SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
JAKARTA
SEPTEMBER 2015
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
JAKARTA
SEPTEMBER 2015
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas kehendak-Nya, saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Program
Studi Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi
saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1) dr. Trevino Aristarkus Pakasi, M.S., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendampingi saya
dalam penyusunan skripsi ini;
2) Orang tua dan keluarga saya yang tidak henti memberikan dukungan
moral dan material;
3) Sahabat dan orang-orang terdekat yang telah banyak membantu saya
menyelesaikan skripsi ini;
4) Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;
5) dan berbagai pihak lain termasuk Puskesmas dan Klinik tempat kami
mengambil data penelitian.
Saya mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Kritik dan
saran yang membangun akan senantiasa saya nantikan guna perbaikan diri saya ke
depannya. Akhir kata, saya berharap skripsi ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran.
iv
Kata kunci:
Diabetes melitus, pemilihan layanan, tenaga kesehatan, tuberkulosis
vi Universitas Indonesia
Diabetes mellitus (DM) and tuberculosis (TB) are double burden diseases
whose prevalence is still high in Indonesia. The high prevalence of both diseases
cannot be separated from the role of health professionals in recording the
diagnosis of TB patient who went to health care facilities.
This cross-sectional study is conducted to see the difference between case-
finding of DM among TB patients who went to doctors and other health
professionals. Using consecutive-sampling-method, obtained 242 TB patients who
were registered in twelve PHCs and two clinics in Jakarta. Data were collected
by filling the questionnaire and FBG/OGT test.
The result showed that the percentage of DM is higher in TB patients
compared with the general population (27,5%, n=236). The percentage of DM
case-finding in TB patient who went to the doctor was higher than those who went
to other health professionals (28% vs 19%, p=0,361). Benchmarking percentage
of case-finding was also done by comparing through DM manifestations include:
poliphagia, polydipsia, polyuria, weight loss, weakness, numbness, and blurred
vision. From all of the manifestations, the percentage of case-finding was higher
in patients who went to the doctor, but it’s not statistically significant.
According to the result, health professionals are expected to increase
awareness about DM manifestations that may be presented in TB patients in order
to detect cases earlier and anticipate the unwanted impacts.
Keywords:
Diabetes mellitus, health professionals, health seeking behaviour, tuberculosis.
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
ix Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis yang
dalam dua dekade terakhir ini meningkat prevalensinya.1 World Health
Organization (WHO) telah memprediksi kenaikan jumlah pasien DM di
Indonesia, yaitu dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada
tahun 2030. Laporan tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah
pasien DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.2 Penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia ini tengah menjadi perhatian dunia
karena peningkatan prevalensinya yang cukup signifikan tersebut.
Di samping besarnya ancaman DM, tuberkulosis (TB) yang
merupakan penyakit infeksi akibat bakteri, masih menjadi masalah
kesehatan dunia karena menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi.
Penyakit ini menyerang sembilan juta orang setiap tahun dan membunuh
kurang lebih dua juta pasiennya.3 Secara global, Indonesia menempati
posisi ketiga dalam kasus TB paru, setelah India dan China.4 Di Indonesia
yang merupakan negara berkembang, TB menjadi pembunuh nomor satu
di antara seluruh penyakit menular serta menjadi pembunuh nomor tiga
setelah penyakit jantung dan pernapasan akut. 5
Hubungan antara prevalensi TB dan DM saat ini menjadi topik
yang cukup hangat untuk diteliti. Menurut penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Cahyadi dkk., peningkatan prevalensi DM ternyata disertai
pula oleh peningkatan prevalensi TB. Prevalensi TB 2-5 kali lebih tinggi
pada pasien DM dibandingkan dengan yang non-DM.5 Pada penelitian
lain, disebutkan bahwa prevalensi TB aktif pada pasien DM bervariasi
mulai dari 1,7% di Swedia pada tahun 1954 sampai dengan 36% di Korea
pada tahun 1961.1 Peningkatan angka kejadian TB yang mengikuti
peningkatan prevalensi DM tersebut seringkali dikaitkan dengan
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tuberkulosis
TB adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari
Mycobacterium tuberculosis, bakteri aerob gram negatif dari genus
Mycobacteriaceae. Penyakit ini umumnya menyerang paru, namun dapat
pula menyerang organ lain. Adapun transmisi TB dapat terjadi melalui
udara, dengan adanya droplet nuklei dari pasien yang menderita TB
pulmonal maupun laringeal. Droplet yang berdiameter 1-5 mikron ini
keluar saat pasien batuk, bersin, atau berbicara dan dapat bertahan di
udara selama beberapa jam sebelum terhirup dan menginfeksi orang
lain.10 Adapun faktor determinan transmisi TB antara lain kemungkinan
kontak dengan kasus TB, kedekatan dan durasi kontak tersebut, seberapa
infeksius kasus tersebut, dan lingkungan yang digunakan bersama. 11
Jika risiko infeksi ditentukan terutama oleh faktor eksogen atau
lingkungan, perkembangan penyakit setelah terinfeksi kuman TB lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor endogen, yaitu imunitas orang yang
terinfeksi. Ketika droplet infeksius di udara terhirup, sebagian besar akan
dikeluarkan oleh mekanisme pertahanan dari mukosa saluran napas, dan
sebagian kecil masuk ke alveoli. Di alveoli, bakteri TB yang merupakan
basil tahan asam tersebut akan difagosit oleh makrofag alveolar. 4,10
Sebagian besar bakteri akan rusak atau terhambat, sedangkan sebagian
kecil di antaranya dapat bermultiplikasi di dalam sel makrofag dan
dilepaskan ketika makrofag mati. Bakteri yang hidup akan menyebar
melalui pembuluh limfa atau aliran darah menuju ke jaringan dan organ
yang lebih jauh. Adapun organ yang sering menjadi sasaran untuk
berkembangnya bakteri TB adalah otak, laring, nodus limfa, paru, tulang,
dan ginjal. Proses diseminasi ini akan menginduksi inflamasi sebagai
respon sistemik dari sistem imun.10
5 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian berjudul “Hubungan Pemilihan Layanan Tenaga
Kesehatan dengan Penemuan Kasus Diabetes Melitus pada Pasien
Tuberkulosis” ini merupakan studi deskriptif analitik observasional
dengan desain potong lintang. Disebut deskriptif analitik karena sifatnya
hanya menggambarkan hubungan antara variabel tergantung yang dalam
hal ini merupakan kejadian DM pada pasien TB dan variabel bebas yaitu
perilaku berobat ke tenaga kesehatan, serta disebut potong lintang karena
pengambilan datanya dilakukan sewaktu.
13 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan:
zα= tingkat kemaknaan = 1,96
P = kejadian DM pada populasi pasien TB = 13% (dari pustaka15)
Q=1-P
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan peneliti) = 5%
Berdasarkan hasil perhitungan, dibutuhkan minimal 175 subjek.
Untuk mengantisipas drop out ditambahkan 10% dari jumlah subjek
minmal sehingga total menjadi 192 subjek. Untuk kepentingan analisis
data, diharapkan terdapat minimal terdapat 30 orang yang TB-DM.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4. HASIL
Data didapatkan dari pengisian kuesioner oleh responden yang merupakan
pasien TB di puskesmas kecamatan dan klinik dokter keluarga yang menjadi
tempat penelitian. Dari 280 orang yang pernah didiagnosis sebagai pasien TB, 242
di antaranya masih terdaftar sebagai pasien aktif pada saat pengambilan data.
Berikut adalah karakteristik sosiodemografi subjek penelitian.
Berdasarkan tabel 4.1, subjek lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki
daripada berjenis kelamin perempuan. Pengelompokkan usia didasarkan pada
risiko terkena DM di masing-masing kelompok usia yang semakin meningkat
seiring bertambahnya usia. Menurut Centers for Disease Control and Prevention,
di Amerika, orang berusia di bawah 20 tahun risiko DM-nya meningkat seiring
usia. Pada orang dengan usia antara 20-44 tahun diperkirakan 3,7% orang
menderita DM, sementara pada usia 45-64 jumlah ini meningkat hingga 13,7%.
Usia di atas 65 tahun menempati persentase tertinggi yang mencapai 26,9%. 26
Dapat dilihat bahwa subjek yang berisiko tinggi terkena DM (di atas 45 tahun)
18 Universitas Indonesia
persentasenya cukup tinggi di antara keseluruhan subjek. Berikut ini adalah angka
kejadian DM pada subjek pasien TB.
Jumlah subjek yang awalnya 242 orang berkurang menjadi 236 karena ada
6 orang yang tidak didapatkan riwayat DM, tidak terdapat data gula darah dan
tidak mengisi riwayat meminum obat DM. Jumlah inilah yang akan digunakan
pada analisis yang selanjutnya. Berdasarkan tabel 4.2, persentase kejadian DM
pada pasien TB di Jakarta mencapai 27,5% jauh di atas persentase kejadian DM di
populasi umum di Indonesia yang menurut Riset Kesehatan Dasar 2013 berkisar
2,1% untuk hasil wawancara dan 6,9% untuk hasil pemeriksaan gula darah
puasa.27
Tabel 4.3 Orang yang pertama kali dimintai pertolongan saat merasa sakit
secara umum
n %
Dokter (n=215; 91,1% )
Dokter umum swasta 56 23,7
Dokter umum puskesmas 155 65,7
Dokter spesialis 4 1,7
Tenaga Kesehatan non Dokter (n=21; 8,9%)
Bidan 2 0,8
Mantri/Perawat 4 1,7
Lainnya 15 6,4
Total 236 100,0
Universitas Indonesia
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa masih ada subjek yang merasa sulit untuk
menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan (14,8%, n=236). Hal ini sejalan dengan
13,1% subjek yang menjawab bahwa lokasi fasilitas pelayanan kesehatan cukup
jauh. Selain jauhnya lokasi fasilitas pelayanan kesehatan perlu digarisbawahi
angka yang cukup besar di poin sakit yang masih bisa diatasi sendiri dan belum
merasa butuh bantuan karena hal ini dapat berakibat pada keterlambatan diagnosis
dan tatalaksana penyakit yang menular. Begitu pula alasan tidak punya uang
untuk berobat, menunjukkan bahwa pasien tersebut belum mengetahui bahwa saat
ini pengobatan sebagian besar sudah gratis dan tercakup dalam jaminan
kesehatan.
Tabel selanjutnya ingin melihat perbedaan angka DM berdasarkan tenaga
kesehatan pertama yang ditemui saat sakit, apakah tenaga kesehatan tersebut
Universitas Indonesia
dokter yang memiliki wewenang diagnosis medis atau tenaga kesehatan selain
dokter.
Tabel 4.5 Analisis hubungan orang yang pertama ditemui saat sakit dengan
angka kejadian TBDM
TB DM +
Ya Tidak Nilai p
n % n %
Yang pertama ditemui saat sakit (n=236)
Dokter 61 28 154 72 0,361
Tenaga kesehatan nondokter 4 19 17 81
Total 65 171
Analisis hubungan perilaku berobat dalam hal ini orang yang pertama
ditemui saat sakit dengan angka kejadian TBDM dilakukan dengan uji Chi-
square. Pada uji Chi-square, sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5
adalah 0% sehingga analisis hubungan kedua variabel ini dapat dilakukan dengan
uji tersebut. Dari tabel 4.5 dapat dilihat perbedaan angka temuan kasus TBDM
pada pasien yang berobat ke dokter dan tenaga kesehatan nondokter, yang tidak
bermakna secara statistik (nilai p = 0,361). Tabel berikutnya akan memuat
perbedaan angka TBDM berdasarkan gejala khas DM dan tenaga kesehatan
pertama yang ditemui saat sakit.
Universitas Indonesia
Dari tabel 4.6 dapat dilihat perbedaan persentase temuan kasus TBDM
antara pasien TB yang pergi ke dokter dan tenaga kesehatan selain dokter
berdasarkan gejala DM yang ada. Persentase temuan kasus TBDM berdasarkan
gejala pasien yang berobat ke dokter lebih tinggi dibanding yang berobat ke
tenaga kesehatan nondokter.
Universitas Indonesia
DISKUSI
5. DISKUSI
Penelitian deskriptif analitik ini berdesain potong lintang yang artinya
pengambilan data dilakukan dalam satu waktu. Hal ini menjadikan penemuan
kasus DM dapat berupa kasus lama maupun kasus baru, baik yang terjadi
sebelum pasien sakit TB maupun setelahnya. Karenanya penelitian ini tidak
dapat menjelaskan hubungan sebab akibat di antara keduanya.
Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah pemilihan subjek yang
merupakan pasien TB terdaftar di puskesmas dan klinik dokter keluarga
sehingga tidak didapatkan hasil yang seimbang antara subjek yang memilih
layanan kesehatan ke tenaga dokter dan tenaga kesehatan nondokter.
Berdasarkan tabel 4.2, penemuan kasus DM pada pasien TB di Jakarta
mencapai 27,5%. Angka tersebut jauh di atas proporsi DM pada populasi
umum Indonesia yang menurut Riskesdas 2013 berdasarkan hasil wawancara
adalah 2,1% dan berdasarkan pemeriksaan gula darah puasa adalah 6,9%.27
Studi yang sama dilakukan oleh Vijay dkk. di India, didapatkan bahwa
prevalensi DM pada pasien TB adalah 25,3% dan pre-DM sebesar 24,5%.28
Jeon dkk. dalam studinya yang melakukan skrining DM setelah dimulainya
pengobatan TB menunjukkan kejadian DM memiliki rentang 1,9% di Nigeria
pada 1990, sampai 10% di India pada 1968. Sedangkan, studi di mana
skrining DM dilakukan saat sebelum pengobatan TB mendapatkan prevalensi
DM antara 8,6% di Turki, hingga 19,8% di Pakistan. 1
Tingginya angka kejadian DM pada pasien TB ini menyebabkan
diperlukannya skrining rutin terhadap pasien TB. Hal ini penting karena
kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat mempengaruhi respons
pengobatan TB, sebagai contoh, rifampisin yang akan turun
bioavailabilitasnya akibat kondisi hiperglikemia. Di samping itu, DM juga
dapat mempengaruhi kondisi klinis pasien TB. Studi di Portugal tentang
pengaruh DM pada gejala klinis, gambaran radiologi, dan pengobatan pasien
TB menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara pasien TB
23 Universitas Indonesia
yang DM dan tidak DM. Pada kedua grup, lesi multilobar sama-sama
dominan, akan tetapi pada pasien TB yang DM, ditemukan lebih banyak
keterlibatan isolated lower lung field. Manifestasi ekstrapulmonal juga lebih
banyak ditemukan di pasien dengan DM dan hal ini bermakna secara statistik.
Angka kematian di rumah sakit pada kelompok pasien TB dengan DM lebih
tinggi bermakna daripada yang hanya menderita TB. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya DM yang tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi pasien
TB dan berkaitan dengan adanya gangguan sistem imun pasien. 29 Karenanya
skrining gejala DM pada pasien TB sangat penting untuk dilakukan agar
dapat dilakukan pengontrolan yang baik.
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, mayoritas pasien TB memilih
dokter umum puskesmas sebagai pelayanan kesehatan yang pertama ditemui
saat sakit (66,2%). Adapun sisanya memilih pergi ke dokter umum swasta
(23,3%), dokter spesialis (1,7%), bidan (2%), mantri (4%) dan tenaga
kesehatan lainnya (6,2%). Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar
subjek telah menggunakan puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
primer yang memang seharusnya diakses terlebih dahulu.
Sayangnya, masih ada sebagian subjek (14,8%, n=236) yang merasa
sulit untuk mencapai fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini seiring juga
dengan alasan menunda untuk pergi ke fasilitas kesehatan yang menunjukkan
13,1% subjek menilai lokasi fasilitas kesehatan jauh dari rumah. Selain letak
fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh, alasan subjek menunda untuk pergi
ke fasilitas pelayanan kesehatan saat sakit adalah tidak punya uang untuk
berobat (5,5%), tidak punya ongkos (0,8%), sakit masih bisa diatasi sendiri
(50,8%), belum merasa butuh bantuan (17,4%), dan sisanya tidak menjawab
(11,4%).
Alasan pasien yang tidak punya uang untuk berobat dapat disebabkan
oleh ketidaktahuan subjek bahwa pengobatan TB dapat diperoleh secara
gratis di puskesmas. Adapun alasan perihal sakit yang masih bisa diatasi
sendiri dan merasa belum butuh bantuan perlu digali lebih lanjut apakah
memang karena pasien sudah paham mengenai gejala penyakit yang
dideritanya sehingga melakukan self medication dengan tepat ataukah hanya
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
lebih tinggi dibanding persentase pasien dengan gejala mudah lapar yang
datang ke tenaga kesehatan nondokter (25,0%).
Hal ini juga tampak di dua gejala khas DM lainnya yaitu polidipsi,
poliuri, dan beberapa gejala yang sering ditemukan pada penyakit DM. Untuk
gejala polidipsi atau mudah haus, persentase ditemukannya TBDM lebih
tinggi pada yang berobat ke dokter (40,9%, n=93) daripada pasien TB yang
berobat ke tenaga kesehatan nondokter (27,3%, n=11). Persentase
ditemukannya kasus DM dengan gejala poliuri yang berobat ke dokter juga
lebih tinggi yaitu 46,9% dibanding 37,5% untuk yang berobat ke tenaga
kesehatan nondokter. Untuk gejala berat badan turun persentase
ditemukannya TBDM lebih tinggi pada mereka yang berobat ke dokter
(47,9%, n=71) daripada yang berobat ke tenaga kesehatan lain (28,6%, n=7).
Selain itu dilihat dari gejala lain: lemah badan, kesemutan, dan penglihatan
memburam, persentase TBDM lebih tinggi pada mereka yang berobat ke
dokter daripada tenaga kesehatan lain.
Adapun tujuan dari dilakukannya pembandingan persentase ini bukan
untuk membandingkan kemampuan tenaga kesehatan dalam hal
mendiagnosis DM di kalangan pasien TB. Sebab, masing-masing tenaga
kesehatan memiliki kewenangan tersendiri yang sesuai dengan kompetensi
masing-masing. Salah satu wewenang dokter dalam pelayanan kesehatan
adalah melakukan penggalian informasi dan pemeriksaan hingga penegakkan
diagnosis dan tindakan medis.22 Sementara itu dalam pelaksanaan tugasnya
dokter tidak bisa sendiri. Terdapat peran serta tenaga kesehatan lain yang
memiliki wewenang dan kompetensi masing-masing. Dalam praktiknya, tidak
jarang tenaga kesehatan lain juga melakukan diagnosis dan pemberian
medikasi yang merupakan wewenang dokter. Menurut Triwibowo, 2010
92% perawat melakukan diagnosis medis dan 93% perawat membuat resep.
Hasil penelitian Departemen Kesehatan dan UI tahun 2005 juga menunjukkan
angka yang tidak jauh berbeda yaitu 92,6% perawat menetapkan diagnosis
penyakit dan 93,1% membuat resep. 33 Kedua hal tersebut merupakan
wewenang dokter namun menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6.2 SARAN
6.2.1 Meningkatkan kewaspadaan tenaga kesehatan akan tingginya angka
DM pada pasien TB dengan melakukan skrining gejala serta kadar
gula darah pasien TB.
6.2.2 Membuat suatu standart operational procedur yang jelas dalam hal
pelimpahan wewenang dokter kepada tenaga kesehatan lain
khususnya dalam penanggulangan masalah TB.
6.2.3 Melakukan analisis dan penelitian lebih lanjut terkait perilaku pasien
TB dalam berobat khususnya alasan menunda pergi berobat saat
sakit.
29 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
1. Jeon CY, Harries AD, Baker MA, Hart JE, Kapur A, Lonnroth K, et al. Bi-
directional screening for tuberculosis and diabetes: a systematic review.
Tropical Medicine and International Health. Nov 2010; 15 (11): 1300-14.
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni; 2011.
3. World Health Organization. Collaborative framework for care and control
of tuberculosis and diabetes. Geneva: WHO Document Production
Services; 2011.
4. Manalu HSP, Sukana B. Aspek pengetahuan sikap dan perilaku masyakat
kaitannya dengan penyakit TB paru. Media Litbang Kesehatan. 2011; 21
(1): 39-8.
5. Cahyadi A, Venty. Tuberkulosis paru pada pasien diabetes melitus. J
Indon Med Assoc. April 2011; 61 (4): 173-6.
6. Dooley KE, Chaisson RE. Tuberculosis and diabetes melitus: convergence
of two epidemics. Lancet Infect Dis. 2009; 9: 737-11.
7. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang No. 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia; 2014.
8. Kurniasari M, Fuady A, Pakasi T. Multi-factors influencing tuberculosis
case detection: A case study of DOTS training program in Jakarta, 2010.
9. Fuady A, Gunawan RS, Mansyur M, Velden KVD, Pakasi TA.
Knowledge, attitude and care seeking behaviour related to the prevalence
of pumonary tuberculosis among urban people in Jakarta, Indonesia.
10. Centers for Disease Control and Prevention. Transmission and
pathogenesis of tuberculosis [internet]. [cited 2013 December 31]
Available from:
http://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/chapter2.pdf
11. Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL.
Harrison’s principles of internal medicine. 16th ed. USA: McGraw-Hill;
2005.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Waktu
2014 2015
Kegiatan
Jan-
Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Agt
Penyusunan dan
revisi proposal
penelitian
Pengajuan
proposal ke
modul riset
Pengumpulan
data
Pengolahan dan
analisis data
Penyusunan
laporan dan
publikasi
DIABETES
Judul Penelitian:
dalam satu
rumah
KDD10 Pendidikan 1. Tidak 4. Tamat
terakhir sekolah SMP/sederajat
2. Tidak tamat 5. Tamat
SD/sederajat SMA/sederajat
3. Tamat 6. Tamat
SD/sederajat perguruan
tinggi
KDD11 Pekerjaan yang 1. Tidak 7. Buruh harian
dilakukan bekerja 8. Nelayan
dalam 3 bulan 2. PNS 9. ABRI/polisi
terakhir 3. Pegawai 10. Supir
swasta kendaraan
4. Pelajar 99. Lainnya
5. Pedagang
6. Petani
KDD12 Pendapatan 1. Di bawah 3. Rp1juta – 5
perbulan Rp500rb juta
(pasien saja) 2. Rp500rb – 1 4. Di atas
juta Rp5juta
KDD13 Pendapatan 1. Di bawah 3. Rp1juta – 5
keluarga Rp500rb juta
perbulan 2. Rp500rb – 1 4. Di atas
juta Rp5juta
KDD14 Pengeluaran 1. Di bawah 3. Rp1juta – 5
keluarga untuk Rp500rb juta
makanan 2. Rp500rb – 1 4. Di atas
perbulan: juta Rp5juta
KDD15 Status 1. Penduduk 2. Penduduk
kependudukan tetap (KTP musiman (KTP
lokal) luar daerah)
sekarang ini
merupakan
pasien TB yang
terdaftar di
puskesmas?
TB3 Apakah pasien o Batuk o Tidak o Tidak
mengalami salah o Demam nafsu ada__ke
satu atau lebih o Batuk makan TB5
gejala di bawah darah o Keringat o Tidak tahu
ini dalam enam o Nyeri malam o Tidak
bulan terakhir? dada o Sulit menjawab
(pilih lebih dari bernafas o Lainnya
satu kecuali untuk o Lemah
―tidak ada‖) badan
TB4 Berapa lama anda mengalami gejala tersebut? ...
minggu (dihitung dari munculnya gejala pertama)
TB5 Apakah berat 1. Ya 77. Tidak tahu
badan anda 2. Tidak 99. Tidak
menurun tanpa menjawab
sebab yang jelas
dalam satu bulan
terakhir?
TB6 Apakah selera 1. Ya 77. Tidak tahu
makan anda 2. Tidak 99. Tidak
menurun dalam menjawab
satu bulan
terakhir?
TB7 Apakah di 1. Batuk 3. Berat badan
rumah/kantor ada berdahak >2 turun
yang mengalami minggu 66. Tidak
keluhan di bawah 2. Batuk darah ada__ke TB13
ini dalam enam
bulan terakhir?
(dapat memilih
lebih dari satu)
TB8 Ada berapa orang yang memiliki gejala tersebut?
TB9 Adakah orang 1. Ya 77. Tidak tahu
serumah/sekantor 2. Tidak
anda yang
pernah
didiagnosis TB?
TB10 Apakah mereka 1. Ya 77. Tidak tahu
mendapatkan 2. Tidak 88. Tidak
pengobatan dari menjawab
petugas
kesehatan?
TB11 Berapa lama mereka mendapatkan pengobatan?
(dalam minggu)
TB12 Apakah mereka 1. Ya 77. Tidak tahu
telah sembuh? 2. Tidak 88. Tidak
3. Sedang menjawab
dalam
pengobatan
pernah TB18
merokok?
TB14 Apakah anda 1. Ya 2. Tidak
merokok dalam
satu minggu
terakhir?
TB15 Berapa batang rokok yang anda hisap perharinya?
TB16 Pada umur berapa anda mulai merokok?
TB17 Pada umur berapa anda berhenti merokok? (apabila
sudah berhenti)
TB18 Apakah anda 1. Ya 2. Tidak
pernah minum
minuman
beralkohol?
TB19 Apakah anda 1. Ya 2. Tidak
minum
minuman
beralkohol
dalam satu
bulan terakhir?
TB20 Seberapa 1. 5-7 3. 0-2
sering kali/minggu kali/minggu
andaminum 2. 3-4
minuman kali/minggu
beralkohol
dalam satu
bulan terakhir?
sakit DM?
DM4H Jika ya, apa 1. Orangtua 5. Keponakan
hubungan anda 2. Nenek/kakek 6. Adik/kakak
dengan orang 3. Anak 99. Lainnya
tersebut? 4. Sepupu
DM5 Dalam satu 1. <1 3. >3
minggu, berapa kali/minggu kali/minggu
kali anda 2. 1-3
olahraga? (tiap kali/minggu
sesi olahraga
berdurasi
minimal 30
menit)
DM6 Apakah anda 1. Ya 77. Tidak tahu
pernah 2. Tidak
melahirkan bayi
dengan berat
lebih dari 4
kilogram?
DM7 Apakah anda 1. Ya 77. Tidak tahu
memiliki riwayat 2. Tidak
penyakit
jantung?
DM8 Apakaah anda 1. Ya 77. Tidak tahu
memiliki riwayat 2. Tidak
penyakit ginjal?
DM9 Apakah anda 1. Ya 77. Tidak tahu
pernah 2. Tidak
mengalami
stroke?
DM11 Apakah anda 1. Ya 77. Tidak tahu
memiliki riwayat 2. Tidak
hipertensi/
darah tinggi?
o Efek samping
pengobatan
o Komplikasi
penyakit
DM14 Nasihat apa saja yang o Untuk o Tidak ingat
diberikan dokter tentang berolahraga o Tidak ada
DM? o Untuk diet o Lainnya
o Untuk rutin
kontrol
o Untuk minum
obat secara
teratur
DM15 Obat apa saja yang o Sulfonylurea o Meglitinide
diberikan oleh dokter? (glimepiride) (nateglinide)
o Biguanides o Insulin
(metformin) o Tidak ada
o Tzd o Tidak ingat
(pioglitazones) o Lainnya
o Alpha-
glucosidase
inh (acarbose)
1. Kode Puskesmas
Kode Puskesmas : P
2. Kode pewawancara
Kode Pencatat : P
Nama Puskesmas
Di Puskesmas
DIABETES
Kadar
Nama Alamat/ Asal Puasa/ Tanda
No. gula
Lengkap telepon Puskesmas tidak tangan
darah
Di Puskesmas
DIABETES
Kadar
Nama Alamat/ Asal Puasa/ Tanda
No. gula
Lengkap telepon Puskesmas tidak tangan
darah
Di Puskesmas
DIABETES
Kadar
Nama Alamat/ Asal Puasa/ Tanda
No. gula
Lengkap telepon Puskesmas tidak tangan
darah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Dokter umum
155 65.7 65.7 89.4
puskesmas
Bidan 2 .8 .8 91.9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 1 .4 .5 .5
Cases
TBDM
tidak Ya Total
Nondokter Count 17 4 21
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,78.
Cases
TBDM
Ya Count 59 34 93
Ya Count 9 3 12
Total Count 17 4 21
TBDM
Ya Count 55 38 93
Ya Count 8 3 11
Total Count 17 4 21
TBDM
Ya Count 43 38 81
Ya Count 5 3 8
Total Count 17 4 21
TBDM
Tidak Count 12 2 14
Total Count 17 4 21
TBDM
Tidak Count 13 1 14
Total Count 17 4 21
TBDM
Tidak Count 10 1 11
Total Count 17 4 21
TBDM
% within Penglihatan
79.9% 20.1% 100.0%
memburam
% within Penglihatan
70.1% 29.9% 100.0%
memburam
Tidak Count 14 2 16
% within Penglihatan
87.5% 12.5% 100.0%
memburam
Total Count 17 4 21
% within Penglihatan
81.0% 19.0% 100.0%
memburam
Summary
Submitted: 31-Aug-2015 at 6:45:04 PM (UTC+10)
Files: 4
Words: 24,636
String Length 9
(Words):
Cases: 6