Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

Kasus Obstruksi Usus Halus


Atsari Nurshabrina Prasetianingsih, 1506689925

I. Anatomi dan Fisiologi


Sistem pencernaan atau gastrointestinal memiliki panjang kurang lebih 7-7,9 m yang
dihitung dengan urutan mulut, esophagus, lambung, usus halus (duodenum, jejunum, ileum),
usus besar (Asenden, transversum, desenden, sigmoid), rektum dan anus (Smeltzer & Bare,
2013).
Usus Halus
Usus halus atau intesnium minor adalah bagian dari system pencernaan makanan yang
berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m, merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari
beberapa lapisan, yaitu lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M.sirkuler),
lapisan otot memanjang (M.longitudinal), dan lapisan serosa (sebelah luar).
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Kelenjar – kelenjar usus
menghasilkan enzim – enzim pencernaan, yaitu :
• Peptidase, berfungsi mengubah peptide menjadi asam amino
• Sukrase, berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
• Maltase, berfungsi mengubah maltose menjadi glukosa
• Laktase, berfungsi mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
Absorpsi makan yang sudah di cerna seluruhnya berlangsung di dalam usus halus
melalui dua saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe disebelah dalam
permukaan villi usus. Sebuah vilus berisi lacteal, pembuluh darah epithelium dan jaringan
otot yang di ikat bersama oleh jaringan limfoit seluruhnya di liput membrane dasar dan di
tutupi oleh epithelium. Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan
makanan cair dan lemak yang di absoprsi kedalam lacteal kemudian berjalan melalui
pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta di bawah
ke hati untuk mengalami beberapa perubahan.
Fungsi usus halus:
• Menerima zat-zat makanan yang sudah di cerna untuk diserap melalui kapiler-
kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
• Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
• Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Usus halus terdiri dari tiga bagian :
1. Usus dua belas jari (duodenum)
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas
dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
2. Usus kosong (Jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus
halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Jejunum
diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti
aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong. Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus
penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
3. Usus penyerapan (ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia,ileum ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
II. Definisi, Faktor Risiko dan Etiologi Obstuksi Usus Halus
Obtruksi usus merupakan gangguan sebagian atau keseluruhan dari aliran isi usus (Black,
2014). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi
usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan
suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara
mekanis atau fungsional (Tucker, 1998). Kejadian obstruksi usus umumnya terjadi pada
bagian ileum, sebagai bagian tersempit. Sumbatan aliran usus dapat terjadi karena tiga
faktor yaitu faktor mekanis, faktor neurogenik, dan faktor vaskular.
A. Faktor Mekanis
1. Perlengketan
Perlengkatan merupakan penyebab obstruksi paling sering pada usus halus dan
usus besar. Perlengkatan terjadi setelah pembedahan abdomen karena alasan yang
tidak jelas. Jaringan perlukaan fibrosa (jaringan parut) paska pembedahan dapat
melingkar melewati suatu bagian usus. Lingkaran tersebut menjadi fokus lokasi
dimana usus memuntir (volvulus) disekitarnya sehingga terjadi obstruksi pada usus
(Black & Hawks, 2009).
2. Hernia
Hernia berpotensi terjadinya obstruksi karena usus tidak dapat berfungsi jika aliran
darahnya terputus. Pada saat terjadi tekanan dari cincin hernia (cincin jaringan otot
dimana usus dapat menonjol melewati cincin tersebut) memotong aliran darah ke
segmen usus yang mengalami hernia. Jika usus tidak dilepaskan, maka dapat
menjadi gangren karena hilangnya suplai darah (Black & Hawks, 2009).
3. Volvulus
Volvulus adalah puntiran usus yang sering terjadi pada suatu fokus yang diam
pada rongga abdomen. Volvulus menyebabkan usus menjadi tersumbat sehingga
gas dan cairan berkumpul dalam usus (Smeltzer & Bare, 2013).
4. Intususepsi
Intususepsi adalah terlipatnya usus (masuknya satu bagian usus ke dalam bagian
lain yang ada dibawahnya) sehingga terjadi penyempitan lumen usus. Gerakan
peristaltik dapat mendorong segmen proksimal usus ke dalam segmen usus di
distal (Black & Hawks, 2009).
5. Tumor
Tumor dalam dinding usus dapat meluas ke lumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus sehingga lumen usus menjadi tersumbat
sebagian. Apabila tumor tidak diangkat mengakibatkan obstruksi lengkap
(Smeltzer & Bare, 2013).

B. Faktor Neurogenik
Faktor neurogenik berperan terhadap obstruksi fungsional biasanya disebut ileus
paralitik. Ileus paralitik disebabkan karena hilangnya aktivitas peristaltik yang sering
terjadi setelah pembedahan abdomen. Prosedur bedah yang luas pada usus dan area
retro-peritoneal dapat menyebabkan permasalahan neurogenik pascaoperasi dimana
usus berhenti berfungsi >72 jam. Penyebab lain ileus paralitik antara lain trauma,
hipokalemia, infark miokard, dan insufisiensi vaskular (Black & Hawks, 2009).
C. Faktor Vaskular
Pada saat suplai darah pada bagian apapun dalam tubuh mengalami gangguan, maka
bagian tersebut akan berhenti berfungsi dan nyeri akan muncul. Suplai darah ke usus
melalui arteri mesenterika inferior dan superior. Pembuluh darah tersebut memiliki
hubungan anastomosis pada kepala pankreas dan di sepanjang kolon transversal.
Obstruksi aliran dapat muncul sebagai akibat dari oklusi komplet (infark mesenterika)
atau oklusi parsial (angina abdomen) (Black & Hawks, 2009).

1. Oklusi Komplet (Infark Mesenterika)


Oklusi pada suplai darah arteri usus, seperti thrombosis mesenterika dapat secara
efektif menghentikan fungsi usus. Oklusi akut pada awal kejadian menyebabkan
nyeri abdomen yang berat. Iskemia merupakan akibat paling serius dari obstruksi
usus karena seiring berjalannya proses ini akan muncul demam, leukositosis, syok,
peritonitis sebagai manifestasi dari gangren usus. Iskemia akan membuat usus
lebih permeabel sehingga memungkinkan E. coli dan Klebsiella yang merupakan
flora
normal usus menembus dinding usus dan memasuki ruang peritoneum (Black &
Hawks, 2009).
2. Oklusi Parsial (Angina Abdomen)
Angina abdomen biasanya terjadi akibat aterosklerosis pada arteri mesenterika.
Manifestasi akan timbul jika gangguan suplai darah cukup mengganggu fungsi
usus. Oleh karena ada kebutuhan oksigen lebih besar selama proses pencernaan,
nyeri dapat terjadi 15-30 menit setelah makan pada klien dengan angina abdomen.
Selain itu juga akan ditemukan perubahan pola BAB, mual dan muntah, serta
penurunan berat badan akibat dari pembatasan asupan klien untuk menghindari
nyeri setelah makan. Cangkok vaskular atau bypass dapat memperbaiki suplai
darah ke daerah usus yang terkena (Black & Hawks, 2009).

III. Manifestasi Klinis


1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal,
peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat),
nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus
minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi
muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang;
muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau
vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar

IV. Patofisiologi
Secara normal, usus akan menyekresikan 7-8 L cairan kaya elektrolit, kemudian
sebagian besar cairan akan diabsorpsi kembali. Ketika usus mengalami obstruksi, cairan
sebagian akan tertahan di usus atau keluar melalui muntah, menyebabkan volume darah
daam sirkulasi berkurang sehingga menjadi hipotensi, dan berkurangnya alirna darah ke
ginjal dan otak. Oleh karena itu, terjadi kehilangan cairan dan bukan sel darah sehingga
nilai Hb dan Ht akan meningkat. Hal ini memungkinkan terjadi oklusi vaskular seperti
trombosis koroner, serebral, atau mesenterika.
Banyaknya udara dan cairan yang tertahan akan menyebabkan distensi. Distensi akan
menyebabkan peningkatan peristaltik sementara karena usus berusaha mendorong
material melalui area yang tersumbat. Tekanan yang besar di dalam usus, mengurangi
kemampuan penyerapan usus sehingga retensi cairan semakin meningkat. Kemudian,
tekanan intra lumen akan menurunkan aliran balik vena, tekanan vena meningkat,
kongesti, dan pembuluh darah menjadi rapuh. Proses ini akan meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga memungkinkan plasma mengalami ekstravasasi ke dalam
lumen usus dan rongga peritoneal. Dinding menjadi permeabel terhadap bakteri dan
organisme dalam usus dapat memasuki rongga peritonium.
Peningkatan tekanan pada dinding usus menyebabkan penurunan aliran darah arteri
sehingga terjadi nekrosis, selanjutnya kandungan usus dapat terdorong ke rongga
peritoneum menyebabkan peritonitis. Bakteri akan berproliferasi di dalam usus dan
membentuk endotoksin. Ketika endotoksin dilepas ke rongga peritoneum, dapat
mengakibatkan kolaps sirkulasi menyebabkan mortalitas

V. Pengkajian
A. Riwayat
Kaji riwayat lengkap mengenai onset manifestasi, pola makan, toleransi makan,
episode muntah, distensi, feses (jumlah per hari dan penampakannya), dan faktor-
faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: kaji tanda-tanda dehidrasi, catat distensi abdomen, dan pengkajian nyeri
abdomen
Palpasi: kaji adanya nyeri tekan pada abdomen. Nyeri usus halus terasa pada perut atas
dan tengah sementara nyeri usus besar terasa pada abdomen bawah.
Auskultasi: kaji kualitas bising usus (biasanya akan menemukan suara peristaltik
frekuensi tinggi dengan suara denting metalik tinggi).
Perkusi: suara bernada tinggi, nyaring, dan timpani akan terdengar pada daerah yang
berisi udara atau gas dan suara pekak akan terdengar pada cairan atau rongga padat.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang spesifik untuk dugaan obstruksi usus terdiri dari film
rontgen polos (yang menunjukkan bayangan udara), pemeriksaan rontgen radio opak
atau barium, dan pemeriksaan darah lengkap. Nilai hemoglobin dan hematokrit yang
meningkat dapat menandakan dehidrasi. Leukositosis dapat menunjukkan pada usus
yang mengalami strangulasi. Penurunan natrium, potassium, dan klorida serta
peningkatan nitrogen non-protein dan blood urea nitrogen (BUN) dapat menunjukkan
obstruksi usus halus (Black & Hawks, 2009). Barium enema menunjukkan kolon yang
terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup. Penurunan kadar serum
natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis,
strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi
pankreas oleh lipatan usus.

VI. Asuhan Keperawatan


Diagnosa: Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, penurunan
reabsorpsi cairan di usus, dan penurunan sekresi usus
Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan dengan TTV stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan CRT normal, keseimbangan asupan dan
keluaran, dan
kadar elektrolit dalam batas normal
No. Intervensi Rasional
1. Kaji pola eliminasi urin dan fekal, Menentukan status cairan tubuh
konsentrasi, keadaan turgor kulit
2. Periksa dan ukur drainase dari selang usus; Memantau drainase untuk menentukan
catat warna, bau, konsistensi, dan volumenya terapi selanjutnya
3. Monitor tanda vital Kekurangan cairan dapat dipantau
lewat tanda vital
4. Timbang BB secara berkala Penurunan BB mudah terjadi pada
pasien dengan kehilangan cairan
5. Monitor intake output Menentukan kebutuhan dan
keseimbangan cairan tubuh, deteksi
dehidrasi
6. Anjurkan pasien untuk minum dengan jumlah Pemenuhan kebutuhan cairan tubuh
cukup dan melatih peristaltik
7. Kolaborasi dokter untuk terapi pemberian Menjaga keseimbangan elektrolit
cairan parenteral dengan tambahan natrium
klorida, bikarbonat, dan potassium sesuai
indikasi

Diagnosa: Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan reabsorbsi nutrien


akibat obstruksi usus
Kriteria Hasil: Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat, BB stabil, tidak
mual muntah, bising usus normal
No. Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi pasien Menentukan kebutuhan nutrisi pasien
2. Timbang BB secara berkala, ukur IMT BB indikator status nutrisi
pasien,u/merencanakan terapi nutrisi
Identifikasi faktor yang mempengaruhi status Banyak faktor yang mempengaruhi
3. nutrisi pasien nutrisi, merencanakan terapi nutrisi
Monitor hasil lab terakit nutrisi spt albumin, Penurunan protein indikasi penurunan
4. Hb, elektrolit protein, penurunan kadar potasium
sodium pada malnutrisi
Monitor kadar serum lipid seperti kolesterol Peningkatan kadar lemak dapat
5. total, LDl,HDL meningkatkan resiko penyakit jantung
Kaji pola makan dan aktivitas pasien Membantu memperbaiki kebiasaan
6. makan pasien, mencegah komplikasi.
Libatkan pasien dan keluarga dalam Keluarga dukungan terpenting u/ikut
7. merencanakan diet serta merencanakan program nutrisi
Konsul dengan ahli diet Menentukan diet yang sesuai
8.

VII. Treatment/pengobatan dan terapi/medikasi


Dekompresi Usus
Tindakan utama untuk obstruksi usus halus adalah memasukkan selang usus. Pada
ileus paralitik (hambatan oleh toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom
pergerakan usus) intervensi terbaik adalah mengistirahatkan usus dan pencegahan
distensi dengan pengisapan lambung. Jika obstruksi yang terjadi bukan karena faktor
mekanik, selang usus dapat memberikan dekompresi. Jika obstruksi terjadi karena
perlengketan, hernia, atau tumor maka selang akan berhenti pada titik obstruksi dan
mendekompresi usus di atas obstruksi (Black & Hawks, 2009).
Beberapa hal yang perlu diamati pada saat pasien terpasang selang usus yaitu:
1. Amati perjalanan masuk dari selang usus
2. Apakah mual, muntah, dan distensi berkurang
3. Periksa dan ukur drainase dari selang usus; catat warna, bau, konsistensi, dan
volumenya.
4. Periksa kadar natrium, potasium, bikarbonat, pH darah untuk mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit.

Referensi
Black, Joyce M., Jane Hokanson Hawks. (2009). Medical surgical nursing clinical
management for positive outcomes. Vol 1. 8th Ed.United State : Saunders Elsevier.
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta
: Salemba Medika; 2001
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner
& Suddarth. Penerjemah Agung Waluyo, dkk. Jakarta: EGC.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome.
Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998

Anda mungkin juga menyukai