Lampiran 8 : Kusioner Penelitian

Lampiran 9 : Master tabel

Lampiran 10 : Pengolahan data

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prediabetes merupakan suatu kondisi dimana seseorang dengan kadar glukosa

darah yang tidak memenuhi kriteria diabetes mellitus namun cukup tinggi untuk bisa

dikatakan normal (ADA, 2016). Istilah prediabetes diperkenalkan pertama kali tahun

2002 oleh Departement of Health and Human Service (DHHS) dan the American

Diabetes Association (ADA). Sebelum istilah prediabetes istilahnya ialah toleransi

glukosa terganggu (TGT) dan gula dardah puasa terganggu (GDPT). Setiap tahunnya

4-9% orang dengan prediabetes menjadi penderita Diabetes Mellitus (DM).

seseorang dikatakan prediabetes atau tergolong prediabetes yaitu kadar gula darah

puasa antara 100-125 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah makan 140 - 200 mg/dl

(Mihardja et al., 2014)

Menurut International Diabetes Federation (2017) pada tahun 2030 diperkirakan

sekitar 398 juta orang di dunia akan mengalami prediabetes. Menurut Aschner

(2017) mengatakan prevalensi tolensi glukosa terganggu mencapai 16,7% dan pada

tahun 2045 diperkirakan angkanya akan turun hingga menjadi 15,9%. Data

Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa angka prediabetes di Indonesia cukup tinggi

yaitu pada keadaan glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebesar 26,3% dan pada

keadaan toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar 30,8% dan di Sumatera Barat

didapatkan prevalensi prediabetes yaitu sebesar 1,8%. Prevalensi diabetes yang

terdiagnosis tertinggi di Kota Padang Panjang sebesar 1,89% dan diperkirakan

1
2

bahwa prevalensi prediabetes di Kota Padang Panjang 2 kali lipat dibandingkan

dengan jumlah penderita DM di kota tersebut.

POLRI adalah suatu pranata umum sipil yang menjaga ketertiban, keamanan,

dan penegak hukum di Indonesia. Polisi memiliki beban kerja dan tanggung jawab

yang sangat besar dan karena itu pentingnya petugas kepolisian untuk selalu

menjaga kesehatannya agar bisa menjalankan tugas secara baik dan professional.

Namun polisi juga merupakan populasi yang rentan menderita prediabetes. Pada

Global Journal of Medicine and Public Health memperlihatkan polisi dapat

memiliki faktor risiko prediabetes, dilihat dari populasi yang diteliti terdapat polisi

dengan indeks masa tubuh overweight ( 35%) dan obesitas (7%). Sebanyak 64 %

populasi polisi yang diteliti tidak melakukan kegiatan aktivtas fisik ( olah raga)

diwaktu luang mereka (Jahnavi et all ., 2018). Selain itu polisi juga memiliki

pekerjaan yang cukup melelahkan dan memiliki shift kerja termasuk malam hari, ,

menurut mantan perwira dan penulis terkenal yaitu Dr. Gilmartin mengatakan bahwa

polisi mengalami peningkatan respons stress simpatis yang menyebabkan diabetes

(Kumar et al., 2008). Berdasarkan data dari Riskesdas yang diambil dari pengukuran

gula darah puasa didapatkan bahwa 28,7% polisi mengalami prediabetes (Kemenkes

RI, 2018)

Seperti penyakit tidak menular lainnya, prediabetes juga memiliki faktor risiko

atau faktor pencetus yang berkontribusi terhadap kejadian penyakit. Upaya

pengendalian faktor risiko dapat mencegah prediabetes dan menurunkan tingkat

fatalitas. Faktor risiko yang dapat menyebabkan prediabetes dibagi menjadi dua
3

yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor

yang tidak dapat dimodifikasi . Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah

ras, etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, riwayat

melahirkan bayi > 4000 gram, riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah ( BBLR

atau < 2.500 gram). Faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu berat badan lebih,

obesitas, kurangnya aktiftas fisik, hipertensi, dislipdemia, diet tidak sehat dan tidak

seimbang dan merokok (Kemenkes, 2020).

Sedangkan menurut Putri dan Rustam (2021) beberapa faktor risiko yang dapat

menyebabkan prediabetes dibagi menjadi dua yaitu, modified factor dan unmodified

factor. Seperti pola makan, pola istirahat, pola aktivitas dan manajemen stress. serta

unmodified factor seperti usia, jenis kelamin, riwayat DM dalam keluarga. Menurut

Lorga, dkk (2012) faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian prediabetes

terdiri menjadi 2 faktor yaitu faktor yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah,

dimana faktor yang dapat diubah seperti indeks masa tubuh (IMT), lingkar pinggang,

hipertensi, perilaku merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik serta pola diet.

Kota Padang Panjang merupakan salah satu kota dengan angka kejadian

prediabetes tertinggi di Sumatera Barat. Lembaga kepolisian merupakan salah satu

unit kerja lembaga hukum POLRES Padang Panjang terletak di Pusat Kota Padang

Panjang yang memiliki 4 polsek. Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Polres

Kota Padang Panjang terhadap 7 orang anggota kepolisian, dimana 6 dari 7 orang

berjenis kelamin laki – laki yang mana memiliki usia antara 25-40 tahun. Ke 7

orang polisi ini mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat keturunan DM.
4

Sedangkan itu 4 dari 7 anggota kepolisan tersebut memiliki IMT ≥ 25 kg/m2.

Kemudian 5 dari 7 anggota kepolisian tersebut mengatakan memiliki aktivitas yang

kebanyakan duduk dan tidak berolahraga secara teratur dan 2 dari 7 orang polisi

tersebut mengatakan jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Berdasarkan data diatas

pentingnya untuk mengetahui faktor risiko prediabetes untuk sebagai langkah awal

dalam pencegahan dini agar tidak terdiagnosis penyakit diabetes mellitus yang

dikarenakan diabetes merupakan penyakit kronis yang tidak hanya mempengaruhi

kesehatan jangka panjang tetapi juga mempengaruhi kehidupan secara pribadi dan

juga professional. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian

dengan judul ‖ Gambaran Risiko Prediabetes Pada Aparat Kepolisian di POLRES

Padang Panjang Tahun 2022‖

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan tersebut, maka penulis

tertarik meneliti tentang bagaimana Gambaran Tingkat Risiko Prediabetes Pada

Aparat Kepolisian di POLRES Padang Panjang Tahun 2022.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Tingkat Risiko Prediabetes Pada Aparat Kepolisian di

POLRES Padang Panjang Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik aparat kepolisian

POLRES Padang Panjang tahun 2022.


5

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat risiko prediabetes pada

aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang tahun 2022

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Responden

Melalui penelitian ini dapat menambah wawasan responden dan

pengetahuan responden tentang gambaran tingkat resiko prediabetes dan

memberikan motivasi pada responden dalam upaya pencegahan diabetes.

2. Bagi Peneliti

Sebagai penambah pengetahua, wawasan, sebagai upaya

mendapatkan ilmu pengetahuan, mengasah daya analisa dan sebagai

pengalaman yang menjadikan bekal kelak.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan

ilmu dibidang keperawatan khususnya mengenai prediabates dan dapat

digunakan sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya.

4. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai suatu bahan, acuan dan program lanjutan untuk melakukan

penanggulangan penyakit prediabetes bagi anggota kepolisian agar dapat

menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan semaksimal mungkin.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Prediabetes

1. Definisi Prediabetes

Prediabetes adalah suatu keadaan dimana terjadinya gangguan toleransi

glukosa atau gangguan glukosa puasa yang mana kondisi di mana nilai

glukosa darah lebih tinggi dari biasanya, tetapi tidak cukup tinggi untuk

diklasifikasikan sebagai diabetes (Okosun & Lyn, 2015). Menurut American

Diabetes Association (2018) prediabetes adalah individu yang kadar

glukosanya tidak memenuhi kriteria untuk mengidap diabetes akan tetapi

terlalu tinggi untuk dianggap normal. Keadaan toleransi glukosa terganggu

(TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) atau kadar HbA1c sesuai

dengan keadaaan peningkatan risiko akan terjadinya DM yang mana

merupakan manifestasi dari terjadinya prediabetes. Seiring dengan terus

berkembangnya kejadian prediabetes ini menjadi diabetes mellitus yang

konkrit, dan sehingga angka dari morbiditas dan mortalitas terkait akan

diabetes dan komplikasinya akan terus mengalami peningkatan.

Menurut PERKENI (2019) prediabetes ialah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan hemoglobin terglikasi atau glukosa darah diatas normal,

akan tetapi tidak cukup tinggi untuk memenuhi kriteria diabetes dimana

keadaan toleransi glukosa terganggu (TGT) dan / atau glukosa darah puasa
7

terganggu (GDPT) atau HbA1c sesuai peningkatan risiko DM yang mana

merupakan manifestasi terjadinya prediabetes. Dengan tingginya prevalensi

kejadian prediabetes menjadi diabetes mellitus yang semakin tampak nyata

hingga angka morbiditas dan mortalitas dengan diabetes dan juga beserta

komplikasinya.

2. Epidemiologi Prediabetes

Menurut International Diabetes Federation (2017) pada tahun 2030

diperkirakan sekitar 398 juta orang di dunia akan mengalami prediabetes.

Sedangkan menurut Aschner (2017) mengatakan prevalensi tolensi glukosa

terganggu mencapai 16,7% dan pada tahun 2045 diperkirakan angkanya akan

turun hingga menjadi 15,9%. Data dari Riskesdas (2018) menunjukkan

bahwa angka prediabetes di Indonesia cukup tinggi yaitu pada keadaan

glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebesar 26,3% dan pada keadaan

toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar 30,8%. Pada Sumatera Barat

didapatkan prevalensi prediabetes yaitu sebesar 1,8%..

3. Kriteria Prediabetes

Kriteria prediabetes dapat di tentukan dengan menggunakan glukosa

plasma puasa atau toleransi glukosa oral. Glukosa plasma puasa sering

dilakukan setelah puasa semalam minimal 8 jam sementara tolerasi glukosa

oral diukur setelah puasa semalam minimal 8 jam, sementara toleransi

glukosa oral diukur setelah puasa semalam dan 75 g glukosa dalam air.

Prediabetes didefinisikan sebagai gula darah puasa antara 100 dan 125 mg/dl
8

dan / atau kadar toleransi glukosa oral antara 140 dan 199 mg/dl (Okosun &

Lyn, 2015)..

Menurut PERKENI (2019) kriteria prediabetes meliputi toleransi

glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) adalah dimana hasil glukosa

plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma

2 jam <140 mg/dL dan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) adalah hasil

pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan

glukosa plasma puasa <100 mg/dL. Diagnosis prediabetes juga dapat

ditegakkan melihat hasil dari pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan hasil

5,7-6,4% .

4. Manifestasi Klinis Prediabetes

Manifestasi klinis pada prediabetes tidaklah sama dengan manifestasi

klinis seperti DM. pada DM didapati keluhan yang khas seperti polifagia,

polydipsia dan polyuria serta adanya penurunan BB dan sedangkan pada

prediabetes keluhan tersebut tidak ditemukan. Pada prediabetes yang dapat

ditemukan adalah meningkatnya kadar glukosa darah puasa dan kadar

glukosa darah 2 jam setelah makan diatas normal tetapi tidak sampai pada

keadaan kondisi diabetes mellitus (ADA, 2018).


9

5. Screening Prediabetes

Screening pada individu prediabetes sangat penting dilakukan untuk

dapat mendeteksi lebih awal sehingga dapat dilakukan pengobatan sedini

mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi. Screening merupakan

intervensi yang sangat efektif dalam mencegah berkembangnya prediabetes

menjadi diabetes mellitus dan mencegah terjadinya komplikasi (Karot et al.,

2020). Screening yang dilakukan pada kelompok yang berisiko tinggi pada

dewasa tanpa keluhan DM untuk menegakkan prediabetes sebagai berikut

(ADA, 2019):

Kelompok dengan IMT ≥ 23kg/m2 dan disertai dengan satu atau lebih

dari faktor dibawah ini:

c. Faktor keturunan DM

Riwayat DM pada keluarga dilihat dari saudara sedarah

seseorang yang didiagnosis mengidap DM baik yang hidup

maupun sudah meninggal, seperti ayah,ibu, saudara laki-laki,

saudara perempuan, dan anak. Seseorang yang memiliki riwayat

DM di keluarga memiliki 3 – 4 kali lebih berisiko menderita

prediabetes dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki

riwayat pada keluarganya dan resiko ini akan meningkat seorong

dengan jumlah banyaknya saudara kandung yang mengidap DM


10

d. Bagian dari ras/etnis tertentu

Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika,

Hispanik dan orang Amerika di Afrika mempunyai risiko lebih

besar terkena prediabetes dikarenakan orang dari ras tersebut yang

dulunya adalah seorang pemburu dan petani yang banyak

melakukan aktivitas fisik, namun seiring waktu sumber makanan

lebih banyak dan gerak badannya mulai berkurang sehungga

banyak mengalami obesitas sampai menderita diabetes mellitus

e. Riwayat penyakit kardiovaskuler

Penyakit kardiovaskuler disebut sebagai penyakit yang

menempati urutan pertama penyebab kematian pada pengidab

diabetes. Hubungan serangan jantung dan penyakit diabetes

berawal dari tingginya kadar gula darah pengidapnya. Kadar gula

yang tinggi dan dibiarkan tidak terkontrol bisa meningkatkan

risiko penyakit jantung menyerang.

f. Hipertensi

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang

ditandai dengan adanya hiperglikemi sebagai akibat dari

berkurangnya suatu produksi insulin maupun adanya gangguan

aktivitas dari insulin ataupun keduanya dan apabila tidak dapat


11

dikelola dengan baik akan mengakibatkan komplikasi yang salah

satunya adalah hipertensi.

g. Trigliserida >250 mg/dL dan atau HDL <35 mg/Dl

Prediabetes merupakan faktor terjadinya arterosklerosis

dimana kadar glukosa yang tinggi akan merangsang pembentukan

glikogen. Sintesis asam lemak dan kolesterol dari glukosa dalam

kadar yang tinggi dan kerja insulin tidak bekerja dengan maksimal

aatau glukosa tidak dapat diserap oleh tubuh maka akan dapat

mempercepat pembentukan trigliserida dalam hati sehingga

trigliserida berkumpul dan menumpuk dalam darah dan pembuluh

darah.

h. Memiliki sindrom polikistik ovarium pada wanita (PCOS)

Sindrom polikistik ovarium adalah gangguan hormonal pada

wanita yang menyebabkan sel telur diproduksi tidak normal, sel

telur yang diproduksi kecil dan tidak dapat matang atau yang

sering disebut ―kista‖. Wanita dengan PCOS 4 kali lebih rentan

mengembangkan diabetes disebabkan wanita dengan PCOS rentan

mengalami resistensi insulin sehingga tubuh akan mencoba untuk

memproduksi lebih banyak insulin dan dalam keadaaan kadar

insulin yang tinggi menyebabkan ovarium memproduksi terlalu

banyak testosteron yang mengganggu proses ovulasi dan resistensi


12

insulin juga dapat memicu kenaikan berat badan yang membuat

gejala PCOS makin memburuk dikarenakan lemak tubuh yang

berlebih dan memproduksi lebih banyak insulin.

i. Kurang aktivitas fisik

Aktivitas fisik ialah keseluruhan gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot-otot rangka yang memerlukan energi.

Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu dari faktor risiko

independen untuk penyakit kronis yang diperkirakan

menyebabkan kematian secara dunia dan kurangnya aktivitas

cenderung akan menyebabkan resistensi akan insulin dan

prediabetes

j. Keadaan klinis lain seperti obesitas berat

1) Pasien dengan prediabetes dengan nilai GDPT atau TGT

;HbA1c≥5,7% harus melakukan pemeriksaa pada setiap tahun.

2) Wanita dengan diagnosis DMG rutin melakukan pemeriksaan

selama 3 tahun sekali seumur hidup

3) Jika hasil dalam keadaan normal, pemeriksaan dapat diulang

minimal setahun sekali dengan memperhatukan kemungkinan

pemeriksaan yang lebih sering tergantung status resiko dan

juga hasil dari pemeriksaan awal


13

6. Patofisiologi Prediabetes

Patofisiologi dari prediabetes adalah impaired fasting glucose (IFG)

dan impaired glucose tolerance (IGT) diamana terganggunya sekresi insulin

yang di stimulasi oleh kadar glukosa. Dengan muncul resitensi insulin

kemudian adanya peningkatan sekresi insulin yang merupakan suatu proses

untuk mengkompensasi resistensi insulin dan keadaan kadar gula darah

dalam rentang normal. Akan tetapi dalam lama-kelamaan sel –sel tersebut

tidak mampu lagi dalam mengkompensasi keadaan tersebut dan terjadilah

peningkatan kadar gula darah dan menurunnya fungsi sekresi sel (Eikenberg

& Davy, 2013;Kacker et al., 2018)

Dalam kondisi dimana terjadinya peningkatan kadar gula darah dan

penurunan fungsi sel maka diagnosis DM sudah dapat ditegakkan. Mulanya

tubuh sudah mampu untuk mengkompensasi pada fase prediabetes, tidak ada

tanda dan gejala yang khusus yang dialami penderita prediabetes akan tetapi

jika sudah berlanjut ke tahap diabetes mellitus makan akan timbul keluhan

seperti polifagia, polydipsia dan polyuria dan adanya penurunan BB sebagai

dampak tingginya kadar gula darah (ADA , 2012;Kacker et al., 2018)

B. Faktor Risiko Prediabetes

Menurut Putri dan Rustam (2021) beberapa faktor risiko yang dapat

menyebabkan prediabetes dibagi menjadi dua yaitu, modified factor dan unmodified
14

factor. Seperti pola makan, pola istirahat, pola aktivitas dan manajemen stress. serta

unmodified factor seperti usia, jenis kelamin, riwayat DM dalam keluarga. Menurut

Lorga, dkk (2012) faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian prediabetes

terdiri menjadi 2 faktor yaitu faktor yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah,

dimana faktor yang dapat diubah seperti indeks masa tubuh (IMT), lingkar pinggang,

hipertensi, perilaku merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik serta pola diet.

Sementara itu menurut Putri dan Rustam (2021) unmodified factor terdiri dari usia,

jenis kelamin dan riwayat DM dalam keluarga. Berikut merupakan penjelasan dari

masing – masing faktor penyebab prediabetes.

1. Unmodified factor

a. Usia

Menurut American Diabetes Association (2012) usia

merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berperan aktif dalam

kejadian prediabetes. Angka kejadia prediabetes dapat mengalami

kenaikan seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Dalam 10

tahun belakangan di dapati kejadian diabetes mellitus pada usia yang

smekain muda terutama di beberapa negara yang telah terjadinya

berbagai ketidak seimbangan antara pengeluaran dan asupan energy

yang di peroleh (Persedia & Perkeni, 2019)

Penelitian ADA (2018) menjelaskan bahwa risiko menderita

prediabetes meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Seseorang

yang berusia lebih dari 45 tahun memiliki risiko menderita


15

prediabetes sebanyak 9,3 kali dibandingkan dengan orang yang

berusia kurang dari 45 tahun (Wicaksono, 2015). Berdasarkan

penelitian Pongoh,dkk (2020) mengatakan bahwa hal tersebut dapat

disebabkan pertambahan usia akan mengalami yang namanya

perubahan akan fisiologis seperti fungsi hati, fungsi pancreas dalam

memproduksi inslin, adenohipofisis, dan adrenal yang mana dapat

menganggu pengaturan kadar gula dalam darah. Sedangkan menurut

penelitian yang dilakukan oleh Amalia,dkk ( 2021) menunjukkan

hasil bahwa dari 56 responden yang kebanyakan dalam rentang usia

36-45 tahun sebanyak 23 responden (41,1%) dan responden ,dan

paling banyak responden yang berusia26-30 tahun ( 60 %). Hal ini

dikarenakan semakin bertambahnya usia, maka terjadi penurunan

fungsi organ tubuh, termasuk organ pancreas sehingga menyebabkan

terjadinya peningkatan kadar gula darah.

b. Riwaya keluarga DM

Keturunan DM atau riwayat keluarga penderita DM

merupakan salah satu faktor risiko seseorang akan menderita

prediabetes. Faktor genetik yang menyebabkan DM berdampak pada

resistensi insulin, resistensi insulin merupakan keadaan berkurangnya

kemampuan insulin dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Riwayat DM pada keluarga dilihat dari saudara sedarah seseorang

yang didiagnosis mengidap DM baik yang hidup maupun sudah


16

meninggal, seperti ayah,ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan,

dan anak. Seseorang yang memiliki riwayat DM di keluarga memiliki

3 – 4 kali lebih berisiko menderita prediabetes dibandingkan dengan

orang yang tidak memiliki riwayat pada keluarganya dan resiko ini

akan meningkat seorong dengan jumlah banyaknya saudara kandung

yang mengidap DM (Zhang, dkk 2015a)

DM dapar menurun menurut silsilah keluarga karena DNA

diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan

produksi insulin. Sebanyak 19 gen telah divalidasi berhubungan

dengan DM tipe 2. Dari 19 varian tersebut, varan gen yang terkuat

adalah TCF7L2, sebesar 15% orang dewasa Eropa membawa dua

salinan gen yang tidak normal sehingga berisiko dua kali menderita

DM tipe 2 sepanjang hidupnya dibandingkan dengan 40% orang yang

bukan sebagai pembawa salinan gen. Hampir semua gen yang tidak

normal tersebut mempengaruhi massa dan sebagian tampak

berpotensi menimbulkan resistensi insulin yang kemudian akan

menyebabkan terjadinya DM (Bilous dan Donelly, 2015). Individu

yang memilki riwayat keluarga DM akan mengalami peningktan

resiko untuk trjadinya DM tipe 2 selain itu, faktor- faktor risiko lain

juga sangat mempengaruhi untuk terjadinya peningkatan risiko DM

tipe 2, seperti kelebihan berat badan, stress dan kurang bergerak

(sustrani,2015).
17

Berdasarkan hasil penelitian cross- sectional yang dilakukan

oleh Zhang ,dkk (2015b) mengatakan proporsi prediabetes pada

orang yang memiliki keturunan dari keluarga DM yaitu sebesar

38,4%. dan hasil uji bivariatnya nya menghasilkan ada hubungan

signifikan antara riwayat DM pada keluarga sebagai faktor

prediabetes dan juga keturunan DM memiliki resiko mengalami

prediabets senilai 4,6 kali dibandingkan orang yang tidak memiliki

keturnan DM dengan (95%CI, 1,81-11,71).

c. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

resistensi insulin. Perempuan memiliki risiko lebih besar terjadinya

mengalami diabetes mellitus dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini

disebabkan karena perempuan memiliki peluang indeks masa tubuh

lebih besar atau obesitas dibandingkan dengan laki –laki dan juga

dikarenakan akibat proses hormon, sindrom siklus bulanan, pasca

menopause yang mengakibatkan terjadinya distribusi lemak tubuh

mudah terakumulasi hingga terjadi resistensi insulin (Harreiter &

Kautzky-Willer, 2018). Dalam penelitian Amalia,dkk (2021)

mengatakan bahwa dari 56 orang responden yang kebanyakan

berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 29 responden (51,8%)


18

yang menunjukkan bahwa perempuan paling banyak menderita

diabetes sebanyak (58%).

Sementara itu penelitian cross-sectional oleh Lorga,dkk (2012)

menyatakan jenis kelamin perempuan mempunyai risiko 2 sampai 3

kali mengalami risiko prediabetes dibandingkan jenis kelamin laki-

laki dengan (95$ CI, 1,49 -4,44). Menurut Alonso-Magdalena ,dkk(

2008) menyatakan adanya reseptor hormone estrogen atau hormone

saat wanita mengalami siklus menstruasi, ERα dan ERβ pada sel β

pancreas, yang mana meningkatkan insulin. Ini disebabkan insulin

dipengaruhi oleh hormone estrogen dan juga progesterone yang

bersifat antagonis terhadap kadar gula darah. Hal ini disebabkan

karena reseptor dari hormon estrogen pada sel β pancreas yang

menyebabkan pelepasan insulin dimana insulin ini ialah hormon

utama dalam homoestasis glukosa dalam darah sehingga dapat

disimpulkan berisiko mengalami resistensi insulin yang

mengakibakan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah saat awal

siklus menstruasi.

2. Modified factor

a. Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh (IMT) ialah indikator kondisi dimana

tubuh apakah tergolong ideal, underweight atau overweight dengan

perhitungan (BB/TB dalam bentuk kg/m2) dimana indeks massa tubuh


19

bisa memperkirakan massa tubuh yang termasuk juga didalamnya

seperti lemak dan dengan diketahui IMT seseorang kita bisa

memperkirakan risiko akan kesehatannya (Ii et al., 2018). Indeks

masa tubuh (IMT) lebih dari 24 dianggap kelebihan berat badan dan

lebih dari 30 adalah obesitas (J et al., 2021). IMT dikategorikan

menjadi 5, yaitu underweight <18,5, normal 18,6- 22,9, overweight

23-24,9, obesitas I 25- 29,9 dan obesitas II ≥ 30 (WHO).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lorga, dkk (2012)

memperlihatkan data sebesar 24,5% responden dengan IMT lebih dari

normal yang mengalami prediabates dan berdasarkan uji bivariat yang

menghasilkan terdapat hubungan yang signifikan antara IMT ≥ 25

kg/m2 ) sebagai faktor penyebab kejadian prediabetes. Sementara itu

menurut Amalia, dkk (2021) dalam penelitiannya mengatakan dalam

pengukuran IMT paling banyak responden dengan kategori

overweight dan normal dengan masing- masing sebanyak 22

responden (39.3%). Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan

antara obesitas atau kategori overweight dengan prediabetes. Ketika

seseorang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan adanya

penyimpanan lemak yang berlebihan hingga menutup sensitifitas

insulin terhadap glukosa yang mana akan menyebabkan terjadi

hiperglikemi (Astuti, 2019).


20

Menurut Ganz et al. (2014) seseorang yang memilki berat

badan berlebih memiliki berat badan berlebih memilki risiko

menderita DM 1,5 kali, obesitas derajat I memilki risiko 2,5 kali,

obesitas derajat II memilki risiko 3,6 kali, dan obesitas derajat III

memilki risiko sebanyak 5,1 kali dibandingkan orang yang memilki

IMT normal. Keadaan berat badan berlebih atau obesitas membuat

tubuh mengalami peningkatan asam lemak, penumpulakn lemak di

intra sel serta pembentukan setokin yang menyebabkan kerusakan

fungsi insulin.

Obesitas atau berat badan berlebih merupakan penyebab dari

resistensi insulin tersering yang berhubungan dengan penurunan

reseptor dan gagalnya reseptor setelahnya insulin yang terkatif ketika

insulin berikatan dengan sub unit a. Pengaktivasian ini akan

mengakibatkan aktif nya autofosforilase dan aksi termediasi insulin

untuk mengontrol kadar gula darah. Hiperinsulinemia ini timbul

karena kegagalan dalam menghantarkan sinyak untuk meregulasi

kadar gula darah, gangguan glukosa darah puasa, impaired glucose

tolerance (IGT), dan diabetes (Syafitri et al., 2019).

b. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik ialah keseluruhan gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot-otot rangka yang memerlukan energi. Kurangnya

aktivitas fisik merupakan salah satu dari faktor risiko independen


21

untuk penyakit kronis yang diperkirakan menyebabkan kematian

secara dunia dan kurangnya aktivitas cenderung akan menyebabkan

resistensi akan insulin dan prediabetes (Sipayung et al., 2017).

Aktivitas fisik/olahraga berperan utama dalam pengaturan

kadar glukosa darah serta untuk menurunkan berat badan dan lemak

tubuh. Olahraga yang dapat dilakukan yaitu seperti senam diabetes,

jalan biasa, jogging, berenang dan bersepeda. Jenis senam yang

dilakukan adalah senam aerobik low impact dan rithmic, aktivitas

fisik yang dimaksud disini adalah aktivitas fisik yang dilakukan setiap

hari minimal dengan waktu 30 menit (Utama,2011).

Kadar glukosa dalam darah salah satunya dipengaruhi oleh

fungsi adrenal. Saat seseraorang melakukan aktivitas fisik sama

artinya melatih kontraksi otot. Kontraksi otot dapat menyebabkan

glukosa lebih banyak masuk ke dalam sel, tanpa bantuan insulin. dan

pada pasien diabetes mellitus sangat dianjurkan untu melakukan

olahraga secara teratur tidak begitu banyak memperlukan insulin

(Karmilah, 2018). Resistensi insulin merupakan kondisi berkurangnya

kondisi sensitif pada insulin yang mana dalam menurunkan kadar

glukosa darah dengan menstimulasi glukosa yang dipakai di jaringan

oto dan lemak dan glukosa produksinya di tekan oleh hati. Resistensi

insulin yang berikatan dengan kurangnya aktivitas fisik dan memicu

terjadinya penyakit DM (Utara, 2016).


22

Melakukan aktivitas fisik maupun latihan fisik juga sangat

dianjurkan di dalam penatalaksanaan prediabetes. Aktivitas fisik

yang mencakup akan keseluruhan semua aktivitas yang

melibatkan anggota badan, sedangkan latihan fisik lebih kepada

yang terstruktur dan direncanakan. Kegiatan ini sangat penting

untuk menggapai serta mempertahankan penurunan berat badan

selain itu juga menurunkan tekanan darah, memperbaiki akan

resistensi insulin dan dyslipidemia. dan dengan meningkatkan

aktivitas fisik juga akan dapat meningkatkan kerja dari

metabolisme jaringan di otot dan peningkatan kesehatan sistem

peredaran darah secara umum dan meningkatnya aktivitas fisik

sangat berpengaruh pada penurunan kadar glukosa darah setelah 2

jam makan dan juga sangat berperan aktif dalam mengendalikan

glukosa darah terutama setetlah pembebanan glukosa (Persedia &

Perkeni, 2019)

C. Konsumsi Sayur atau Buah

Seseorang yang pola dietnya tidak beragam yaitu sebesar

14,5% Menurut Boeing, dkk (2012) pola diet buah dan sayur bisa

menurunkan risiko diabetes mellitus yang dikarenakan kelompok

pangan tersebut memiliki serat yang tinggi hingga menurunkan

risiko berat badan berlebih yang mana obesitas termasuk faktor

risiko untuk mengalami prediabetes.


23

Bagi tubuh serat berfungsi dalam penyerapan zat makanan

yang masuk kedalam tubuh, semkain tinggi serat makanan yang

dikonsumsi maka proses penyerapan dan pengosongan lambung juga

akan semakin lama, dengan demikian rasa kenyang yang dirasa akan

semakin lama. Tetapi jika seseorang kurang mengkonsumsi makanan

yang berserat maka proses penyerapan makanan menjadi cepat dan

lambung akan cepat memberikan sinyak untuk makan sehingga terlalu

banyak gula dan lemak yang diserap oleh tubuh, kemudian akan

terjadi peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh yang

selanjutnya akan menyebabkan DM. untuk penderita DM sebaiknya

memilih buah yang tdak manis seperti apel, pisang, jambu atau

papaya (Tandra, 2017).

Kemenkes (2014) menjelaskan bahwa ukuran satu porsi sayur

setara dengan satu piring kecil berdiametes 10 cm, 1 sendok panic, 2

sendok sayur , 4 sendok bebek atau setara dengan 5 sendok makan.

Sedangkan untuk ukuran satu porsi buah setara dengan

mengkonsumsi setengah mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus

atau satu buah jeruk,apel, jambu biji atau pisang. Untuk porsi

konsumsi sayur atau buah setiap anggota rumah tetangga

mengkonsumsi minimal 5 porsi serat setiap hari yang terdiri dari

minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya.


24

D. Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang sering dikaitkan dengan penumpukan lemak

sentral dan memicu terjadinya penurunan fungsi insulin. Lemak

perut yang berlebihan akan memicu masalah kesehatan yang

serius, seperti serangan jantung, stroke dan diabetes. Untuk

mengecilkan ukuran lingkar pinggang ada beberapa cara yang

dapat dilakukan, yaitu seperti mengurangi konsumsi makanan

yang mengandung tinggi gula, mengkonsumsi lebih banyak sayur

dan buah, pola makan yang sehat dan melakukan aktivitas fisik

seperti berjalan, berlari, berenang, senam aerobic yang terbukti

efektif untuk mengurangi jumlah lemak pada perut dan

menurunkan berat badan. Ukuran lingkar pinggang digunakan

untuk menentukan obesitas sentral dan kriteria untuk Asia Pasifik

yaitu ≥ 90 cm untuk pria dan ≥ 80 cm untuk wanita. (Tandra,

2017).

E. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko vascular yang utama pada

diabetes usia lanjut yang mana tekanan darah yang tinggi dapat

menyebabkan pendistribusian gula pada sel tidak berjalan optimal

sehingga akan terjadi akumulasi gula dan kolestrol dalam darah.

Sebaliknya jika kondisi tekanan darah berada pada rentang normal

karena insulin bersifat sebagai zat pengendalian dari system renin


25

dan angiotensin. Kadar insulin yang cukup menyebabkan terjaga,

tekanan darah diatas 120/90 mm Hg memiliki risiko diabetes dua

kali lipat dibandingkan dengan orang yang tekanan darahnya

normal (Brunner dan Suddarth, 2013).

Untuk mencegah terjadinya peningkatan hipertensi pada

aparat sebaiknya untuk meningkatkan derajat kesehatan seperti

mengurangi konsumsi garam, menghindari kebiasaan merokok,

mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, mengkonsumsi

makanan rendah lemak, mengontrol berat badan, istirahat yang

cukup dan berolahraga (Bustan, 2015)

F. Prediabetes pada Anggota Kepolisian

POLRI adalah suatu pranata umum sipil yang menjaga ketertiban,

keamanan, dan penegak hukum di Indonesia. Polisi memiliki beban kerja dan

tanggung jawab yang sangat besar dan karena itu pentingnya petugas kepolisian

untuk selalu menjaga kesehatannya agar bisa menjalankan tugas secara baik dan

professional. Namun polisi juga merupakan populasi yang rentan menderita

prediabetes. Pada Global Journal of Medicine and Public Health memperlihatkan

polisi dapat memiliki faktor risiko prediabetes, dilihat dari populasi yang diteliti

terdapat polisi dengan indeks masa tubuh overweight ( 35%) dan obesitas (7%).

Sebanyak 64 % populasi polisi yang diteliti tidak melakukan kegiatan aktivtas fisik (

olah raga) diwaktu luang mereka (Jahnavi et all ., 2018). Selain itu polisi juga
26

memiliki pekerjaan yang cukup melelahkan dan memiliki shift kerja termasuk

malam hari, , menurut mantan perwira dan penulis terkenal yaitu Dr. Gilmartin

mengatakan bahwa polisi mengalami peningkatan respons stress simpatis yang

menyebabkan diabetes (Kumar et al., 2008). Berdasarkan data dari Riskesdas yang

diambil dari pengukuran gula darah puasa didapatkan bahwa 28,7% polisi

mengalami prediabetes (Kemenkes RI, 2018)


27

G. Kerangka Teori

Unmodiefied Modiefied factor


factor

1. Indeks Masa Tubuh


2. Lingkar Pinggang
1. Jenis kelamin
3. Aktivitas fisik
2. Usia
4. Makan buah atau
3. Faktor
sayur
genetik
5. Hipertensi

Sensitivitas insulin
terganggu

Gula darah puasa terganggu


& toleransi glukosa
terganggu

Prediabetes

Jika ditangani dengan Jika tidak ditangani


baik dengan baik

Gula darah normal Resistensi insulin

DM
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber: Zhang, dkk (2015); Riskesdas (2018); Tabák, dkk ( 2012); Eikenberg dan Davy ( 2013)
28

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah sebuah uraian tentang hubungan atau variabel terkait

dengan masalah penelitian dan hubungannya berdasarkan kerangka teori atau hasil

dari studi sebelumnya sebagai pedoman dari penelitian. Kerangka konsep penelitian

merupakan visualisasi hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya,

atau juga variabel yang satu dengan variabel yang lainnya dari masalah yang diteliti.

( Surahman, et al., 2016).

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Input Proses Output

Aparat
Kepolisian Tingkat
Penilaian tingkat risiko
Risiko
POLRES prediabetes menggunakan
Prediabetes
Padang kuisioner FINDRISC
Panjang

Gambar 3.1. Kerangka Konsep


29

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan menggunakan metode studi survei yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran risiko prediabetes pada aparat kepolisian di Polres Padang

Panjang tahun 2022.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di POLRES Padang Panjang, waktu

penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2022.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mana memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anggota yang aktif berkerja di

POLRES Padang Panjang tahun 2022 yang berjumlah 293 orang

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang diambil dengan

cara tertentu untuk dikenai pengukuran. Teknik pengambilan sampel adalah

berbagai cara yang ditempuh untuk pengambilan sampel agar mendapatkan

sampel yang benar-benar sesuai dengan seluruh subjek penelitian tersebut

(Nursalam, 2013). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah


30

teknik total sampling. Teknik tersebut merupakan teknik pengumpulan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono,

2014). Jumlah dari sampel penelitian saat ini adalah 232 responden yang

telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi ,dimana kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah aparat yang sudah terdiagnosis DM dan juga aparat

yang sedang tidak berada dilokasi penelitian maupun aparat yang

mempunyak aktivitas tinggi dan sulit untuk dilakukan penelitian.

C. Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian yang dipakai

sehingga mereka akan memenuhi syarat tertentu yang ditetapkan bisa

dimasukkan sebagai sampel penelitian.

a. Bersedia menjadi responden

b. Berada di tempat penelitian

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria yang digunakan sehingga mereka

yang sudah memenuhi syarat inklusi terpaksa dikeluarkan karena tidak tepat

untuk diteliti lebih lanjut.

a. Terdiagnosis penyakit Diabetes Mellitus


31

D. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat ukur Skala Hasil ukur


operasional
ukur ukur

1. Risiko Dimana Mengisi Kuisioner Ordinal 1.rendah


prediabetes kondisi kuisioner FINDRIS (total skor
seseorang C < 7)
memiliki 2.sedikit
kadar gula meningkat
darah yang (total skor
tidak 7-11)
memenuhi 3. sedang (
kriteria total skor
diabetes 12-14)
mellitus 4.tinggi
namun (total skor
cukup tinggi 15-20)
untuk bisa 5. sangat
dikatakan tinggi (total
normal skor >20)

Tabel 4.1 Definisi Operasional

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui individu sehat yang berisiko

tinggi prediabetes. Instrumen yang digunakan di dalam penelitian ini berupa

kuisioner FINDRISC.

F. Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrument, artinya suatu

instrument dinyatakan valid apabila instrument itu mengukur apa yang

seharusnya diukur (Dharma, 2011). Validitas adalah suatu indeks yang

menunjukkan alat ukur itu benar- benar mengukur apa yang di ukur.
32

Realibilitas instrument adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah

alat ukur, meskipun digunakan secara berulang-ulang pada subjek yang sama

atau berbeda. Instrument yang akan dibagikan pada responden sudah di uji

validitas dan realibitasnya oleh peneliti sebelumnya. Pada penelitian ini untuk

menggunakan instrument penelitian yaitu FINDRISC yang sudah terbukti

validitas dan reliabilitasnya yaitu 0,361 dan 0,646

G. Etika Penelitian

Peneliti mengambil surat pengantar dari Universitas Mohammad Natsir

Bukittinngi. Peneliti meminta ijin untuk mengadakan penelitian di POLRES

Padang Panjang tahun 2022. Sebelum penelitian, semua responden diberi

informasi tentang tujuan penelitian, dampak dari penelitian, serta kerahasian data

yang dijawab sehingga terjadi suatu kerjasama yang baik antara peneliti dengan

responden. Peneliti melakukan peneltian dengan menekankan kode etik sebagai

berikut:

1. Informed concent

Peneliti meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam

penelitian dan responden berhak untuk menolak. Peneliti harus

menghormati itu.

2. Anonymity

untuk menjaga kerahasiaan di lembar kuisioner, peneliti hanya

mencantumkan nomor responden sebagai kode. Sedangkan pada lembaran

informed concent responden wajib menulis identitas yang benar.


33

3. Confidentiality

Peneliti akan menjaga keamanan dan kerahasiaan informasi yang sudah

diberikan oleh responden dan hanya akan digunakan untuk tujuan

penelitian.

4. Maleficiency

Penelitian ini menggunakan keamanan prosedur yang tidak membahayakan

bagi responden. Karena penelitian ini hanya menggunakan kuisioner yang

diisi berdasarkan keadaan responden.

5. Kejujuran

Peneliti melakukan pengumpulan bahan pustaka sesuai dengan yang

peneliti cari dan miliki. Peneliti melaksanakan metode dan prosedur

penelitian sesuai dengan proposal yang sudah disetujui, serta jujur dalam

mempublikasikan haasil sesuai dengan yang didapatkan.

6. Autonomy

Responden bebas menentukan keputusan sendiri apakah bersedia ikut

menjadi responden dalam penelitian ini atau tidak. Peneliti tidak memaksa

jika responden tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Justice

Peneliti memilih responden dalam penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi

yang telah ditetapkan.


34

H. Metode Penelitian

1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari data primer

dan data sekunder yaitu data yang didapat dari wawancara pada responden

dengan instrument lembar kuisioner yang berkaitan dengan gambaran faktor

risiko prediabetes dan juga data sekunder yaitu data yang didaptkan dari

pihak SDM,Klinik, dan Logistik POLRES Padang Panjang.

2. Cara Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Mengajukan surat izin penelitian di POLRES Padang Panjang pada pihak

Universitas Mohammaad Natsir Bukittinggi.

b. Menyerahkan surat izin penelitian ke POLRES Padang Panjang.

c. Melakukan penelitain di POLRES Padang Panjang

d. Memilih responden dengan cara:

1). Menentukan responden berdasarkan kriteria yang diinginkan peneliti

2). Memberikan penjelasan penelitian kepada responden mengenai tujuan

dan prosedur penelitian yang dilakukan.

3). Meminta persetujuan pada responden agar dapat berpartisipasi sebagai

responden penelitian dengan menandatangani lemabar persetujuan yang

disediakan.

e. Penyebaran kuisioner

1). Memperkenalkan diri peneliti pada responden


35

2). Menjelaskan tujuan penelitian

3). Meminta persetujuan responden.

4). Responden setuju, meminta responden untuk menandatangani

informed concent

5). Menjelaskan cara pengisian kuisioner

6). Setelah responden mengalami kesulitan dalam pengisian kuisioner,

maka peneliti bersedia melakukan wawancara sesuai kusioner yang

ada.

7). Jika responden mengalami kesulitan dalam pengisian kuisioner, maka

peneliti bersedia melakukan wawancara sesuai kuisioner yang ada.

8). Setelah kuisioner terisi sesuai dengan yang diharapkan, peneliti

mengucapkan terimakasih kepada responden.

9). Penyebaran kuisioner berakhir jika jumlah responden sudah

mencukupi sampel yang dibutuhkan dalam penelitian, data di periksa

kembali dan ditabulasi ke master table

10). Dilakukan pengolahan data melalui SPSS


36

3. Alur pengumpulan data

Mendapatkan surat pengantar dari ketua


Program Studi S1Keperawatan Universitas
Mohammad Natsir untuk POLRES Padang
Panjang dan dilakukan penelitian

Mendapatkan izin dari POLRES Padang


Panjang dan dilakukan penelitian di
Polres Padang Panjang

Memberikan informed concent


kepada responden

Penelitian dilakukan

Gambar 4.1 Skema Pengumpulan Data

3. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Notoadmojo (2012) dilakukan secara manual

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penyuntingan data (editing)

Seluruh kuisioner yang telah di isi di periksa kembali, apakah semua

pertanyaan sudah diisi dengan lengkap. Ini bertujuan untuk menjaga

kelengkapan dan kebenaran data agar bisa diproses lebih lanjut.


37

b. Pengkodean data (coding)

Pengkodean pada kuisioner yang dilakukan dengan mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding

atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukan data.

1) Jenis Kelamin

a) 1 = laki-laki

b) 2 = perempuan

2) Status perkawinan

a) 1 = menikah

b) 2 = belum menikah

3) Pangkat

a) 1 = kompol

b) 2 = AKP

c) 3 = Ipda

d) 4 = Iptu

e) 5 = Aiptu

f) 6 = Aipda

g) 7 = Bripka

h) 8 = Bripol

i) 9 = Briptu

j) 10 = Bripda
38

4) Masa kerja

a) 1 = 1-10 tahun

b) 2 = 11 -20 tahun

c) 3 = 21-30 tahun

d) 4 = 31-40 tahun

c. Memasukan data (data Entry)

Memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau

database computer. Kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana

atau bisa dengan membuat table koningensi.

d. Pembersihan data (cleaning)

Memeriksa kembali data yang suah di entri, apakah ada kesalahan atau

tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

I. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat

yang bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat risiko prediabetes.

Hasil dari analisis ini ditampilkan dalam bentuk presentasi yang disajikan dalam

tabel.
39

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu unit kerja lembaga hukum yaitu

POLRES Padang Panjang pada tanggal 22 Juli – 2 Agustus 2022 dengan judul

penelitian ―Gambaran tingkat risiko prediabetes pada aparat kepolisian di

POLRES Padang Panjang tahun 2022‖ . Data dikumpulkan melalui penyebaran

kuisioner, penelitian ini dilakukan selama 12 hari dan dilakukan pada masing –

masing responden dengan membagikan kuisioner.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat kepolisian di POLRES

Padang Panjang. Sampel penelitian ini terdiri dari 232 responden yang telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria eksklusi dalam penelitian

ini adalah aparat yang sudah terdiagnosis DM dan juga aparat yang sedang tidak

berada di lokasi penelitian maupun aparat yang mempunyai banyak aktivitas dan

sulit untuk dilakukan penelitian. Data responden yang didapatkan berupa data

primer dan sekunder, data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber

dengan metode kuisioner yang dibagikan dengan format kuisioner langsung dan

data sekunder merupakan data yang didapat dari bagian logistik dan klinik

POLRES Padang Panjang.


40

B. Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di
POLRES Padang Panjang Tahun 2022
(n = 232)

Karakteristik f %
Jenis Kelamin
Laki- laki 199 85.8
Perempuan 33 14.2
Umur (Mean=36.90) (SD=23.613)
Status Perkawinan
Menikah 187 80.6
Belum Menikah 45 19.4
Pangkat
Kompol 6 2.6
AKP 9 3.9
Ipda 19 8.2
Iptu 23 9.9
Aiptu 37 15.9
Aipda 25 10.8
Bripka 21 9.1
Brigpol 24 10.3
Briptu 33 14.2
Bripda 35 15.1
Masa Kerja
1-10 tahun 76 32.8
11-20 tahun 63 27.2
21-30 tahun 42 18.1
31- 40 tahun 51 22.0
M= mean, SD = Standar Deviasi, f = frekuensi, % = Percent

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui distribusi karakteristik responden

ditinjau dari usia, rata-rata umur responden (36,90), pada karakteristik jenis kelamin

sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki sebanyak 199 orang (85,8%).

Pada karakteristik status perkawinan sebagian besar responden menikah sebanyak

187 orang (80,6). Pada karakteristik pangkat sebagian besar berpangkat Aiptu

sebanyak 37 orang (15,9%). Pada karakteristik masa kerja sebagian besar


41

mempunyai masa kerja selama 1-10 tahun sebanyak 76 orang (32,8).

C. Faktor Risiko Prediabetes

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Risiko Prediabetes
di POLRES Padang Panjang Tahun 2022
(n=232)
Faktor Risiko f %
Usia
<45 tahun 104 44.8
45-54 tahun 94 40.5
55-64 tahun 34 14.7
>64 tahun 0 .0
IMT
<25 kg/m2 141 60.8
25 – 30 kg/m2 90 38.8
>30 kg/m2 1 0.4
Lingkar Pinggang
<94 cm (P),<80cm(W) 111 47.8
94-102 cm(P), 80-88cm(W) 113 48.7
>102 cm(P),>88cm(W) 8 3.4
Aktivitas Fisik 10.8
Ya 1 0.4
Tidak 231 99.6
Konsumsi Sayur atau Buah
Setiap hari 8 3.4
Tidak Setiap Hari 224 96.6
Konsumsi obat Antihipertensi 27.2
Tidak 176 75.9
Ya 56 24.1
Gula Darah Tinggi
Tidak 207 89.2
Ya 25 10.8
Riwayat Keluarga DM
Tidak 170 73.3
Ya(kakek,nenek,bibi,paman) 41 17.7
Ya(orang tua,anak kandung) 21 9.1
f = frekuensi, % = Percent

Terdapat gambaran distribusi frekuensi faktor-faktor risiko

prediabetes pada responden pada tabel 5.2 yaitu: pada faktor usia, rata – rata
42

usia responden berusia <45 tahun sebanyak 104 orang (44,8%). Pada faktor

IMT sebagian besar responden mempunyai IMT <25 kg/m2 sebanyak 141

orang (60,8%). Pada faktor lingkar pinggang sebagian besar responden

mempunyai lingkar pinggang 94-102 cm(P), 80-88 cm (w) sebanyak 113

orang (48,7 %). Pada faktor aktivitas fisik sebagian besar responden tidak

memiliki aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari sebanyak 231 orang

(99,6%). Pada faktor konsumsi rutin obat antihipertensi sebagian besar

responden tidak mengkonsumsi rutin obat antihipertensi sebanyak 176 orang

(75,9%). Pada faktor pernah terdiagnosis memilki gula darah tinggi sebagian

besar responden tidak pernah terdiagnosis memiliki gula darah tinggi

sebanyak 207 orang (89,2%). Pada faktor riwayat keluarga DM sebagian

besar responden tidak memiliki riwayat keluarga DM sebanyak 170 orang

(73,3%).

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Risiko Prediabetes pada Aparat
Kepolisian di POLRES Padang Panjang Tahun 2022
(n=232)

Tingkat Risiko F %
Rendah 70 30.2
Sedikit Meningkat 124 53.4
Sedang 18 7.8
Tinggi 12 5.2
Sangat Tinggi 8 3.4

f = frekuensi, % = percent

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui distribusi frekuesi tingkat risiko

prediabetes pada aparat kepolisian sebagian besar 124 responden dengan


43

tingkat risiko sedikit meningkat dengan persentase (53,4%) di POLRES

Padang Panjang Tahun 2022.


44

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Gambaran distribusi frekuensi karakteristik risiko prediabetes pada

aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 232 orang yang

menjadi responden di dapatkan hasil bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan jumlah aparat kepolisian di

POLRES Padang Panjang sebagian besar berjenis kelamin laki- laki.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Irvan & Maritha (2016) tentang

gambaran tingkat risiko dan faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko

DM di Buaran,Serpong. , dimana didapatkan hasil sebagian besar 51,5%

responden berjenis kelamin laki – laki.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 232 orang yang

menjadi responden di dapatkan hasil bahwa rata- rata umur responden adalah

37 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Jamaluddin (2016) di RS X di dapatkan bahwa 59,6% pekerja berusia <45

tahun. Penelitian ADA (2018) menjelaskan bahwa risiko menderita

prediabetes meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Seseorang yang

berusia lebih dari 45 tahun memiliki risiko menderita prediabetes sebanyak

9,3 kali dibandingkan dengan orang yang berusia kurang dari 45 tahun

(Wicaksono, 2015).
45

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 232 responden

didapatkan sebagia besar responden memiliki satus perkawinan sudah

menikah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari, dkk (2021)

dalam penelitiannya diketahuo bahwa sebanyak 89,2% responden memiliki

satus perkawinan menikah dan didapatkan hasil tidak ada perbedaan antara

status perkawinan dengan risiko diabetes. Penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Azizi & Hadaegh (2019) yang menyebutkan bahwa status menikah

merupakan faktor risiko yang secara signifikan dengan hasil uji statistic

sebesar p<0,001.

Terdapat 2 teori yang menjelaskan efek menguntungkan pernikahan

bagi kesehatan. Yang pertama menerangkan bahwa individu yang sehat

cenderung berstatus menikah. Teori yang kedua menyatakan efek setelah

pernikahan yaitu mengurangi stress dan menerapkan perilaku hidup sehat

(Yuliana & Valentina, 2016). pasangan suami istri yang merasa puas

terhadap pernikahannya mampu menerima perubahan perilaku pasangan .

Adanya pasangan juga dapat memberikan rasa nyaman dalam berbagi emosi

dan berkomunikasi satu sama lain serta mampu beradaptasi atau memiliki

kemampuan untuk beralih tanggung jawab karena kondisi pasangan akan

mengalami keterbatasan untuk melakukan beberapa kegiatan dikarenakan

kondisi kesehatannya (De Oliveira et al. 2020).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 232 responden

didapatkan sebagia besar responden memiliki pangkat Aiptu. Aiptu atau Ajun
46

Inspektur Polisi Satu adalah Bintara Tinggi tingkat dua di Kepolisian

Republik Indonesia. Pangkat Aiptu di dapatkan setelah memiliki masa dinas

kurang lebih selama 20 tahun. Hal ini beriringan dengan masa dinas seorang

polisi, dalam penelitian ini di dapatkan sebagian besar responden memiliki

masa kerja selama 11-20 tahun.

Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi pula stress

sesorang terhadap pekerjaan. Hal ini memiliki keterkaitan dengan penelitian

yang dilakukan Pratiwi et al. 2014 dalam (Widowati & Djafar, 2021)yang

menyatakan bahwa stres yang dialami dapat mengakibatkan terganggunya

pada proses pengontrolan kadar gula dalam darah. Pada kondisi stres dapat

mengakibatkan peningkatan pada kortisol yang digunakan oleh tubuh untuk

menghentikan efek insulin sehingga terjadi peningkatan kadar gula dalam

tubuh.

Penelitian yang pernah dilakukan mengenai stres kerja dengan sampel

polisi mendapatkan hasil penelitian bahwa derajat stres kerja polisi secara

keseluruhan berada pada tingkat menengah. Faktor-faktor penyebab stres

dalam pekerjaan sangatlah banyak. Pada polisi stresor yang dapat

menyebabkan stres dikarenakan faktor kondisi pekerjaan atau faktor

organisasi. Hal yang dapat menjadi sumber stres kerja pada polisi adalah

pengembangan karir, iklim organisasi, kelelahan kerja, dan konflik kerja,

peluang kerja, aktivitas di luar pekerjaan, tuntutan mental dalam pekerjaan,

beban kerja dan shift kerja (Kusmiati et al., 2018) . Selain itu, direktur utama
47

ACLU (American Civil Liberties Union), Ira Glasser juga menyatakan bahwa

polisi adalah pekerjaan yang mencakup banyak aspek, sulit, berbahaya, dan

stres kerjaful.

B. Gambaran tingkat risiko prediabetes pada aparat kepolisian di

POLRES Padang Panjang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 232 orang yang

menjadi responden di dapatkan hasil bahwa rata- rata umur responden adalah

37 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Jamaluddin (2016) di RS X di dapatkan bahwa 59,6% pekerja berusia <45

tahun.

Faktor usia mempengaruhi penurunan pada semua sistem tubuh, tidak

terkecuali sistem endokrin. Penambahan usia menyebabkan kondisi resistensi

pada insulin yang berakibat tidak stabilnya level gula darah sehingga

banyaknya kejadian DM salah satu diantaranya kejadian DM salah satu

diantaranya yang secara degenerative menyebabkan penurunan fungsi tubuh.

Usia menjadi salah satu faktor yang melandasi terjadinya prediabetes karena

adanya peningkatan komposisi lemak dalam tubuh yang terakumulasi pada

abdomen yang memicu terjadinya obesitas sentral dan memicu terjadinya

resistensi insulin (Widayanti, 2020).

Proporsi usia di POLRES Padang Panjang banyak pada kelompok

usia < 45 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia tersebut merupakan usia
48

produktif seseorang untuk bekerja . selain itu, dikarenakan usia pension

seorang polisi adalah pada umur 58 tahun sehingga terjadinya pergantian

aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang tersebut.

Sementara itu IMT juga sangat mempengaruhi risiko prediabetes

Indeks Massa Tubuh adalah salah satu cara untuk menentukan status gizi

dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan. Rumus

perhitungannya adalah IMT = BB (kg)/TB2 (dalam meter). IMT

dikategorikan menjadi 5, yaitu underweight <18,5, normal 18,6- 22,9,

overweight 23-24,9, obesitas I 25- 29,9 dan obesitas II ≥ 30 (WHO).

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa IMT yang mendominan adalah

IMT yang lebih rendah dari 25 kg/m2 sebanyak 141 responden. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yusvita dan Modjo

(2014) di PT X bahwa 39,9% pekerja memiliki IMT < 25 kg/m2.

Menurut Ganz et al. (2014) seseorang yang memilki berat badan

berlebih memiliki berat badan berlebih memilki risiko menderita DM 1,5

kali, obesitas derajat I memilki risiko 2,5 kali, obesitas derajat II memilki

risiko 3,6 kali, dan obesitas derajat III memilki risiko sebanyak 5,1 kali

dibandingkan orang yang memilki IMT normal. Keadaan berat badan

berlebih atau obesitas membuat tubuh mengalami peningkatan asam lemak,

penumpulakn lemak di intra sel serta pembentukan setokin yang

menyebabkan kerusakan fungsi insulin.


49

Selain IMT, lingkar pinggang juga dikategorikan menjadi dua, yaitu

tidak berisiko dan berisiko. Ukuran lingkar pinggang digunakan untuk

menentukan obesitas sentral dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu ≥ 90 cm

untuk pria dan ≥ 80 cm untuk wanita. Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan

113 responden (48,7%) lebih mendominan lingkar pinggang 94-102 cm

untuk pria dan 80 - 88 cm untuk wanita. Hasil penelitian ini tidak sesuai

dengan penelitian Yusvita dan Modjo (2014) di PT X didapatkan bahwa

48,5% pekerja memiliki ukuran lingkar pinggang yang tidak berisiko.

Lingkar pinggang sering dikaitkan dengan penumpukan lemak

sentral dan memicu terjadinya penurunan fungsi insulin. Lemak perut yang

berlebihan akan memicu masalah kesehatan yang serius, seperti serangan

jantung, stroke dan diabetes. Untuk mengecilkan ukuran lingkar pinggang

ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu seperti mengurangi konsumsi

makanan yang mengandung tinggi gula, mengkonsumsi lebih banyak sayur

dan buah, pola makan yang sehat dan melakukan aktivitas fisik seperti

berjalan, berlari, berenang, senam aerobic yang terbukti efektif untuk

mengurangi jumlah lemak pada perut dan menurunkan berat badan (Tandra,

2017).

Aktivitas fisik dikategorikan menjadi dua yaitu ya dan tidak.

Responden akan menjawab ya apabila melakukan aktivitas fisik selama 30

menit atau lebih dalam sehari dan responden akan menjawab tidak apabila

responden tidak melakukan aktivitas fisik selama 30 menit. Berdasarkan tabel


50

5.1 hasil menunjukkan bahwa sebanyak 231 responden (99,6%) tidak

melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari lebih mendominan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fathurohman

dan Fadhilah (2016) di PT X yang mengatakan bahwa 81,7% masyarakat di

Buaran Serpong memiliki aktivitas fisik yang rendah.

Aktivitas fisik/olahraga bertujuan untuk mengendalikan kadar gula

darah, karena latihan jasmani yang teratut menyebabkan kontraksi otot

meningkat dan resistensi insulin berkurang. Aktivitas fisik/ olahraga dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif,

sehingga secara langsung olahraga dapat meyebabkan penurunan glukosa

darah (Hariyanto,2013).

Aktivitas fisik/olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar

glukosa darah serta untuk menurunkan berat badan dan lemak tubuh.

Olahraga yang dapat dilakukan yaitu seperti senam diabetes, jalan biasa,

jogging, berenang dan bersepeda. Jenis senam yang dilakukan adalah senam

aerobik low impact dan rithmic, aktivitas fisik yang dimaksud disini adalah

aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari minimal dengan waktu 30 menit

(Utama,2011).

Kegiatan olahraga rutin mingguan atau bulanan yang dilaksanakan di

POLRES Padang Panjang memang sudah ada, akan tetapi ini dirasa belum

cukup untuk mendapatkan badan yang sehat. Menurut Kemenkes (2014)


51

aktivitas fisiko dilakukan secara teratur minimal 30 menit sehari, sehingga

dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya. Jika lebih

banyak waktu yang digunakan untuk beraktivitas fisik maka manfaat yang

diperoleh juga lebih banyak.

Konsumsi sayur atau buah dikategorikan menjadi dua, yaitu setiap

hari dan tidak setiap hari. Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa

sebanyak 224 responden (96,6%) tidak setiap hari mengkonsumsi sayur atau

buah lebih mendominan.

Bagi tubuh serat berfungsi dalam penyerapan zat makanan yang

masuk kedalam tubuh, semkain tinggi serat makanan yang dikonsumsi maka

proses penyerapan dan pengosongan lambung juga akan semakin lama,

dengan demikian rasa kenyang yang dirasa akan semakin lama. Tetapi jika

seseorang kurang mengkonsumsi makanan yang berserat maka proses

penyerapan makanan menjadi cepat dan lambung akan cepat memberikan

sinyak untuk makan sehingga terlalu banyak gula dan lemak yang diserap

oleh tubuh, kemudian akan terjadi peningkatan kadar glukosa darah dalam

tubuh yang selanjutnya akan menyebabkan DM. untuk penderita DM

sebaiknya memilih buah yang tdak manis seperti apel, pisang, jambu atau

papaya (Tandra, 2017).

Kemenkes (2014) menjelaskan bahwa ukuran satu porsi sayur setara

dengan satu piring kecil berdiametes 10 cm, 1 sendok panic, 2 sendok sayur ,
52

4 sendok bebek atau setara dengan 5 sendok makan. Sedangkan untuk ukuran

satu porsi buah setara dengan mengkonsumsi setengah mangkuk buah yang

diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk,apel, jambu biji atau pisang. Untuk

porsi konsumsi sayur atau buah setiap anggota rumah tetangga

mengkonsumsi minimal 5 porsi serat setiap hari yang terdiri dari minimal 3

porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya.

Riwayat tekanan darah tinggi dikategorikan menjadi dua, yaitu tidak

dan ya. Responden menjawab tidak jika tidak pernah memiliki riwayat

tekanan darah tinggi dan tidak pernah mengkonsumsi obat tekanan darah

tinggi, sedangkan responden menjawab ya jika pernah memiliki tekanan

darah tinggi dan mengkonsumsi obat tekanan darah tinggi.

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebanyak 176 responden

(75,9%) tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yusvita dan Modjo (2014) di PT X

didapatkan bahwa 92,2% pekerja di PT X tidak memiliki riwayat tekanan

darah tinggi.

Hipertensi merupakan faktor risiko vascular yang utama pada diabetes

usia lanjut yang mana tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan

pendistribusian gula pada sel tidak berjalan optimal sehingga akan terjadi

akumulasi gula dan kolestrol dalam darah. Sebaliknya jika kondisi tekanan

darah berada pada rentang normal karena insulin bersifat sebagai zat
53

pengendalian dari system renin dan angiotensin. Kadar insulin yang cukup

menyebabkan terjaga, tekanan darah diatas 120/90 mm Hg memiliki risiko

diabetes dua kali lipat dibandingkan dengan orang yang tekanan darahnya

normal (Brunner dan Suddarth, 2013).

Penyebab dari tekanan darah yang tinggi yang dimiliki pada aparat

kepolisian di POLRES Padang Panjang dapat disebakan karena faktor

eksternal yang berhubungan dengan pekerjaan dan beban kerja. Untuk

mencegah terjadinya peningkatan hipertensi pada aparat sebaiknya untuk

meningkatkan derajat kesehatan seperti mengurangi konsumsi garam,

menghindari kebiasaan merokok, mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-

buahan, mengkonsumsi makanan rendah lemak, mengontrol berat badan,

istirahat yang cukup dan berolahraga (Bustan, 2015)

Riwayat kadar gula darah tinggi dikategorikan menjadi dua, yaitu

tidak dan ya. Responden menjawab tidak jika respinden tidak memiliki

riwayat kadar gula darah tinggi, sedangkan responden menjawab ya jika

memiliki riwayat kada gula darah tinggi.

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebanyak 207 responden

(89,2%) tidak memilkik gula darah tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Jamaluddin (2016) di RS X didapatkan bahwa 100% karyawan

tidak memiliki riwayat gula darah tinggi.


54

Menurut WHO seseorang dapat didiagnosa DM jika kadar gula darah

pada saat puasa ≥ 126 mg/dl dan 2 jam sesudah makan ≥200 mg/ dl. Riwayat

kadar gula darah tinggi dipengaruhi oleh usia individu. Semakin rendah usia

semakin sedikit individu yang memilki kadar gula darah tingginya individu

yang memilki kadar gula darah tinggi. Hasil penelitian di POLRES Padang

Panjang menunjukkan bahwa lebih banyak aparat yang tidak memilki kadar

gula darah tinggi, tetapi beberapa tahun kemudian bagi aparat yang tidak

memiliki riwayat kadar gula darah yang tinggi kemungkinan dapat memilki

kadar gula darah yang tinggi di kemuddian hari. Hal ini dikarenakan adanya

penambahan usia setiap individu dan pola hidup yang kurang baik yang

menyebabkan individu bisa memiliki risiko yang lebih besar.

Riwayat keluarga DM dikategorigakn menjadi tiga, yaitu tidak, ya

dari kakek,nenek, bibi ,paman, sepupu dan ya dari orang tua, saudara

perempuan,dan anak kandung. Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa 170

responden (73,3%) tidak memilki riawayat keluarga DM. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusvita dan Modjo (2014) di

PT X yang menyatakan bahwa sebanyak 76,9% karyawan yang bekerja di PY

X tidak memilki riwayat keluarga dengan DM. penelitian lain oleh

Jamaluddin (20160 yang menyatakan bahwa sebanyak 54,4% karyawan di

RS X tidak memilki riwayat keluarga DM.

DM dapar menurun menurut silsilah keluarga karena DNA

diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi


55

insulin. Sebanyak 19 gen telah divalidasi berhubungan dengan DM tipe 2.

Dari 19 varian tersebut, varan gen yang terkuat adalah TCF7L2, sebesar 15%

orang dewasa Eropa membawa dua salinan gen yang tidak normal sehingga

berisiko dua kali menderita DM tipe 2 sepanjang hidupnya dibandingkan

dengan 40% orang yang bukan sebagai pembawa salinan gen. Hampir semua

gen yang tidak normal tersebut mempengaruhi massa dan sebagian tampak

berpotensi menimbulkan resistensi insulin yang kemudian akan menyebabkan

terjadinya DM (Bilous dan Donelly, 2015). Individu yang memilki riwayat

keluarga DM akan mengalami peningktan resiko untuk trjadinya DM tipe 2

selain itu, faktor- faktor risiko lain juga sangat mempengaruhi untuk

terjadinya peningkatan risiko DM tipe 2, seperti kelebihan berat badan, stress

dan kurang bergerak (sustrani,2015).

Tingkat risiko prediabetes menurut FINDRISC dikategorikan menjadu 5

kategori, yaitu rendah jika total skor <7, sedikit meningkat jika total skor 7-

11, sedang jika total skor 12-14, tinggi jika total skor 15-20 dan sangat tinggi

jika total skor > 20. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebanyak 232

aparat kepolisian yang menjadi responden di dapatkan hasil bahwa tingkat

risiko prediabetes di POLRES Padang Panjang berada pada tingkat risiko

sedikit meningkat yaitu sebesar 124 orang (53.4%).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Jamaludddin (2016) dalam

penelitiannya yang berjudul gambaran tingkat risiko diabetes mellitus tipe 2

pada pekerja berdasarkan FINDRISC di RS X tahun 2016 terhadap 690


56

responden menunujukkan 303 orang (43,9%) masuk dalam tingkat risiko

sedikit meningkat. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Panna,dkk (2021)

dalam penelitiannya yang berjudul deteksi risiko diabetes mellitus tipe 2

menggunakan FINDRISC terhadap 15 responden 5 orang masuk dalam

kategori risiko sedikit meningkat. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil

penelitian Widayanti (2020) terhadap 136 responden menunjukkan 69

responden (50,7%) masuk dalam tingkat risiko sedikit meningkat.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sahayati, (2019) dalam

penelitiannya yang berjudul faktor risiko kemungkinan timbulnya diabetes di

Kabupaten Sleman (skoring DM menggunakan FINDRISC) terhadap 45

responden menunjukkan 73,33% masuk dalam kategori tingkat risiko rendah.

Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Handayani, (2018)

dalam penelitiannya yang berjudul gambaran risiko kejadian DM tipe 2

dengan kuisioner FINDRISC pada karyawan di PT X tahun 2018 terhadap

261 responden menunjukkan 91,6% memiliki risiko rendah.

Berdasarkan hasil penelitian untuk yang menjadi alasan tingkat risiko

rendah memiliki frekuensi 70 orang adalah adalah karena di POLRES padang

panjang kebanyakan berumur dibawah 45 tahun dan memiliki IMT kurang

dari 25 kg/m2 dan memiliki Lingkar pinggang kurang dari 94 cm untuk pria

dan kurang dari 80 cm untuk wanita dan tidak ada riwayat hipertensi serta

riwayat gula darah tinggi maupun riwayat keluarga DM.


57

Berdasarkan hasil penelitian yang menjadi alasan lebih tingginya tingkat

risiko sedikit meningkat dibandingkan dengan yang lainnya adalah karena di

POLRES Padang Panjang lebih banyak pada kelompok usia tidak berisiko

(<45 tahun),IMT normal (lebih rendah dari 25 kg/m2), memiliki lingkar

pinggang yang berisiko (94-102cm untuk laki-laki, 80-88cm untuk

perempuan), lebih banyak tidak melakukan aktivitas aktivitas fisik minimal

30 menit dalam sehari, lebih banyak tidak mengkonsumsi sayur atau buah

setiap hari, lebih banyak tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, lebih

banyak tidak memiliki riwayat kadar gula darah tinggi dan lebih banyak tidak

memiliki riwayat keluarga yang mengidap DM.

Berdasarkan hasil penelitian 18 responden memiliki tingkat risiko

prediabetes sedang dikarenakan memiliki IMT 25-30 kg/m2 dan lingkar

pnggang 94 -102 cm untuk pria dan 80 -88 cm untuk wanita kemudian tidak

melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari dan tidak

mengkonsumsi sayur atau buah setiap hari.

Berdasarkan hasil peneltian 12 responden memiliki tingkat risiko

prediabetes tinggi dikarenakan memiliki umur di atas 45 tahun, memiliki

IMT 25 – 30 kg/m2, kemudian memiliki lingkar pinggang 94 -102 cm untuk

pria dan 80 -88 cm untuk wanita kemudian tidak memiliki aktivitas fisikdan

tidak mengkonsumsi sayur atau buah tiap hari serta memiliki riwayat

hipertensi dan gula darah tinggi dan memiliki riwayat keturunan DM.
58

Berdasarkan hasil penelitian 8 responden memiliki tingkat risiko

prediabetes sangat tinggi dikarenakan yang pertama memiliki umur di atas 45

tahun , memiliki IMT 25-30 kg/m2. Kemudian memiliki lingkar pinggang 94-

102 cm untik pria dan 80 -88 cm untuk wanita kemudain tidak memiliki

aktivitas fisik dan tidak mengkonsumsi sayur atau buah tiap hari serta

memiliki riwayat hipertensi ,pernah memiliki gula darah tinggi dan memiliki

riwayat keturunan DM.

Pada penelitian ini aktivitas fisik dan konsumsi sayur memiliki hasil yang

sangat menarik perhatian dalam penelitian ini dikarenakan mencoloknya

persentase masing- masing. Dalam peneltian menunjukkan bahwa responden

yang tidak melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari lebih

mendominan yaitu sebanyak 231 responden (99,6%) artinya dari 232

responden hanya 1 responden yang melakukan aktivitas fisik minimal 30

menit setiap hari, dapat diketahui bahwa aktivitas fisik/olahraga bertujuan

untuk mengendalikan kadar gula darah, karena latihan jasmani yang teratut

menyebabkan kontraksi otot meningkat dan resistensi insulin berkurang.

Aktivitas fisik/ olahraga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan

pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung olahraga

dapat meyebabkan penurunan glukosa darah.

Selanjutnya adalah konsumsi sayur atau buah pada responden, di

dapatkan bahwa tidak setiap hari mengkonsumsi sayur atau buah lebih

mendominan yaitu sebanyak 224 responden (96,6%). Artinya dari 232 orang
59

responden hanya 8 responden yang mengkonsumsi sayur atau buah setiap

hari. Dapat diketahui bagi tubuh serat berfungsi dalam penyerapan zat

makanan yang masuk kedalam tubuh, semkain tinggi serat makanan yang

dikonsumsi maka proses penyerapan dan pengosongan lambung juga akan

semakin lama, dengan demikian rasa kenyang yang dirasa akan semakin

lama. Tetapi jika seseorang kurang mengkonsumsi makanan yang berserat

maka proses penyerapan makanan menjadi cepat dan lambung akan cepat

memberikan sinyak untuk makan sehingga terlalu banyak gula dan lemak

yang diserap oleh tubuh, kemudian akan terjadi peningkatan kadar glukosa

darah dalam tubuh yang selanjutnya akan menyebabkan DM.

Menurut analisa peneliti tentang tingkat risiko prediabetes ini dapat

kita minimalisir dengan menjalankan pola hidup sehat seperti rutin

melakukannya aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari dan menjaga pola

makan serta memakan sayur dan buah setiap hari.


60

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil peneltian


yang dilakukan peneliti tentang gambaran tingkat risiko prediabetes pada
aparat kepolisian di POLRES Padang Panjang tahun 2022, diperoleh sebagai
berikut:

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar laki


– laki dengan persentase 85,8%, berdasarkan umur rata- rata berumur
37 tahun dan mayoritas polisi memilki riwayat perkawinan sudah
menikah dengan persentase 80,6% dan sebagian besar polisi memilki
pangkat Aiptu dengan persentase 15,9 % dan memiliki masa kerja
paling banyak yaitu pada rentang 1- 10 tahun dengan persentase
32,8%.
2. Tingkat risiko prediabetes pada aparat kepolisian di POLRES Padang
Panjang berada pada tingkat risiko sedikit meningkat yaitu sebesar
124 responden (53.4%).
B. SARAN
1. Bagi tempat penelitian
Meningkatkan pengetahuan dan lebih memperhatikan
kesehatan terutama yaitu resiko terjadinya prediabetes agar dapat
menjalankan tugas sebaik dan seprofesional mungkin dan dapat
melayani masyarakat dengan baik di POLRES Padang Panjang.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai literature bagi institusi dan menjadi referensi bagi
mahasiswa Universitas Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi dalam
proses pembelajaran mengenai gambaran tingkat risiko prediabetes.
61

3. Bagi peneliti lain


Disarankan pada peneliti yang akan melakukan penelitian
sejenis dapat lebih mengembangkan pembahasan, variabel, dan
metode penelitian dengan cakupan yang lebih luas dalam bentuk
korelasi.

.
DAFTAR PUSTAKA

ADA - American Diabetes Association. (2012). Diagnosis of diabetes and


prediabetes. Diabetes Care, 35(1), 11–63.
Alonso-Magdalena, P., Ropero, A. B., Carrera, M. P., Cederroth, C. R., Baquié, M.,
Gauthier, B. R., Nef, S., Stefani, E., & Nadal, A. (2008). Pancreatic insulin
content regulation by the Estrogen receptor ERα. PLoS ONE, 3(4).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0002069
Amalia, N., Purwanti, O., Ns, M., & Kep, N. (2021). Gambaran Prediabetes Pada
Pegawai Kantor Kementerian Agama Di Boyolali.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/94864
American Diabetes Association. (2018). Standard medical care in diabetes 2018. The
Journal of Clinical and Applied Research and Education, 41(January).
https://doi.org/10.2337/dc18-Sint01
Aschner, P. (2017). New IDF clinical practice recommendations for managing type 2
diabetes in primary care. Diabetes Research and Clinical Practice, 132, 169–
170. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2017.09.002
Astuti, A. (2019). Usia, Obesitas dan Aktifitas Fisik Beresiko Terhadap Prediabetes.
Jurnal Endurance, 4(2), 319. https://doi.org/10.22216/jen.v4i2.3757
B., V. S., Pasha, G., & R., V. K. S. (2018). Prevalence of obesity and it’s associated
risk factors among policemen of Chitradurga district, Karnataka, India.
International Journal of Advances in Medicine, 5(5), 1280.
https://doi.org/10.18203/2349-3933.ijam20183908
Boeing, H., Bechthold, A., Bub, A., Ellinger, S., Haller, D., Kroke, A., Leschik-
Bonnet, E., Müller, M. J., Oberritter, H., Schulze, M., Stehle, P., & Watzl, B.
(2012). Critical review: Vegetables and fruit in the prevention of chronic
diseases. European Journal of Nutrition, 51(6), 637–663.
https://doi.org/10.1007/s00394-012-0380-y
Care, D., & Suppl, S. S. (2019). 3. Prevention or delay of type 2 diabetes: Standards
of medical care in diabetesd2019. Diabetes Care, 42(January), S29–S33.
https://doi.org/10.2337/dc19-S003
Eikenberg, J. D., & Davy, B. M. (2013). Prediabetes: A Prevalent and Treatable, but
Often Unrecognized, Clinical Condition. Journal of the Academy of Nutrition
and Dietetics, 113(2), 213–218. https://doi.org/10.1016/j.jand.2012.10.018
Handayani, S. N. (2018). Gambaran Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
Dengan Kuesioner The Finnish Diabetes Risk Score (FINDRISC) Pada
Karyawan Di Pt.X Tahun 2018. 1–15.
Harreiter, J., & Kautzky-Willer, A. (2018). Sex and gender differences in prevention
of type 2 diabetes. Frontiers in Endocrinology, 9(MAY), 1–15.
https://doi.org/10.3389/fendo.2018.00220
I D F Diabetes. (2017). Eighth Edition 2017. In IDF Diabetes Atlas, 8th edition.
https://www.idf.org/aboutdiabetes/type-2-diabetes.html
Ii, B. A. B., Indeks, K., Tubuh, M., Indeks, D., & Tubuh, M. (2018). Tabel 2 . 1
Klasifikasi Status Berat Badan Berdasarkan IMT. 8–27.
Irvan, F., & Maritha, F. (2016). Gambaran Tingkat Resiko Dan Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Buaran. Yarsi
Medical Journal, 24(3), 186–202.
J, V., P, N., V, G., A.M, J., & P, M. (2021). A Global Review of Obesity.
International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 68(1),
63–68. https://doi.org/10.47583/ijpsrr.2021.v68i01.011
Kacker, S., Saboo, N., & Professor, A. (2018). Prediabetes: Pathogenesis and
Adverse Outcomes. Int J Med Res Prof, 4(2), 1–6.
https://doi.org/10.21276/ijmrp.2018.4.2.001
Karmilah, K. (2018). Efek Antidiabetik Ekstrak Etanol Daun Senggani (Malestoma
polyanthum Bl.) Pada Mencit (Mus Musculus) Jantan Yang Diinduksi
Streptozotocin. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, 4(1), 28–32.
https://doi.org/10.35311/jmpi.v4i1.21
Karot, A., Manggarai, K., Ahmad, J., & No, Y. (2020). Screening Prediabetes Dan
Diabetes Melitus Tipe 2 Bagi Masyarakat Di Stasi Watu Alo , Paroki Santo
Fransiskus Prediabetes Screening and Type 2 Diabetes Melitus in Watu Alo
Station , Karot Parish , Manggarai. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1), 23–
32. http://jurnal.unikastpaulus.ac.id/index.php/jrt/article/view/262/278
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.
Kementrian kesehatan republik indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan Atasi
Diabetes Mellitus. In pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.
Kumar, S., Mukherjee, S., Mukhopadhyay, P., Pandit, K., Raychaudhuri, M.,
Sengupta, N., Ghosh, S., Sarkar, S., Mukherjee, S., & Chowdhury, S. (2008).
Prevalence of diabetes and impaired fasting glucose in a selected population
with special reference to influence of family history and anthropometric
measurements - The Kolkata policeman study. Journal of Association of
Physicians of India, 56(NOV.), 841–844.
Kusmiati, Y., Widjanarko, B., & Nugraha, P. (2018). Gangguan Kesehatan Akibat
Stres Kerja Pada Jajaran Kepolisian Di Polres Wakatobi-Indonesia. Jumantik,
4(2).
Lorga, T., Aung, M. N., Naunboonruang, P., Thinuan, P., Praipaksin, N., Deesakul,
T., Inwan, U., Yingtaweesak, T., Manokulanan, P., Suangkaew, S., &
Payaprom, A. (2012). Predicting prediabetes in a rural community: A survey
among the Karen ethnic community, Thasongyang, Thailand. International
Journal of General Medicine, 5, 219–225.
https://doi.org/10.2147/IJGM.S27876
Mihardja, L., Alwi, Q., Ghani, L., & Nainggolan, O. (2014). Follow-Up Toleransi
Glukosa Terganggu Riskesdas 2007 di DKI Jakarta pada Tahun 2009. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 17(3), 233–239.
Okosun, I. S., & Lyn, R. (2015). Prediabetes awareness, healthcare provider’s
advice, and lifestyle changes in American adults. International Journal of
Diabetes Mellitus, 3(1), 11–18. https://doi.org/10.1016/j.ijdm.2010.12.001
Panna, F., Mahakena, I., Neneng, P., Rambu, A., & Agustina, V. (2021). Deteksi
risiko diabetes mellitus tipe 2 menggunakan findrisc. Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 2(2), 357–362. https:///jms/article/view/5978/2062
Persedia & Perkeni. (2019). Pedoman Pengolaan Dan Pencegahan Prediabetes Di
Indonesia 2019. In PB Perkeni.
Pongoh, A. F., Queljoe, E. De, & Rotinsulu, H. (2020). UJI ANTIDIABETIK
EKSTRAK ETANOL BUNGA PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP
TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI
ALOKSAN. Pharmacon, 9(1), 160. https://doi.org/10.35799/pha.9.2020.27423
Putri, A., & Suparmanrustam, J. (2021). Stres Psikologi Dan Risiko Jangka Panjang
Diabetes Tipe 2 Mellitus Di Antara Pelayanan Sipil : Studi Kelompok Calon.
5(1), 19–24.
Recommendations, C. P. (2016). Standards of Medical Care in Diabetes—2016
Abridged for Primary Care Providers. Clinical Diabetes, 34(1), 3–21.
https://doi.org/10.2337/diaclin.34.1.3
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sumatera Barat Tahun 2018. In
Laporan Riskesdas Nasional 2018.
Sahayati, S. (2019). faktor risiko kemungkinan timbulnya diabetes melitus pada
remaja di kabupaten sleman (skoring DM menggunakan findrisc). Jurnal
Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati, 4(2), 201.
https://doi.org/10.35842/formil.v4i2.271
Sari, D. K., Wardani, I. M. K., Masyiyah, S., Samah, D. A., Alma, L. R.,
Katmawanti, S., & Ulfah, N. H. (2021). Korelasi Status Perkawinan,
Pendapatan Keluarga, Kebiasaan Makan ―Muluk‖ dan Konsumsi Gorengan
terhadap Risiko Diabetes pada Wanita Lansia Awal (46-55 Tahun). Preventia :
The Indonesian Journal of Public Health, 6(2), 111.
https://doi.org/10.17977/um044v6i22021p111-122
Sipayung, R., Siregar, F. A., & Nurmaini. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada Perempuan Usia Lanjut di Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2017. Jurnal Muara Sains,
Teknologi, Kedokteran, Dan Ilmu Kesehatan, 2(1), 78–86.
Syafitri, H., Agustina, T., Sutrisna, E. M., & Dasuki, M. S. (2019). Body mass index
affects the incidence of Impaired Glucose Tolerance In Senior. 440–447.
Tabák, A. G., Herder, C., Rathmann, W., Brunner, E. J., & Kivimäki, M. (2012).
Prediabetes: a high-risk state for diabetes development. The Lancet, 379(9833),
2279–2290. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(12)60283-9
Utara, U. S. (2016). Rini rahmayani.
Widayanti, M. R. (2020). Hubungan Antara Finnish Diabetes Risk Score (Findrisc)
Dan Gula Darah Sewaktu (Gds) Sebagai Prediktor Risiko Penyakit Diabetes
Mellitus Pada Komunitas Becak Lestari Surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan
(Scientific Journal of Nursing), 6(1), 137–142.
https://doi.org/10.33023/jikep.v6i1.565
Zhang, M., Zhu, Y., Li, P., Chang, H., Wang, X., Liu, W., Zhang, Y., & Huang, G.
(2015). Associations between dietary patterns and impaired fasting glucose in
Chinese men: A cross-sectional study. Nutrients, 7(9), 8072–8089.
https://doi.org/10.3390/nu7095382
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL DAN SELF EFFICACY DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU
SINA PADANG PANJANG

No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September


1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul penelitian
2 ACC judul
3 Pengumpulan data
penelitian
4 Penyusunan proposal BAB
I-BAB IV
5 Pengumpulan proposal
6 Ujian seminar proposal
7 Revisi Proposal
8 Penelitian
9 Konsul Hasil Penelitian
10 Pendaftaran ujian siding
skripsi
11 Ujian siding skripsi

Bukittinggi , September 2022

Pembimbing I Pembimbing II Peneliti

(Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.Kep) (Ns.H.Junaidy S Rustam,S.Kep,M.Kep) (Nurul Febri Gustina)
CURICULUM VITAE

Nama Mahasiswa : Nurul Febri Gustina

Tempat/Tanggal Lahir : Pitalah/ 16 Februari 2000

Alamat : Jorong Balai Akad, Nagari Bungo Tanjung,


Kecamatan

Batipuh, Kabupaten Tanah Datar.

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Rajabri

Ibu : Gusnelita

Anak ke : 3 (tiga)

Jumlah Saudara : 2 (dua)

Riwayat Pendidikan

SD : SD N 15 Dharma Caraka Ngalau (2008 – 2014)

SMP : SMP N 3 Padang Panjang (2014 – 2016)

SMA : SMA N 1 Batipuh (2016 – 2018)

Perguruan Tinggi : Universitas Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi

Jurusan Ilmu Keperawatan (2018 – Sekarang)


INFORMED CONSENT

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR

YARSI BUKITTINGGI

Judul : Gambaran Faktor Risiko Prediabetes Pada


Anggota POLRES Padang Panjang Tahun
2022.

Pembiayaan : Individu

Penanggung Jawab

Nama Mahasiswa : Nurul Febri Gustina

Telepon : 081268462409

Alamat : Jorong Balai Akad, Nagari Bungo Tanjung,


Kecamatan

Batipuh, Kabupaten Tanah Datar.

Data Demografi

Nama Responden :

Tempat/Tanggal Lahir :

Telepon :

Alamat :

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor risiko

prediabetes pada anggota POLRES Padang Panjang tahun 2022.

2. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 293 orang dengan kriteria
inklusi:
a. Bersedia menjadi responden

b. Berada di tempat penelitian

3. Pengambilan data dimulai bulan Juni 2022


4. Dalam penelitian, prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mengambil surat izin penelitian dari Universitas Mohammad

Natsir Yarsi Bukittinggi.

b. Peneliti melakukan penelitian di POLRES Padang Panjang.

5. Dalam penelitian ini resiko yang ditimbulkan berupa pengorbana waktu

dan tenaga. Ketidaknyamanan saat survey awal karena data dalam

penelitian ini dikumpulkan melalui pengukuran dan wawancara langsung.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

faktor risiko prediabetes pada anggota polres padang panjang tahun 2022.

6. Data Preserving (pengumpulan data) berisi:

a. Saya (responden) bersedia memberikan informasi yang berkaitan

dengan penelitian ini, dan memberikan izin untuk menggunakan

informasi tersebut untuk penelitian yang akan datang.

b. Jika informasi yang saya ( responden ) berikan hari ini akan

digunakan untuk penelitian selanjutnya, maka peneliti harus

meminta izin terlebih dahulu kecuali jika data yang digunakan

tidak berhubungan dengan informasi pribadi saya.

c. Saya (responden) bersedia memberikan informasi hanya dalam

penelitian saja. Jika setelah penelitian maka semua informassi

yang diberikan dihilangkan ( baik dalam bentuk kertas maupun

dalam bentuk elektronik).

7. Confidentiality (kerahasian)
a. Data dari reponden akan dijamin kerahasiaannya dari pihak luar.

b. Data dari responden akan disimpan dalam bentuk: berkas dan soft

copy

c. Data dari responden akan disimpan dalam 5 tahun kedepan.

8. Selama penelitian berlangsung maka responden berhak mengundurkan

diri jika responden merasa tidak nyaman.

9. Jika dalam penelitian ada kerusakan atau kesalahan serta kerugian

responden, maka Universitas Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi dan

peneliti akan bertanggung jawab secara penuh.

10. Tidak ada konflik kepentingan selama penelitian dilakukan

11. Penelitian ini dilakukan dibawah bimbingan Ibu Ns. Aulia Putri S.Kep,

M.Kep selaku dosen pembimbing I dan Bapak Ns. H. Junaidy S.Rustam

S.Kep,MNS selaku dosen pembimbing II dalam lingkungan Universitas

Mohammad Natsir Yarsi Bukittinggi, Nomor telepon (0752)21169.

12. Dengan ini saya (responden) menyatakan bahwa saya sudah mengerti

dengan informed consent dan bersedia dimasukkaan sebagai partisipan

dalam penelitian ini.

Bukittinggi, Juni 2022

TTD Peneliti TTD Responden

(Nurul Febri Gustina) ( )


KUESIONER GAMBARAN FAKTOR RISIKO PREDIABETES PADA APARAT KEPOLISIAN
DI POLRES PADANG PANJANG TAHUN 2022

Nama:

Terdiagnosis DM: Ya/Tidak

Lingkari alternative yang tepat dan jumlahkan poin anda

1. Usia
0. Dibawah 45 tahun
2. 45-54 tahun
3. 55-64 tahun
4. diatas 64 tahun

2. Indeks masa tubuh


BB:
TB:

0. lebih rendah dari 25 kg/m2


1. 25-30 kg/m2
3. lebih dari 30 kg/m2

3. Lingkar pinggang diukur dibawah tulang rusuk


PRIA WANITA
0.Kurang dari 94 cm 0. kurang dari80
3.94-102 cm 3. 80-88 cm
4.lebih dari 102cm 4. lebih 88cm

4. Apakah anda biasanya melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari
?
0. ya
2. tidak

5. Seberapa sering anda makan sayur atau buah?


0. setiap hari
1. tidak setiap hari

6. Apakah anda meminum obat antihipertensi secara teratur?


0. tidak
2. ya
7. Apakah anda pernah didiagnosa memiliki gula darah tinggi(misalnya dalam
pemeriksaan kesehatan, penyakit,atau selama kehamilan)?
0. tidak
5. ya

8. Apakah ada anggota keluarga dekat anda atau kerabat lainnya yang pernah
didiangosis dengan diabetes tipe 1 atau 2?
0. tidak
3. ya: kakaek,nenek,bibi,paman,atau sepupu pertama( tetapi tidak mrmiliki
orang tua sendiri, saudara laki-laki,saudara perempuan atau anak)
5. ya: orang tua, saudara perempuan, atau anak sendiri

Skor risiko total

Risiko terkena diabetes

Tipe 2 dalam 10 tahun adalah:

Kurang dari 7 : rendah

7-11 : sedikit meningkat

12-14 :sedang

15 – 20: tinggi

Lebih dari 20: sangat tinggi


MASTER TABEL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
No jenis Kelamin Usia Status Perkawinan Pangkat Masa Kerja IMT Lingkar Pinggang Aktivitas Fisik Konsumsi Sayur Konsumsi Antihipertensi Riwayat Gula darah tinggi Riwayat Keluarga Total Skor Tingkat Risiko
1 1 2 1 2 1 1 3 2 1 2 0 0 11 2
2 1 0 1 2 1 0 0 2 1 0 0 3 6 1
3 1 0 1 2 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
4 1 2 1 11 2 0 0 2 1 2 0 0 7 2
5 1 2 1 2 1 1 3 2 1 0 0 0 9 2
6 1 2 1 3 4 0 0 2 1 0 0 0 5 1
7 1 2 1 4 1 1 3 2 1 0 0 0 9 2
8 1 0 1 4 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
9 1 2 1 11 1 0 3 2 1 2 0 0 10 2
10 2 0 1 6 3 0 0 2 1 0 0 3 6 1
11 1 0 1 2 1 0 0 2 1 0 0 3 6 1
12 1 2 1 8 3 0 3 2 1 2 0 0 10 2
13 1 2 1 10 1 0 0 2 1 2 0 0 7 2
14 1 2 1 8 3 0 0 2 1 2 0 0 7 2
15 1 3 1 9 4 0 0 2 1 2 0 3 11 2
16 1 0 1 7 2 0 0 2 0 1 0 0 3 1
17 1 2 1 6 2 0 3 2 1 0 0 0 8 2
18 1 2 1 10 3 0 0 2 1 0 0 0 5 1
19 1 3 1 5 1 0 0 2 1 1 0 0 7 2
20 1 0 1 4 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
21 1 2 1 5 4 1 3 2 1 0 0 0 9 2
22 1 2 2 6 4 0 3 2 1 2 0 0 10 2
23 1 0 1 3 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
24 2 3 1 11 1 0 0 2 1 0 0 0 6 1
25 1 0 1 11 3 0 0 2 1 0 0 0 3 1
26 1 0 1 5 2 1 3 2 1 0 0 0 8 2
27 1 0 1 6 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
28 1 2 1 7 4 1 3 2 1 2 5 5 21 5
29 1 0 1 11 4 1 3 2 1 0 3 0 9 2
30 1 2 1 2 1 0 0 2 1 2 0 0 7 2
31 1 3 1 5 1 0 0 2 1 2 0 0 8 2
32 1 0 1 4 2 0 3 2 1 0 0 0 6 1
33 1 3 1 5 4 0 0 2 1 2 0 0 8 2
34 1 2 2 11 3 0 0 2 1 0 0 0 5 1
35 2 2 1 3 4 1 3 2 1 0 0 0 9 2
36 1 0 1 2 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
37 1 2 1 6 1 0 3 2 1 0 0 0 8 2
38 1 0 1 5 3 0 0 2 1 0 0 0 3 1
39 1 0 1 6 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
40 2 0 1 2 1 1 3 2 1 0 0 0 7 2
41 1 0 1 10 1 1 3 2 1 0 0 0 7 2
42 1 0 1 2 4 0 0 2 1 0 0 0 3 1
43 1 2 2 3 1 1 3 2 1 2 5 3 19 4
44 1 0 2 7 3 0 0 2 1 0 5 3 11 2
45 1 0 2 4 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
46 1 0 2 5 1 1 3 2 1 0 5 0 12 3
47 1 0 2 11 4 0 0 2 1 0 0 0 3 1
48 1 0 2 7 4 1 3 2 1 0 0 0 7 2
49 1 2 2 2 2 0 0 2 1 0 0 0 5 1
50 1 3 2 3 1 0 0 2 1 2 0 0 8 2
51 1 3 2 4 3 1 3 2 1 2 0 0 12 3
52 1 2 2 5 1 0 0 2 1 0 0 3 8 2
53 2 0 2 10 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
54 1 2 2 6 1 1 4 2 1 0 5 5 20 5
55 1 2 2 4 3 0 3 2 1 0 0 3 11 2
56 1 2 2 7 1 1 3 2 1 2 0 3 14 3
57 1 3 2 11 2 1 3 2 1 2 5 5 22 5
58 1 0 2 5 1 1 3 2 1 2 0 0 8 2
59 1 2 2 8 4 0 0 2 1 0 0 0 5 1
60 1 0 2 6 1 3 0 2 1 0 0 0 6 1
61 1 2 1 11 2 0 3 2 1 0 0 0 8 2
62 1 0 1 4 1 1 3 2 1 0 0 0 7 2
63 1 0 1 6 3 1 3 2 1 0 0 0 7 2
64 2 2 1 5 1 0 0 2 1 2 0 0 7 2
65 1 0 1 11 2 0 0 2 1 0 0 3 6 1
66 1 0 1 6 1 1 3 2 1 0 0 0 7 2
67 2 3 1 3 3 1 3 2 1 2 5 5 22 5
68 1 0 1 8 4 0 0 2 1 0 0 0 3 1
69 2 2 1 4 2 0 0 2 1 2 5 3 15 4
70 2 2 1 11 1 0 0 2 1 0 0 0 5 1
71 1 3 1 6 3 1 3 2 1 2 0 0 12 3
72 1 0 1 11 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
73 1 3 1 4 3 0 0 2 1 0 0 3 9 2
74 1 0 1 7 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
75 1 0 1 7 2 0 0 2 1 0 0 3 8 2
76 1 3 1 10 2 1 3 2 1 0 0 0 10 2
77 1 0 1 6 4 1 3 2 1 0 0 3 10 2
78 1 2 1 3 2 1 3 2 1 0 0 3 12 3
79 2 2 1 8 2 0 3 2 1 0 0 0 8 2
80 1 3 1 7 3 1 3 2 1 2 0 0 12 3
81 1 2 1 4 3 0 3 2 1 0 0 0 8 2
82 1 0 1 8 3 0 0 2 1 0 0 0 3 1
83 1 3 1 6 1 0 0 2 1 0 0 5 11 2
84 1 0 1 10 4 0 3 2 1 0 0 0 6 1
85 1 2 1 10 1 0 3 2 1 0 0 0 8 2
86 1 0 1 4 4 0 0 2 1 0 0 0 3 1
87 1 0 1 10 3 1 4 2 1 0 5 5 18 4
88 2 0 1 6 2 1 3 2 1 0 0 0 7 2
89 1 0 1 6 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
90 1 0 1 8 4 0 3 2 1 2 0 0 8 2
91 1 2 1 3 1 0 3 2 1 0 0 0 8 2
92 1 0 1 11 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
93 1 0 1 8 3 0 3 2 1 0 0 0 6 1
94 2 0 1 6 1 1 3 2 1 0 0 0 7 2
95 1 2 1 6 4 0 0 2 1 0 0 3 8 2
96 1 3 1 4 1 0 3 2 1 0 5 5 19 4
97 1 2 1 9 4 1 3 2 1 0 0 0 9 2
98 1 0 1 11 3 0 0 2 1 0 0 0 3 1
99 1 2 1 7 1 0 0 2 1 2 0 0 7 2
100 1 0 1 10 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
101 2 3 1 11 3 0 3 2 1 0 0 0 8 2
102 1 0 1 9 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
103 1 2 1 3 4 1 3 2 1 0 0 3 12 3
104 2 0 1 10 1 1 3 2 1 0 0 3 10 2
105 1 0 1 6 3 0 0 2 0 0 0 0 2 1
106 1 2 1 10 2 0 0 2 1 0 0 0 5 1
107 2 2 1 7 1 1 3 2 1 0 0 3 12 3
108 1 3 1 7 4 0 3 2 1 2 5 5 22 5
109 1 2 1 9 3 1 3 2 1 0 0 3 11 2
110 1 3 1 10 2 1 3 2 1 2 0 0 12 3
111 1 3 1 8 1 1 0 2 1 0 0 0 7 2
112 1 0 1 6 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
113 1 2 1 10 1 1 3 2 1 2 5 5 21 5
114 1 2 1 10 2 1 3 2 1 0 5 5 19 4
115 1 2 1 9 1 0 0 2 1 0 0 3 8 2
116 1 0 1 8 4 0 0 2 1 0 0 0 3 1
117 1 3 1 9 2 0 0 2 1 2 5 5 18 4
118 2 2 1 6 4 0 0 2 1 0 0 0 5 1
119 2 2 1 8 2 1 3 2 1 0 5 5 19 4
120 1 2 1 11 1 1 0 2 1 0 0 0 6 1
121 1 3 1 9 3 0 0 2 1 2 0 0 8 2
122 1 3 1 6 1 1 3 2 1 2 0 0 12 3
123 1 2 1 11 4 0 0 2 1 0 5 5 13 3
124 1 0 1 9 2 0 0 2 1 0 0 3 8 2
125 1 3 1 6 1 0 0 2 1 0 0 5 11 2
126 1 0 1 11 4 1 3 2 1 0 0 0 7 2
127 1 2 1 4 2 0 3 2 1 0 0 3 11 2
128 1 2 1 8 1 1 3 2 1 2 0 0 11 2
129 1 0 1 11 3 0 0 2 1 0 0 3 6 1
130 1 2 1 6 1 0 0 2 1 0 0 3 8 2
131 1 2 1 11 3 0 0 2 1 2 0 0 7 2
132 1 0 1 8 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
133 1 2 1 6 4 1 3 2 1 0 0 0 9 2
134 1 2 1 9 2 1 3 2 1 0 0 0 9 2
135 1 0 1 11 4 0 0 2 1 0 0 0 3 1
136 1 2 1 9 1 0 0 2 1 2 0 0 7 2
137 2 2 1 10 2 0 0 2 1 0 0 3 9 2
138 1 0 1 8 1 1 3 2 0 0 0 3 9 2
139 2 2 1 10 3 0 0 2 1 2 0 0 7 2
140 1 2 1 4 2 0 0 2 1 0 0 0 5 1
141 1 2 1 5 2 1 3 2 1 2 0 0 9 2
142 1 2 1 9 1 0 0 2 1 0 0 3 8 2
143 2 3 1 6 4 0 0 2 1 1 0 0 7 2
144 1 0 1 9 2 1 3 2 1 0 0 0 7 2
145 1 2 1 9 1 0 0 2 1 0 0 0 5 1
146 1 0 1 5 2 0 0 2 0 1 0 0 3 1
147 2 3 1 11 3 1 3 2 1 0 0 0 9 2
148 1 2 1 9 4 1 3 2 1 0 0 0 9 2
149 1 2 1 4 2 0 0 2 1 2 0 0 7 2
150 1 0 1 11 4 0 0 2 1 0 0 0 3 1
151 1 2 1 10 1 1 3 2 1 0 5 5 19 4
152 1 0 1 8 3 0 0 2 0 0 0 0 2 1
153 1 0 1 7 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
154 1 3 1 11 4 0 3 2 1 0 0 0 9 2
155 1 2 1 4 1 1 3 2 1 2 5 5 21 5
156 1 2 1 10 4 0 0 2 1 0 3 0 8 2
157 2 2 1 8 3 0 0 2 1 2 0 0 7 2
158 1 3 1 6 1 0 0 2 1 2 0 0 8 2
159 1 0 1 11 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
160 2 0 1 7 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
161 1 2 1 10 2 0 0 2 1 2 0 0 7 2
162 1 0 1 8 1 1 3 2 1 0 0 3 9 1
163 1 0 1 4 3 0 0 2 1 0 5 3 11 2
164 1 0 1 10 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
165 1 0 1 6 2 1 3 2 1 0 5 0 12 3
166 1 0 1 9 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
167 2 0 1 5 1 1 3 2 1 0 0 0 7 2
168 1 0 1 5 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
169 1 3 2 10 3 0 0 2 1 2 0 0 8 2
170 2 3 2 7 4 1 3 2 1 2 0 0 12 3
171 1 0 2 7 4 1 3 2 0 0 0 3 9 2
172 1 2 2 5 3 1 3 2 1 0 0 0 9 2
173 1 0 2 10 4 1 4 2 1 0 5 5 17 4
174 1 2 2 4 2 0 3 2 1 0 0 3 11 2
175 1 2 2 11 4 1 3 2 1 2 0 3 14 3
176 1 2 2 7 2 1 3 2 0 2 5 5 20 4
177 2 0 2 11 4 1 3 2 1 2 3 0 12 3
178 1 2 2 5 2 0 3 2 1 0 0 0 8 2
179 2 0 2 10 3 1 3 2 1 0 0 0 7 2
180 1 2 2 11 3 1 3 2 1 0 0 0 9 2
181 1 0 2 7 2 1 3 2 1 0 0 0 7 2
182 1 0 1 8 4 1 0 2 0 0 0 0 3 1
183 1 2 2 8 1 0 3 2 1 2 0 0 9 2
184 1 0 1 7 4 1 3 2 1 0 0 3 9 2
185 1 0 1 4 2 1 3 2 1 0 0 0 7 2
186 1 3 2 8 1 1 3 2 1 2 5 5 22 5
187 1 0 2 10 1 1 3 2 1 0 0 3 11 2
188 1 2 2 9 1 1 3 2 1 0 0 3 12 3
189 1 2 1 6 2 0 0 2 1 0 0 3 8 2
190 1 3 2 11 2 1 3 2 1 2 0 0 12 3
191 2 2 2 5 3 1 3 2 1 0 0 0 9 2
192 1 0 1 10 1 1 4 2 1 0 0 0 8 2
193 1 2 1 5 1 1 4 2 1 0 0 0 10 2
194 1 0 1 6 2 1 3 2 1 0 0 0 7 2
195 2 0 1 6 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
196 1 0 1 11 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
197 1 2 1 9 1 0 3 2 1 0 5 5 18 4
198 1 2 1 6 4 0 3 2 1 0 0 0 8 2
199 1 0 1 10 3 0 0 2 1 0 0 0 3 1
200 1 3 1 9 4 1 4 2 1 2 0 0 13 2
201 2 2 1 10 2 0 3 2 1 0 0 0 8 2
202 1 0 2 7 1 1 3 2 1 0 0 0 7 2
203 1 3 1 7 4 0 3 2 1 0 0 0 9 2
204 2 0 2 6 2 1 3 2 1 0 0 0 7 2
205 1 2 1 10 4 0 3 2 1 0 0 0 8 2
206 1 3 1 6 1 0 0 2 1 0 5 5 16 4
207 1 2 1 8 3 1 3 2 1 0 0 0 9 2
208 1 0 1 11 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
209 1 2 1 9 3 0 0 2 1 2 0 0 7 2
210 1 0 1 9 2 0 0 2 1 0 0 0 3 1
211 1 0 1 7 1 0 0 2 1 0 0 0 3 1
212 1 2 2 10 4 0 3 2 1 0 0 0 8 2
213 1 2 1 6 2 1 3 0 1 0 0 3 10 2
214 1 2 1 10 1 1 4 2 1 2 0 0 12 3
215 2 0 1 9 2 1 3 2 1 0 0 0 7 2
216 1 2 1 5 3 1 3 2 1 0 0 0 9 2
217 1 2 1 11 1 1 3 2 1 0 0 0 9 2
218 1 0 2 9 4 1 4 2 1 0 0 0 8 2
219 2 2 1 7 2 0 0 2 1 2 0 0 7 2
220 1 2 1 11 4 0 0 2 1 0 0 3 8 2
221 1 2 1 5 2 0 3 2 1 0 0 3 11 2
222 1 2 1 9 1 0 0 2 1 2 0 0 7 2
223 1 2 1 10 3 0 3 2 1 0 0 0 8 2
224 1 2 1 6 2 1 3 2 1 2 0 0 11 2
225 1 0 1 11 1 0 3 2 1 0 0 3 9 2
226 1 0 1 9 4 0 3 2 1 1 0 0 7 2
227 1 0 1 10 2 1 3 2 1 0 0 0 7 2
228 1 2 1 7 4 0 0 2 1 0 0 0 5 1
229 1 0 2 11 4 0 0 2 1 1 0 0 4 1
230 1 0 2 10 4 0 0 2 1 0 0 0 3 1
231 1 2 1 9 3 1 3 2 1 0 0 0 9 2
232 1 2 1 7 4 0 3 2 1 2 0 0 10 2
FREQUENCIES VARIABLES=JK usia IMT LP AF KS KOAH GDT RK TR SP Pangkat MK

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM

/BARCHART FREQ

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 03-SEP-2022 15:58:59

Comments

Input Data C:\Users\LENOVO\Document


s\Untitled1.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data 232


File

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values


are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all


cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=JK usia IMT LP
AF KS KOAH GDT RK TR
SP Pangkat MK

/STATISTICS=STDDEV
VARIANCE RANGE
MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN
MODE SUM

/BARCHART FREQ

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:04.62

Elapsed Time 00:00:04.02

Statistics

Indeks Masa Lingkar


Jenis Kelamin Usia Tubuh Pinggang Aktifitas Fisik

N Valid 232 232 232 232 232

Missing 0 0 0 0 0

Mean 1.14 1.25 .40 1.60 1.99

Std. Error of Mean .023 .077 .034 .101 .009

Median 1.00 2.00 .00 3.00 2.00

Mode 1 0 0 3 2

Std. Deviation .350 1.176 .517 1.545 .131

Variance .123 1.383 .267 2.388 .017

Range 1 3 3 4 2
Minimum 1 0 0 0 0

Maximum 2 3 3 4 2

Sum 265 290 93 371 462

Statistics

Konsumsi Sayur Konsumsi Obat Gula Darah Riwayat Tingkat Risiko


atau Buah Antihipertensi Tinggi Keluarga DM FINDRISC

N Valid 232 232 232 232 232

Missing 0 0 0 0 0

Mean .97 .51 .58 .98 1.98

Std. Error of Mean .012 .056 .104 .112 .062

Median 1.00 .00 .00 .00 2.00

Mode 1 0 0 0 2

Std. Deviation .183 .858 1.577 1.703 .949

Variance .033 .736 2.487 2.900 .900

Range 1 2 5 5 4

Minimum 0 0 0 0 1

Maximum 1 2 5 5 5

Sum 224 118 134 228 460

Statistics

Status Perkawinan Pangkat Masa Kerja

N Valid 232 232 232

Missing 0 0 0
Mean 1.19 7.44 2.29

Std. Error of Mean .026 .169 .075

Median 1.00 7.00 2.00

Mode 1 6 1

Std. Deviation .396 2.568 1.144

Variance .157 6.594 1.308

Range 1 9 3

Minimum 1 2 1

Maximum 2 11 4

Sum 277 1726 532

Frequency Table

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 199 85.8 85.8 85.8

wanita 33 14.2 14.2 100.0

Total 232 100.0 100.0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <45 tahun 104 44.8 44.8 44.8

45-54 tahun 94 40.5 40.5 85.3


55-64 tahun 34 14.7 14.7 100.0

Total 232 100.0 100.0

Indeks Masa Tubuh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 25 kg/m2 141 60.8 60.8 60.8

25-30 kg/m2 90 38.8 38.8 99.6

lebih dari 30 kg/m2 1 .4 .4 100.0

Total 232 100.0 100.0

Lingkar Pinggang

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <94 cm(P), <80 cm(W) 111 47.8 47.8 47.8

94-102 cm(P),80-88 cm (w) 113 48.7 48.7 96.6

> 102 cm(P),>88 CM(W) 8 3.4 3.4 100.0

Total 232 100.0 100.0

Aktifitas Fisik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 1 .4 .4 .4

tidak 231 99.6 99.6 100.0


Total 232 100.0 100.0

Konsumsi Sayur atau Buah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid setiap hari 8 3.4 3.4 3.4

tidak setiap hari 224 96.6 96.6 100.0

Total 232 100.0 100.0

Konsumsi Obat Antihipertensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 176 75.9 75.9 73.3

ya 56 24.1 24.1 100.0

Total 232 100.0 100.0

edfd

Gula Darah Tinggi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 207 89.2 89.2 87.9

ya 25 10.8 10.8 100.0

Total 232 100.0 100.0


Riwayat Keluarga DM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 170 73.3 73.3 73.3

ya: 41 17.7 17.7 90.9


kakek,nenek,bibi,paman,sep
upu

ya: orang tua , saudara 21 9.1 9.1 100.0


perempuan, atau anak
kandung

Total 232 100.0 100.0

Tingkat Risiko FINDRISC

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 70 30.2 30.2 30.2

sedikit meningkat 124 53.4 53.4 83.6

sedang 18 7.8 7.8 91.4

tinggi 12 5.2 5.2 96.6

sangat tinggi 8 3.4 3.4 100.0

Total 232 100.0 100.0


Status Perkawinan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid menikah 187 80.6 80.6 80.6

belum menikah 45 19.4 19.4 100.0

Total 232 100.0 100.0

Pangkat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kompol 6 2.6 2.6 2.6

AKP 9 3.9 3.9 6.5

Ipda 19 8.2 8.2 14.7

Iptu 23 9.9 9.9 24.6

Aiptu 37 15.9 15.9 40.5

Aipda 25 10.8 10.8 51.3

Bripka 21 9.1 9.1 60.3

Brigpol 24 10.3 10.3 70.7

Briptu 33 14.2 14.2 84.9

Bripda 35 15.1 15.1 100.0

Total 232 100.0 100.0


Masa Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1-10 tahun 76 32.8 32.8 32.8

11-20 tahun 63 27.2 27.2 59.9

21-30 tahun 42 18.1 18.1 78.0

31-40 tahun 51 22.0 22.0 100.0

Total 232 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

usia 232 20 363 36.90 23.613

Valid N (listwise) 232


Bar Chart

Anda mungkin juga menyukai