NIM : 151810483006
Tugas : Farmakologi (Antidiabetes)
1. Studi Kasus
Seorang pria gemuk 57 tahun (BMI : 32 kg/m2), hipertensi selama sepuluh tahun,
dengan riwayat keluarga positif mengidap diabetes mellitus tipe 2 dari ayahnya,
menyajikan dengan sejarah beberapa bulan dari poliuria, polidipsia, polyphagia dan
fatiguability mudah. Sebuah pengukuran gula darah acak menunjukkan tingkat 350
mg/dl (19.4 mmol/L) dan HbA1c 10,2 %.
2. Mekanisme terjadinya diabetes
Jumlah glukosa pada tubuh kita biasanya sangat terkontrol dengan cermat. Kita
biasanya mendapatkan glukosa dari makanan yang kita makan-baik secara langsung
dari makan yang manis atau karbohidrat (yang banyak ditemukan pada roti dan
kentang), maupun secara tidak langsung dari jenis makanan lain. Glukosa diserap ke
dalam aliran darah dan bergerak dari aliran darah ke seluruh tubuh sel-sel dalam
tubuh dimana ia dapat di gunakan sebagai energi. Bila jumlah glukosa dalam darah
terlalu banyak dan tidak segera dibutuhkan untuk membentuk energi, maka ia dapat
diubah dan kemudian disimpan dengan dua cara, yaitu sebagai tepung dalam hati dan
lemak. Untuk mengubah glukosa menjadi energi atau menyimpan glukosa, tubuh kita
memerluka insulin.
Pankreas merupakan sebuah kelenjar yang terdapat dalam rongga abdomen dan
terletak di belakang perut. Pankreas ini memproduksi subtansi-subtansi, yang
beberapa diantaranya (enzim) membantu mencernakan makanan yang kita makan,
sementara yang lain (hormon) mengatur kadar glukosa-salah satu dari jenis hormon
ini adalah insulin. Insulin dihasilkan oleh sekelompok sel pada pankreas yang
dinamakan pulau-pulau Langerhan.
3. Pengobatan secara konvensional dan secara tradisional
Dapat diketahui bahwa kasus yang akan dibahas disini adalah penderita yang
mengidap penyakit diabetes mellitus tipe 2, karena kebanyakan penyakit diabetes
yang berasal dari keturunan yang positif mengidap penyakit diabetes melitus juga
akan mengidap penyakit diabetes melitus, yaitu dengan tipe 2.
Pengobatan secara konvensional
1. Nonfarmakologis
Nonfarmakologis berupa diet, gerak badan, dan mengubah pola hidup
(misalnya dengan berhenti merokok, bagi penderita yang merokok). Diet
dilakukan terlebih pada pasien yang kelebihan berat badan. Makanan juga dipilih
secara bijaksana, terutama pembatasan lemak total dan lemak jenuh untuk
mencapai normalitas kadar glukosa darah, dan juga hindari makan makanan yang
banyak mengandung gula berlebih. Gerak badan secara teratur dapat dilakukan,
yaitu seperti jalan kaki, bersepeda, atau olahraga. Berhenti untuk tidak merokok,
karena nikotin dapat mempengaruhi secara buruk penyerapan glukosa oleh sel.
2. Farmakologis
Pada saat ini terdapat 5 macam kelas obat hipoglikemik oral untuk
pengobatan DM tipe II, yaitu sulfonilurea, biguanid, meglitinid, α-glukosidase
inhibitor, dan agonis receptor γ (thiazolidin atau glitazon). Obat hipoglikemik
oral diindikasikan untuk pengobatan pasien DM tipe II yang tidak mampu diobati
dengan melakukan diet dan aktivitas fisik. Biguanid dan thiazolidinedion
dikategorikan sebagai sensitizer insulin, dengan cara menurunkan resistensi
insulin. Sulfonilurea dan meglitinid dikategorikan sebagai insulin secretagogues
karena kemampuannya merangsang pelepasan insulin endogen.
Contoh obat DM tipe II
Metformin Hidroklorida
Indikasi : menekan nafsu makan, tidak meningkatkan berat badan,
indikasi lain penggunaannya dalam kombinasi dengan
sulfonilurea adalah untuk pasien diabetes melitus tipe 2
dengan hasil yang tidak memadai hanya dengan pemberian
terapi sulfonilurea.
Dosis : 3 kali sehari 500 mg, atau 2 kali sehari 850 mg, diminum
yang diberikan pada waktu makan. Bila perlu dosis
dinaikkan dalam waktu 2 minggu sampai maksimal 3 kali
sehari 1g.
Glibenklamid
Indikasi : digunakan untuk diabetes melitus tipe 2 dimana kadar gula
darah tidak dapat dikontrol hanya dengan diet saja.
Dosis : dosis awal 2,5 mg per hari atau kurang, rata-rata dosis
pemeliharaan adalah 5-10 mg/hari, dapat diberikan sebagai
dosis tunggal. Tidakdianjurkan memberikan dosis
pemeliharaan lebih dari 20mg/hari.