PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
iii
1
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PASIEN LUKA DIABETIK DI RS.TENTARA
PEMATANGSIANTAR TAHUN 2021
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
NIM : 2014201043B
Jurusan : S1 Keperawatan
Proposal skripsi ini telah diperiksa dan dapat diajukan untuk proses selanjutnya.
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
Diabetik di RS. Tentara Pematangsiantar tahun 2021” sebagai salah satu syarat
Dalam proses penyusunan skripsi ini peneliti mendapat banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi -tingginya kepada yang
terhormat:
1. dr. Fithria Aldy, M.Ked (Oph), SpM. K, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
2. Heni Triana SKM., M.Kes, selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu
3. Suherni, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Ners Sekolah
4. Sri Dewi Br. Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing yang telah meluangkan
5. Jesmo Aldoran Purba, S.Kep., Ns., M.Kep, dan Dahlia, SKM., M.Kes selaku
melakukan penelitian.
7. Seluruh dosen Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Medan.
iii
Kritik dan saran yang bersifat membangun penelitian ini, peneliti
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
IDENTITAS PENULIS.........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................x
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................6
1.4. Hipotesis Penelitian...............................................................................7
1.5. Manfaat Penelitian................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................xi
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang.
Penyakit tidak menular mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang
keturunan atau defisiensi produksi insulin pada pankreas oleh ketidakefektifan insulin
yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah
(hiperglikemia) yang akan merusak banyak sistem tubuh, khususnya pembuluh darah dan
Diabetes melitus sangat erat kaitannya deng an kadar gula darah. Diabetes melitus
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat kerusakan insulin atau keduanya.
Resistensi insulin sangat beragam didalam tubuh setiap manus ia, apabila respon rendah
dari normal maka disebut dengan resistensi insulin, meliputi pengurangan glukosa
oleh otot dan atau hati, akibatnya kadar glukosa darah tetap tinggi dan pankreas
Organization (WHO) diperkirakan 347 juta orang didunia menderita diabetes mellitus
dan jika ini terus dibiarkan tanpa adanya pencegahan yang dilakukan dapat dipastikan
negara maju. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan penderita
diabetes mellitus yang berumur 20 -70 tahun terbanyak yaitu menempati urutan ke-7
1
diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, salah satu komplikasi diabe tes melitus yang sering dijumpai adalah ulkus
diabetikum. Ulkus diabetikum terjadi akibat kerusakan pada saraf dan pembuluh
pada sistem saraf sensorik, motorik, dan otonomik. Pada kerusakan sistem saraf sensorik
secara umum akan kehilangan sensitivitas yang dapat memberi peluang terjadi cedera atau
seseorang. Kecemasan tersebut terjadi dikar enakan diabetes mellitus dianggap sebagai
diakibatkan oleh diabetes mellitus tipe II sering sekali dial ami oleh penduduk
perkotaan walaupun penduduk yang tinggal diluar perkotaan pun tidak menutup
kemungkinan (Roupa, 2009). Dampak diabetes mellitus tipe 2 dapat juga menyebabkan
muncul pada penderita suatu penyakit dapat disebabkan oleh long life diseases
ataupun karena komplikasi yang ditimbulkannya. Kecemasan ini jika tidak diatasi
akan semakin menyulitkan dalam pengelolaan DM (Tamara, Bayhakki & Nauli, 2014)
prevalensi ulkus diabetikum adalah antara 11,7% sampai 19,1% di antara penderita
diabetes di Nigeria. Prevalensi ulkus diabetikum pasien rawat inap dengan diabetes
sebesar 15% dari penderita diabetus mellitus. Bahkan angka kematian dan
amputasi masih tinggi yaitu sebesar 32,5% dari 23,5%. Prevelensi penderita luka diabetik
atau ganggren di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30% dan mortalitas 30%,
2
luka diabetik merupakan penyebab perawatan luka di rumah sakit yang terbanyak sekitar
Ulkus diabetik adalah komplikasi yang paling ditakuti oleh pasien prnderita
kematian jaringan dan diperparah dengan infeksi bakteri yang dapat menyebabkan
peningkatan biaya perawatan, dan penurunan kualitas hidup. Insiden ulkus kaki pada
pasien Diabetes militus adalah 1 -4 % dan 10-30 kali lipat ulkus menyebabkan
gangguan peran, yang dapat mengganggu harga diri seseorang seperti dapat
menurunkan nilai diri. Semakin lama suat u penyakit yang dapat mengganggu
pula pengaruhnya pada harga diri. Penderita seringkali mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan sehingga seseorang tersebut berada pada tahap krisis yang
ditandai dengan ketidakseimbangan fisik, sosial, dan psikologi. Tekanan tersebut akan
akan menyebabkan terjadi konsep diri. Penyakit tersebut lama kelamaan akan
menimbulkan reaksi psikologis yang negatif yaitu mudah marah,cemas, merasa sudah
mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh penderita diabetes melitus serta
oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan
pada penderita diabetes melitus adalah jenis kelamin, usia, etnisitas, statusperkawinan,
semakin lama seseorang menderita diabetes maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang
dialami. Hal ini disebabkan karena penderita memikirkan kekhawatiran komplikasi yang
akan dialami, lamanya proses pengobatan, merasa tidak berdaya, dan putus asa terhadap
penyakit yang dideritanya. Seseorang yang menderita diabetes >10 tahun berisiko 2,74
kali lebih besar untuk mengalami kecemasan (Khan, et al., 2019). Penderita yang
mengalami diabetes sangat berisiko mengalami komplikasi berupa ulkus atau gangren
serta berisiko untuk dilakukan amputasi. Adanya komplikasi pada penderita diabetes
melitus tipe 2 berisiko 2,3 kali lebih besar untuk mengalami kecem asan (Sun, et al.,
2016).
melakukan aktivitas fisik. Padahal aktivitas fisik yang teratur berperan dalam mengontrol
kadar gula darah dan dapat mengurangi kecemasan karena menimbulkan perasaan
nyaman. Seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik berisiko 1,92 kali lebih besar
Selain peran keluarga, faktor penerimaan diri terhadap penyakit yang diderita
juga berpengaruh terhadap tingkat kecemasan. Seseorang akan lebih tenang dalam
menghadapi masalah dan berisiko lebih kecil untuk mengalami kecemasan apabila
memiliki penerimaan diri yang baik (Ispri antari & Priasmoro, 2017). Penerimaan diri
yang baik timbul karena adanya hubungan spiritualitas yang baik terhadap tuhan,
dimana seseorang yang memiliki tingkat spiritualitas tinggi lebih bisa bersikap tabah
Pematangsiantar didapatkan bahwa data penderita diabetes mellitus tipe II pada tahun
4
2021 adalah sebanyak 120 orang. Wawancara yang dilakukan kepada 10 orang pasien DM
tipe II, maka didapatkan data bahwa pasien mayoritas pasien yaitu sebesar 70%
mengeluh karena mengalami gejala telinga berdengung, penurunan penglihatan, dada terasa
berdebar – debar, mudah tersinggung, istirahat terganggu, lemah, lesu, susah untuk
berkonsentrasi, sesak nafas, susah buang air besar, sakit kepala dan buang air kecil yang
berlebihan. Gejala – gejala tersebut merupakan tanda - tanda seseorang yang mengalami
kecemasan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah
apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Ulkus
1.3.Tujuan Penelitian
Ha: Ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Ulkus
H0: Tidak ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Ulkus Diabetik .
Sebagai bahan informasi yang bermanfaat bagi dunia kesehatan dalam hal
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Ulkus diabetikum adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes mellitus
berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan
setempat. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena
yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Tambunan,
2006).
a. Derajat 0
Ditandai kulit tanpa ulserasi dengan satu atau lebih faktor risiko berupa neuropati sensorik
yang merupakan komponen primer penyebab ulkus, peripheral vascular disease, kondisi
kulit yaitu kulit kering dan terdapat callous (daerah yang kulitnya menjadi hipertropik
dan anastesi ), terjadi deformitas berupa claw toes (suatu kelainan bentuk jari kaki)
b. Derajat I
Ditandai adanya lesi kulit terbuka, yang hanya terdapat pad a kulit, dasar kulit dapat
bersih atau purulen (ulkus dengan infeksi yang superfisial terbatas pada kulit).
c. Derajat II
Dikategorikan masuk grade II apabila terdapat tanda -tanda pada grade I dan ditambah
dengan adanya lesi kulit yang membentuk ulkus, y aitu dasar ulkus meluas ke tendon,
7
d. Derajat III
Ditemui tanda-tanda pada grade II ditambah dengan adanya abses yang dalam dengan
e. Derajat IV
Ditandai dengan adanya gangren pada satu jari atau lebih, gangren dapat pula terjadi
f. Derajat V
Ditandai dengan adanya lesi/ulkus dengan gangren -gangren diseluruh kaki atau sebagian
tungkai bawah.
2.1.3 Patofisiologi
a. Neuropati Perifer
merupakan akibat penyakit vaskuler yang menutupi vasa nervorum, disfungsi endotel,
ATPase, hiperosmolaritas kronis. Hal ini menyebabkan edema pada saraf tubuh serta
kadar insulin sejalan dengan perubahan kadar peptida neurotropik perubahan metabolisme
lemak, stres oksidatif, perubahan kadar bahan vasoaktif seperti nitrit oxide mempengaruhi
fungsi dan perbaikan saraf. Kadar glukosa yang tidak teregulasi meningkatkan kadar
advanced glycosylated end product (AGE) yang terlihat pada molekul kolagen yang
mengeraskan ruangan -ruangan yang sempit pada ekstremitas superior dan inf erior
(carpal, cubital, dan tarsal tunnel). Kombinasi antara pembengkakan saraf yang disebabkan
menyebabkan double crush syndrome dimana dapat menimbulkan kelainan fungsi saraf
langsung dari kelainan pada sistem persarafan motorik, sensorik dan autonomik.
hiperkeratosis.
menimbulkan infeksi. Berkurangnya sensibilitas kulit pada penonjolan tulang dan sela-sela
jari sering menghambat deteksi dari luka -luka kecil pada kaki.
mempengaruhi otot intrinsik kaki sebagai akibat dari tekanan saraf plantaris
b. Penyakit Arterial
penyakit atherosklerosis pada arteri besar dan sedang, misalnya pada aortailiaca , dan
femoropoplitea. Alasan dugaan bentuk penyakit arteri ini pada penderita diabetes adalah
hasil beberapa macam kelainan metabolik, meliputi kadar Low Density Lipoprotein
(LDL), Very Low Density Lipoprotein (VLDL), peningkatan kadar faktor von
Peningkatan viskositas darah yang terjadi pada pasien diabetes timbul berawal
pada kekakuan mernbran sel darah merah sejalan dengan peningkatan agregasi eritrosit.
Karena sel darah merah bentuknya harus lentur ketika melewati kapiler, kekakuan pada
membran sel darah merah dapat menyebabkan hambatan aliran dan kerusakan pada
endotelial. Glikosilasi non enzimatik protein spectrin membran sel darah merah
bertanggungjawab pada kekakuan dan peningkatan aggregasi yang telah terjadi. Akibat
yang terjadi dari dua hal tersebut adalah peningkatan viskositas darah. Mekanisme
9
glikosilasi hampir sama seperti yang terlihat dengan hemoglobin dan berbanding lurus
melalui kapiler dan selanjutnya akan meningkatkan viskositas darah. Iskemia perifer
c. Deformitas kaki
metatarsal, cuneiform, navicular dan tulang kecil lainnya dimana akan menambah
panjang lengkung pada kaki. Perubahan degeneratif ini nantinya akan merubah cara
kolaps pada kaki. Ulserasi, infeksi, gangren dan kehilangan tungkai merupakan hasil
yang sering didapatkan jika proses tersebut tidak dihentikan pada stadium awal.
d. Tekanan
Diabetes dapat memberikan dampak buruk pada beberapa sistem
organtermasuk sendi dan tendon. Hal biasanya tejadi pada tendon achiles dimana
pemendekan tendon.
arkus dan kaput metatarsal mendapatkan tekanan tinggi dan lama karena adanya
Hilangnya sensasi pada kaki akan me nyebabkan tekanan yang berulang, injuri dan
fraktur, kelainan struktur kaki, misalnya hammertoes, callus, kelainan metatarsal, atau
kaki Charcot; tekanan yang terus menerus dan pada akhirnya terjadi kerusakan jaringan
10
lunak. Tidak terasanya panas dan dingi n, tekanan sepatu yang salah, kerusakan akibat
benda tumpul atau tajam dapat menyebabkan pengelepuhan dan ulserasi. Faktor ini
ditambah aliran darah yang buruk meningkatkan resiko kehilangan anggota gerak pada
penderita diabetes.
2.2. Kecemasan
Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin
memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi
yang mengancam tersebut terjadi (Murwani, 2008). Sedangkan menurut Stuart (2009),
ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai
stimulus cemas.
Cemas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung dengan tingkat cemas, lama cemas yang dialami,
dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap cemas. Cemas dapat dilihat
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidakdapat
dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb,200 9). Stuart (2009)
mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik
dan kondisi ini dialami secara subjektif. Cemas berbeda dengan rasa takut.
respon emosional terhadap penilaian tersebut. Menurut Wignyosoebroto, 1981 dikutip oleh
Purba (2009), takut mempunyai sumber penyebab yang spesifik atau objektif yang dapat
diidentifikasi secara nyata, sedangkan cemas sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk
11
kejadian yang akan datang. Kecemasan akan muncul pada keluarga yang salah satu
anggota keluarganya sedang sakit. Bila salah satu anggota keluarga sakit maka hal
yang tepat terhadap suatu ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila
1. Teori Psikoanalitik
terjadi antara emosional elemen kepribadian, yaitu id dan super ego. Id mewakili
insting, su per ego mewakili hati nurani, sedangkan ego berperan menengahi konflik
yang tejadi antara dua elemen yang bertentangan. Timbulnya kecemasan merupakan upaya
2. Teori Interpersonal
Kecemasan menunjukkan adanya pola interaksi yang mal adaptif dalam sistem
keluarga.
seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh individu
tersebut (Hawari, 2012). Keluhan yang sering, antara lain adalah sebagai berikut :
pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah
terkejut
4. Gejala somatik: rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar -debar, sesak nafas,
Menurut Stuart (2009), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh
1. Kecemasan Ringan
untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan
pertumbuhan.
2. Kecemasan Sedang
namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3. Kecemasan Berat
menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale
for Anxiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Perasaan cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah
tersinggung.
b. Ketegangan : merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan tenang, mudah
c. Ketakutan : pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar,
d. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan mimpi yang
menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan : sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan daya ingat
buruk.
hobi,sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah -ubah
sepanjang hari.
g. Gejala somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot, gigi
jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/ lemas
14
j. Gejala respiratori (pernafasan) : rasa tertekan atau sempit di dada, rasa
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh
l. Gejala urogenital (perekmihan dan kelamin) : sering buang air kecil, tidak dapat
menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid), darah haid berlebihan,
darah haid sangat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid
beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin,ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi
kepalapusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit danbulu -bulu berdiri.
n. Tingkah laku/ sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi berkerut,
wajah tegang/ mengeras, nafas pendek dan cepat serta wajah merah.
Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0 -4, dengan
kecemasan seseorang, yaitu : total nilai (score) : kurang dari 14 = tidak ada
a. Faktor Predisposisi
15
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan (Stuart, 2009).
1) Teori Psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul karena konflik antara
budayanya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
2) Teori Interpersonal
Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
3) Teori Behaviour
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif dalam
keluarga.
b. Faktor Prespitasi
hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri dan
16
fungsi sosial yang teri ntegrasi dari seseorang.
2.3.1 Pengertian
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada
Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosial. Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan
keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan
kongkrit.
membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator
identitas keluarga.
d. Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
Menurut Setiadi, 2008 setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunyai ciri –
1.Informative, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh
dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin
17
mengahadapi persoalan yang sama atau hampir sama.
2.Perhatian Emosional, setiap orang pasti mempbutuhkan bantuan afeksi dari orang
lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan
tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan,
mau mendengar segala keluhan, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang
dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat
4.Bantuan Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada
pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan
negative yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan
dukungan sosial keluarga maka penilaian sangat membantu adalah penilaian positif.Efek
dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara
lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan
menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan
kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan sosial keluarga adalah
pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress (Setiadi,
2008).
perubahan atau timbulnya suatu variabel dependen dan bebas dalam mempengaruhi
variabel lain (Hidayat, 2008). Variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan
keluarga. Variabel dependen merupakan variabel yang dapat dipengaruhi atau menjadi
akibat k arena variabel bebas. Variabel ini dapat tergantung dari variabel bebas
terhadap perubahan (Hidayat, 2008). Variabel dependen pada penelitian ini adalah
tingkat kecemasan.
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
menggunakan desain cross sectional (potong lintang), yaitu desain penelitian yang
(hubungan) antara faktor risiko dengan efek. Dalam penelitian cross sectional, peneliti
melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu dimana tiap
subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat
Penelitian cross sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu waktu
dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara variable independen
(tingkat kecemasan) pada subjek penelitian sebanyak satu kali pengukuran dan
3.2.1.Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan Januari - Februari tahun 2022.
3.2.2.Lokasi Penelitian
alasan pemilihan lokasi ini karena berdasarkan wawancara mayoritas pasien ulkus
3.3.1.Populasi
3.3.2.Sampel
sebuah prosedur khusus. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
tehnik accidental sampling yaitu sampel yang ditemukan pada saat kegiatan penelitian
sedang berlangsung.
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh dengan mengunjungi Rumah Sakit dan meminta
responden untuk mengisi kuesioner yang telah disusun oleh peneliti. Kuesioner
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait di lokasi
adalah m emperoleh surat ijin untuk melakukan kegiatan penelitian sebelum mengambil
22
3.6. Analisa Data
melihat distribusi frekuensi variabel independen dan dependen yang disajikan secara
dependen dengan menggunakan uji statistik Chi square dengan tingkat signifikan
(α<0.05). Pedoman yang digunakan dalam menerima hipotesis jika nilai p<0.05
maka H0 diterima, artinya terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Apabila nilai p>0.05 maka H0 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan
Penelitian ini menggunakan objek manusia sebagai objek penelitian, untuk itu
apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak, tanpa ada sanksi, dan tidak menimbulkan
penderitaan bagi responden. Peneliti juga memberi penjelasan dan informasi secara lengkap
dan rinci serta tanggung jaw ab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden. Responden
juga harus diperlakukan secara baik sebelum, selama, dan sesudah penelitian.
pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing -masing lembar
persetujuan tersebut.
24
DAFTAR PUSTAKA
Bilous, R & Donelly.2015. Buku Pegangan Diabetes, Edisi 4 . Jakarta : Bumi Medika
International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition 2015.America:
International Diabetes Federation.
Ispriantari, A., & Priasmo ro, D. (2017). Penerimaan Diri pada Remaja dengan
Diabetes Tipe 1 di Kota Malang. Jurnal Dunia Keperawatan, 115-120.
Khan, P., Qayyum, N., Malik, F., Khan, T., Khan, M., & Tahir, A. (2019).
Incidence of Anxiety and Depression among Patients with Type 2
Diabetes and the Predicting Factors. Journal of Cureus, 1-8.
Kodakandla, K., Maddela, G., Pasha, M., & Vallepalli, R. (2016). a Cross
Sectional Study on Prevalence and Factors Influencing Anxiety and
Depression among Patients with Type II Diabetes Mellitu s. International Journal
of Research in Medical Sciences , 2542-2547
Lestari, Sri,dkk.2016. Gambaran Konsep Diri Pada Pasien Luka Gangren Diabetik Di
Poliklinik Kaki Diabetik Tahun 2014 .Sekolah Tinggi Ilmu
KesehatanSuaka Insan Banjarmasin (Vol.01 edisi 1 juni 2016).
Mahmuda, N., Thohirun, & Prasetyowati, I. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan
Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit
Nusantara Medika Utama. e-journal Universitas Jember , 1-7.
Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene Beverly.( 2005). Pengantar
Psikologi. Abnormal.Bandung
Nursalam, 2009. Konsep & penerapan metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Smeltzer, Suzanne C. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth.Ed.8. Vol.2. Jakarta: EGC
26
KUESIONER
No. Responden :
Hari /Tanggal :
A. Data Demografi
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
No INDIKATOR S K TP
27
7 Keluarga bersedia membiayai biaya perawatan dan
pengobatan
C. Kuesioner Kecemasan
HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HRS -A)
Skor : 0 = tidak ada Total Skor : < 14 = tidak ada kecemasan
1 = ringan 14-27 = kecemasan ringan
2 = sedang 28-56 = kecemasan berat
3 = berat
4 = berat sekali
Berikan tanda check list (√) pada pernyataan di bawah ini:
NO. PERNYATAAN 0 1 2 3 4
1. Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2. Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
28
3. Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4. Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5. Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6. Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
29
11. Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12. Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
30
LEMBAR BIMBINGAN PROPOSAL
31