Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala

limpahan rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Kimia Klinik dengan judul “Pemeriksaan Bilirubin” sesuai

yang di harapkan.

Laporan telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu

penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki laporan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Kimia Klinik dapat bermanfaat

untuk masyarakan maupun inpirasi terhadap pembaca.

Gorontalo , Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Praktikum.............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Praktikum ............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 3

2.1 Pengertian Bilirubin .......................................................................................... 3


2.2 Jenis-Jenis Bilirubin .......................................................................................... 3
2.3 Metabolisme Bilirubin ...................................................................................... 5
2.4 Penyakit Hiperbilirubinemia ............................................................................. 5
2.5 Metode Pemeriksaan Bilirubin.......................................................................... 6
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan ............................................... 7

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................... 9

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................................ 9


3.2 Metode .............................................................................................................. 9
3.3 Prinsip Kerja ..................................................................................................... 9
3.4 Pra Analitik ....................................................................................................... 9
3.5 Analitik ............................................................................................................. 9
3.6 Pasca Analitik ................................................................................................. 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 11

4.1 Hasil ................................................................................................................ 11


4.2 Pembahasan .................................................................................................... 11

ii
BAB 5 PENUTUP ..................................................................................................... 13

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 13


5.2 Saran ............................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 14

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bilirubin Total………………………………………11

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 gram.

Terletak di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan

kandung empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri

hepatika dan menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat

makanan yang diabsorbsi usus. Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak

lobulus dengan struktur serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang

dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupffer yang merupakan bagian dari

sistem retikuloendotelial (Rosida,2016).

Bilirubin berasal dari pemecahan heme akibat penghancuran sel darah merah

oleh sel retikuloendotel. Akumulasi bilirubin berlebihandi kulit, sklera, dan

membran mukosa menyebabkan warna kuning yang disebut ikterus. Kadar

bilirubin lebih dari 3 mg/dL biasanya baru dapat menyebabkan ikterus. Ikterus

mengindikasikan gangguan metabolisme bilirubin, gangguan fungsi hati, penyakit

bilier, atau gabungan ketiganya (Rosida,2016).

Metabolisme bilirubin dimulai oleh penghancuran eritrosit setelah usia 120

hari oleh sistem retikuloendotel menjadi heme dan globin. Globin akan

mengalami degradasi menjadi asam amino dan digunakan sebagai pembentukan

protein lain. Heme akan mengalami oksidasi dengan melepaskan

karbonmonoksida dan besi menjadi biliverdin. Biliverdin reduktase akan

mereduksi biliverdin menjadi bilirubin tidak terkonjugasi (bilirubin indirek).

1
Setelah dilepaskan ke plasma bilirubin tidak terkonjugasi berikatan dengan

albumin kemudian berdifusi ke dalam sel hati (Rosida,2016).

Pemeriksaan bilirubin untuk menilai fungsi eksresi hati di laboraorium terdiri

dari pemeriksaan bilirubin serum total, bilirubin serum direk, dan bilirubin serum

indirek, bilirubin urin dan produk turunannya seperti urobilinogen dan urobilin di

urin, serta sterkobilin dan sterkobilinogen di tinja. Apabila terdapat gangguan

fungsi eksresi bilirubin maka kadar bilirubin serum total meningkat. Kadar

bilirubin serum yang meningkat dapat menyebabkan ikterik (Rosida,2016).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil pemeriksaan bilirubi menggunakan metode Jendrasik–Grof ?

1.3 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan bilirubin metode Jendrasik–Grof

2. Untuk mengetahui kadar bilirubin dalam darah

1.4 Manfaat Praktikum

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan bilirubin metode

Jendrasik–Grof

2. Agar dapat mengetahui kadar bilirubin dalam darah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bilirubin

Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua.

Bilirubin disaring dari darah oleh hati dan dikeluarkan pada cairan empedu.

Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan

meningkat.Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan bagian ini disebut

sebagai bilirubin langsung. Meningkatnya dibagian ini, penyebab biasanya di luar

hati. Bilirubin langsung didapatkan hasil rendah sementara bilirubin total tinggi,

hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam

hati. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna pada kotoran

(Kosasih, 2018).

Bilirubin merupakan produk pemecahan sel darah merah. Pemecahan pertama

dari sistem RES (reticuleondothehelial system) yangdiawali dengan pelepasan

besi dan rantai peptida globolin. Bilirubin berawal dari turunan cicin porfirin

yang terbuka dan menjadi rantai lurus, dalam sitem RES, turunan tersebut dikenal

sebagai biliverdin yang kemudian dikeluarkan ke sirkulasi, didalam plasma,

bilirubin diikat oleh albumin yang dikenal sebagai bilirubin indirek (Kosasih,

2018).

2.2 Jenis-Jenis Bilirubin

Bilirubin dibagi menjadi 2 jenis yaitu Bilirubin Indirek merupakan bilirubin

yang belum mengalami konjugasi oleh hati dengan asam glukoronat sedangkan

Bilirubin Direk yang telah mengalami konjugasi dengan asam glukoronat di

3
dalam hati. Pemeriksaan bilirubin di laboratorium untuk membedakan bilirubin

direk dan indirek, maka dilakukan juga pemeriksaanbilirubin total yang

merupakan jumlah bilirubin direk dan indirek (Wibowo, 2017).

2.2.1 Bilirubin terkonjugasi /direk

Bilirubin terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut

dalam air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin

terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin ) masuk ke saluran

empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan

mengubahnya menjadi urobilinogen.

Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang

terdiazotasi membentuk azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk atau

bilirubin terkonjugasi dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin

intrahepatik antara lain Sindroma Dubin Johson dan Rotor, Recurrent

intrahepatic cholestasis, Nekrosis hepatoseluler(Wibowo, 2017).

2.2.2 Bilirubin tak terkonjugasi/ indirek

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin

bebas yang terikat albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga

untuk memudahkan bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur

dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu

dinamakan bilirubin indirek. Peningkatan kadar bilirubin indirek

mempunyai arti dalam diagnosis penyakit bilirubinemia karena payah

jantung akibat gangguan dari delivery bilirubin ke dalam peredaran darah.

Pada keadaan ini disertai dengan tanda-tanda payah jantung, setelah payah

4
jantung diatasi maka kadar bilirubin akan normal kembali dan harus

dibedakan dengan chardiac chirrhosis yang tidak selalu disertai

bilirubinemia(Wibowo, 2017).

2.3 Metabolisme Bilirubin

Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme oleh

enzim hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim

bilirubin reduksitase. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut air, bilirubin

yang sekresikan ke dalam darah diikat albumin untuk diangkut dalam plasma.

Hepatosit adalah sel yang dapat melepaskan ikatan, dan mengkonjugasikannya

dengan asam glukoronat menjadi bersifat larut dalam air. Bilirubin yang larut

dalam air masuk ke dalam saluran empedu dan diekskresikan ke dalam usus .

Didalam usus oleh flora usus bilirubin diubah menjadi urobilinogen yang tak

berwarna dan larut air, urobilinogen mudah dioksidasi menjadi urobilirubin yang

berwarna. Sebagian terbesar dari urobilinogen keluar tubuh bersama tinja,

tetapisebagian kecil diserap kembali oleh darah vena porta dikembalikan ke hati.

Urobilinogen yang demikian mengalami daur ulang, keluar lagi melalui empedu.

Ada sebagian kecil yang masuk dalam sirkulasi sistemik, kemudian urobilinogen

masuk ke ginjal dan diekskresi bersama urin(Wibowo, 2017).

2.4 Penyakit Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana konsentrasi bilirubin darah

melebihi 1 mg/dl. Pada konsentrasi lebih dari 2 mg/dl, hiperbilirubinemia akan

menyebabkan gejala ikterik atau jaundice. Ikterik atau jaundice adalah keadaan

dimana jaringan terutama kulit dan sklera mata menjadi kuning akibat deposisi

5
bilirubin yang berdiffusi dari konsentrasinya yang tinggi didalam darah.

Hiperbilirubinemi Dikelompokkan dala Dua bentuk (Sutedjo, 2018).

Berdasarkan penyebabnya yaitu hiperbilirubinemia retensi yang disebabkan

oleh produksi yang berlebih dan hiperbilirubinemia regurgitasi yang disebabkan

refluks bilirubin kedalam darah karena adanya obstruksi bilier.

Hiperbilirubinemia retensi dapat terjadi pada kasus-kasus haemolisis berat dan

gangguan konjugasi. Hati mempunyai kapasitas mengkonjugasikan dan

mengekskresikan lebih dari 3000 mg bilirubin perharinya sedangkan produksi

normal bilirubin hanya 300 mg perhari. Hal ini menunjukkan kapasitas hati yang

sangat besar dimana bila pemecahan heme meningkat, hati masih akan mampu

meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin larut. Akan tetapi lisisnya eritrosit

secara massive misalnya pada kasus sickle cell anemia ataupun malaria akan

menyebabkan produksi bilirubin lebih cepat dari kemampuan hati

mengkonjugasinya sehingga akan terdapat peningkatan bilirubin tak larut didalam

darah. Peninggian kadar bilirubin tak larut dalam darah tidak terdeteksi didalam

urine sehingga disebut juga dengan ikterik acholuria. Pada neonatus terutama

yang lahir premature peningkatan bilirubin tak larut terjadi biasanya fisiologis

dan sementara, dikarenakan haemolisis cepat dalam proses penggantian

hemoglobin fetal ke hemoglobin dewasa dan juga oleh karena hepar belum matur,

dimana aktivitas glukoronosiltransferase masih rendah (Sutedjo, 2018).

2.5 Metode Pemeriksaan Bilirubin

Menurut Gupita (2016) dalam pemeriksaan bilirubin total metode yang

dipakai antara lain:

6
2.5.1 Metode Jendrasik- Grof

Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan DSA (Diazotized Sulphanilic Acid)

dan membentuk senyawa azo yang berwarna merah. Daya serap warna dari

senyawa ini dapat langsung dilakukan terhadap sampel bilirubin pada

panjang gelombang 546 nm. Bilirubin glukuronida yang larut dalam air

dapat langsung bereaksi dengan DSA, namun bilirubin yang terdapat di

albumin yaitu bilirubin terkonjugasi hanya dapat bereaksi jika ada

akselerator. Total bilirubin = bilirubin direk + bilirubin indirek

2.5.2 Colorimetric Test - Dichloroaniline (DCA)

Prinsip : Total bilirubin direaksikan dengan dichloroanilin

terdiazotisasi membentuk senyawa azo yang berwarna merah dalam larutan

asam, campuran khusus (detergen enables) sangat sesuai untuk menentukan

bilirubin total. Reaksi: Bilirubin + ion diazonium = membentuk

Azobilirubin dalam suasana asam (Gupita, 2016).

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan

Menurut Zunaidi (2016) factor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu :

2.6.1 Cahaya

Cahaya matahari dan sinar ultra violet dapat menyebabkan hemolisis

pada sampel. Sinar matahari langsung dapat menyebabkan penurunan

kadar bilirubin serum sampai 50% dalam satu Jam. Karena itu, serum

hendaknya disimpan di tempat yang gelap, dan pengukuran hendaknya

dikerjakan dalam waktu 2 hingga 3 jam setelah pengumpulan darah.

7
2.6.2 Pipetasi

Ketelitian dalam memipet sangat menentukan hasil laboratorium, terutama

pipet mikro atau semi mikro. Volume sampel atau standar sangat

mempengaruhi hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, pipet harus dibilas

terlebih dahulu dengan sampel atau standar yang akan diambil.

2.6.3 Standar

Medium larutan sampel sebaiknya sama dengan medium standar. Untuk

analisis serum, dianjurkan memakai serum kontrol yang nilainya sudah

tersedia dalam kemasan. Cara pemakaian dan penyimpanan harus sesuai

dengan petunjuk yang ada.

2.6.4 Reagen

Reagen yang telah usang atau penyimpanan yang kurang baik akan

mengurangi kepekaan reaksi kimia, terutama reagen pewarna atau enzim

yang ikut mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi (Zunaidi, 2016).

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum yang berjudul “Pemeriksaan Bilirubin Total dalam Darah”

dilaksanankan pada hari Kamis, 10 Oktober 2019 bertempat di Laboratorium

Kimia Stikes Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan bilirubin total yaitu metode

Jendrasik-Grof DSA (diazotized sulphanilic acid)

3.3 Prinsip Kerja

Bilirubin bereaksi dengan DSA (diazotized sulphanilic acid) dan

membentuk senyawa azo yang berwarna merah. Daya serap warna dari

senyawa ini dapat langsung dilakukan terhadap sampel bilirubin pada panjang

gelombang 546 nm. Bilirubin glukuronida yang larut dalam air dapat

langsung bereaksi dengan DSA

3.4 Pra Analitik

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, rak tabung,

mikropipet, tip, sentrifuge, dispo, spektofotometer

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu serum, kapas alkohol,

reagen bilirubin total, reagen T-Nitrit.

3.5 Analitik

Prosedur kerja pemeriksaan kadar bilirubin di dalam darah yaitu sebagai

berikut :

9
1. Alat serta bahan yang akan digunakan disiapkan,

2. Kemudian dipipet kedalam tabung reaksi reagen bilirubin total sebanyak 1000

µl,

3. Ditambahkan reagen T-Nitrit sebanyak 1 tetes, dihomogenkan dengan baik

kemudian diinkubasi selama 5 menit.

4. Kemudian ditambahkan serum (darah yang telah disentrifuge) sebanyak 100

µl dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi reagen

5. Larutan dihomogenkan dengan menggunakan mikropipet dan di inkubasi

selama 15 menit menit pada suhu 370c.

6. Kemudian blanko diperiksa terlebih dahulu dan diikuti pembacaan

sampel pada alat humalyzer.

7. Dibuat program untuk tes bilirubin total dimana tes berjalan secara automatik.

8. Dibaca hasil yang diperoleh secara fotometrik.

3.6 Pasca Analitik

Nilai Rujukan

Bilirubin Total: ˂1,2 mg/dl

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pemeriksaan

bilirubin sebagai berikut:

Metode Gambar Hasil Nilai Normal

Jendrasik - Grof
Hasil pemeriksaa

bilirubin Ny. M.Z ˂1,2 mg/dl

yaitu 0,1 mg/dl

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bilirubin Total


(Sumber : Data Primer, 2019)

4.2 Pembahasan

Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua.

Bilirubin disaring dari darah oleh hati dan dikeluarkan pada cairan empedu.

Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan

meningkat.Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan bagian ini disebut

sebagai bilirubin langsung. Meningkatnya dibagian ini, penyebab biasanya di luar

hati. Bilirubin langsung didapatkan hasil rendah sementara bilirubin total tinggi,

hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam

hati. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna pada kotoran.

11
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan bilirubin dengan metode

Jendrasik – Grof. Adapun prinsip dari metode ini yaitu Bilirubin bereaksi dengan

DSA (diazotized sulphanilic acid) dan membentuk senyawa azo yang berwarna

merah. Daya serap warna dari senyawa ini dapat langsung dilakukan terhadap

sampel bilirubin pada panjang gelombang 546 nm. Bilirubin glukuronida yang

larut dalam air dapat langsung bereaksi dengan DSA.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil pemeriksaan

bilirubin yaitu 0,1 mg/dl bila dibandingkan denga nilai normal dari pemeriksaan

bilirubin yaitu ˂1,2 maka kadar bilirubin Ny. M.Z dalam keadaan normal.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan bilirubin antara lain

yaitu sampel hemolisis, sampel yang diperiksa terlalu lama dan tidak dibekukan,

terjadi lisis pada sampel dan waktu inkubasi sampel tidak sesuai, volume sampel

atau reagen (buffer dan substrat) tidak sebanding, cuvet yang digunakan

terkontaminasi dengan zat lain sehingga reaksi yang terjadi tidak sempurna,

sampel terkena cahaya, sehingga kadar bilirubinnya menurun.

12
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Pemeriksaan bilirubin dilakukan dengan metode Jendrasik – Grof

menggunakan alat sperkrofotometer. Adapun prinsip dari pemeriksaan yaitu

Bilirubin bereaksi dengan DSA (diazotized sulphanilic acid) dan membentuk

senyawa azo yang berwarna merah. Daya serap warna dari senyawa ini dapat

langsung dilakukan terhadap sampel bilirubin pada panjang gelombang 546 nm.

Bilirubin glukuronida yang larut dalam air dapat langsung bereaksi dengan DSA.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil pemeriksaan

bilirubin yaitu 0,1 mg/dl bila dibandingkan denga nilai normal dari pemeriksaan

bilirubin yaitu ˂1,2 maka kadar bilirubin Ny. M.Z dalam keadaan normal.

5.2 Saran

Adapun saran dari praktikum ini yaitu diharapkan agar memperhatikan waktu

inkubasi karena waktu inkubasi melebihi batas dapat mempenggaruhi hasil.

13
DAFTAR PUSTAKA
Azma,Rosida.2016. PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENYAKIT HATI.
Berkala Kedokteran, Vol.12, No.1, Feb 2016: 123-131

Gupita, dewinurma. 2016. KorelasiKadar Bilirubinmenggunakan Metode Poct Dan


Chemistry Analyzer. KTI. Akademi Analis Kesehatan 17 Agustus 1945 Semarang.

Kosasih, 2018. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Klinik, EdisiII. Karisma Publising Group
Tangerang.

Satrio Wibowo.2017. Perbandingan Kadar Bilirubin Neonatus dengan danTanpa


Defisiensi Glukosa 6 Phosphate Dehydrogenaseinfeksi dan tidakinfeksi. Jurnal
lmu Kesehatan Anak: Universitas Diponegoro. Vol.3, No.2.

Sutedjo. 2018. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Amara Books. Yogyakarta.

Zunaidi. 2016. Pengaruh Penundaan Pemeriksaan Bilirubin Total 1, 2 Dan 3 Jam.


Skripsi. Program Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan Fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar.

14

Anda mungkin juga menyukai