Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK

Pemeriksaan NAPZA Jenis Amphetamin

Dengan Metode Strip Test

OLEH:

NAMA : NI PUTU SRINADI

ANGKATAN : A 13

NIM : 191310806

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


PROGRAM DIPLOMA TIGA
STIKES WIRA MEDIKA BALI
2021
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

VISI DAN MISI


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
STIKES WIRA MEDIKA BALI

Visi Program Studi


Menjadi Pusat Pendidikan Teknologi Laboratorium Medis
yang Profesional dan Unggul di Bidang Tata Kelola Spesimen
Laboratorium Medis serta berdaya saing di tingkat global pada tahun 2028.

Misi Program Studi


a. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan dengan
kemampuan profesional baik secara intelektual, teknikal, maupun
interpersonal sesuai dengan profil lulusan dan kode etik ahli
teknologi laboratorium medis.
b. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian di bidang
teknologi laboratorium medis sesuai dengan permasalahan kesehatan
di masyarakat.
c. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat di bidang
teknologi laboratorium medis dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
d. Mengembangkan dan meningkatkan kerjasama dengan institusi/
organisasi di dalam dan luar negeri.

2
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

PERTEMUAN I

TOPIK : Identifikasi NAPZA Jenis Amphetamin Dengan Metode Strip Test

I. DASAR TEORI
Narkotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata Narke yang berarti beku,
lumpuh dan dungu. Menurut Farmakologi medis, yaitu “Narkotika adalah obat
yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri yang berasal dari daerah Visceral
dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong masih sadar namun harus digertak)
serta adiksi (Darman, 2006).
NAPZA adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan bahan aditif
lainnya (Setiawan, 2016). NAPZA merupakan sekelompok obat, yang
berpengaruh pada kerja tubuh, terutama otak. Satu sisi NAPZA merupakan obat
atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, di sisi lain dapat menimbulkan
ketergantungan apabila dipergunakan tanpa adanya pengendalian (BNN, 2019).
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat
yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama
otak/ susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,
psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta
ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA (Sholihah, 2015).
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa
jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial
(Sholihah, 2015). Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pola penggunaan zat
yang bersifat patologik dengan mengkonsumsi obat secara terus menerus yang
dapat menimbulkan gangguan fungsi social atau okupasional. Mengkonsumsi
obat-obatan setiap hari secara terus menerus yang dapat menyebabkan gangguan
fungsi sosial. Gangguan fungsi sosial yang terjadi dapat berupa ketidakmampuan
memenuhi kewajiban terhadap keluarga atau kawan- kawannya karena perlakuan
yang impulsif, atau karena ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar. Gangguan

3
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

fungsi sosial yang terjadi berupa pelanggaran lalu lintas, serta perbuatan criminal
seperti pencurian karena adanya motivasi untuk memperoleh uang (Hidayat,
2016).
Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia semakin meningkat dan
permasalahan yang ditimbulkan juga semakin kompleks. Kejahatan NAPZA
merupakan kejahatan lintas negara (transnational crime), terorganisir (organized
crime), dan serius (serious crime) yang dapat menimpa berbagai lapisan
masyarakat. Masalah penyalahgunaan NAPZA di kalangan remaja dan pelajar
dapat dikatakan sulit di atasi, karena penyelesaiannya melibatkan banyak faktor
dan kerjasama dari semua pihak yang bersangkutan, seperti pemerintah, aparat,
masyarakat, media massa, keluarga, remaja itu sendiri. Penyalahgunaan NAPZA
terjadi karena korban kurang atau tidak memahami apa NAPZA itu sehingga
dapat dibohongi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab (pengedar) (Elkindi,
2016). Narkotika dalam senyawa metabolit akan terdeteksi dalam urine setelah 24
jam setelah pemakaian oleh pemakai, darah selama 3 x 24 jam setelah pemakaian,
dan rambut setelah 4 x 24 jam setelah pemakaian (Taufik et al., 2017).
Narkoba dibedakan ke dalam beberapa golongan yaitu sebagai berikut
Narkotika golongan I: Narkotika yang hanya digunakan untuk ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan untuk tujuan pengobatan karena mempunyai potensi yang
sangat kuat menimbulkan ketergantungan, contoh : heroin, ganja, dan kokain.
Golongan II: narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan bertujuan sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mangakibatkan
ketergantungan, misalnya adalah morfin, petidin, turunan/garam narkotika dalam
golongan tersebut dan lain-lain. Golongan III: narkoba yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan bertujuan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan, misalnya adalah kodein, garam-garam narkotika dalam golongan
tersebut dan lain lain (Lestari, 2013).
Narkotika Golongan II dan III yang berupa bahan baku, baik alami
maupun sintesis, yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan Peraturan
Menteri. Untuk kepentingan pengobatan dan berdasarkan indikasi medis, dokter

4
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

dapat memberikan Narkotika Golongan II atau Golongan III dalam jumlah


terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Partodiharjo, 2003).
Amphetamine adalah obat golongan stimulansia Amphetamin,
Methamphetamin, Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam). ,
awalnya digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit
hyperactivity disorder (ADHD), narkolepsi, dan kelelahan kronis. Pada awalnya,
amfetamin sangat populer digunakan untuk mengurangi nafsu makan dan
mengontrol berat badan. Obat ini juga digunakan secara ilegal sebagai obat untuk
kesenangan (Recreational Club Drug) dan sebagai peningkat penampilan
(menambah percaya diri atau PD). Amphetamine dapat berupa bubuk putih,
kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil dan dapat juga berbentuk
sediaan farmasi (tablet) (Zulkarnain, 2016).
Efek penggunaan amphetamin dengan rokok akan bereaksi lebih cepat
dibandingkan secara oral atau hirup. Pemberian secara oral atau hirup
menimbulkan efek yang lebih lambat dan diserap di dalam tubuh lebih lambat.
Waktu paruh amphetamin mencapai 8-13 jam dan adapun bahaya dari
penggunaan amphetamine yaitu membuat pengguna amphetamine mengalami
kerusakan hati, ginjal, paru-paru, otak yang menyebabkan terjadinya stroke atau
epilepsi (Zulkarnain, 2016). Untuk mengetahui kandungan amphetamin di dalam
tubuh manusia akan terdeteksi dalam urine setelah 24 jam setelah pemakaian oleh
pemakai. Telah banyak metode yang digunakan dalam pemeriksaan kandungan
amphetamine yaitu teknik Immunoassay menggunakan metode rapid diagnostic
test dan teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) (Moeller et al., 2008).

II. TUJUAN
Adapun tujuan penulis dalam pratikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan narkoba menggunakan alat strip test


dari sampel urin.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya narkoba yang terkandung dalam
sampel urin.

5
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

III. ALAT DAN BAHAN

Alat: 1. Pot urin.

2. Alat strep test.

3. Tisu

Bahan: urin

IV. PROSEDUR KERJA


1. Pra Analitik
 Tidak ada persiapan khusus.
 Mencuci tangan dengan prosedur yang benar.
 Menggunakan APD lengkap.
 Menanyakan identitas pasien.
 Menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum.
 Berikan penjelasan kepada pasien mengenai bagaimana cara
pengambilan sampel.
 Berikan pot urin kepada pasien.
 Beri label pada pot urin meliputi nama, umur dan tanggal
pengambilan.

2. Analitik
 Buka tutup pot urin.
 Buka alat strip test yang telah disediakan.
 Dicelupkan secara vertikal strip pada spesimen urin selama 10-15
detik.
 Menempatkan strip test pada bidang datar, lakukan pembacaan
hasil setelah 5-10 menit.
 Ditunggu hingga terbentuk garis C dan T pada alat strip test.
 Dibaca alat strip test, apabila hanya muncul satu garis merah muda
maka hasil positif, dan apabila muncul dua garis merah muda maka

6
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

hasil negatif , apabila tidak muncul garis pada alat maka hasil
dinyatakan invalid.

3. Post Analitik
 Cuci alat yang telah digunakan.
 Bersihkan alat dan meja.
 Lakukan pencatat hasil.

V. INTERPRETASI HASIL / NILAI NORMAL


1. Hasil Positif (+) apabila muncul satu garis merah muda diposisi C
pada alat strip test.
2. Hasil Negatif (-) apabila muncul dua garis merah muda diposisi C dan
T pada alat strip test.
3. Hasil Invalid apabila tidak muncul garis pada alat strip test.

DATA HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM

No. Spesimen Uji Hasil Strip Test Hasil (+/-)

Muncul dua garis merah


Urine Negatif (-)
muda pada C dan T

VI. PEMBAHASAN
Narkotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata Narke yang
berarti beku, lumpuh dan dungu. Menurut Farmakologi medis, yaitu
“Narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri
yang berasal dari daerah Visceral dan dapat menimbulkan efek stupor
(bengong masih sadar namun harus digertak) serta adiksi (Darman, 2006).
NAPZA adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan
bahan aditif lainnya (Setiawan, 2016). NAPZA merupakan sekelompok
obat, yang berpengaruh pada kerja tubuh, terutama otak. Satu sisi NAPZA
merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan,

7
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, di


sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan apabila dipergunakan tanpa
adanya pengendalian (BNN, 2019).
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau
beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,
sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan
fungsi sosial (Sholihah, 2015).
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan narkoba adalah
Immunochromatografi Kompetitif, strip dicelupkan secara vertikal pada
spesimen urine lalu ditunggu beberapa menit dan dilihat hasilnya, jika
tertera garis pada control dan test menunjukkan negatif, jika tertera garis
pada control menunjukkan positif sedangkan jika tidak tertera garis
menunjukkan invalid. Sehingga diperoleh hasil bahwa sampel urine yang
diuji menunjukkan hasil positif berarti pasien merupakan pengguna
narkoba.

VII. KESIMPULAN
Pemeriksaan narkoba dengan sampel urine menggunakan Strip
Test. Dari pemeriksaan yang dilakukan diperoleh hasil negatif karena
muncul dua garis merah muda diposisi C dan T pada alat streap test

VIII. DOKUMENTASI
Memberi penjelasan kepada pasien hal apa yang harus dilakukan.

8
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

Proses pemeriksaan sampel urin

Analisa sampel dan catat hasil.

9
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

IX. DAFTAR PUSTAKA

Idayani, S., & Putri, N. L. N. D. D. 2020. Hubungan Perilaku Merokok Dengan


Penggunaan Napza Jenis Amphetamin Pada Mahasiswa Perhotelan
Perguruan Tinggi Di Kota Denpasar Tahun 2019. Bali Medika Jurnal.
7(1).138-145.
URL:https://balimedikajurnal.com/index.php/bmj/article/download/124/8
9/. Diakses pada tanggal 13 Maret 2021

Putri, N. L. N. D. D., Sudarma, N., & Subhaktyasa, P. G. 2020. Screening Test


Amphetamin Pada Urine Mahasiswa Program Studi Teknologi
Laboratorium Medis. In Seminar Nasional Aplikasi Iptek (SINAPTEK) .
7-12.
URL:https://jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/SINAPTEK/article/downl
oad/1202/1053. Diakses pada tanggal 13 Maret 2021.

Rambe, E. S. D. 2017. Analisa Narkoba Jenis Morfin, Amfetamin dan THC


(Tetrahidrokannabinol) Menggunakan Strip Test (KTI) . Medan:
Universitas Sumatera Utara Medan. URL:
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4727/142401100.p
df?sequence=1&. Diakses pada tanggal 13 Maret 2021

10
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

RUBRIK PENILAIAN PRAKTIKUM


SKOR TOTAL
NO TAHAP PRAKTIKUM BOBOT
1 2 3 4 5 SKOR
1 Pra Analitik 40
a Mencuci tangan dengan
tepat
b Persiapan alat dan bahan
c Menggunakan APD
lengkap
d Menyediakan alat dan
bahan sesuai dengan
petunjuk praktikum
e Menyediakan sampel
dengan tepat
f Memberi label identitas
sampel
g Ketepatan stabilitas
penyimpanan sampel
2 Analitik 40
a Menyiapkan pot urine
b Menyiapkan alat strip test
amphetamine
c Mencelupkan strip test
secara vertical ke dalam
sampel urine dan tidak
boleh melewati batas garis
paling bawah (Zona
sampel), ditunggu selama
10-15 detik.
d Menempatkan strip test
pada bidang datar, dan
melakukan pembacaan
hasil setelah 5-10 detik.
3 Post Analitik 20
a Menginterpretasikan hasil
pemeriksaan
b Menyusun laporan
praktikum (dasar teori,
sistematika penulisan,
kerapian, isi pembahasan)
NILAI

11
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS PROGRAM DIPLOMA 3

12

Anda mungkin juga menyukai