Anda di halaman 1dari 5

VITAMIN K

Vitamin K ditemukan pertama kali di Denmark (1964), pada saat itu ditemukan
anak ayam yang diberi makan ransum bebas lemak, ternyata memperlihatkan gejala
hemorhagia. Pada bayi, hemorhagia dapat dicegah dengan memberikan vitamin K pada
ibunya sebelum bayi tersebut dilahirkan. Berdasarkan alasan tersebut maka vitamin K
disebut juga vitamin koagulasi, karena vitamin ini bertperan dalam menjaga konsitensi
aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Defisiensi vitamin K menyebabkan
waktu pembekuan darah menjadi lebih panjang, sehingga penderita defisiensi vitamin K
bisa mati hanya karena perdarahan ringan. Proses pembekuan darah terdiri dari dua tahap,
yaitu (1) protrombin, dengan adanya tromboplastin, kalsium dan faktor-faktor lain diubah
menjadi trombin dan (2) fibrinogen diubah menjadi gumpalan fibrin.
Struktur kimia dan Klasifikasi Vitamin K
Struktur kimia vitamin K terdapat dalam tiga bentuk berbeda (Gambar 1.),
pertama adalah vitamin K1 atau filoquinon, yaitu jenis yang ditemukan dan dihasilkan
tumbuh-tumbuhan dan daun hijau. Kedua, adalah K2 atau disebut juga dengan
menaquinon, yang dihasilan oleh jaringan hewan dan bakteri menguntungkan dalam
sistem pencernaan. Dan yang ketiga adalah K 3 atau menadion, yang merupakan vitamin
sintetik, bersifat larut dalam air, digunakan untuk penderita yang mengalami gangguan
penyerapan vitamin K dari makanan.

Vitamin K1

Vitamin K2

Vitamin K3
Gambar 1. Struktur kimia vitamin K dalam tiga bentuk
Sifat-sifat Kimia vitamin K
Vitamin K yang terdapat di alam larut dalam lemak, namun beberapa preparat
sintis larut dalam air. 2-Metil-1,4-nafrakuinon, yang disebut juga menadion, adalakah
suatu produk sintetis vitamin K, yang bersifat lebih aktif dibanding vitamin K1.
Manfaat/fungsi Vitamin K
Fungsi vitamin K antara lai 91) memelihara kadar normal faktor-faktor pembeku
darah, yaitu faktor II, VII, IX, dan X, yang disintesis di hati; (2) berperan dalam sintesis
faktor II, yaitu protrombin; (3) sebagai komponen koenzim dalam proses fosforilasi.
Vitamin

digunakan

untuk

mata

lebih

bersinar,

hal

ini

banyak ditemukan di krim mata yang juga mengandung retinol. Vitamin K dipercaya bisa
membantu mengatasi lingkar mata hitam. Pembuluh kapiler yang rentan dan bocor di
sekitar daerah mata sering diakui sebagai penyebab hitamnya daerah di sekitar mata.
Vitamin K, yang dikenal juga sebagai phytonadione, bisa membantu mengontrol aliran
darah. Penggunaan vitamin K teratur bisa membuat bagian lingkar mata yang menghitam
terlihat lebih cerah. Biasanya digunakan 2-3 hari seminggu, setiap sebelum tidur untuk
mencegah iritasi. Vitamin K uga berperan penting dalam pembentukan tulang dan
pemeliharaan ginjal.

Seluruh vitamin K dalam tubuh diproses dalam liver di mana nantinya akan
digunakan untuk memproduksi zat pembuat darah bisa membeku. Selain berperan dalam
pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang terutama jenis K1.
Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal dan
memastikan tidak salah sasaran.
Sumber Vitamin K
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah karena selain
jumlahnya terbilang kecil, sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri yang
mampu mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan di dalam hati.
Namun begitu, tubuh masih perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan.
Meskipun kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis oleh
bakteri di dalam sistem pencernaan, namun Vitamin K juga terkandung dalam makanan,
seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak dan sayuran sejenis kobis
(kol) dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu kedele, teh
hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan probiotik, seperti yoghurt
yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu menstimulasi produksi vitamin ini.
Metabolisme Vitamin K
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain cukup
tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K.
Hanya sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah
diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik,
kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90% vitamin K yang
sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati, vitamin K disebarkan ke
seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah, vitamin K
bergabung dengan VLDL dalam plasma darah.
Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi komponen
larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan
melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diewkskresikan melalui feses. Pada
gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 %.

Defisiensi Vitamin K
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini
dapat meyebabkan pendarahan atau hemoragik. Bagaimanapun, kekurangan vitamin K
jarang terjadi karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan
dari makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan
mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K,
sedangkan air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi
diberi sejumlah vitamin K saat lahir.
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran
atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama.

Antibiotik dapat membunuh bakteri

menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan


vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan kurangnya garam
empedu.
Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara lain
hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi protrombin dalam darah.
Selain itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan intramuskuler.
Keracunan Vitamin K
Keracunan vitamin K bisa terjadi, misalnya pada orang yang menerima pengganti
vitamin K larut air. Gejala-gejalanya adalah hemolisis (penghancuran sel darah merah),
penyakit kuning dan kerusakan otak.

Referensi
1) John, B. C. Mol. Cell. Biochem. 1981, 38, 77-121.
2) Suttie, J. W. Ann. Rev. Biochem. 1985, 54, 459-477.
3) Renzulli, R.; Tuchshmid, P.; Eich, G.; Fanconi, S.; Schwobel, M. G. J. Pediatr. 1998,
157, 663-665.
4) Solves, P.; Altes, A.; Ginovart, G.; Demestre, J. Ann. Hematol. 1997, 75, 65-66.
5) Brousson, M. A.; Klein, M. C.; Can. Med. Assoc. J. 1996, 154, 307-315.
6) Tam, D. A.; Myer, E. C. J. Child Neurol. 1996, 11, 244-246.
7) Hathaway, W. E.; Isarangkura, P. B.; Mahasandana, C. J. Pediatr. 1991, 119, 461-464.
8) Cornelissen, E. A. M.; Klollee, L. A. A.; Motohara, K.; Monnens, L. A. H. J. Pediatr.
Gastroenterol. Nitr. 1993, 16, 301-305.
9) Motohara, K. Kuroki, Y.; Kan, H.; Endo, F.; Matsuda, I. Pediatr. Res. 1985, 19, 354357.
10) Haroon, Y.; Bacon, D. S.; Sadowski, J. A. Clin. Chem. 1986, 32, 1925-1929.
11) Bancroft, J.; Cohen, M. B. J. Pediatr. Gastroenterol. Nitr. 1993, 16, 78-80.

Anda mungkin juga menyukai