Oleh :
Kelompok 9
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan, kesehatan dan kekuatan, sehingga kami bisa menyelesaikan
penyusunan laporan praktikum parasit dengan judul Pemeriksaan Jentik Nyamuk.
Laporan praktikum disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Blok 7.3 Infectious
Disease & Tropical Medicine di Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal
Soedirman.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, laboran, dosen
pembimbing, dan teman-teman angkatan 2015, dan pihak lain yang tidak dapat
disebutkan semuanya yang telah menyukseskan proses penyusunan laporan
praktikum ini sehingga dapat selesai tepat waktu. Semoga laporan praktikum ini
bermanfaat bagi mahasiswa dalam memperdalam materi tentang penelitian dalam
bidang kedokteran.
Kami sangat menyadari bahwa penyusunan laporan praktikum ini tidak luput
dari kesalahan, baik berupa kesalahan ejaan, pengetikan, tata bahasa, dan
sebagainya. Dalam hal ini, penyusun memohon maaf kepada pembaca atas
kekurangan laporan praktikum ini. Kritik dan saran tetap kami harapkan agar kami
dapat menyusun laporan praktikum yang lebih baik di masa yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tempat dan Waktu Praktikum ..................................................................... 3
C. Tujuan Praktikum ......................................................................................... 3
D. Manfaat Praktikum ....................................................................................... 3
iii
A. Alat dan Bahan ........................................................................................... 23
B. Cara Kerja .................................................................................................. 23
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Morfologi cacing dewasa Ascaris lumbricoides……………………4
Gambar 2.7 Morfologi cacing dewasa dan anterior end Necator americanus ... 11
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar informed consent…………………………………………28
Lampiran 2. Kuesioner Pemeriksaan Feses……………………………………. 32
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
menggunakan NaCl jenuh yang didasarkan pada berat jenis telur, sehingga
telur akan mengapung dan mudah diamati(Regina et al., 2018).
C. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum
Mengetahui jenis telur cacing yang ditemukan pada hasil
pemeriksaan telur cacing dengan metode apung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui adanya telur cacing yang terdeteksi pada hasil
pemeriksaan telur cacing dengan metode apung.
b. Mengetahui jenis telur cacing yang ditemukan pada hasil pemeriksaan
telur cacing dengan metode apung.
.
D. Manfaat Praktikum
1. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan, terutama mengenai jenis dan morfologi telur cacing.
2. Bagi Praktikan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi
mengenai pemeriksaan telur cacing dengan metode apung untuk praktikum
selanjutnya.
3. Bagi Subyek Praktikum
Diharapkan praktikum ini bisa memberikan informasi mengenai ada
tidaknya telur cacing dan jenis telur cacing yang ditemukan pada
pemeriksaan telur cacing dengan metode apung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ascaris lumbricoides
1. Klasifikasi
Subkingdom : Metazoa
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub Kelas : Scernentea (Phasmidia)
Ordo : Ascaridia Superfamili : Ascaridoidea
Famili : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (Utari, 2002)
2. Morfologi
Cacing jantan Ascaris lumbricoides mempunyai panjang 10-31 cm,
memiliki ujung posterior tubuh yang melengkung ke ventral dan papil
dengan dua buah spikulum . Cacing betina mempunyai panjang 22-35 cm
dan memiliki sepasang alat kelamin pada dua pertiga bagian posterior
(Padmasutra, 2007).
4
5
1. Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Sub famili : Trichinelloides
Genus : Trichuris
Spesies : Trichuris trichiura (Margono, 2008)
2. Morfologi
Trichuris trichiura seperti cambuk berwarna merah muda. Bagian
anterior tubuh adalah langsing panjangnya 3/5 dari panjang seluruh tubuh
berisi esophagus yang sempit dan bagian posterior tebal gemuk dengan
panjang 2/5 panjang seluruh tubuh berisi usus dan seperangkat alat
reproduksi. Cacing Trichuris trichiura betina memiliki panjang kira-kira 5
cm, sedangkan yang jantan memiliki panjang kira-kira 4 cm. Bagian
anterior langsing seperti cambuk, dengan panjang kira-kira 3/5 dari panjang
seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina
bentuknya membulat tumpul. Pada cacing jantan bentuknya melingkar dan
terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum
dengan bagian anterior seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus
(Sutanto et al., 2011)..
Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari
antara 3000-20.000 butir. Telur berbentuk seperti tempayan dengan seperti
penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna
kekuning-kuningan dan bagian dalam berwarna jernih. Panjang telur
Trichuris trichiura adalah 50-55 µm dan lebar 22-24 µm (Sutanto et al,
2011). Telur Trichuris trichiura akan matang dalam 3-6 minggu pada suhu
optimum kira-kira 30˚C (Gandahusada, 2002). Telur matang spesies ini
8
tidak menetas dalam tanah dan dapat hidup selama beberapa tahun (Sutanto
et al., 2011).
C. Cacing Tambang
Cacing tambang atau hookworm terdapat dua spesies yang sangat sering
menginfeksi manusia yaitu “The Old World Hookworm” atau Ancylostoma
duodenale dan “The New World Hookworm” yaitu Necator americanus (Hotez,
2008)
1. Klasifikasi
Sub kingdom : Metazoa
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Super famili : Ancylostomaidea dan Necator
Genus : Ancylostoma dan Necator
Spesies : A. Duodenale dan N. Americanus (Margono, 2008)
2. Morfologi
Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, cacing melekat
pada mukosa usus dengan bagian mulutnya yang berkembang dengan baik.
Cacing ini berbentuk silindris dan berwarna putih keabuan. Cacing dewasa
jantan berukuran 8 sampai 11 mm sedangkan betina berukuran 10 sampai
13 mm (Safar, 2010).
Cacing dewasa Ancylostoma duodenale berbentuk huruf C dan
memiliki dua pasang gigi. Cacing silinder kecil dan berwarna putih keabu-
abuan. Ukuran cacing jantan 8 mm sampai 11mm dengan diameter 0,4 – 0,5
mm, ujung posterior pada jantan mempunyai bursa copulatrix yang
bentuknya khas . Cacing betina berukuran 10mm sampai 13mm dengan
diameter 0,6 mm , serta memiliki caudal spine. Cacing betina dapat
memproduksi 10.000 hingga 30.000 telur perhari (Staf Laboratorium
Parasitologi FKUB, 2010) .
11
Tiga puluh hari sesudah infeksi akan ditemukan telur di dalam tinja.
Kadang-kadang telur tidak dikeluarkan bersama tinja, tetapi menetas di
dalam usus, onkosfer yang keluar menembus villi usus dan siklus
hidupnya akan berulang. Hal ini disebut autoinfeksi interna yang dapat
menyebabkan infeksi menjadi berat. Tidak diperlukannya hospes
perantara dalam siklus hidup H. nana dan kondisi autoinfeksi dianggap
sebagai faktor utama yang mendukung tingkat infeksi yang lebih tinggi
pada populasi ketika terinfeksi oleh cacing tersebut (Safar, 2010).
d. Manifestasi Klinis
Taeniasis dan sistiserkosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
Taenia sp. T. solium yang terdapat pada daging babi menyebabkan
penyakit Taeniasis, dimana cacing tersebut dapat menyebabkan infeksi
saluran pencernaan oleh cacing dewasa, dan bentuk larvanya dapat
menyebabkan penyakit sistiserkosis. Cacing T. saginata pada daging
sapi hanya menyebabkan infeksi pada pencernaan manusia oleh cacing
dewasa (Estuningsih, 2009).
e. Pengobatan
Demikian juga untuk pengobatan Taeniasis pada manusia,
pemberian obat cacing praziquantel, niklosamid, buklosamid atau
mebendazol dapat membunuh cacing dewasa dalam usus. Adapun
sistiserkosis pada hewan bisa diobati dengan melakukan tindakan
operasi (bedah) (Estuningsih, 2009).
23
1. Alat :
a. Tabung Reaksi
b. Rak Tabung
c. Gelas ukur
d. Penyaring the
e. Batang pengaduk (Lidi)
f. Object Glass
g. Cover glass
h. Mikroskop
i. Beaker glass
2. Bahan :
a. Sample tinja 10 gram atau sebesar biji kacang
b. NaCL jenuh 33%
B. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tuangkan NaCl 33% jenh kedalam beaker glass sebanyak 100 ml lalu
campurkan dengan 10 gram tinja, aduk hingga homogen, lalu saring
menggunakan penyaring teh.
3. Masukan campuran tinja dan larutan NaCl yang telah disaring tersebut ke
dalam tabung reaksi hingga penuh dan terlihat cembung.
4. Diamkan selama 5-10 menit, lalu tempelkan cover glas pada permukaan
campuran pada tabung reaksi. Lalu pindahkan ke atas object glass.
5. Letakan preparat pada meja spesimen dan amati menggunakan mikroskop.
24
A. Hasil
Identitas pasien
Nama : Poppy
Usia : 11 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Cunil Gumbul
Pada hasil pemeriksaan feses menggunakan metode apung tidak
didapatkan telur cacing.
B. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
Hotez P.J, et al. 2008. Helminth Infections: The Great Neglacted Tropical Deseases.
(Online),
(http://search.proquest.com/docview/200561377/fulltextPDF/B5CC6ECF10
D740FFPQ/20?accountid38628)diakses 28 Oktober 2018.
Ideham, B., dan Pusarawati, S., 2007. Helmintologi Kedokteran. Surabaya:
Airlangga University Press, 77-81, 89-99.
Jodjana, E., & Majawati, E.S. 2017. Gambaran Infeksi Cacing Trichuris trichiura
pada Anak di SDN 01 PG Jakarta Barat. Jurnal Kedokteran Meditek,
23(61):32-40.
Katzung B.G. 2004. Farmakologi dasar dan Klinik. Salemba Empat . Jakarta. Hal :
259, 286-287.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Kemenkes Berkomitkmen
Eleminasi filariasis dan kecacingan.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Profil pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan tahun 2012
Kurniawan A. 2010. Infeksi Parasit: Dulu dan Masa Kini. Majalah Kedokteran
Indonesia, 60(11) : 487-88
Kurniawan, B., Ramadhian, M.R., Rahmadhini, N.S. 2018 Uji Diagnostik
Kecacingan antara Pemeriksaan Feses dan Pemeriksaan Kotoran Kuku pada
Siswa SDN 1 Krawangsari Kecamatan Natar Lampung Selatan Jurnal
Kedokteran Unila, 2(1):20-24.
Marbawati, D. Hymenolepis sp, Caciing ita Parasit pada Tikus dan Manusia.
Balaba 6(2) : 24-25.
Margono S. 2008. Nematoda Usus Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi 4.
Jakarta : FK UI, 6-20.
Padmasutra, Leshmana. 2007. Catatan Kuliah: Ascaris lumbricoides. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta
Ransom, B.H. 1901. On Hymenolepis carioca (Magalhaes) and H. Megalops
(Nitzsch) with Remarks on The Classification of The Group.Transactions of
the American Microscopical Society, 23 : 151-172.
Regina, M.P., Halleyantoro, R., Bakri, S. 2018. Perbandingan Pemeriksaan Tinja
Antara Metode Sedimentasi Biasa Dan Metode Sedimentasi Formolether
Dalam Mendeteksi Soil-Transmitted Helminth. Jurnal Kedokteran
Dipenogoro, 7(2):527-537.
Safar, R. 2010. Parasitologi Kedokteran: Protozoologi, Entomologi dan
Helmintologi. Cetakan I. Bandung: Yrama Widya.
Sakai S, Shida Y, Takahashi N, Yabuuchi H, Soeda H, Okafuji T, Hatakenaka M,
Honda H. 2006. Pulmonary Lesions Associated With Visceral Larva Migrans
Due to Ascaris suum or Toxocara canis: Imaging of Six Cases. AJR ;
186:1697–1702
27
Seltzer E, Barry M, Crompton DWT. 2006. Ascariasis. In: Guerrant RL, Walker
DH, Weller PF, editors. Tropical infectious diseases. Principles, pathogens &
practice. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier; p :1257-1264.
Soedarmo S, Poorwo, Herry G, Sri Rezeki S, Hindra I. 2008. Buku Ajaran : Infeksi
dan Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta: IDAI.
Soedarto, 2008. Parasitologi Klinik. Airlangga University
Staf Laboratorium Parasitologi FKUB, 2010, Diktat Biologi Mikroba Sub Modul
Parasitologi, Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang
Sumanto, D. 2010. Faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang Pada Anak Sekolah
(Studi kasus kontrol di Desa Rejosari, Karangawen, Demak). (Online),
http://eprints.undip.ac.id/23985/1/DIDIK_SUMANTO.pdf diakses 28
Oktober 2018.
Syarif, A & Elysabeth. 2007.Antelmintik. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi 5.
Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Indonesia. hlm: 541-550.
Tantri, N., Setyawati, T.R., Khotimah, S. 2013. Prevalensi dan Intensitas Telur
Cacing Parasit pada Feses Sapi (Boss p.). RUmah Potong Hewan (RPH) Kota
Pontianak Kalimantan Barat. Protobiont, 2(2):102-106.
Umar, Z. 2008. Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan Dan Kecacingan Pada
Murid SD di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatra Barat. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional vol.2 no.6 Juni 2008.
Utari Cr. S. ,2002. Infeksi Nematoda Usus. Sebelas Maret University Press.
Surakarta. Hal : 3 – 11.
Widiastuti, D., Astuti, N.T., Pramestuti, N., Sari, T.F. 2016. Infeksi Cacing
Hymenolepis nana Dan Hymenolepis diminuta pada Tikus Dan Cecurut Di
Area Pemukiman Kabupaten Banyumas. Vektora, 8(2) : 81-90.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis. Erlangga :Surabaya. Hal : 130-132.
Winita, R., Mulyati, Astuty, H. 2012. Upaya Pemberantasan Kcacingan di Sekolah
Dasar. Makara Kesehatan, 16(2):65-71.
World Health Organization. Report of the WHO informal consultation on the use
of praziquantel during pregnancy/lactation and albendazole/mebendazole in
children under 24 months. Geneva: WHO;2016.
Yamaguchi T, 1981. Atlas Berwarna Parasitologi Klinik. Jakarta: EGC.
28
dalam praktikum kami yang berjudul “Pemeriksaan Feses dan Jentik Nyamuk”
1. Tujuan penelitian
ditemukan pada hasil dari pemeriksaan feses pada praktikum kami guna
2. Keikutsertaan sukarela
kesediaan untuk berpartisipasi. Tidak akan ada kerugian atau sanksi apa pun
Anda terima) yang akan Anda alami akibat penolakan atau pengunduran diri
partisipan
Pengambilan Feses:
feses subyek
b. Subyek melakukan pengambilan sampel feses sebanyak satu ruas jari jentik
c. Sampel feses yang sudah diambil kemudian disimpan ditutup rapat dan
a. Petugas mendatangi rumah subyek yang akan diambil sampel jentik nyamuk
mandi, gentong air, ember, dan lain lain yang terdapat jentik nyamuk
30
d. Petugas menyimpan jentik nyamuk dalam botol untuk diperiksa lebih lanjut
di laboratorium kampus
4. Manfaat penelitian
tersebut serta mengetahui jenis nyamuk yang berada pada daerah rumah Anda.
penyakit infeksi pada orang-orang disekitar, namun hal ini dapat dihindari
6. Kompensasi
Bila ada risiko akibat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel, peneliti
7. Kerahasiaan
atau mempublikasikan informasi tentang data diri Anda tanpa ijin langsung dari
Anda sebagai partisipan. Data akan disimpan oleh peneliti dan akses terhadap
data hanya dapat dilakukan oleh peneliti, asisten peneliti dan Anda selaku
partisipan.
8. Klarifikasi
31
dapat menghubungi:
9. Kesediaan
satu salinan dari lembar informasi dan kesediaan ini. Tandatangan Anda pada
penelitian.
…………………………………….......
(BAPAK WARSO)
………………………………… …………………………………
(ROSALIA KUSUMA DEWI) (AKHMAD FAIZAL AZIZ)
32
Identitas Responden
1. Nama
Ayah :warso
Ibu :tumini
2. Umur
Ayah :42th
Ibu :38th
3. Pendidikan
Ayah :sd
Ibu :sd
4. Pekerjaan
Ayah :tani buruh
Ibu :ibu rumah tangga
Identitas Anak
1. Nama : poppy
2. Umur :11th
3. Jenis kelamin : perempuna
4. Kelas :5
5. Alamat :cunil grumbul
PETUNJUK PENGISIAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (x) pada
huruf, sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan saudara.
a. Yav
b. Kadang-kadang
c. Tidak
5. Apakah kuku ikut dibersihkan saat anak Anda mencuci tangan?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidakv
6. Apakah anak Anda selalu mencuci tangan sebelum makan?
a. Yav
b. Kadang-kadang
c. Tidak
7. Berapa kali anak anda memotong kuku?
a. 1 kali dalam semingguv
b. 1 kali dalam 2 minggu
c. Memotong kuku lebih dari 2 minggu
8. Apakah anak Anda mempunyai kebiasaan menggigit kuku?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidakv
9. Apakah anak Anda selalu memakai alas kaki ketika bermain di luar
rumah?
a. Yav
b. Kadang-kadang
c. Tidak
10. Apakah anak Anda sering bermain di sungai/parit/selokan?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidakv
11. Dimana anak Anda biasa buang air besar?
a. Jamban/WCv
b. Sungai/parit
c. Halaman/kebun
12. Apakah anak Anda selalu mencuci tangan setelah buang air besar?
a. Yav
b. Kadang-kadang
c. Tidak
13. Apakah anak Anda suka makan sayuran mentah/lalapan?
a. Ya
b. Kadang-kadangv
c. Tidak
14. Apakah anak Anda punya kebiasaan menghisap jari?
a. Ya
34
b. Tidakv
PETUNJUK PENGISIAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberi tanda silang (x) pada
huruf, sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan saudara.
Responden
( ....................................... )