FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada
Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah
Fitoterapi mengenai Pemilihan Terapi Berbasis Tanaman untuk Penyakit Infeksi Saluran Kemih.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu Dewi
Dianasari, S.Farm., M.Farm., Apt. selaku dosen pengampu mata kuliah Fitoterapi yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bakteri terasosiasi dengan ISK ...................................................................................... 9
Gambar 2 Daun sirih merah .......................................................................................................... 13
Gambar 3 Daun Sirsak .................................................................................................................. 14
Gambar 4 Tanaman Alang-Alang ................................................................................................. 17
Gambar 5 Buah Cranberry ............................................................................................................ 18
Gambar 6 Senyawa yang terkandung dalam Cranberry ............................................................... 18
Gambar 7 Produk Kapsul Cranberry............................................................................................. 19
Gambar 8 Jahe (Zingiber officinale Rosc) varietas gajah (Link dkk., 2009) ............................... 21
Gambar 9 Contoh Produk Jahe Gajah ........................................................................................... 24
Gambar 10 Sambiloto (Andrographis paniculata ) (Link dkk., 2009) .......................................... 25
Gambar 11 Contoh Produk Sambiloto .......................................................................................... 27
Gambar 12 Pegagan (Centella asiatica) (Link dkk., 2009) ........................................................... 28
Gambar 13 Contoh Produk Pegagan ............................................................................................. 30
Gambar 14 Contoh Produk Jamu Lain.......................................................................................... 31
v
BAB 1 PENDAHULUAN
Antibiotika, yang pertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrich pada 1910, sampai saat
ini masih menjadi obat andalan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi.
1
Pemakaiannya selama 5 dekade terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa, hal ini
tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju seperti
Amerika Serikat. The Center for Disease Control and Prevention in USA menyebutkan
terdapat 50 juta peresepan antibiotik yang tidak diperlukan (unnescecery prescribing) dari
150 juta peresepan setiap tahun (Akalin,2002). Menurut Menteri Kesehatan Endang
Rahayu Sedyaningsih, sekitar 92 persen masyarakat di Indonesia tidak menggunakan
antibiotika secara tepat. Ketika digunakan secara tepat, antibiotik memberikan manfaat
yang tidak perlu diragukan lagi. Namun bila dipakai atau diresepkan secara tidak tepat
(irrational prescribing) dapat menimbulkan kerugian yang luas dari segi kesehatan,
ekonomi bahkan untuk generasi mendatang.
Di seluruh dunia, diperkirakan 150 juta orang didiagnosis menderita infeksi saluran
kemih (ISK) setiap tahun, membebani ekonomi global lebih dari 6 miliar A.S. dolar. Di
Amerika Serikat, ISK tetap menjadi penyebab utama morbiditas pasien. UTI
2
menyumbang lebih dari 7 juta kunjungan kantor dan lebih dari 1 juta penerimaan rumah
sakit per tahun, biaya pendekatan sistem perawatan kesehatan Amerika Serikat 1 miliar
dolar AS per tahun . Ini diketahui bahwa sebanyak 40% dari semua wanita di Amerika
Negara akan didiagnosis dengan ISK pada suatu waktu selama hidup mereka. Di antara
lansia di Amerika Serikat kejadian uteriuria adalah setinggi 20 ± 30% pada pria dan 30 ±
50% pada wanita. Yang memperumit angka-angka yang mengejutkan ini adalah yang
muncul pola ISK yang resisten terhadap antimikroba. ISK yang resisten terhadap
antimikroba terus berlanjut meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan selama 15
tahun terakhir, dengan tidak ada ujung yang terlihat. Sayangnya, penelitian dan
pengembangan yang mengarah ke agen antimikroba yang lebih efektif tidak sejalan
dengan pola - pola yang berkembang pesat dengan resistensi bakteri. (Gonzalez et al.,
1999)
Infeksi di mana saja di saluran kemih disebut infeksi saluran kemih (ISK). Infeksi
mungkin dalam uretra (uretritis), kandung kemih (sistitis), atau ginjal (pielonefritis).
Sindrom multi-agen ini setiap tahun menyebabkan jutaan wanita sering menderita,
menyakitkan buang air kecil, tekanan suprapubik, dan kebutuhan mendesak untuk
kencing. Meski pria juga berisiko, frekuensinya ISK pada wanita adalah urutan besarnya
lebih tinggi dari itu pada pria. Bahkan di antara individu yang berisiko tinggi infeksi,
seperti pasien yang dikateterisasi, wanita mengalami a risiko ISK lebih tinggi daripada
pria. Bakteri yang menyebabkan ISK tumbuh di sekitar lubang uretra di antara pria dan
wanita, tetapi pada wanita daerah periurethral menyediakan lebih banyak tempat bagi
bakteri untuk tumbuh. Rongga vagina memberikan ceruk tambahan untuk pertumbuhan.
Bakteri juga bergerak dengan mudah dari vagina ke lubang uretra. Ini, dikombinasikan
dengan jarak yang lebih pendek dari uretra membuka ke kandung kemih, meningkatkan
kemungkinan itu potensi uropathogen dapat naik ke kandung kemih, berkembang biak
dalam urin, dan menyerang dinding kandung kemih atau naik lebih jauh ke ginjal yang
menyebabkan ISK. (Foxman, 2013)
3
1.2 Rumusan Masalah
Berikut merupakan rumusan dari makalah mengenai Fitoterapi Infeksi Saluran Kemih.
a. Apakah pengertian infeksi secara umum ?
b. Bagaimanakah patofisiologi infeksi secara umum ?
c. Bagaimanakah etiologi infeksi secara umum ?
d. Apakah gejala infeksi secara umum ?
e. Bagaimanakah pemilihan fitoterapi Infeksi Saluran Kemih ?
1.3 Tujuan
Berikut merupakan rumusan dari makalah mengenai Fitoterapi Infeksi Saluran Kemih.
a. Mengetahui pengertian infeksi secara umum
b. Mengetahui patofisiologi infeksi secara umum
c. Mengetahui etiologi infeksi secara umum
d. Mengetahui gejala infeksi secara umum
e. Mengetahui fitoterapi Infeksi Saluran Kemih
4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Infeksi
Penyakit infeksi (infectious disease), juga dikenal sebagai communicabledisease
atau transmissible disease yaitu penyakit yang nyata secara klinik dan terjadi akibat
adanya infeksi, keberadaan dan pertumbuhan agen biologik patogenik pada organism host
individu. Dalam hal tertentu, penyakitinfeksi dapat berlangsung sepanjang waktu. Patogen
penginfeksi meliputi virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit multiseluler dan protein yang
menyimpang yang dikenal sebagai prion. Patogen-patogen ini merupakan penyebab
epidemi penyakit, dalam artian bahwa tanpa patogen, tidak ada epidemi infeksi terjadi.
Penularan patogen terjadi dengan berbagai cara yang meliputi kontak fisik,makanan yang
terkontaminasi, cairan tubuh, benda, inhalasi yang ada di udara atau melalui organism
vektor. Penyakit infeksi yang sangat infektif ada kalanya disebut menular dan dapat dengan
mudah ditularkan melalui kontak dengan orang yangsakit. Penyakit infeksi dengan infeksi
yang lebih khusus, seperti penularan vektor,penularan seksual, biasanya tidak dianggap
sebagai menular karenanya korban tidakdiharuskan adanya karantina medis.
Mekanisme infeksi terdiri dari 4 tahap, yaitu adhesi (menempel), kolonisasi
(berbiak), penetrasi (masuk ke tubuh), dan invasi (menyebar ke seluruh tubuh sambil
berbiak). Pada proses kolonisasi, awalnya terjadi adhesi atau penempelan. Penempelan itu
terjadi dengan menggunakan 2 faktor, sebuah reseptor dan ligan. Receptor sejauh ini
ditetapkan berupa karbohidrat atau residu peptida yang spesifik pada permukaan sel
eukariot. Bakteri ligan yang biasanya disebut dengan adhesin merupakan komponen
makromolekul pada permukaan sel bakteri yang berinteraksi dengan reseptor sel pejamu.
Mekanisme penempelan terbagi 2, yaitu adhesi non-spesifik dan spesifik. Adhesi non-
spesifik bersifat reversibel, sedangkan yang spesifik bersifat ireversibel. Interaksi yang
terjadi pada adhesi non-spesifik adalah interaksi hidrofobik, elektrostatis, atom dan
molekul yang dihasilkan dari getaran berfluktuasi dipol yang mempunyai frekuensi sama,
Brownian movement, pengambilan dan penangkapan oleh polimer biofilm yang
berinteraksi dengan bakteri glycocalyx. Adhesi yang spesifik berupa pembentukan yang
permanen dengan banyak ikatan kunci yang spesifik antara molekul komplemen pada
setiap permukaan sel. Ada beberapa hal yang menghambat adhesi, antara lain adhesin atau
5
reseptor yang terisolasi, adhesin atau reseptor analog, enzim atau bahan kimia tertentu yang
menghancurkan adhesin atau reseptor, dan antibodi yang spesifik. Setelah melakukan
adhesi, bakteri-bakteri tersebut kolonisasi yang berupa perbiakan. Setelah itu mekanisme
berikutnya adalah penetrasi dan invasi. Invasi pada pejamu oleh patogen dapat dibantu oleh
produksi substansi ekstraseluler bakteri yang bertindak melawan pejamu dengan
mematahkan pertahanan tubuh pertama dan yang kedua. Substansi tersebut disebut invasin.
Banyak invasin merupakan protein (enzim) yang dapat bertindak untuk merusak sel pejamu
dan/atau memiliki efek pada pertumbuhan dan penyebaran patogen. Kerusakan pada sel
pejamu yang merupakan hasil aktivitas invasi adalah bagian dari patologi infeksi. Pada
proses invasi ini, ada beberapa jenis enzim bakteri yang mempengaruhi matriks jaringan
sehingga meningkatkan penyebaran patogen.
Gejala dari infeksi bervariasi, bahkan ada sebuah kondisi dimana infeksi tersebut
tidak menimbulkan gejala dan sub klinis. Gejala yang ditimbulkan kadang bersifat lokal
(di tempat masuknya mikroorganisme) atau sistemik (menyebar ke seluruh tubuh). Gejala
paling umum dirasakan oleh orang yang terkena infeksi adalah demam.
6
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme dalam urin. ISK keadaan ditemukannya
mikrorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu. Pasien didiagnosis ISK bila
urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/mL (Coyle, 2005).
Pada penelitian yang dilakukan di Bali tahun 2010 sampai 2012 terhadap
47 anak dengan ISK didapati bahwa 68% kasus ISK terjadi pada anak usia dibawah
2 tahun dan 27 % kasus ISK terjadi pada anak usia diatas 5 tahun (Sampurna M,
dkk, 2014).
7
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus, namun
bakteri adalah penyebab ISK terbanyak dan bakteri gram negatif merupakan
penyebab ISK tersering.
8
Bakterimia stafilokokus merupakan bakteri yang sering menyerang dari jalur
ini.
c. Perluasan langsung
Infeksi saluran kemih pada jalur ini disebabkan karena pembentukan abses atau
fistula seperti fistula kolovesikalis. Jalur ini yang menyebabkan kambuhnya
ISK pada penderitanya.
9
Infeksi saluran kemih (ISK) diklasifikasikan sebagai berikut
Tabel 1 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Klasifikasi Keterangan
Berdasarkan anatomi a. ISK atas: urethritis dan cystitis
b. ISK bawah: acute pyelonephritis, prostatitis, dan
intrarenal dan perinephric abscess
10
Perinephritic abscess dapat terjadi sekunder akibat infeksi berlanjut yang terjadi di area
perirenal (misalnya: vertebral osteomyelitis, psoas abses) atau pyelonephritis yang
merusak kapsul renal.
c. Cystitis
Merupakan infeksi pada vesika urinaria. Gejala yang terjadi meliputi : dysuria,
urgency, frequency, suprapubic pain, incontinence, malodorous urine (tidak spesifik
untuk ISK), serta tidak disertai demam dan tidak menyebabkan renal injury
d. Bakteriuria asimtomatik
Kondisi yang menunjukkan hasil kultur urin yang positif tanpa disertai manifestasi
klinis infeksi. Hal ini sering terjadi pada anak perempuan. Dimana insidensinya terjadi
pada 1-2% pada usia pra-sekolah dan anak perempuan usia sekolah, serta 0,3% anak
laki-laki. Insidensi menurun sesuai pningkatan usia. Kondisi bakteriuria asimtomatik
tidak membahayakan dan tidak menyebabkan renal injury, kecuali pada wanita hamil
yang mengalami Asymptomatic bacteriuria, jika tidak diterapi, maka akan
menyebabkan ISK simtomatik.
11
berbunga. Daunnya bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas meruncing.
Bertepi rata, dan permukaannya mengkilap atau tidak berbulu. Panjang daunnya
bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak putih keabu-abuan,
bagian bawah daun berwarna merah hati cerah. Daunnya berlendir, berasa sangat
pahit dan beraroma khas sirih. Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-
10 cm di setiap buku tumbuh bakal akar (Sudewo, 2005).
Tabel 3 Profil Daun Sirih
Data Keterangan
Kandungan Senyawa Aktif Flavonoid, alkaloid, tanin, euganol dan minyak
astsirih
( Haviva, 2011)
Data Farmakologi Kandungan falvonoid, alkaloid dan tanin pada
ekstrak air daun sirih merah yang memiliki
aktivitas antibakteri E.Coli (Sudewo,2007).
Uji yang sudah dilakukan Uji aktivitas antibakteri ekstrak air daun sirih
merah (Piper crocatum) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri E.coli yang
diidolasi dari urin penderita ISK.
( Fazriany, 2013)
Mekanisme kerja sebagai Flavonoid mengganggu integritas
antiinfeksi membran sel bakteri, sehingga sel bakteri
terdenaturasi (Setyawan et al,., 2008)
Alkaloid mengganggu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri
sehingga lapisan dinding bakteri terbentuk
tidak utuh dan menyebabkan sel tersebut
mati (Robinson, 1991)
Tanin dapat meinaktivasi materi genetik
(madzuki, 1996).
Cara penggunaan Dalam bentuk kapsul diminum 3 X1 kapsul per
hari, 1 jam sebelum makan.
Efek samping Pemakaian yang berlebih dapat menimbulkan
efek negatif. Mengkonsumsi rebusan daun sirih
setiap hari akan mematikan tidak hanya bakteri
jahat dalam pencernaan tetapi juga bakteri baik
( Mulyanto dan mulyono, 2003).
12
Gambar 2 Daun sirih merah
2.5.5.2 Daun sirsak (Annona Muricata L)
Klasifikasi dari tumbuhan sirsak adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polycarpiceae
Familia : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L. (Sunarjono, 2005).
Morfologi dari daun sirsak adalah berbentuk bulat dan panjang, dengan
bentuk daun menyirip dengan ujung daun meruncing, permukaan daun mengkilap,
serta berwarna hijau muda sampai hijau tua. Terdapat banyak putik di dalam satu
bunga sehingga diberi nama bunga berpistil majemuk. Sebagian bunga terdapat
dalam lingkaran, dan sebagian lagi membentuk spiral atau terpencar, tersusun
secara hemisiklis. Mahkota bunga yang berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari dua
lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih-
putiham, dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya. Bunga umumnya
keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon bentuknya sempurna
(hermaprodit) (Sunarjono, 2005).
13
Tabel 4 Data Profil Daun Sirsak
Data Keterangan
Kandungan senyawa akttif Acetogenins,β-caryophyllene, cadinene, epi-α-
cadino, α-cadinol, Bicyclogermacrene,
annomuricine muricapentocin, hexadecanoic acid,
dan Genticid acid, alkaloid, flavonoid, glikosida,
saponin dan tannin (Kossouoh et al., 2007)
Data Farmakologi Kadar Hambat ekstrak metanol daun sirsak Minimal
(KHM) terhadap bakteri Staphylococcus aereus
sebesar 156 µg/mL dan Pseudomonas aeroginosa
sebesar 625 μg/mL (Wirastuty R.dkk, 2019).
Uji yang sudah dilakukan Uji aktivitas antibakteri menunjukkan hasil
pengukuran aktivitas antibakteri terhadap
Pseudomonas aeroginosa diperoleh ekstrak daun
pucuk sirsak memiliki diameter hambat sebesar
11.83 mm dengan standar deviasi sebesar 0.65.
yang paling bagus memberikan aktivitas
antibakteri adalah bagian pucuk daun sirsak
(Wirastuty R.dkk, 2019).
Cara pengunaan Dalam bentuk sirup 2 X 30 ml/ hari setelah makan
Efek samping Mengkonsumsi daun sirsak tanpa aturan dosis yang
tepat atau rebusan daun sirsak yang diminum tanpa
aturan yang jelas, dapat menyebabkan jumlah total
senyawa annonaceous acetogenic meningkat
sehingga mengakibatkan penurunan fungsi dari
otak (Ramdhany, W.P, 2016).
14
2.5.5.3 Tanaman Alang-Alang
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Super Divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Super Ordo : Lilianae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata cirillo
Spesies : Imperata cylindrical (L)
Tanaman yang memiliki perawakan herba, rumput, merayap, tinggi 30-180
cm. Berbentuk rimpang, merayap di bawah tanah, batang tegak membentuk satu
perbungaan, padat, pada bukunya berambut jarang. Berdaun tunggal, pangkal saling
menutup, helaian daun berbentuk pita, ujung runcing tajam, tegak, kasar, berambut
jarang. Bunga dengan susunan majemuk bulir majemuk, agak menguncup. Buah
tipe padi, dan biji berbentuk jorong.
a. Kandungan Kimia
Penelitian menemukan bahwa alang-alang mengandung manitol, glukosa,
asam malic, asam sitrat, coixol, arundoin, silindrin, fernerol, simiarenol, anemonin,
esin, alkali, saponin, taninin, dan polifenol. Metabolit yang telah ditemukan pada
akar alang-alang terdiri dari arundoin, fernenol, isoarborinol, silindrin, simiarenol,
kampesterol, stigmasterol, ß-sitosterol, skopoletin, skopolin, p-
hidroksibenzaladehida, katekol, asam klorogenat, asam isoklorogenat, asam
pkumarat, asam neoklorogenat, asam asetat, asam oksalat, asam d-malat, asam
sitrat, potassium (0,75% dari berat kering), sejumlah besar kalsium dan 5-
hidroksitriptamin.
Hasil penelitian lain terhadap akar dan daun ditemukan 5 macam turunan
flavonoid yaitu turunan 3′,4′,7-trihidroksi flavon, 2′,3′-dihidroksi kalkon dan 6-
15
hidroksi flavanol. Suatu turunan flavonoid yang kemungkinan termasuk golongan
flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-0H, flavanon atau isoflavon terdapat pada
fraksi ekstrak yang larut dalam etilasetat akar alang-alang. Pada fraksi ekstrak yang
larut dalam air akar alang-alang ditemukan golongan senyawa flavon tanpa gugus
OH bebas, flavon, flavonol tersubstitusi pada 3-0H, flavanon, atau isoflavon.
b. Mekanisme Kerja
Senyawa Flavonoid pada rimpang alang-alang diduga mekanisme kerjanya
dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Selain itu juga dapat merusak sel yang
terkena infeksi oleh bakteri tersebut tanpa dapat diperbaiki kembali (Pelczar et al,
1998)
c. Preparasi dan Bentuk Sediaan
Rimpang Alang-alang sebanyak 6 gram dengan rimpang kunci pepet 5 gram,
dan daun kumis kucing 4 gram dalam air panas sebanyak 115 ml. Ramuan ini dapat
dijadikan seduhan, infusa dan juga bentuk pil.
d. Cara Penggunaan dan Dosis
Infusa diminum 1 kali sehari, tiap kali minum sebanyak 100 ml. Untuk
sediaan yang berbentuk pil diminum 3 kali sehari sebanyak 9 pil. Pada pasien yang
menderita infeksi pada saluran kemih, sebaiknya segera diperiksakan pada dokter
terlebih dahulu. Ramuan ini (infusa rimpang alang-alang) memiliki efek diuretika
yang digunakan sebagai obat alternatif disamping pengobatan dari resep dokter.
e. Keamanan dan Efek Samping
Toksisitas pada pemakaian yang sesuai aturan, praktis tidak akan toksik. Efek
yang tidak diinginkan yaitu pusing, mual, adanya peningkatan rasa ingin buang air
besar, dan terkadang terjadi pada penggunaan klinik.
f. Uji Klinik dan Preklinik
Uji Preklinik
Pemberian infusa akar alangalang dengan dosis 40, 50, 60, 70 g/kgBB berefek
antipiretik pada marmot. Infusa bunga alang-alang pada konsentrasi 10% dengan
dosis 12 ml/ kgBB berefek antipiretik yang relatif sama dengan suspensi parasetamol
10% pada merpati.
Uji Klinik
16
Dekokta akar alang-alang dengan dosis 250-300 g, 2 kali pagi dan sore dapat
menyembuhkan 27 kasus dari 30 penderita nefritis akut. Pada nefritis kronis, herba
alang-alang dapat mengurangi edema dan menurunkan tekanan darah. Dekokta herba
250 g dalam bentuk tunggal maupun dikombinasikan dengan rimpang dan daun
Nelumbo nucifera dan daun Agrimonia pilosa dapat
mengobati epistaksis (mimisan), hemoptisis (batuk darah), hematuri (kencing darah),
menorrhagia, dan perdarahan gastrointestinal bagian atas. Dilaporkan juga bahwa
dekokta akar alang-alang dapat efektif untuk pengobatan hepatitis viral akut pada 28
kasus; biasanya digunakan bersama dengan Plantago asiatica, Glechoma longituba
dan tunas Artemisia capillaris.
17
Spesies : Vaccinium macrocarpon
18
kemih dengan menghambat ekspresi molekul fimbrae pada bakteri E.Coli. PACs
tipe-A dapat membantu mengurangi adhesi bakteri didinding saluran kemih,
sehingga dapat memberikan dukungan untuk kesehatan yang baik bagi saluran
kemih.
c. Preparasi dan Bentuk sediaan
Cranberry diolah menjadi bentuk jus (bisa dalam jus buah tunggal maupun jus
campuran buah cranberry, semangka, dan ceri) atau dalam bentuk konsentrat, dan
juga ekstrak kering cranberry dipasarkan dalam bentuk kapsul yang mengandung
400 mg ekstrak, dengan nama dagang CranActin®
19
f. Uji Klinik dan Preklinik
Tiga studi double-blind, terkontrol plasebo pada produk cranberry yang
diulas di sini membahas pencegahan infeksi saluran kemih (ISK). Studi in vitro
menunjukkan bahwa produk cranberry mencegah adhesi bakteri ke dinding sel
saluran kemih, sehingga mencegah infeksi (Winston et al., 2002). Meskipun
beberapa metode studi dalam studi klinis yang dikutip dapat ditingkatkan, studi ini
juga menunjukkan manfaat dalam pencegahan bakteriuria (lebih besar dari atau
sama dengan 10.000 unit pembentuk koloni per ml) dan infeksi saluran kemih
simtomatik.
Konsentrat jus cranberry dan produk koktail rendah kalori, yang dipelajari
secara klinis dan ekstrak kering dari buah cranberry juga diuji secara klinis. Sebuah
studi yang dilakukan dengan 153 wanita lanjut usia menunjukkan penurunan
frekuensi infeksi bakteri dibandingkan dengan plasebo setelah 4 - 8 minggu
pemberian 300 ml jus cranberry per hari. Mereka dengan infeksi bakteri,
ditunjukkan oleh sampel urin yang mengandung sel darah putih dan bakteri
konsentrasi tinggi, dan hanya sekitar seperempat minum jus cranberry,
kemungkinan kelompok plasebo untuk terus memiliki infeksi pada bulan
berikutnya (Avorn et al., 1994). Sebuah studi pendahuluan termasuk 15 anak
dengan kandung kemih neurogenik yang menerima kateterisasi intermiten 4x sehari
menyelidiki efek koktail jus cranberry pada frekuensi bakteriuria. Pemberian 2 oz
konsentrat jus cranberry setara dengan 300 ml jus cranberry, selama tiga bulan tidak
berpengaruh pada jumlah bakteri dalam urin anak-anak (Schlager et al., 1999).
Sebuah uji coba crossover mempelajari 10 wanita yang aktif secara seksual
yang memiliki riwayat infeksi saluran kemih. Mereka diberi ekstrak cranberry 400
mg (CranActin) atau plasebo setiap hari selama tiga bulan sebelum beralih
pengobatan. Para wanita memiliki infeksi secara signifikan lebih sedikit saat
mengambil produk cranberry dibandingkan dengan ketika mereka mengambil
plasebo (Walker et al., 1997).
20
g. Penelitian lain yang mendukung
Sengupta, et al (2011)
Penurunan infeksi E.coli sampai hari ke-90 pada penggunaan
Proanthocianidin membuktikan bahwa penggunaan PAC dapat membantu
mensupport kesehatan saluran kemih yang memberikan hasil bawah PAC
(Proanthocianidin) efektif mencegah terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK)
berulang.
Annette, et al (2010)
Terdapat 10 studi dengan 1049 partisipan menunjukkan pemberian jus
cranberry dan derivatnya dapat menurunkan jumlah gejala ISK selama periode
>12 bulan, terutama pada wanita dengan ISK berulang . Sebuah meta-analisis
dari 4 RCT (randomized clinical trial) menunjukkan bahwa produk cranberry
secara signifikan mengurangi insiden ISK jika dibandingkan dengan plasebo.
Cochrane 2008 dan Cochrane 2012
Konsumsi jus cranberry dapat menurunkan gejala ISK pada wanita setelah
penggunaan selama 12 bulan tetapi untuk konsumsi jus cranberry hanya dapat
memberikan perlindungan yang sedikit terhadap ISK.
Gambar 8 Jahe (Zingiber officinale Rosc) varietas gajah (Link dkk., 2009)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
21
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc. (Rukmana, 2000).
Menurut para ahli, jahe (Zingiber officinale Rosc.) berasal dari Asia Tropik,
yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu, kedua bangsa itu disebut
sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan
minuman, bumbu masakan, dan obat-obatan tradisional. (Santoso, 1994). Tanaman
jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara 30-75 cm.
Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15-23 cm, lebar lebih
kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling. Tanaman jahe hidup merumpun,
beranak-pinak, menghasilkan rimpang dan berbunga. Berdasarkan ukuran dan
warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: jahe besar (jahe
gajah) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang besar, berwarna muda atau
kuning, berserat halus dan sedikit beraroma maupun berasa kurang tajam; jahe putih
kecil (jahe emprit) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang termasuk kategori
sedang, dengan bentuk agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma
serta berasa tajam; jahe merah yang ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil,
berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa sangat tajam
(Rukmana, 2000).
a. Kandungan Kimia (Rosmana dkk., 2018)
Aktifitas antibakteri jahe diperankan oleh beberapa komponen seperti senyawa
phenol gingerol atau shagaol, farnesol, senyawa flavonoid (quercetin,
galangin), serta senyawa golongan alkaloid dan tannin.
Mekanisme aktifitas antibakterinya melalui proses penghambatan langsung
kerja faktor virulensi permukaan bakteri pada fimbrie dan reseptor Gal-Gal,
sehingga teganggu proses adesi bakeri ke permukaan sel kandung kemih.
Senyawa fenol (gingerol dan shogaol) disebut juga sebagai denaturating agent,
yang mampu mengubah permeabilitas sel sehingga dapat mengakibatkan
pembengkakan dan pecahnya sel bakteri, dan dapat masuk menembus
22
permukaan bakteri gram negatif serta dapat menyebabkan penurunan
metabolisme dan reproduksi dari bakteri. Senyawa terpene yaitu farnesol
memiliki kemampuan merusak permukaan sel bakteri sehingga menyebabkan
gangguan keseimbangan transport ion dan permeabilitas membrane sel bakteri.
Senyawa flavonoid dari jahe dapat mengganggu sintesis DNA/RNA serta
menghambat aktifitas DNA gyrase dari E. coli termasuk quercetine dengan
cara berikatan dengan GyrB subunit dari DNA gyrase E. coli dan menghambat
enzim ATPase.
b. Uji yang Telah Dilakukan
Uji in vitro : Dari hasil penelitian Fathia (2011) menyatakan bahwa ekstrak jahe
gajah memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri Bacillus cereus dan
Staphylococcus aureus.
Pengujian klinis dari jurnal penelitian : Subyek penelitian adalah 12 orang
wanita berusia 50-65 tahun yang positif ISK asimtomatis. Subyek penelitian
diambil Poli Geriatri dan Menopause RSUD. Dr. Soetomo Surabaya. Sebelum
perlakuan, hasil identifikasi dan hitung koloni kultur urin semua subyek adalah
positif mengandung Escerichia coli. Setelah pemberian kapsul serbuk jahe (2
kali sehari 2 kapsul, per kapsul mengandung 250 mg ekstrak) selama 5 hari dan
diminumkan setelah makan didapatkan 11 subyek dengan hasil kultur urin
ulangan negatif dan didapatkan 1 subyek dengan hasil kultur urin ulangan
tetapi positif dengan jumlah koloni Escerichia coli yang menurun (Rosmana
dkk., 2018).
c. Cara Preparasi (Rosmana dkk., 2018)
Jahe gajah usia 11 bulan yang telah dicuci diiris tipis ±2 mm, dikeringkan
menggunakan oven pada suhu 40oC selama 2-4 jam, kemudian dihancurkan
menjadi serbuk, diayak menggunakan saringan sehingga didapat tepung jehe.
Kemudian terpung jahe diproses menjadi kapsul dengan isi perkapsul yaitu 250
mg serbuk jahe.
d. Contoh Produk
Berikut merupakan contoh Produk
23
Tabel 5 Contoh Produk Jahe Gajah
Nama Produk Keterangan
Nama produk : Jahe Gajah Khasiat : secara tradisional digunakan untuk :
Produsen : PT. Sumber Waras mengatasi infeksi saluran kemih
Jenis produk : Jamu Mengatasi masalah pencernaan
Bentuk : serbuk (100% ekstrak rimpang Mengurangi mual
jahe gajah) Mengurangi rasa nyeri
Membantu proses detoksifikasi dan mencegah
penyakit kulit
Anti peradangan
Dosis : 1000 mg ekstrak/hari (Rosmana dkk., 2018)
Aturan minum: 2 kali sehari 500 mg serbuk diseduh
dengan air panas, diminum setelah makan selama 5
hari.
Efek Samping: konsumsi berlebih dapat
menyebabkan timbul rasa panas diperut, jantung
berdebar-debar, dan mengeluh badan terasa hangat.
Namun efek ini sangat jarang dialami (Rosmana
dkk., 2018).
Kontraindikasi: perlu konsultasi dengan dokter
untuk pasien yang memiliki gangguan pembekuan
darah, konsumsi obat antikoagulan, atau dengan batu
empedu. Hindari penggunaan untuk ibu hamil (Link
dkk., 2009).
Interaksi : berinteraksi dengan antikoagulan seperti
heparin dan warfarin. Dapat meningkatkan risiko
perdarahan pada pasien yang menggunakan
warfarin. Dapat secara signifikan mengurangi
bioavailabilitas oral siklosporin (Link dkk., 2009).
Aturan simpan: Simpan di suhu sejuk dan kering,
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
24
2.5.5.6 Sambiloto (Andrographis paniculata)
26
d. Contoh Produk
Tabel 6 Contoh Produk Sambiloto
Nama Produk Keterangan
Nama produk : Kapsul Sambiloto Griya Annur Khasiat : secara tradisional digunakan untuk :
Produsen : Cv. Griya Annur Mengatasi Kencing Manis/Diabetes
Jenis produk : Jamu Sebagai Anti Radang Paru
Bentuk : Kapsul (100% ekstrak daun Sebagai Anti Radang Saluran Pernafasan
sambiloto, tiap kapsul mengandung 500 mg Sebagai Anti Radang Ginjal Akut
ekstrak) Sebagai Anti Radang Usus
Sebagai Anti Radang Pada Penyakit Sipilis
Sebagai Anti Infeksi Saluran Kemih
Sebagai Anti Infeksi Jaringan Luka
Sebagai Anti Infeksi Pada Jaringan Lendir
Sebagai Anti Infeksi Tenggorokan
Untuk Penawar Racun dan Mengatasi Gatal-
Gatal
Mengatasi Keputihan
Untuk Penderita Hipertensi Karena Dapat
Menurukan Tekanan Darah
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Dosis : 1-3 gram serbuk ekstrak/hari (API, Vol. I.)
Aturan minum: 2 x 3 kapsul/hari (2 kali sehari setiap
minum 3 kapsul). Dapat diminum sebelum atau
sesudah makan.
Efek Samping: konsumsi berlebih dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, anoreksia,
emesis dan urtikaria (Link dkk., 2009).
Kontraindikasi: kehamilan, kemungkinan tidak
aman karena efek abortifacient (Link dkk., 2009).
Interaksi : menurunkan efektivitas obat penekan
sistem imun, obat antikoalgulan, obat antiplatelet.
Aturan simpan: Simpan di suhu sejuk dan kering,
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
27
2.5.5.7 Pegagan (Centella asiatica)
28
muda atau putih. Buah kecil bergantung, berbentuk lonjong, pipih, panjang 2-2,5
mm, baunya wangi, dan rasanya pahit. Daunnya dapat dimakan sebagai lalap untuk
penguat lambung (Depkes RI, 1977; Jayusman, 2005).
a. Kandungan Kimia
Ekstrak daun pegagan dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Menurut
James (2009) komponen ekstrak pegagan yang memiliki sifat antibakteri adalah
minyak atsiri, flavonoid, tanin dan saponin. Mekanisme flavonoid dalam
menghambat pertumbuhan bakteri adalah membentuk kompleks dengan protein sel
bakteri melalui ikatan hidrogen sehingga protein sel bakteri menjadi kehilangan
aktivitas biologisnya (Harborne, 1987). Senyawa tanin mampu mengerutkan
dinding sel bakteri sehingga dapat menyebabkan sel bakteri tersebut tidak dapat
melakukan aktifitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat (Sulistyarini,
2014). Kemampuan senyawa saponin dalam menghambat pertumbuhan bakteri
dialakukan dengan cara membentuk senyawa kompleks dengan membran sel
melalui ikatan hidrogen sehingga dapat menghancurkan permeabilitas dinding sel
bakteri (J.Barnes et al dalam Ramadhan et al., 2015). Kandungan senyawa golongan
fenol dan terpenoid dalam fraksi kloroform ekstrak etanol pegagan mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap B. subtilis dan P. aeruginosa (Rachmawati dan Nuria,
2011).
b. Uji yang Telah Dilakukan
Uji in vitro : Ekstrak daun pegagan dapat menghambat pertumbuhan Escherichia
coli (James, 2009).
c. Cara Preparasi
Daun pegagan sebanyak 1 kg dicuci dan ditumbuk hingga halus. Kemudian direbus
dengan setengah liter air hingga matang. Didiamkan hingga dingin dan diperas.
diminum 3 kali sehari 1 gelas setelah makan (Wulantari, 2018).
d. Contoh Produk
29
Tabel 7 Contoh Produk Pegagan
Nama Produk Keterangan
Nama produk : Pegagan Herbal Alami Khasiat secara tradisional digunakan untuk :
Produsen : Herbal Indo Utama mengatasi infeksi saluran kemih
Jenis produk : Jamu mengatasi susah kencing
Bentuk: Kapsul (100% ekstrak pegagan, mengatasi demam
tiap kapsul mengndung 400 mg ekstrak) mengatasi darah tinggi
mengatasi wasir
mengatasi pembengkakan hati (liver)
mengatasi campak
mengatasi mata merah (bengkak)
mengatasi batuk darah
mengatasi muntah darah
mengatasi lepra
Dosis : 3-6 gram ekstrak (API Vol. IV.)
Aturan minum: 3 kali sehari 1-3 kapsul.
Efek Samping: konsumsi berlebih dapat memberikan
efek sedasi, mual, muntah (Link dkk., 2009).
Kontraindikasi: ibu hamil, menyusui dan anak-anak
(Link dkk., 2009).
Interaksi: hati-hati penggunaan bersama obat
antiplatelet seperti aspirin, karena pegagan memiliki
aktivitas anti agregasi platelet. Mengurangi efektivitas
obat-obatan antidiabetes dan antilipidemik (Link dkk.,
2009).
Aturan simpan: Simpan di suhu sejuk dan kering, dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
30
e. Contoh Produk Jamu Lainnya
Nama Produk
Nama produk : Gang Jie dan GhO sIAH Khasiat secara tradisional digunakan untuk :
Produsen : De Nature Sipilis / Raja Singa
Jenis produk : Jamu Kencing Nanah/ Gonore
Bentuk : Kapsul. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Kandungan Gang Jie : Orthosiphon stamineus Klamidia
folium, Imperata cylindrica rhozoma, Trikomoniasis
Andrographis paniculata folium (tidak Herpes genital
disebutkan jumlahnya)
Human papillomavirus (HPV)
Kandungan Gho Siah : Lumbricus rubellus
Keputihan
(tidak disebutkan jumlahnya)
Dosis : tidak dijelaskan
Aturan minum: Masing-masing kapsul (Gang jie dan
Ghi Siah) diminum 3 kali sehari 2 kapsul setiap
minum (2 Gang Jie, 2 Gho Siah) 1 jam sebelum
makan.
Efek Samping: konsumsi berlebih dapat menyebabkan
ngangguan pencernaan, mual, muntah.
Kontraindikasi: tidak ada data
Interaksi : tidak ada data
Aturan simpan: Simpan di suhu sejuk dan kering,
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
31
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit infeksi (infectious disease), juga dikenal sebagai communicabledisease
atau transmissible disease yaitu penyakit yang nyata secara klinik dan terjadi akibat
adanya infeksi, keberadaan dan pertumbuhan agen biologik patogenik pada organism host
individu . ISK adalah bertumbuh dan berkembangbiaknya kuman atau mikroba dalam
saluran kemih dalam jumlah bermakna. Umumnya ISK disebabkan oleh: Organisme gram
negatif, Enterobakteris, Organisme gram positif. Infeksi saluran kemih (ISK) terutama
disebabkan oleh koloni bakteri. Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab
tersering 60-80% pada ISK akut. Pada anak perempuan, 75-90% infeksi disebabkan oleh
Escherichia coli, lalu oleh Klebsiella spp., dan Proteus spp. Pilihan Fitoterapi Untuk ISK:
Daun Sirih Merah, Daun sirsak (Annona Muricata L), Alang-Alang (Imperata cylindrical),
Buah Cranberry (Vaccinium macrocarpon, Jahe Gajah (Zingiber officinale Rosc),
Sambiloto (Andrographis paniculata), Pegagan (Centella asiatica),
3.2 Saran
Digunakan terapi alternatif ISK untuk menananggulangi resistensi antibiotik.
32
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1977. Materia Medika Indonesia. Jilid I. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta. 34-39.
Dewi N. Khasiat dan cara olah sambiloto untuk menumpas berbagai penyakit. Yogayakarta:
Pustaka Baru; 2013.
Fathia, S. (2011). Aktivitas Antimikroba Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale Roscoe) Terhadap
Beberapa Bakteri Patogen. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Fazriany, Cut. (2013). Uji aktivitas antibakteri ekstrak air daun sirih merah (Piper crocatum)
terhadap isolat Esheria coli dari urin penderita ISK. ETD. Banda aceh, Universitas Syiah
kuala.
Flores-Mireles A, Walker J, Caparon M, Hultgren SJ. Urinary tract infections. 2015.
Epidemiology, Mechanism Of Infection And Treatment Options. Nature Reviews
Microbiology. 13:1-14
Foxman, B. et al. Risk factors for second urinary tract infection among college women. Am. J.
Epidemiol. 151, 1194–1205 (2000).
Foxman, B. (2013). Urinary Tract Infection. 384978.
Gonzalez, C. M., Schae, A. J., States, U., States, U., States, U., & States, U. (1999). Treatment of
urinary tract infection : what ’ s old , what ’ s new , and what works. 372–373.
Hariana, Arief. 2006. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Penebar Swadaya : Jakarta Hlm 73-74.
Harida Panduwita S. 2018. Rasio Neutrofil-Limfosit Sebagai Penanda Infeksi Saluran Kemih Pada
Anak Yang Disebabkan Oleh Bakteri. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara Press
Haviva, A.B, (2011). Dahsyatnya Mukjizat Madu untuk Kesehatan, Kecantikan, dan
33
Kecerdasan. Jogjakarta : DIVA Press.
Himawan, Rosandi. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia sinensis)
Terhadap Kadar SGPT Tikus Putih (Rattus no vergicus) yang Diinduksi Isoniazid.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penterjemah : ITB Bandung, terjemahan dari Dictionary
of Natural Product.
James, J.T. 2009. Pentacilin Triterpenoid from the medicinal herb, Centella asiatica (L) Urban.
Molecules, 14:3922-3941.
Jayusman. 2005. Perbanyakan stek pada teknik penyiapan bahan klonal gmelina. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman. 2(3): 103-105.
Kher KK, Leichter HE. Urinary tract infection. Dalam: Kher KK, Makker SP, penyunting. Clinical
Pediatric Nephrology. New York; McGraw-Hill;1992:h.277- 321.
Landman D, Bratu S, Kochar S, Panwar M, Trehan M, Doymaz M, et al. Evolution of antimicrobial
resistance among Pseudomonas aeruginosa , Acinetobacter baumannii and Klebsiella
pneumoniae in Brooklyn , NY. 2007;(May):78–82.
34
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung, ITB. Hal: 132-
136.
Setyawan, Dwi, A; Darusman dan Kosim, L. 2008. Review: senyawa biflavonoid
pada selaginella pal. beauv. dan pemanfaatannya. UNS Jornals. No. 9 Vol. 1 hal:
64-81.
Rosmana, D., Hardianto, G., & Debora, K. (2018). Jahe mengurangi jumlah koloni uropathogenic
Escherichia coli pada wanita menopause dengan infeksi saluran kemih
asimtomatis. Majalah Obstetri & Ginekologi, 24(1), 1-7.
Rukmana R, 2000. USAHA TANI JAHE Dilengkapi dengan pengolahan jahe segar, Seri Budi
Daya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Santoso, H.B. 1994. Jahe Gajah. Kanisius. Yogyakarta
Speakman M. J. 2008. Lower Urinary Tract Symptom Suggestive of Benign Prostate Hyperplasia
(LUTS/BPH) : More Than Treating Symptoms. European Urology Supplements 7th
Edition.680-589
Stamm WE. Urinary tract infection. Dalam: Greenberg A, Cheny AK, Coffman TM, Falk RJ,
Jennette JC, penyunting, Primer on kidney diseases: San Diego: National Kidney Foundation,
Academic Press, 1994;h.243-6
Sudewo, B. 2007. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Jakarta, PT. Agromedia
Pustaka. Hal: 35.
Sunarjono H. 2005. Sirsak dan Srikaya: Budidaya untuk Menghasilkan Buah Prima. Penebar
Swadaya: Depok.
Sudarsono., et al. 1996. Tumbuhan Obat. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat Tradisional UGM.
h:30-35.
Sulistyarini, I. 2014. Ekstrak daun Kersen (Muntingia calabura L.) Sebagai Antibakteri Alami
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Pekalongan. Pekalongan.
Tariq, A. L dan A. L. Reyaz. 2012. Camellia Sinensis Leaves A New Treatment Againts
Urinary Tract Infection Caused By Pseudomonas Fluorescens Dan Serratia Sp.
International Journal and Pharmaceutical Siece and Research.
The Ayurvedic Pharmacopoeia of India, Part I., Vol I to IV (2004), (API), Ministry of Health,
Govt. of India, New Delhi.
Utami, E. R. (2002). 124 antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi. 124–138.
Wirastuty R.Y.dkk. 2019. Pengaruh Posisi Daun Pada Tanaman Sirsak (Anonna Muricata Linn.)
Dan Aktivitas Antibakteri Secara In Vitro. Majalah Farmasi Farmakologi Fakultas Farmasi:
Makasar
Wulantari. (2018, 15 Agustus). Cara mengobati sakit kencing dengan menggunakan obat herbal.
Dikutip 17 September 2019 dari De Nature Indonesia :
https://medium.com/@tariw917/cara-mengobati-sakit-kencing-dengan-menggunakan-obat-
herbal-944c8074ed47
Yusron M, Januwati M (2004) Pengaruh kondisi agroekologi terhadap produksi dan mutu simplisia
sambiloto (Andro-graphis paniculata). Prosiding Seminar Nasional XXVI Tumbuhan Obat
Indo-nesia, Padang, 7-8 September. 211-216.
35