Anda di halaman 1dari 34

Makalah Kimia Klinik II

BILIRUBIN DIREK, INDIREK, AST, ALT, ALP, GGT

Disusun oleh:

Fajar Eviliani
Ilham Habibi Setyadi
Nu’rul Yuliana
Putri Rohma Diana

TLM-3A

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten


2020/2020
KATA PENGANTAR

Pertama kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kebesaran dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Kimia Klinik II yang berjudul “BILIRUBIN DIREK, INDIREK, AST,
ALT, ALP, GGT”

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita.Amin.

Tangerang, 17 Agustus 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................................1
1.3 TUJUAN..............................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN BILIRUBIN.....................................................................................................................3
2.2 MACAM-MACAM BILIRUBIN..............................................................................................................3
2.3 PERBEDAAN BILIRUBIN DIREK DAN INDIREK......................................................................................4
2.4 PEMERIKSAAN BILIRUBIN SERUM......................................................................................................4
2.5 PEMERIKSAAN BILIRUBIN URIN HORISON.........................................................................................8
2.6 PEMERIKSAAN BILIRUBIN URIN METODE HAWKINSON.....................................................................9
2.7 ENZIM PADA ORGAN HATI...............................................................................................................10
2.8 Pemeriksaan serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) / Aminotransferase Asparat (AST)
...............................................................................................................................................................15
2.9 Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) / Aminotransferase Alanin (ALT).......17
2.10 Pemeriksaan Gamma-Glutamil Transferase (GGT) serum.............................................................20
2.11 Pemeriksaan Fosfatase Alkali (Alkaline Phosphatase, ALP) Dengan Isoenzim (serum)..................22
2.11 Pemeriksaan LDH (Laktat Dehidrogenase).....................................................................................24
2.13 Pemeriksaan enzim CHE................................................................................................................26
BAB III........................................................................................................................................................29
PENUTUP...................................................................................................................................................29
3.1 kesimpulan......................................................................................................................................29
3.2 saran................................................................................................................................................29
Daftar pustaka :.........................................................................................................................................30

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan hemostasis tubuh meliputi
metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi. Hati adalah kelenjar
terbesar dalam tubuh, dengan bobot sekitar 1,2- 1,8 kilogram. Hati adalah organ sentral dan
merupakan pusat metabolisme dalam tubuh, hati berwarna merah coklat dan sangat lunak
terletak dibagian kanan atas rongga abdomen dan tepat dibawah diafragma ( Ernawati &
Panjaitan 2010 )

Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin
disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Bilirubin total akan
meningkat, sebagaimana hati menjadi semakin rusak. Bilirubin langsung merupakan
sebagian dari bilirubin total termetabolisme, bila bagian ini meningkat, penyebab biasanya di
luar hati.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian bilirubin?
2. Apa saja macam-macam bilirubin?
3. Apa perbedaan bilirubin direk dan indirek?
4. Bagaimana diagnosa bilirubin dengan sampel serum (bilirubin total, direk, dan
indirek)?
5. Bagaimana diagnosa bilirubin dengan sampel urin?
6. Bagaimana diagnosa AST, ALT, GGT, ALP, LDH?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian bilirubin
2. Untuk mengetahui macam-macam bilirubin
3. Untuk mengetahui perbedaan bilirubin direk dan indirek
4. Untuk mengetahui cara diagnosa dengan sampel serum (bilirubin total, direk dan
indirek)

1
5. Untuk mengetahui cara diagnosa bilirubin dengan sampel urin
6. Untuk mengetahui cara diagnosa AST, ALT, GGT, ALP, LDH

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN BILIRUBIN
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin
disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Bilirubin total akan
meningkat, sebagaimana hati menjadi semakin rusak. Bilirubin langsung merupakan sebagian
dari bilirubin total termetabolisme, bila bagian ini meningkat, penyebab biasanya di luar hati.
Kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam hati ditunjukan apabila kadar
bilirubin langsung rendah sementara kadar bilirubin total tinggi. Bilirubin mengandung bahan
pewarna yang memberi warna pada kotoran, bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat
menjadi kuning, yang mengakibatkan gejala ikterus. Bilirubin merupakan produk pemecahan sel
darah merah. Pemecahan pertama dari sistem RES ( Reticulo Endothelial System ) yang diawali
dengan pelepasan besi dan rantai peptida globolin. Bilirubin berawal dari turunan cicin porfirin
yang terbuka dan menjadi rantai lurus ( Kosasih, 2008 ).

Turunan dalam sitem RES tersebut dikenal sebagai biliverdin yang kemudian dikeluarkan
ke sirkulasi. Bilirubin di dalam plasma diikat oleh albumin http://repository.unimus.ac.id 6 yang
dikenal sebagai bilirubin indirek atau bilirubin I, sampai di hepar sebagian bilirubin I masuk
kedalam sel, sedangkan yang lain tetap berada di sirkulasi tubuh melewati jantung, bilirubin
yang masuk ke sel hepar dalam keadaan bebas, berikatan dengan asam glokuronida dan disebut
dengan bilirubin II atau bilirubin terkonjugasi atau yang lebih dikenal dengan bilirubin direk.
Bilirubin direk sebagian besar masuk ke dalam sirkulasi empedu dan sebagian lagi masuk ke
dalam sirkulasi darah, sehingga dalam sirkulasi umum terdapat bilirubin I dan bilirubin II.
Bilirubin I dalam keadaan normal

2.2 MACAM-MACAM BILIRUBIN


a) Bilirubin terkonjugasi/direk
Bilirubin terkonjugasi/direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam air
sehingga dalam pemeriksan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin
glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus,
selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen.

3
b) Bilirubin tak terkonjugasi/indirek
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas yang terikat
albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan bereaksi
dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain
sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek.

2.3 PERBEDAAN BILIRUBIN DIREK DAN INDIREK


BILIRUBIN DIREK BILIRUBIN INDIREK
Larut dalam air Tidak larut dalam air
Tidak terikat oleh albumin Terikat oleh albumin
Mewarnai jaringan Tidak mewarnai jaringan
Dapat ditemukan dalam urin Tidak dapat didalam urin
Dapat difitrasi oleh glomerulus Tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus

2.4 PEMERIKSAAN BILIRUBIN SERUM


 Pemeriksaan bilirubin total dan direct metode Tes fotometrik menggunakan 2,4
dichloroaniline (DCA)
 Pra Analitik
Persiapan pasien :
o Tidak ada persiapan khusus
o Identitas pasien harus lengkap dan jelas
o Catat jika pasien sedang mengkonsumsi obat
Persiapan sampel :
Serum (tabung tutup merah atau kuning) centrifuge lalu pisahkan dari sel darah segera
mungkin (dalam 2 jam)
Stabilitas sampel :
Jauhkan sampel dari sinar matahari langsung, 4-7 hari pada suhu 2- 8C
Pengiriman sampel :
Serum segera dipisahkan dari darah ( 2 jam ), dimasukan serum dalam aliguot atau
cup sampel, diberi label. Pengiriman menggunakan cool box dengan suhu 2 - 8 C
dalam waktu  2 jam.
Persiapan reagen:
o Reagen bilirubin direk

4
R1: EDTA-Na2 0,1 mmol/L
NaCl 150 mmol/L
Sulfamic Acid 100 mmol/L
R2: 2,4-Dichlorophenyl-diazomium salt 0,5 mmol/L
HCL 900 mmol/L
EDTA-NA 0,13 mmol/L
o Reagen bilirubin total
R1: phosphate buffer 50 mmol/L, deterjen stabilizer
NaCl 150 mmol/L
R2: 2,4-Dichlorophenyl-diazomium salt 5 mmol/L
HCL 130 mmol/L
deterjen
Stabilitas reagen :
o Reagen stabil hingga tanggal kadaluarsa yang tertera pada label kit
o Reagen yang telah digunakan stabil 5 hari pada suhu 18-25C dan 3 minggu
pada suhu 2-8C
o angan menggunakan reagen kerja setelah tanggal kadaluarsa

Persiapan alat dan bahan:


o Alat
1. Centrifuge
2. Spuit
3. Tabung vakum tutup merah
4. Fotometer microlab 300
5. Mikropipet
6. Yellow tip dan blue tip
o Bahan
1. Aquadest
2. serum
3. Reagen bilirubin total
4. Reagen bilirubin direct

5
5. Tissue

 Analitik (pemeriksaan bilirubin serum total)


 Preparasi Reagen (BILIRUBIN TOTAL)
o Reagent R1 siap digunakan
o Persiapan reagen kerja : Campurkan R1 (50 volume) dengan R2 (1
volume) dan diamkan pada suhu 2-8°C selama 15 menit sebelum
digunakan
 Preparasi Reagen (BILIRUBIN DIREK)
o Reagent R1 siap digunakan
o Persiapan reagen kerja : Campurkan R1 (4 volume) dengan R2 (1
volume)
Tujuan
Untuk mengetahui kadar bilirubin seseorang dalam sampel
Metode
Tes fotometrik menggunakan 2,4 dichloroaniline (DCA)
Prinsip
A. Bilirubin direk
Bilirubin direk dengan penambahan 2,4 dichloroaniline terdizotasi membentuk
senyawa azo berwarna merah dalam suasana asam
B. Bilirubin total
Dalam larutan asam, bilirubin direk membentuk senyawa azo berwarna merah
dengan penambahan 2,4 dichloroaniline. Campuran spesifik detergen
memungkin penentuan bilirubin total

Cara kerja :
Bilirubin total

6
blanko standar Sampel
serum 50 µl
aquadest 50 µl
Larutan standar 50 µl
Reagen bilirubin
1000 µl 1000 µl 1000 µl
total
Dihomogenkan dan inkubasi selama 5 menit pada suhu ruang 37c
Dilakukan pengukuran dengan fotometer microlab 300 pada panjang gelombang 546
nm

Bilirubin direct

blanko standar Sampel


serum 50 µl
aquadest 50 µl
Larutan standar 50 µl
Reagen bilirubin
1000 µl 1000 µl 1000 µl
direct
Dihomogenkan dan inkubasi selama 5 menit pada suhu ruang 37c
Dilakukan pengukuran dengan fotometer microlab 300 pada panjang gelombang 546
nm

Pasca analitik :

Dilakukan pencatatan hasil dan pelaporan hasil dilakukan secara teliti dan benar

Nilai Rujukan :

o Dewasa:
Bilirubin total: 0.1 – 1.2 mg/dl
Bilirubin direct: 0.1 – 0.3 mg/dl
Bilirubin indirek: 0.1 – 1.0 mg/dl

Interferensi :

 Sampel tidak boleh lisis


 Reaksi bilirubin sensitive terhadap suhu dan harus dilakukan pada suhu konstan
 Asam askorbat : gangguan diatas 25 mg / dL

7
 Glukosa : gangguan diatas 1200 mg / dL
 Trigliserida : gangguan diatas 3,9 μmol / L
 Hemoglobin : gangguan diatas 250 μmol / L

 Pemeriksaan bilirubin serum (bilirubin indirect)

Bilirubin total merupakan penjumlahan bilirubin direk dan indirek, sedangkan bilirubin total
dan bilirubin direk diukur secara terpisah dan perbedaan keduanya menghasilkan fraksi
indirek.

Bilirubin indirek = Bilirubin Total ̶ Bilirubin Direk

Nilai normal : 0,1 – 1,0 mg/dL

2.5 PEMERIKSAAN BILIRUBIN URIN HORISON


 Pra Analitik
Persiapan pasien
Identitas pasien harus lengkap dan jelas
Tidak ada prsiapan khusus
Catat jika pasien sedang mengkonsumsi obat
Persiapan sampel
Menggunakan urine sampel segar yang kurang dari 4 jam, hal ini dikarenakan
bilirubin akan teroksidasi jika terlalu lama dan apa lagi terpapar oleh cahaya. Sehingga
akan menghasilkan nilai negatif palsu.
Persiapan Reagen
BaCl 10%
Reagen fouchet
 Analitik (pemeriksan bilirubin urin metode horison)
Tujuan
Untuk mengetahui adanya bilirubin dalam urine
Metode

8
Horison
Prinsip
Bilirubin dalam urine akan dipekatkan diatas kertas saring dengan jalan
mempresipitatkan fosfat yang ada dengan menggunakan BaCl2 10%, bilirubin yang
terkumpul akan dioksidasi menjadi biliverdin oleh reagen fouchet membentuk
biliverdin yang berwarna hijau.
Cara kerja :
Masukkan 5 ml sampel urine dalam tabung rekasi
Tambahkan 5 ml BaCl2 10%, homogenkan 3
Saring campuran tersebut dengan menggunakan kertas saring
Buka kertas saring, biarkan kering
Tambahkan 3-4 tetes reagen fouchet pada kertas saring dan baca hasil
Pasca Analitik :
Dilakukan pencatatan hasil dan pelaporan hasil dilakukan secara teliti dan benar
Interpretasi Hasil
(+) terjadi warna hijau pada kertas saring
(-) tidak terjadi warna hijau pada kertas saring
Nilai Normal
Tidak terjadi warna hijau pada kertas saring

2.6 PEMERIKSAAN BILIRUBIN URIN METODE HAWKINSON


 Analitik
Tujuan
Untuk mengetahui adanya bilirubin dalam urine
Metode
Hawkinson
Prinsip
Kertas saring tebal direndam oleh BaCl2 jenuh dikeringkan, dipotong-potong ukuran
4x0,5 inci.
Cara Kerja:
Teteskan 2 tetes urin pada kertas saring yang telah direndam oleh BaCl2 jenuh
Biarkan selama 30 detik - 2 menit

9
Teteskan 2 tetes reagen faucet dan baca hasil
 Pasca analitik
Dilakukan pencatatan hasil dan pelaporan hasil dilakukan secara teliti dan benar
Interpretasi Hasil
(+) Terbentuk warna hijau
(-) Tidak terbentuk warna hijau
Nilai Normal
Tidak terbentuk warna hijau

2.7 ENZIM PADA ORGAN HATI


AST (SGOT)
AST (Aspartat Aminotransferase) atau juga dinamakan SGOT (Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase) merupakan enzim yang sebagian besar ditemukan dalam otot
jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dapat ditemukan pada otot rangka ,
ginjal, dan pankreas. Tidak spesifik berada di hati tetapi terdapat juga di dalam sel darah,

jantung dan otot. Di dalam hati terdapat dalam mitokondria (40%) dan dalam sitoplasma
(60%).
Konsentrasinya yang rendah terdapat dalam darah, kecuali jika terjadi cedera selular,
kemudian dalam jumlah yang banyak, dilepas ke dalam sirkulasi.
Kadar AST serum tinggi dapat ditemukan setelah terjadi infark miokardium (MI) akut
dan kerusakan hati. 6 sampai 10 jam setelah MI akut, AST akan keluar dari otot jantung dan
memuncak dalam 24 sampai 48 jam setelah terjadi infark. Kadar AST serum akan kembali
normal dalam 4 sampai 6 hari kemudian, jika terjadi proses infark tambahan. Kadar AST
serum biasanya dibandingkan dengan kadar enzim-jantung yang lain (kreatin kinase
[creatine kinase, CK], laktat dehidrogenase [lactate dehydrogenase, LDH]). Pada penyakit
hati, kadar serum akan meningkat 10 kali atau lebih, dan tetap demikian dalam waktu yang
lama.
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi
otomatis menggunakan fotometer atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan
chemistry analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :

10
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L.
1. ALT (SGPT)
ALT (Alanin Aminotransferase) atau juga dinamakan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase) merupakan enzim yanng utama banyak di temukan pada sel hati serta efektif
dalam mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini juga di temukan dalam jumlah sedikit
pada otot jantung, ginjal, serta otot rangka. SGOT banyak terdapat dalam mitokondria dan
dalam sitoplasma, sedangkan SGPT hanya terdapat dalam sitoplasma. Oleh karena itu, untuk
proses lebih lanjut, terjadi kerusakan membran mitokondria yang akan lebih banyak
mengeluarkan SGOT atau AST, sedangkan untuk proses akut SGPR atau ALT lebih dominan
dibanding SGOT atau AST.
Kadar ALT serum dapat lebih tinggi dari kadar sekelompok transferase lainnya
(transaminase), aminotransferase aspartat (aspartate aminotransferse, AST)/serum glutamic
oxatoacetic transaminase (SGOT), dalam kasus hepatitis akut serta serta kerusakan hati akibat
penggunaan obat dan zat kimia, dengan setiap serum mencapai 200-4000 U/l. ALT digunakan
untuk membedakan antara penyebab karena kerusakan hati dan ikterik hemolitik. Meninjau
ikterik, kadar ALT serum yang berasal dari hati, temuannya bernilai lebih tinggi dari 300 unit;
yang berasal dari bukan hati, temuan bernilai <300 unit. Kadar ALT serum biasanya
meningkat sebelum tampak iktrik. Kadar ALT/SGPT sering kali dibandingkan dengan
AST/SGOT untuk tujuan diagnostik. ALT meningkat lebih khasdari pada AST pada kasus
nekrosis hati dan hepatitis akut, sedangkan AST meningkat lebih khas pada nekrosis
miokardium (infark miokardium akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis, dan kongesti hati.
Kadar AST ditemukan normal atau meningkat sedikit pada kasus nekrosis miokardium. Kadar
ALT kembali lebih lambat ke kisaran normal daripada kadar AST pada kasus hati.
SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara
semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah : Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L.
2. Enzim Gamma Glutamil Transferase (GGT)
Gamma-glutamil transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT) adalah enzim yang
ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam jumlah yang rendah ditemukan dalam
limpa, kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk

11
mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati. Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler
dan hepatobiliar meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya dalam serum akan meningkat
lebih awal dan tetap akan meningkat selama kerusakan sel tetap berlangsung.
Gamma glutamil transferase (GGT) dalam sebuah enzim berguna untuk mentransfer
kelompok gamma-glutamil dari peptida dan senyawa lain untuk dijadikan suatu akseptor. Hal
ini ditemukan dalam semua sel tubuh kecuali miosit dengan konsentrasi sangat tinggi dan
ditemukan juga di dalam sel-sel sistem hepatobiliary dan ginjal. Enzim GGT terikat pada
membran sel dan sitoplasma sel saluran empedu hati.
GGT adalah salah satu enzim mikrosomal yang bertambah banyak pada pemakai alkohol,
barbiturat, fenitoin dan beberapa obat lain tertentu. Alkohol bukan saja merangsang
mikrosoma memproduksi lebih banyak enzim, tetapi juga menyebabkan kerusakan hati,
meskipun status gizi peminum itu baik. Kadar GGT yang tinggi terjadi setelah 12-24 jam bagi
orang yang minum alkohol dalam jumlah yang banyak, dan mungkin akan tetap meningkat
selama 2-3 minggu setelah asupan alkohol dihentikan. Tes gamma-GT dipandang lebih
sensitif daripada tes fosfatase alkalis (alkaline phosphatase, ALP).
Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau fotometri, dengan
menggunakan spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang
digunakan berupa serum atau plasma heparin.
3. Fosfatase alkali (ALP)
ALP merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel
pembentuk tulang baru). ALP terdapat di dalam sel, tepatnya di dinding sel dan mikrosom.
Fosfatase alkali (ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama olah hati dan tulang;
enzim ini juga dapat berasal dari usus, ginjal, dan plasenta. Pengujian ALP berguna untuk
menentukan apakah terdapat penyakit hati dan tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel
hati, kadar ALP mungkin agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati
akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar
bilirubin serum tetap meningkat. Untuk menentukan apakah sudah terjadi disfungsi hati,
terdapat beberapa pengujian laboratorium yang perlu dilakukan (mis., bilirubin, meusin
aminopeptidase (LAP), 5’-nukleotidase [5’-NT], dan gamma-glutamil transpeptidase
[GGTP]).

12
Metode paling muda dan paling sering digunakan untuk membedakan isoenzim-isoenzim
ALP adalah fraksionasi panas, yang sampel serumnya dipanaskan 56°C selama 15 menit dan
kemudian diperiksa untuk mendeteksi sisa aktivitas ALP. Hasilnya dibandingkan sengan
aktivitas ALP dari sampel yang sama yang tidak dipanasi. ALP tulang sangat labil dan setelah
pemanasan mungkin hanya mengemukakan aktivitas 10-20% dari aktivitas semula, sedangkan
ALP hati relatif stabil dan mempertahankan 30-50% aktivitasnya. ALP plasenta sangat stabil
panas dan pada dasarnya dapat mempertahankan semua aktivitas setelah dipanaskan. Dalam
keadaan normal serum mengandung aktivitas ALP dari berbagai jaringan, sehingga hasil
fraksionasi panas dapat membingungkan. Inhibisi kimiawi dengan urea (menghambat fraksi
plasenta) atau fenilalanin (menghambat fraksi hati dan tulang) juga memungkinkan kita
membedakan isoenzim ALP.
Pada kasus kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena aktivitas osteoblastik
(pembentukan sel tulang) yang abnormal. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada anak,
baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal akibat pertumbuhan tulang.
Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dengan penyakit tulang,
ALP1 menandakan penyakit yang disebabkan oleh hati, sementara ALP2 oleh tulang.
4. Laktat Dehidrogenase (Lactic dehydrogenase, LDH)
Laktat Dehidrogenase (Lactic dehydrogenase, LDH) adalah enzim intraseluler yang
terdapat hampir semua sel yang bermetabolisme, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan di
jantung, otot rangka, hati, ginjal, otak, dan sel darah merah (SDM). LDH terletak di dalam sel,
tepatnya di sitoplasma. LDH memiliki dua subunit yang berbeda yaitu otot dan jantung.
Subunit ini berkombinasi dalam bentuk yang berbeda untuk membuat lima isoenzim.
a. LDH1 : fraksi jantung terdapat di jantung, SDM, ginjal, otak (beberapa). Ditemukan di jantung dan
sel darah merah, kadarnya 17% sampai 27% dari serum normal
b. LDH2 : fraksi jantung terdapat di jantung, SDM, ginjal, otak (beberapa). Ditemukan dijantung Sel
darah merah, kadarnya 27% sampai 37% dari total serum normal.
c. LDH3 : fraksi paru terdapat di paru-paru dan jaringan lain, limpa, pankreas, adrenal, tiroid,
limfatik. Di temukan di berbagai organ dan kadarnya 18% sampa 25% dari total serum normal
d. LDH4 : fraksi hati terdapat di hati, otot rangka, ginjal, dan otak (sebagian) ditemukan di berbagai
organ dan kadarnya 3% sampai 8% dari total serum normal

13
e. LDH5 : fraksi hati terdapat di hati, otot rangka, ginjal (beberapa). Ditemukan di hepar dan otot
skeletal, kadarnya 0% sampai 5% dari total serum normal
Seperti uji enzimatik lainnya, seperti kreatinin fosfokinase (CPK) dan aspartat
aminotranserase (AST), LDH dan LDH1 serum digunakan untuk mendiagnosis MCI akut.
Kadar LDH (total) dalam serum yang tinggi, terjadi 12-24 jam setelah infark, mencapai
puncaknya dalam 2 sampai 5 hari, dan cepat tinggi selama 6 sampai 12 hari, membuatnya
menjadi uji yang sangat berguna untuk diagnosis MCI yang tertunda. Rasio LDH1/LDH2,
dengan kadar LDH1 yang tertinggi, mengindikasikan MCI.
LDH3 berhubungan dengan penyakit paru, dan LDH5 berhubungan dengan penyakit hati
dan otot rangka. Pada hepatitis akut, kadar LDH Total meningkat, dan LDH5 biasanya
meningkat sebelum terjadi ikterik dan menurun sebelum kadar bilirubin menurun.
5. Enzim CHE (Cholinesterase)
Asetylcholinesterase (ChE) adalah enzim yang berfungsi menghidrolisis
acetylcholine.Active site dari cholinesterase terdiri dari 2 sub, yaitu esteratic site dan aniotik
site. Cholinesterase atau disebut enzim asetylcholinesterase adalah suatu enzim yang terdapat
didalam membran sel terminal syaraf kolinergik juga pada membran lainnya, seperti dalam
plasma darah, sel plasenta yang berfungsi sebagai katalis untuk menghidrolisis acetylcholine
menjadi choline dan acetat. Acetylcholine adalah suatu agen yang terdapat dalam fraksi ujung
syaraf dari sistem syaraf yang akan menghambat penyebaran impuls dari neuron ke post
ganglionik.
Cholinesterase adalah suatu bentuk enzim dari katalis biologik di dalam jaringan tubuh
yang berperan untuk menjaga agar otot-otot, kelenjar-kelenjar dan saraf bekerja secara
terorganisir dan harmonis.
Cholinesterase disintesis dalam hati (liver) terdapat dalam sinaps, dan dalam plasma
darah merah yang berfungsi menghentikan impuls saraf dengan cara memecah neurohormon
acetylcholinesterase pada sinaps menjadi acetil dan choline.
Sekurang- kurangnya ada 3 jenis cholinesterase utama, yaitu enzim cholinesterase yang
terdapat dalam sinaps, cholinesterase dalam plasma, dan cholinesterase dalam sel darah
merah. Cholinesterse sel darah merah merupakan enzim yang ditemukan dalam sistem syaraf,
sedangkan cholinesterase plasma diproduksi didalam hati. Cholinesterase dalam darah

14
umumnya digunakan sebagai parameter keracunan pestisida, karena cara ini lebih mudah
dibandingkan pengukuran cholinesterase dalam sinaps.

2.8 Pemeriksaan serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) /


Aminotransferase Asparat (AST)
Pra-Analitik
a. Persiapan pasien
 Cek kelengkapan identitas pasien
 Catat obat-obatan yang dikonsumsi pasien
 Lihat riwayat penyakit pasien
 Menghindari latihan fisik yang berat sebelum dilakukan pengambilan darah
b. Persiapan sampel
 Sampel serum (tabung bertutup merah atau tabung bertutup kuning), dan plasma heparin
(tabung tutup hijau)
 Hindari hemolisis
Jika terjadi hemolisis dilakukan sampling ulang
 Hidari sampel lipemik dan ikterik
Jika sampel lipemik atau ikterik maka dilakukan pengenceran dan hasil yang didapat dikali
faktor pengenceran
c. Stabilitas spesimen
 24 jam pada suhu 25°C (suhu ruang)
 Beberapa hari pada suhu 2-8°C (kulkas bagian bawah)
 2-3 bulan pada suhu -20°C (freezer tidak boleh diencerkan)
d. Persiapan alat dan bahan
Alat :
 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Spektrofotometer
 Centrifuge
 Mikropipet
 Tips biru dan kuning

15
Bahan :
 Serum
 Reagen SGOT
 aquadest
Analitik
a. Tujuan :
 Untuk mendeteksi peningkatan Ast serum, enzim yang ditemukan, terutama dalam otot
jantung dan hati, yang meningkat selama MI akut dan kerusakan hati.
 Untuk membandingkan temuan AST dengan kadar CK dan LDH dalam mendiagnosis MI
akut.
b. Metode : kinetik IFCC
c. Prinsip : L-aspartat bereaki denngan 2-oksoglutasi dengan bantuan enzim AST membentuk
oksaloasetat dan L-glutamat. Oksaloasetat yang terbentuk akan mereduksi NADH dengan
bantuan enzim malat dehidariogenase (MDH) membentuk L-malat dan NAD+ . aktivitas
katalik AST ditentukan dengan mengukur penurunan absorban pada panjang gelombang 340
nm.
d. Cara kerja

Sampel 100πL
Reagen 1000πL
Kocok, inkubasi selama 1 menit baca pada menit ke 1, 2 dan 3
Baca pada panjang gelombang 340 nm
Pasca Analitik
a. Nilai Rujukan :
 Laki-laki : sampai 37 U/L
 Wanita : sampai 31 U/L
 Anak : sama dengan dewasa
 Bayi baru lahir : empat kali dari kadar normal.
 Lansia : agak lebih tinggi dari dewasa.
b. Masalah Klinis :
 Penurunan kadar : kehamilan, ketoasidosis diabetik.
 Pengaruh obat : salisilat.

16
 Peningkatan kadar : MI akut, hepatitis, nekrosis hati, penyakit dan
traumamuskuloskeletal, pankreatitis akut, kanker hati, angina pektoris yang serius,
olahraga berat, injeksi IM.
 Pengaruh obat : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin,
eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin),
vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotik (kodein, morfin, meperidin
[demerol]), antihipertensif (metildopa [aldomet], guanetidin), mitramisin, preparat
digitalis, kortison, flurazepam (dalmane), indometasin (indocin), isoniazid (INH),
rifampin, kontrasepsi oral, salisilat, teofilin.
Faktor Yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
 injeksi per IM dapat meningkatkan kadar AST serum.
 Hemolisis spesimen darah dapat mempengaruhi temuan laboratorium.
 Obat yang meningkatkan kadar AST serum (lihat pengaruh obat) dapat mempengaruhi
temuan pengujian.
 Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.

2.9 Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) /


Aminotransferase Alanin (ALT)
Pra-Analitik
a. Persiapan pasien
 Cek kelengkapan identitas pasien
 Catat obat-obatan yang dikonsumsi pasien
 Lihat riwayat penyakit pasien
 Menghindari latihan fisik yang berat sebelum dilakukan pengambilan darah
b. Persiapan sampel
 Sampel serum (tabung bertutup merah atau tabung bertutup kuning), dan plasma
heparin (tabung tutup hijau)
 Hindari hemolisis
Jika terjadi hemolisis dilakukan sampling ulang
 Hidari sampel lipemik dan ikterik

17
Jika sampel lipemik atau ikterik maka dilakukan pengenceran dan hasil yang didapat dikali
faktor pengenceran
c. Stabilitas spesimen
 24 jam pada suhu 25°C (suhu ruang)
 Beberapa hari pada suhu 2-8°C (kulkas bagian bawah)
 2-3 bulan pada suhu -20°C (freezer tidak boleh diencerkan)
d. Persiapan alat dan bahan
Alat :
 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Spektrofotometer
 Centrifuge
 Mikropipet
 Tips biru dan kuning
Bahan :
 Serum
 Reagen SGPT
 Aquadest

Analitik
a. Tujuan : Untuk mendeteksi penyakit hati.
b. Metode : kinetik IFCC
Prinsip : L-alanin bereaksi dengan 2-oksoglutarat dengan bantuan enzim ALT membentuk
piruvat dan L-glutamat. piruvat yang terbentuk akan mereduksi NADH dengan bantuan
enzim Laktat dehidariogenase (LDH) membentuk L-laktat dan NAD+ . aktivitas katalik ALT
ditentukan dengan mengukur penurunan absorban pada panjang gelombang 340 nm.
c. Cara kerja :

Sampel 100πL
Reagen 1000πL
Kocok, inkubasi selama 1 menit baca pada menit ke 1, 2 dan 3

18
Baca pada panjang gelombang 340 nm

Perhitungan : Aktivitas GPT (IU/L) = (∆A/menit) x 1746

Pasca Analitik
a. Nilai Rujukan :
 Laki-laki : sampai 42 U/L
 Wanita : sampai 32 U/L
 Anak : sama dengan dewasa.
 Bayi : temuan bisa dua kali lipat setinggi dewasa.
 Usia lanjut : sedikit lebih tinggi dari dewasa.
b. Masalah klinis :
 Peningkatan kadar :
 Peningkatan tertinggi : hepatitis (virus) akut, nekrosis hati (toksiksitas obat atau kimia).
 Peningkatan ringan atau medium : sirosis, kanker hati, kegagalan jantung kongestif,
intoksikasi akut alkohol.
 Pengaruh obat : antibiotik (karbenisilin, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin,
mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotik (meperidin [demerol], morfin, kodein),
antihipertensif (metildopa, guanetidin), persia[an digitalis, indometasin (indocin), salisilat,
rifampin, flurazepam (dalmane), propranolol (inderal), kontrasepsi oral (progestinestrogen),
lead, heparin.

Faktor Yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium


 Hemolisis spesimen darah mungkin menyebabkan hasil uji palsu.
 Aspirin dapat menyababkan penurunan atau peningkatan ALT serum.
 Obat tertentu dapat meningkatkan kadar ALT serum (lihat pengaruh obat).

2.10 Pemeriksaan Gamma-Glutamil Transferase (GGT) serum


Pra-Analitik
a. Persiapan pasien
 Cek kelengkapan identitas pasien

19
 Catat obat-obatan yang dikonsumsi pasien
 Lihat riwayat penyakit pasien
 Menghindari latihan fisik yang berat sebelum dilakukan pengambilan darah
b. Persiapan sampel
 Sampel serum (tabung bertutup merah atau tabung bertutup kuning), dan plasma
heparin (tabung tutup hijau)
 Hindari hemolisis
Jika terjadi hemolisis dilakukan sampling ulang
 Hidari sampel lipemik dan ikterik
Jika sampel lipemik atau ikterik maka dilakukan pengenceran dan hasil yang didapat dikali
faktor pengenceran
c. Stabilitas spesimen
 24 jam pada suhu 25°C (suhu ruang)
 Beberapa hari pada suhu 2-8°C (kulkas bagian bawah)
 2-3 bulan pada suhu -20°C (freezer tidak boleh diencerkan)
d. Persiapan alat dan bahan
Alat :
 Kuvet
 Pipet 1,0 mL
 Mikropipet 50µL
 Pemanas 30oC / 37oC
 Photometer λ 405 (400-420)
 Yellow dan blue tip
 centrifuge
 Tissue
Bahan :
 Reagen kerja
 Serum
Analitik
a. Tujuan

20
 Untuk mendeteksi keberadaan gangguan hepar
 Untuk memantau kadar enzim GGT selama terjadi gangguan hati dan selama pengobatan
yang diberikan.
 Untuk membandingkan kadar enzim ini dengan kadar enzim hati yang lain guna
mengidentifikasi disfungsi hati.
b. Metode:
Kinetik (L-glutamil p Nitroanlida)
c. Prinsip :
Dalam suasana basa GGT mengkatalis reaksi L- Gamma Glutamil p-Nitroanilida dengan
glisilglisin menjadi L- Gamma Glutamil glisilglisin dan p-Nitroanilida dengan aktivitas
GGT yang ditentukan dengan mengukur absorban peningkatan p-Nitroanilida pada panjang
gelombang 405 nm.
d. Cara kerja :

Sampel 50µL
Reagen 1000 µL
Kocok, inkubasi selama 30 detik. Baca pada menit ke 1, 2 dan 3
Baca pada panjang gelombang 405 nm

Perhitungan : ɣ-GT (IU/L) = (∆ Abs. Test / menit) x 2121

Pasca Analitik
Nilai rujukan :
Suhu Laki-laki IU/L Perempuan IU/L
30°C 8-37 6-24
37°C 9-54 8-35

Masalah klinis
 Peningkatan kadar : Sirotis hati, nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme, hepatitis akut
dan kronis, kanker (hati, pankreas, prostat, payudara, ginjal, paru-paru, otak), diabetes
militus, hiperlipoproteinemia (tipe IV), MCI akut (hari keempat), CHF, pankreatitis akut,
kolesistitis akut, epilepti, sindrom nefrotik.
 Pengaruh obat : fenitoin (Dilantin), fenobarbital, aminoglikosida, warfarin (coumadin).

21
Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium
 Obat fenitoin dan barbiturat dapat menyebabkan uji GGT positif palsu
 Asupan alkohol yang berlebih dan dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan kadar
GGT.

2.11 Pemeriksaan Fosfatase Alkali (Alkaline Phosphatase, ALP) Dengan Isoenzim


(serum)
Pra analitik
a. Persiapan pasien
 Cek kelengkapan identitas pasien
 Catat obat-obatan yang dikonsumsi pasien
 Lihat riwayat penyakit pasien
 Menghindari latihan fisik yang berat sebelum dilakukan pengambilan darah
b. Persiapan sampel
 Sampel serum (tabung bertutup merah atau tabung bertutup kuning), dan plasma
heparin (tabung tutup hijau)
 Hindari hemolisis
Jika terjadi hemolisis dilakukan sampling ulang
 Hidari sampel lipemik dan ikterik
Jika sampel lipemik atau ikterik maka dilakukan pengenceran dan hasil yang didapat dikali
faktor pengenceran
c. Stabilitas spesimen
 24 jam pada suhu 25°C (suhu ruang)
 Beberapa hari pada suhu 2-8°C (kulkas bagian bawah)
 2-3 bulan pada suhu -20°C (freezer tidak boleh diencerkan)
d. Alat dan bahan
Alat :
 Tabung reaksi
 Rak tabung

22
 Spektrofotometer
 Centrifuge
 Mikropipet
 Tips biru dan kuning

Bahan :
 Reagen kerja
 Serum
Analitik
a. Tujuan : Untuk menemukan apakah terjadi gangguan hati atau tulang.
b. Metode : kinetik (Dietanolamin/DEA)
c. Prinsip : Dalam suasana basa ALP akan mengkatalis hidariolisis p-nitrofenilfosfat menjadi
p-nitrofenol dan fosfat. Aktivitas ALP ditentukan dengan mengukur peningkatan absorban
diukur sebagai p-nitrofenol pada panjang gelombang 405 nm.
d. Cara kerja :
Sampel 10µL
Reagen 1000µL
Kocok, inkubasi selama 1 menit baca pada menit ke 1, 2 dan 3
Baca pada panjang gelombang 405 nm

Pasca analitik
Suhu Dewasa IU/L Anak-anak IU/L
30°C 73-207 183-573
37°C 98-279 245-768

Perhitungan : Aktivitas ALP (IU/L) = (∆A/menit) x 5450

Masalah Klinis
 Penurunan kadar : hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut (kekurangan vitamin C),
hipofosfatasia, anemia pernisiosa, insufisiensi plasenta. Pengaruh obat : fluorida, oksalat,
propranolol (inderal).

23
 Peningkatan kadar : penyakit obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati,
hepatitis, hiperparatiroidisme, leukimia, kanker tulang (payudara dan prostat), penyakit
paged, osteitis deforman, penyembuhan fraktur mieloma multipel, osteomalasia, kehamilan
trimester akhir, artritis reumatoid (aktif), penyakit ulkus. Pengaruh obat : albumin IV,
antigeotik (aritromisin, linkomisin, oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa (aldomet),
alopurinol, fenotiazin, obat penenang, indometasin (indocin), prokainamid, kontrasepsi oral
(beberapa), tolbutamid, isoniazid (INH), asam paraaminosalisilat (PAS).

Faktor Yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium


 Obat tertentu yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar ALP serum dapat
menyebabkan hasil yang keliru (lihat pengaruh obat di atas).
 Pemberian albumin IV dapat meningkatkan kadar ALP serum 5 sampai 10 kali dari nilai
normalnya.
 Usia pasien (mis., usia muda dan tua dapat menyebabkan peningkatan serum). Kehamilan
trimester akhir sampai 3 minggu pascapartum, dapat menyebabkan peningkatan kadar ALP.

2.11 Pemeriksaan LDH (Laktat Dehidrogenase)


a. Persiapan pasien
 Cek kelengkapan identitas pasien
 Catat obat-obatan yang dikonsumsi pasien
 Lihat riwayat penyakit pasien
 Menghindari latihan fisik yang berat sebelum dilakukan pengambilan darah
b. Persiapan sampel
 Sampel serum (tabung bertutup merah atau tabung bertutup kuning), dan plasma heparin
(tabung tutup hijau)
 Hindari hemolisis
Jika terjadi hemolisis dilakukan sampling ulang
 Hidari sampel lipemik dan ikterik
Jika sampel lipemik atau ikterik maka dilakukan pengenceran dan hasil yang didapat dikali
faktor pengenceran

24
c. Stabilitas spesimen
 24 jam pada suhu 25°C (suhu ruang)
 Beberapa hari pada suhu 2-8°C (kulkas bagian bawah)
 2-3 bulan pada suhu -20°C (freezer tidak boleh diencerkan)
d. Alat dan bahan
Alat :
 Tabung reksi
 pipet
 mikropipet kuning dan biru
 fotometer

Bahan :
 Reagen kerja
 Serum
Analitik
a. Tujuan : Untuk diagnosis penyakit hati dan jantung
b. Metode : Fotometric UV
c. Prinsip : Dalam suasana netral LDH akan mengkatalis piruvat menjadi laktat dan NAD +.
Aktivitas katalik LDH ditentukan dengan mengukur penurunan absorban diukur NADH
pada panjang gelombang 340 nm.
d. Cara kerja :
Suhu 30 37
Sampel 20µL 10µL
Reagen 1000µL 1000µL
Kocok, inkubasi selama 1 menit. Baca pada menit 1,2 dan 3
Baca pada panjang gelombang 340nm

Pasca analitik
Suhu Dewasa IU/L
30°C 140-280
37°C 200-400

Perhitungan : Aktivitas LDH (IU/L) = (∆A/menit) x 16030

25
Masalah klinis
Peningkatan kadar : MCI akut, CVA, kanker (paru-paru, tulang, usus, hati, payudara,
serviks, testis, ginjal, lambung, melanoma kulit), leukemia akut, infark pulmonar akut,
mononukleosis infeksius, anemia (pernisiosa, defisiensi asam folat, sel sabit, hemolitik
didapat), hepatitis akut, syok, penyakit otot rangka, pingsan karena panas. Pengaruh obat :
narkoti (kodein, morfin, meperidin [Demerol]).

Faktor yang memengaruhi temuan laboratorium


 Obat narkoti dan injeksi IM dapat meningkatkan kadar LDH serum.
 Hemolisis sampel darah dapat menyebabkan peningkatan kadar LDH serum; enzim tersebut
cukup banyak terdapat dalam SDM.

2.13 Pemeriksaan enzim CHE


a. Persiapan pasien
 Cek kelengkapan identitas pasien
 Catat obat-obatan yang dikonsumsi pasien
 Lihat riwayat penyakit pasien
 Menghindari latihan fisik yang berat sebelum dilakukan pengambilan darah
b. Persiapan sampel
 Sampel serum (tabung bertutup merah atau tabung bertutup kuning), dan plasma
heparin (tabung tutup hijau)
 Hindari hemolisis
Jika terjadi hemolisis dilakukan sampling ulang
 Hidari sampel lipemik dan ikterik
Jika sampel lipemik atau ikterik maka dilakukan pengenceran dan hasil yang didapat dikali
faktor pengenceran
c. Stabilitas spesimen
 24 jam pada suhu 25°C (suhu ruang)
 Beberapa hari pada suhu 2-8°C (kulkas bagian bawah)

26
 2-3 bulan pada suhu -20°C (freezer tidak boleh diencerkan)
d. Alat dan bahan
Alat :
 Tabung reksi
 pipet
 mikropipet kuning dan biru
 fotometer
Bahan :
 Reagen kerja
 Serum
Analitik
Tujuan : Mengetahui aktivitas enzim Cholinesterase dalam serum
Metode : kinetik-DGKC
Prinsip :
cholinesterase

Butyrylthiocholine + H2O ------------------> Thiocholine + butyrate

2 thiocholine + 2[Fe (CN)6] 3- + H2O  Choline + 2 [ Fe (CN)6]4- + H2O


Cara kerja :
Sampel 10µL
Reagen 1000µL
Kocok, inkubasi selama 1 menit baca pada menit ke 1, 2 dan 3
Baca pada panjang gelombang 304 nm
Perhitungan : Aktivitas CHE (IU/L) = (∆A/menit) x faktor

Pasca Analitik

Interpretasi Hasil

 Laki-laki    = 4620 – 11500 u/l


 Perempuan = 3990 – 10800 u/l

27
BAB III

PENUTUP
3.1 kesimpulan
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin
disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Bilirubin total akan
meningkat, sebagaimana hati menjadi semakin rusak. Bilirubin langsung merupakan sebagian
dari bilirubin total termetabolisme, bila bagian ini meningkat, penyebab biasanya di luar hati.
Kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam hati ditunjukan apabila kadar

28
bilirubin langsung rendah sementara kadar bilirubin total tinggi. Macam macam bilirubin ada 2
yaitu bilirubin direk dan indirek

3.2 saran
Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat, sehingga pengertian masyarakat
tentang pemeriksaan bilirubin yang berhubungan dengan organ hati akan bertambah wawasan
untuk masyarakat.

Daftar pustaka

1. Mustofa, Syazili. 2015. Enzim sebagai Alat Diagnosis. Lampung: Universitas Negeri
Lampung
2. Febi, Khairunnisa. Enzimologi Klinik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
3. Prakasa, Gigih Surya. 2009. Laporan Praktikum Uji Coba Enzim Katalase Terhadap
Peroksida (H2O2). Bandung

29
4. Panjaitan, P. Ernawati. 2010 . Karakteristik Penderita Kanker Hati Rawat Inap Di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009 . Medan:Fakultas kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.

30

Anda mungkin juga menyukai