PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih selalu digunakan
b.
Apakah peningkatan dosis akan menaikan efek dan menurunkan kadar LDL
pada mencit putih jantan.
1.3
a.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun labu
siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz) terhadap kadar kolesterol LDL pada
mencit putih jantan.
b.
Untuk mengetahui pengaruh peningkatan dosis ekstrak etanol daun labu siam
terhadap penurunan kadar kolesterol LDL pada mencit putih jantan.
1.4
Hipotesis
Dengan pemberian ekstrak etanol daun labu siam (Sechium edule (Jacq.)
Swartz) dapat menurunkan kadar kolesterol LDL pada mencit putih jantan.
1.5
Manfaat Penelitian
1. Dengan mengetahui efek penurunan kadar LDL dari ekstrak etanol daun labu
siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz) terhadap kadar LDL darah.
2. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat, penggunaan,
cara pengolahan dan cara saji dari daun labu siam.
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Famili
: Cucurbitaceae
Genus
: Sechium
Spesies
2.1.2
Nama daerah
Sumatera
Aceh
: Labu jipang
Karo
: Ropah
Jawa Timur
: Manisah
Manado
: Ketimun jepang
Minangkabau
2.1.3
Morfologi
Tumbuhan labu siam memiliki morfologi sebagai berikut (Prahasta, 2009).
Batang : Lunak, beralur, cabang banyak, serta memiliki sulur batang untuk membelit
pada benda lain. Permukaan umumnya kasap atau agak kasar, berwarna
hijau, dan berbulu. Berbentuk segi lima dan melilit, dengan panjang batang
50-2.500 cm dan memiliki tunas yang keluar dari ketiak daun.
Daun : Tunggal yang berbentuk jantung bertulang, tepi bertoreh, dengan ujung
yang meruncing, permukaan kasar, panjang 4-25 cm dengan lebar antara 320 cm, berwarna hijau, dengan tangkai berbentuk bulat, panjang tangkai
daun berkisar 5-10 cm.
Bunga : Majemuk yang keluar dari ketiak daun, dengan kelopak bertajuk lima,
mahkota beralur, lima benang sari, kepala sari jingga, satu putik yang
berwarna kuning. Benang sari dan kepala sari berlekatan.
Buah : Menggantung ditangkai, dengan permukaan berlekuk berwarna hijau ketika
muda dengan larik-larik putih kekunigan, semakin matang warna bagian
luar buah berubah menjadi hijau pucat sampai putih, bentuk lonjong, dengan
ukuran ujung berbeda.
Biji
Tinjauan Kimia
Buah (Sechium edule (Jacq.) Swartz) mengandung saponin, alkaloid dan tanin
Tinjauan Farmakologi
Labu siam secara empiris sering digunakan sebagai obat hipertensi sebab
mengandung kalium dalam jumlah besar. Kandungan kalium 24 gram/ perhari dapat
membantu penurunan tekanan darah (Hembimg, 2008). Penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa labu siam memiliki efek antioksidan (Lucero,
2007),
antimikrobial (Ordonez, et al., 2003), diuretik (Jensen and Lai, 1986 ; Dire, et al.,
2004) dan antihipertensi (Gordon, et al., 2000 ; Dire, et al., 2004).
2.4 Tinjauan Umum
2.4.1 Lipid
Lipid adalah senyawa organik yang merupakan ester dari gliserol dan asam
lemak atau mengandung gugusan lain. Lemak tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut nonpolar seperti eter, kloroform, benzene dan aseton. Lemak merupakan
komponen makanan penting, karena nilai gizinya yang tinggi, sebagai komponen
membran sel, bahan bakar metabolik, pelindung dinding sel dan dapat melarutkan
vitamin-vitamin yang tidak larut dalam air (Girindra, 1992; Murray, et al., 1997).
10
trigliserida juga disintesa sebagai sumber endogen. Sesudah makan kadar trigliserida
meningkat dalam serum yang terikat dengan kilomikron dan menyebabkan serum
berwarna keruh (Wirahadikusumah, 1990).
2.4.1.5 Kolesterol
Kolesterol merupakan zat seperti lemak yang berwarna kekuningan yang
memiliki inti steroid. Kolesterol merupakan bahan yang essensial bagi tubuh untuk
sintesa membran sel, hormon kelamin dan anak ginjal, vitamin D, serta asam empedu
dari batu empedu.Kebutuhan sehari kolesterol (1 g) pada dasarnya dapat terpenuhi
secara sempurna oleh tubuh melalui sintesis sendiri di dalam tubuh. Kurang lebih
setengah kolesterol berasal dari biosintesis tubuh sendiri yang berlangsung dalam
jaringan usus, korteks adrenal, kulit, aorta, testis dan terutama dalam hati ( 50 %).
Selebihnya kolesterol diambil dari bahan makanan. Kolesterol merupakan hasil khas
metabolisme hewan sehingga banyak terdapat dalam makanan yang berasal dari
hewan seperti telur, daging, hati dan otak. Kolesterol akan dikeluarkan dari tubuh
melalui empedu sebagai asam-asam empedu yang dikeluarkan melalui feses (Tjay &
Rahardja, 2002).
2.4.2
Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan
mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat
menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi oleh radikal bebas dalam oksidasi
lipid.
11
a.
Metabolisme kolesterol
Kolesterol diabsorsi dari usus dan dirobah jadi trigliserida, dihidrolisa jadi
menhasilkan asam lemak dan gliserol di jaringan adipose, dire uptake oleh hepitosit.
Di hati, jaringan-jaringan lain juga mensintesis kolesterol. Kolesterol dihati
dieksresikan melalui empedu, baik dalam bentuk empedu maupun sebagai asam
empedu, sebagai empedu direabsorbsi dari usus, kolesterol dihati dibentuk dalam
bentuk VLDL bersirkulasi dalam pembuluh darah (Ganong, 2003; Lullmann, et al.,
2005).
b. Sintesa kolesterol
Kolesterol diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang disebut
kolesterol eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar dibentuk dalam sel tubuh
disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol endogen yang beredar
12
dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh lain setidaknya
membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai dengan kenyataan bahwa banyak struktur
membran dari seluruh sel sebagian disusun dari zat yang berstruktur dasar inti sterol
ini (Guyton dan Hall, 2006).
2.4.4
Konsumsi kolesterol yang berfungsi sebagai kontrol umpan balik instrinsik, diet
tinggi lemak yang jenuh, diet lemak tidak jenuh akan menekan konsentrasi kolesterol
plasma, kekurangan insulin atau hormon steroid akan meningkatkan konsentrasi
kolesterol darah sedangkan kelebihan hormon steroid akan menurunkan konsentrasi
kolesterol plasma (Guyton dan Hall, 2006).
2.4.5 Manfaat kolesterol
14
Prinsip dari metoda ini adalah pengendapan protein dan semua senyawa yang
dapat mempengaruhi penentuan kadar kolesterol, selanjutnya kolesterol diekstraksi
dengan isopropanolol dan direaksikan dengan besi (III) klorida dan asam sulfat
pekat. Warna yang dihasilkan dari reaksi ini diukur serapannya (Kaplan,1999).
2.
Metoda enzimatis
Prinsip dari metoda ini adalah hidrolisis kolesterol ester menjadi kolesterol
bebas oleh enzim kolesterol esterase. Kemudian kolesterol bebas yang terbentuk
dioksidasi oleh enzim kolesterol oksidase dan dengan bantuan O2 menjadi senyawa
kolestenon dan peroksida. Peroksida dari hasil reaksi diuraikan oleh enzim
peroksidase dan dengan adanya 4-aminoantipyrine dan phenol menghasilkan
quinoneimine yang bewarna. Warna yang terbentuk diukur serapannya dengan
spektrofotometer yang sebanding dengan kadar kolesterol (Kaplan, 1999). Adapun
mekanisme reaksinya sebagai berikut :
Kolestrol ester
kolesterol esterase
Kolesterol + O2
kolesterol esterase
kolestenon + H2O2
15
Sinonim
Type I Hiperkilomikronemia
Type
IIa
Type
IIb
Type
III
Type
IV
Type
V
Penyebab
Kekurangan
lipoprotein
lipase atau
perubahan Apo
C2
Peningkatan
Lipoprotein
kilomikron
Keterangan
2. Hiperlipidemia sekunder
Hiperlipidemia sekunder berkembang berhubungan dengan penyakit hormonal
seperti diabetes atau hipotiroidisme, alcohol, penyalahgunaan glukokorrtikoid dan
penyakit organ internal lainnya yang mempengaruhi metabolisme lipid. Hampir 40%
16
mendasari
Diabetes
Melitus
Hipotiroidisme
Alkohol
Pil kontrasepsi
Stres emosional
2. Diabetes mellitus
Individu dengan diabetes mellitus memiliki kolesterol dan trigliserida plasma
yang tinggi. Buruk sissrkulasi ke sebagian organ menyebabkan hipoksia dan cidera
jaringan, merangsang reaksi peradangan yang berperan menimbulkan aterosklerosis.
17
Ekstraksi Simplisia
2.5.1
Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia berupa tumbuhan utuh,
bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa murni (Departemen Kesehatan RI, 2000).
18
2.5.2
Ekstrak
Ekstrak merupakan sediaan yang kering, kental atau cair yang dibuat dengan
cara menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh
cahaya matahari langsung sebagai cairan penyari yang digunakan adalah air, eter,
atau campuran etanol dan air (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
2.5.3
Ekstraksi
Ekstraksi adalah penarikkan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut.
Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh- tumbuhan atau hewan tidak perlu
diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan dan dikeringkan. Karena tiap bahan
mentah obat berisi sejumlah unsur yang dapat larut dalam pelarut tertentu, hasil dari
ekstraksi disebut ekstrak (Ansel, 1989).
Tumbuhan segar yang telah dihaluskan atau material tumbuhan yang
dikeringkan diproses dengan suatu cairan pengekstraksi. Jenis ekstraksi mana dan
bahan ekstraksi mana yang digunakan, terutama tergantung dari kelarutan bahan
kandungan serta dari stabilitasnya. Jumlah dan jenis senyawa yang berpindah masuk
ke dalam ekstraksi bergantung dari jenis dan komposisi cairan pengekstraksi. Untuk
memperoleh sediaan obat yang cocok umumnya berlaku campuran etanol-air sebagai
cairan pengekstraksi (Voigt, 1994).
2.5.4
Metode Ekstraksi
Metode dasar dari ekstraksi obat adalah maserasi ( Proses M) dan perkolasi
(Proses P). Biasanya metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti
19
sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode
ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati
sempurna dari obat. Sifat dari bahan mentah obat merupakan faktor utama yang
harus dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi (Ansel, 1989).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang
kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan
pelarut setelah dilakukan peyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Departemen
Kesehatan RI, 2000).
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesa/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh eksrak (perkolat)
yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Departemen Kesehatan RI, 2000).
3.1
20
Metodologi Penelitian
Alat
Alat penelitian yang digunakan adalah kandang mencit, tempat makan dan
minum mencit, timbangan, rotary evaporator, corong, botol coklat, cutter, krus
silikat, erlemeyer, labu ukur, beker gelas, gelas ukur, jarum oral, spatel, alu, lumpang,
sudip, seperangkat alat distilasi, sentrifus, pipet, fotometer klinikal.
b.
Bahan
Daun segar labu siam, makanan lemak tinggi, tablet propilthiourasil, etanol
70 %, NaCMC 0,5 %, KIT pereaksi kolesterol dan LDL, aluminium foil, kertas
saring, kapas, tabung penampung darah, mencit putih jantan sehat.
a. Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan berumur lebih
kurang 2 - 3 bulan dan sehat sebanyak 45 ekor.
3.3
Rancangan penelitian
Adapun rancangan penelitian yang akan saya jelaskan pada penulisan
2.
21
3.
4.
Karakterisasi ekstrak
5.
6.
Penentuan dosis
7.
Pembuatan sediaan
8.
9.
10.
Analisa data
3.3.1
Pembuatan Simplisia
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut :
22
3.3.2.5 Pengeringan
Dilakukan pengeringan dengan cara dikering anginkan atau tidak kena cahaya
matahari langsung atau pada suhu kamar 25C. Pengeringan ini berlangsung 10
hari sampai kadar air 10 %.
3.3.2.6 Sortasi Kering
23
Karakterisasi Ekstrak
24
b/b
25
saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas,
pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam
terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Departemen Kesehatan RI, 2000).
3.3.4.2 Karakteristik Spesifik
a.
Identitas
Ekstrak yang diperoleh memiliki identitas yang mendeskripsikan tata nama dan
senyawa identitas ekstrak. Deskripsi tata nama tanaman meliputi nama ekstrak,
nama latin tanaman (sistematika botani), bagian tanaman yang digunakan dan nama
tanaman Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2000).
b. Organoleptik
Ekstrak yang diperoleh diuji secara organoleptik, menggunakan pengamatan
panca indera untuk mendiskripsikan bentuk, warna, rasa dan bau dari ekstrak
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
c. Kadar Senyawa Yang Larut Dalam Air
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml air kloroform
LP menggunakan labu bersumbat sambil bekali-kali dikocok selama 6 jam
pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat
hingga kering dalam cawan dangkal berdasarkan rata yang telah ditara,
panaskan residu pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam
persen senyawa yang larut dalam air, dihitung terhadap ekstrak awal
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
d. Kadar Senyawa Yang Larut Dalam Etanol
26
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan menggunakan 100
ml etanol (95%), menggunakan labu bersumbat sambil bekali-kali dikocok
selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat agar
menghindarkan penguapan etanol uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam
cawan dangkal berdasarkan rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu
105oC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam
etanol, dihitung terhadap ekstrak awal (Departemen Kesehatan RI, 2000).
3.3.4.2 Uji Kandungan Kimia Ekstrak
a.
Alat
Alat yang digunakan untuk kromatografi lapis tipis yaitu lempeng
kromatografi, rak penyimpanan, zat penyerap, bejana kromatografi, pipet mikro dan
lampu ultraviolet.
Penjenuhan Bejana
Kertas saring ditempatkan dalam bejana kromatografi. Tinggi kertas saring 18
cm dan lebarnya sama dengan lebar bejana. Sejumlah larutan pengembang yang
terdiri dari kloroform P - metanol P (9:1) dimasukkan ke dalam bejana. Tutup kedap
dan biarkan hingga kertas saring basah seluruhnya. Kertas saring harus selalu
tercelup ke dalam larutan pengembang pada dasar bejana.
27
Prosedur KLT
Totolkan 20 l larutan uji dengan jarak 1,5 sampai 2 cm dari tepi bawah
lempeng dan biarkan mengering. Tempatkan lempeng pada rak penyangga, hingga
tempat penotolan terletak di sebelah bawah, dan masukkan rak ke dalam bejana
kromatografi. Larutan pengembang dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan
penyerap, totolan jangan sampai terendam. Letakkan tutup bejana pada tempatnya
dan biarkan sistem hingga fase gerak merambat sampai batas jarak rambat.
Keluarkan lempeng dan keringkan di udara, dan amati bercak dengan sinar tampak
ultraviolet gelombang pendek (254 nm). Ukur dan catat jarak tiap bercak dari titik
penotolan serta catat panjang gelombang untuk tiap bercak yang diamati dan
tentukan harga Rf.
b.
28
ukur dingin, maka volume ditetapkan sampai tepat 100,0 ml, kocok rata, 20 ml fitrat
hidrolisa dimasukan corong pisah dan ditambahkan 20 ml H2O, selanjutnya lakukan
ekstarasi kocok, pertama dengan 15 ml etilasetat, kemudian 2 kali dengan 10 ml
etilasetat, dan kumpulkan fraksi etilasetat kedalam labu ukur 50,0 ml, akhirnya
tambahkan etiasetat sampai tepat 50,0 ml. Untuk replikasi spektrometri lakukakan
prosdur ini 3 - 4 kali (Departemen Kesehatan RI, 2000).
3.3.5 Persiapan hewan percobaan (mencit putih jantan)
Hewan yang digunakan adalah mencit putih jantan dengan umur 2-3 bulan
dengan berat badan 20-35 gram sebanyak 45 ekor. Hewan dikelompokkan secara
acak menjadi 5 kelompok, dimana tiap kelompok terdiri dari 9 ekor mencit dan di
bagi lagi menjadi sub kelompok masing-masing 3 ekor. Sebelum diperlakukan
mencit diaklimatisasi selama 7 hari (sebelum dan sesudah aklimatisasi hewan
ditimbang berat badan) dengan diberi makan dan minum yang cukup. Mencit yang
akan digunakan adalah mencit jantan yang sehat, tingkah lakunya normal, tidak
menunjukkan kelainan yang berarti, deviasi bobot selama pemeliharaan tidak lebih
dari 10 %, suhu badan normal (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
3.3.6
Perencanaan dosis
Dosis yang diberikan pada hewan percobaan untuk ekstrak etanol daun labu
siam dibuat variasi dosis yaitu 100, 300 dan 900 mg/kgBB.
3.3.7
Pembuatan sediaan
a.
29
suspensi PTU adalah untuk menurunkan fungsi metabolisme pada mencit, sehingga
dapat membantu peningkatan kolesterol. Dosis PTU untuk manusia dewasa 1 x 100
mg, dikonversikan pada mencit dengan dosis 0,26 mg/20 g BB. Suspensi PTU dibuat
dengan konsentrasi 0,13 % dengan volume pemberian 0,2 cc/20 g BB. Suspensi PTU
dibuat dengan cara menggerus 1 tablet PTU di dalam lumpang, ditambahkan
Na CMC 0,5 % (Na CMC ditaburkan kedalam air suling panas sebanyak 20 x
beratnya di dalam lumpang gerus sampai homogen), digerus hingga terbentuk
suspensi.
3.3.8 Perlakuan pada hewan percobaan
Sampel hewan adalah 45 ekor mencit putih jantan. Hewan telah diaklimatisasi
selama 7 hari dan diambil secara acak (simple random sampling) dan dibagi menjadi
30
5 kelompok (masing-masing 9 ekor) dibagi lagi menjadi 3 sub kelompok (masingmasing 3 ekor) untuk lama pemberian 7,14 dan 21 hari, yaitu :
1. Kelompok I kontrol negatif diberikan Makanan standar + minum selama 21
hari.
2. Kelompok II kontrol positif diberikan MLT + suspensi PTU.
3. Kelompok III diberi MLT + suspensi PTU + ekstrak daun labu siam dosis 100
mg/kg BB.
4. Kelompok IV diberi MLT + suspensi PTU + ekstrak daun labu siam dosis
300 mg/kg BB.
5. Kelompok V diberi MLT + suspensi PTU + ekstrak daun labu siam dosis 900
mg/kg BB.
3.3.9
dengan memotong pembuluh darah leher mecit dan ditampung dalam tabung
penampung darah, kemudian didiamkan selama 15 menit lalu disentrifus selama 20
menit dengan kecepatan 3000 rpm. Bagian cairan jernih dari darah (serum)
digunakan untuk pengukuran kadar LDL.
Cara pemeriksaan:
1. Kolesterol Total
a) Reagen kolesterol (DiaSys) sebanyak 1 mL (1000 L) dimasukkan kedalam
tabung reaksi sebagai larutan blanko.
b) Reagen kolesterol standar sebanyak 0,01 mL (10 L) dimasukkan dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan reagen kolesterol sebanyak 1 mL,
dicampurkan sampai homogen dan didiamkan selama 10 menit.
31
32
33
1.
Dari 500 g simplisia daun labu siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz)
diperoleh ekstrak kental sebanyak 76,1 g (15,22%).
2.
: hijau kehitaman
Bau
: khas aromatik
Rasa
: pahit
34
35
36
kromatogram dan kadar total golongan kandungan kimia yang bertujuan untuk
memberikan informasi kadar golongan kandungan kimia sebagai parameter mutu
ekstrak dalam kaitannya dengan efek farmakologis. (Departemen Kesehatan RI,
2000).
Ekstrak kental daun labu siam ini tidak larut secara sempurna dalam air, untuk
mendispersikannya di dalam pelarut air ekstrak dibuat dalam bentuk suspensi.
Sebagai pensuspensi digunakan Na CMC 0,5%. Na CMC mempunyai sifat inert,
menghasilkan suspensi yang stabil, resistensinya terhadap mikroba baik dan tingkat
kejernihannya tinggi. Ekstrak dibuat menjadi 3 variasi dosis yaitu 100mg/kgBB,
300mg/kgBB, 900mg/kg BB.
37
Dalam penelitian ini digunakan hewan percobaan mencit putih jantan karena
mudah ditangani dan mempunyai kemiripan fisiologi dengan manusia. Sebelum
perlakuan mencit terlebih dahulu di aklimatisasi selama 7 hari untuk penyesuaian
terhadap lingkungan dan diberi minum dan makanan standar. Sebagai penginduksi
diberikan makanan lemak tinggi (MLT) dan suspensi PTU, karena dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah (Murray, 1997). Sehingga dengan kombinasi
tersebut diharapkan mencit cepat mengalami keadaan hiperkolesterolemia.
Hewan di adaptasikan selama 7 hari untuk membiasakan hewan pada kondisi
percobaan dan diberi makanan standar dan minuman yang cukup, hewan dinyatakan
layak untuk digunakan jika tidak mengalami penurunan berat badan lebih dari 10%.
Dari hasil aklimatisasi mencit putih jantan yang diteliti dapat disimpulkan bahwa
hewan percobaan tersebut memenuhi persyaratan aklimatisasi yaitu dibawah 10%
(lampiran 2, tabel VII).
Sebagai penginduksi diberikan makanan lemak tinggi, yang dibuat dengan
mencampur lemak sapi (asam lemak jenuh), kuning telur dan makanan standar. Asam
lemak jenuh dapat meningkatkan kadar LDL dalam darah. Pemberian suspensi PTU
dengan tujuan untuk menurunkan metabolisme, sehingga dengan kombinasi tersebut
diharapkan mencit cepat mengalami keadaan hiperkolesterolemia. Kadar LDL
kolesterol darah mencit yang diberikan suspensi PTU terlihat adanya peningkatan
kadar kolesterol, akan terjadi oksidasi dan pembentukan radikal bebas, maka asam
lemak jenuh dapat merusak sel endotel dan mengakibatkan menurunnya produksi
enzim lipoprotein lipase sehingga akan terjadi peningkatan kadar trigliserida dan
38
kolesterol yang menyebabkan pembentukan partikel LDL yang berukuran lebih kecil
serta mengandung kolesterol yang lebih banyak.
Pengukuran kadar kolesterol darah mencit dilakukan dengan metoda enzimatis
dengan melibatkan enzim kolesterol esterase yang menghidrolisis kolesterol ester
menjadi kolesterol bebas dan asam lemak serta enzim kolesterol oksidase yang
mengoksidasi kolesterol bebas menjadi kolestenon dan hidrogen peroksida.
Selanjutnya hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4-aminoantypirin dan fenol
membentuk komplek quinonimine yang berwarna merah atas bantuan enzim
peroksidase. Dengan adanya warna yang terbentuk kemudian diukur kadar kolesterol
totalnya dengan fotometer klinikal Mikrolab. Metoda enzimatis dipakai karena lebih
sensitif dan sederhana pengerjaannya serta paling lazim digunakan di laboratorium
klinik (Kaplan, 1999).
Penentuan kadar LDL darah dilakukan dengan metoda ezimatis juga yang sama
mekanisme reaksinya dengan penentuan kadar kolesterol total, hanya saja pada
penentuan kadar LDL terlebih dahulu ditambahkan larutan pengendap pada serum
dengan tujuan agar terpisahnya kilomokron, VLDL, LDL dari HDL. Dimana
kilomikron, VLDL, dan HDL setelah disentrifuge yang tinggal dalam supernatan
hanya LDL, setelah itu baru ditentukan kadar LDL dengan metoda enzimatis. Hasil
LDL di dapat dari = kolesterol total kolesterol LDL supernatan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemberian ekstrak etanol daun
Labu siam dapat menurunkan kadar kolesterol darah mencit yang lebih rendah
dibandingkan kontrol negatif. Pengaruh ekstrak etanol daun labu siam terhadap
penurunan kadar kolesterol total darah mencit diduga karena aktivitas antioksidan
39
dari flavonoid yang terkandung di dalam daun labu siam tersebut, dimana jika
molekul yang mengandung elektron seperti guanin DNA (Asam Dioksi ribo Nukleat)
terserang radikal bebas, maka akan terjadi kesalahan replikasi DNA. Kesalahan ini
akan menyebabkan kerusakan DNA yang memicu oksidasi LDL (Low Density
Lipoprotein), kolesterol dan lipid. Flavonoid yang memiliki aktifitas sebagai
antioksidan ekstrak daun labu siam mampu meredam aksi radikal bebas,
mengoksidasi lemak tak jenuh sel endotel. Sehingga sel endotel tetap menghasilkan
enzim lipoprotein lipase sehingga terhidrolisisnya lipoprotein dan penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah dapat dicegah, pada saat inilah kadar LDL
menurun dan kadar HDL meningkat.
Pada penelitian ini hewan percobaan dikelompokan menjadi 5 kelompok
yaitu kelompok kontrok negatif, positif, kelompok dosis 100, 300, 900mg/kg BB.
Hasil analisa data menunjukan bahwa pemberian ekstrak daun labu siam
mempengaruhi kadar LDL kolesterol darah sangat signifikan P<0,05.
Pengamatan hari ke 7 pada kontrol negatif kadar kolesterolnya 81.944.215,
kontrol positif yaitu kelompok yang di berikan penginduksi MLT dan suspensi PTU
kadar LDL kolesterol darah meningkat 91.515,198 berbeda nyata P<0,05, pada
kelompok yang diberikan dosis 100 mg/kg BB (81.046,252), jika dibandingkan
dengan kontrol positif kadar LDL darah lebih kecil dan berbeda nyata P<0,05, pada
kelompok yang diberikan dosis 300mg/kg BB (69.143,205) dan dosis 900mg/kg
BB (51.2815,423) kadar LDL kolesterol darahnya juga dibawah kontrol positif
P<0,05, jika dibandingkan dengan kontrol negatif jauh lebih kecil dan berbeda nyata
P<0,05. Dari hasil ini dosis 300mg/kg BB dan dosis 900mg/kg BB telah toksik,
40
karena sangat menekan produksi kolesterol dan daya senyawa yang dikandung daun
labu siam mungkin menghambat sintesa kolesterol atau mengikat garam empedu dan
meningkatkan aktifitas enzim lipoprotein lipase (lampiran 2, tabel IX).
Pengamatan hari ke 14 pada kontrol negatif kadar kolesterolnya 71.292,564,
kontrol positif yaitu kelompok yang di berikan penginduksi MLT dan suspensi PTU
kadar LDL kolesterol darah meningkat 88.29,436 berbeda nyata P<0,05, pada
kelompok yang diberikan dosis 100 mg/kg BB (70.6725,225), jika dibandingkan
dengan kontrol positif kadar LDL darah lebih kecil dan berbeda nyata P<0,05, pada
kelompok yang diberikan dosis 300mg/kg BB (67.646,945) dan dosis 900mg/kg
BB (46.908,333) kadar LDL kolesterol darahnya juga dibawah kontrol positif
P<0,05, jika dibandingkan dengan kontrol negatif jauh lebih kecil dan berbeda nyata
P<0,05. Dari hasil ini dosis 300mg/kg BB dan dosis 900mg/kg BB telah toksik,
karena sangat menekan produksi kolesterol dan daya senyawa yang dikandung daun
labu siam mungkin menghambat sintesa kolesterol atau mengikat garam empedu dan
meningkatkan aktifitas enzim lipoprotein lipase (lampiran 2, tabel IX).
Pengamatan hari ke 21 pada kontrol negatif kadar kolesterolnya
72.6811,926, kontrol positif yaitu kelompok yang di berikan penginduksi MLT dan
suspensi PTU kadar LDL kolesterol darah meningkat 96.166,385 berbeda nyata
P<0,05, pada kelompok yang diberikan dosis 100 mg/kg BB (72.3910,945), jika
dibandingkan dengan kontrol positif kadar LDL darah lebih kecil dan berbeda nyata
P<0,05, pada kelompok yang diberikan dosis 300mg/kg BB (57.317,128) dan dosis
900mg/kg BB (43.866,975) kadar LDL kolesterol darahnya juga dibawah kontrol
positif P<0,05, jika dibandingkan dengan kontrol negatif jauh lebih kecil dan berbeda
41
nyata P<0,05. Dari hasil ini dosis 300mg/kg BB dan dosis 900mg/kg BB telah toksik,
karena sangat menekan produksi kolesterol dan daya senyawa yang dikandung daun
labu siam mungkin menghambat sintesa kolesterol atau mengikat garam empedu dan
meningkatkan aktifitas enzim lipoprotein lipase (lampiran 2, tabel IX).
Hasil pengamatan terhadap data persentase penurunan kadar LDL darah
mencit dari variasi tiga dosis yang dibandingkan dengan kontrol positif menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak dengan dosis 100 mg/kg BB; 300 mg/kg BB; 900 mg/kg
BB selama 7 hari terlihat lebih rendah dari pada hari ke-14 dan hari ke-21 pengaruh
terhadap penurunan kadar LDL, yaitu hanya 11,44 %, 24,44 %, 43,96 %, Pada
pemberian ekstrak selama 14 hari terlihat lebih berpengaruh dari pada hari ke-7
penurunan kadar LDL sebanyak 19,87 %, 23,31 %, 46,82 %, dan pada pemberian
ekstrak selama 21 hari menunjukkan penurunan lebih tinggi dibandingkan hari ke-7
dan hari ke-14, penurunan kadar LDL, yaitu 24,72 %, 40,40 %, 54,38 % (lampiran 2,
tabel VI). Hasil data persentase penurunan kadar LDL darah mencit pada variasi tiga
dosis yang dibandingkan dengan kontrol positif juga tergambar pada grafik garis
(Lampiran 2, Gambar 5).
Dari data diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan kadar LDL kolesterol
darah yang bermakna (p<0,05) bila di bandingkan dengan kontrol positif, persentase
penurunan kadar LDL kolesterol darah menurun seiring dengan peningkatan dosis.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekstrak daun labu siam dapat menurunkan
kadar LDL kolesterol darah.
Setelah diberikan ekstrak daun labu siam pada mencit putih jantan terjadi
penurunan kadar LDL dalam darah. Hal ini disebabkan karena daun labu siam
42
mengandung antioksidan dari flavonoid dan polifenol yang terkandung dalam daun
labu siam.
Pengujian menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh interaksi antara
perlakuan (dosis) dan hari (lama pemberian) terhadap pengaruh pemberian ekstrak
etanol daun labu siam (P > 0,05), perlakuan (dosis) mempunyai pengaruh yang nyata
terhadap penurunan kadar LDL darah mencit (P < 0,05), sedangkan hari (lama
pemberian) tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penurunan kadar LDL
darah mencit (P > 0,05) ( Lampiran 3, Tabel XII).
Dapat dikemukakan bahwa kelima taraf dari faktor perlakuan (dosis)
menunjukkan bahwa dosis 900 mg/kg BB berada pada subset 1, dosis 300 mg/kg BB
berada pada subset 2, kontrol negatif dan dosis 100mg/kg BB berada dalam subset 3
dan kontrol positif berada pada subset 4. Perlakuan (dosis) menunjukkan perbedaan
yang nyata jika dibandingkan dengan kontrol positif (Lampiran 3, Tabel XIII).
Dari tabel XIV lampiran 3, faktor hari (waktu pengamatan/lama pemberian)
memperlihatkan bahwa hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21 berada dalam subset 1, ini
berarti faktor hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap penurunan
kadar LDL darah mencit.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diasumsikan bahwa
pemberian ekstrak daun labu siam dapat menurukan kadar LDL kolesterol darah
pada mencit putih jantan yang telah diinduksi makanan lemak tinggi.
43
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama 21 hari tersebut dapat
diambil kesimpulan berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, yaitu :
1. Pemberian ekstrak daun labu siam ternyata menurunkan kadar LDL serum
mencit putih jantan setelah diinduksi makanan lemak tinggi (p<0,05).
2. Hanya pada dosis 100 mg/kg BB yang memberikan efek terbaik karena
penurunan kolesterolnya mencapai kadar kolesterol normal (kontrol negatif).
3. Dosis 300 mg/kg BB dan 900 mg/kg BB telah toksik, karena kadar
kolesterolnya dibawah kolesterol normal (kontrol negatif).
5.2. Saran
Disarankan menggunakan dosis pemakaian ekstrak etanol daun labu siam
sesuai dengan hasil penelitian ini (100 mg/kg BB).
DAFTAR PUSTAKA
44
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2004). Monografi ekstrak
tumbuhan obat Indonesia.Volume 1.
Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Departeman Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia. (Edisi
III), KOPRI Sub Unit Direktorat Jendral, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Cara pembuatan simplisia.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia. (Jilid
6). Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. (Edisi I). Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan
Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.
Dire, G., Gomes, M. L., Lima, E. A. C., Jales, R. L., Faria, M. C., Filho, M. B.,
(2004). Assessment of a fruit extract (Sechium edule) on the labeling of blood
elements with technetium-99m. African Journal of Biotechnology. 3(9) : 484488.
Fauziah, M. (2005). Tanaman Obat Keluarga. Jakarta: Penerbit Swadaya.
Frederickson DS, and lee RS. (1965). A System For Phenotyping Hyperlipidemia.
Circulation. 31 : 321-7.
Ganiswara, S., (1995). Farmakologi dan terapi. (Edisi IV). Jakarta: Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
Ganong, F. W. (2003). Buku ajar fisiologi kedokteran. (Edisi 20). Diterjemahkan oleh
Dj. Widjayakusumah dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Girindra, A. (1992). Biokimia I. Cetakan ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Graha, K. C. (2010). Kolesterol. Jakarta: PT Elex Media Komputido.
Gordon E. A. Guppy L. J, and Nelson M. (2000). The antihypertensive effects of the
Jamaican Chocho. West. Indian Med J. 1: 27-31.
Guyton, A. C. and Hall, J.E., (2006). Textbook of Medical Physiology. (11th ed).
Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.
45
46
47
Filtrat I
Maserasi
dengan
etanol 70% selama
24 jam kemudian di
saring, lakukan tiga
kali pengulangan
Ampas
Filtrat 2
Ampas
Filtrat 3
Ampas
Ekstrak kental
Karakterisasi
Destilasi
Diuapkan dengan rotary evaporator
Uji farmakologi
48
Lampiran 1. (lanjutan)
Hewan percobaan 45 ekor
Dibagi 5 kelompok @ 9 ekor
Dibagi lagi jadi 3 sub
kelompok @ 3 ekor
Kelompok
I
Kontrol
negatif
(NaCMC
0,5%)
Kelompok
II
Kontrol
positif
(MLT +
suspensi
PTU)
Kelompok
III
(MLT +
suspensi
PTU +
Ekstrak
dosis 100
mg/kgBB)
Kelompok
IV
(MLT +
suspensi
PTU +
Ekstrak
dosis 300
mg/kgBB)
Kelompok
V
(MLT +
suspensi
PTU +
Ekstrak
dosis 900
mg/kgBB
Serum
Kadar LDL
49
Lampiran 1. (lanjutan)
Hewan percobaan
Mencit putih jantan
Darah hewan
Serum
Kolesterol dalam
supernatan
51
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tabel III. Hasil Karakterisasi organoleptis ekstrak daun labu siam (Sechium edule
(Jacq.) Swartz)
No
.
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan
Pengamatan
Warna
Rasa
Bau
Bentuk
Hijau kehitaman
Pahit
Khas aromatik
Kental
Tabel IV . Hasil penetapan susut pengeringan ekstrak etanol daun labu siam
(Sechium edule (Jacq.) Swartz)
(W0)
(W1)
(W2)
12,7077 g
2,0461 g
14,449 g
14,8966 %
11,7617 g
2,0476 g
13,538 g
13,2496 %
16,2577 g
2,0993 g
18,020 g
16,0529 %
No
Rata-rataSD
Keterangan
X = 14,7330 %
SD = 1,4087 %
(%)
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tabel V. Hasil penetapan kadar abu ekstrak etanol daun labu siam
52
(W1)
(W2)
35,2967 g
2,0400 g
35,3877 g
4,4607 %
35,5213 g
2,0212 g
35,6213 g
4,9475 %
38,4637 g
2,0184 g
38,5617 g
4,8553 %
No
Rata-rataSD
Keterangan
X = 4,7545 %
SD = 0,2586 %
(%)
Lampiran 2. (Lanjutan)
53
Tabel VI. Hasil penetapan kadar abu tidak larut asam ekstrak etanol daun labu siam
(Sechium edule (Jacq.) Swartz)
(W0)
(W1)
(W2)
35,2967 g
2,0400 g
35,3319 g
1,7254 %
35,5213 g
2,0212 g
35,5524 g
1,5386 %
38,4637 g
2,0184 g
38,4982 g
1,7092 %
No
Rata-rataSD
Keterangan
X =1,6577 %
SD = 0,1034 %
(%)
Lampiran 2. (Lanjutan)
54
Tabel VII. Hasil kadar senyawa larut air ekstrak etanol daun labu siam
(Sechium edule (Jacq.) Swartz)
N
o
1
2
3
Berat cawan
kosong (g)
Berat cawan +
ekstrak (g)
SD
Tabel VIII. Hasil kadar senyawa larut etanol ekstrak etanol daun labu siam
(Sechium edule (Jacq.) Swartz)
N
o
1
2
3
Berat cawan
kosong (g)
Berat cawan +
ekstrak (g)
Kadar senyawa
larut etanol
(%)
x
SD
Tabel VI. Pola kromatografi lapis tipis simplisia daun labu siam (Sechium edule
(Jacq.) Swartz)
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tabel VII. Data berat badan mencit putih jantan sebelum dan sesudah aklimatisasi
Berat badan
Berat badan
55
Selisih
Persentase
Hewan percobaan
hewan
sebelum
aklimatisasi
hewan
sesudah
aklimatisasi
berat
badan (g)
berat
badan (%)
0,9
0,9
0,1
0,8
2,2
1,7
0,8
1,7
0,7
3,82%
3,87%
0,37%
2,74%
8,8%
5,96%
2,99%
5,53%
2,29%
1,08
4,04%
1,8
1,9
2,2
1,1
2,3
1,2
1,1
1,9
3,1
1,84
8,07%
6,52%
7,02%
3,87%
8,30%
4,15%
3,92%
5,95%
9,65%
6,37%
1,9
0
1,6
1,2
1,1
1,6
1,7
1,2
0,9
7,94%
0%
5,38%
3,90%
3,84%
5,75%
5,92%
4,28%
2,70%
1,24
4,41%
0,5
1,8
1,75%
5,64%
Kontrol negatif
Hewan 1
Hewan 2
Hewan 3
Hewan 4
Hewan 5
Hewan 6
Hewan 7
Hewan 8
Hewan 9
22,6
24,1
26,9
28,3
22,8
30,2
25,9
29,0
31,2
23,5
23,2
26,8
29,1
25,0
28,5
26,7
30,7
30,5
22,0
29,0
28,1
29,5
27,5
26,2
27,0
26,8
32,4
23,9
29,0
29,7
30,7
28,6
27,8
28,7
28,0
33,3
28,0
30,1
28,5
31,9
56
Hewan 3
Hewan 4
Hewan 5
Hewan 6
Hewan 7
Hewan 8
Hewan 9
28,4
27,2
29,5
26,1
29,5
25,3
34,0
29,1
28,8
30,9
27,5
30,0
26,5
35,1
0,7
1,6
1,4
1,4
0,5
1,2
1,1
2,40%
5,55%
4,53%
5,09%
1,66%
4,52%
3,13%
1,13
3,79%
0,9
0,9
1,7
0,8
1,5
0,6
1,5
1,4
0,7
3%
3,42%
5,72%
2,73%
5,55%
1,96%
4,98%
5,36%
2,99%
1,11
3,95%
29,1
25,4
28,0
30,0
25,5
30,0
28,6
27,5
24,1
30,0
26,3
29,7
29,2
27,0
30,6
30,1
26,1
23,4
57
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tabel VIII. Hasil Pemeriksaan Pengaruh Pemberian ekstrak daun labu siam (Sechium
edule (Jacq.) Swartz) Terhadap Kadar LDL Kolesterol.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Kelompok
Menci
t
Kontrol ( - )
(makanan standar)
1
2
3
X
Rata-rata SD
Kontrol ( + )
MLT + PTU
X
Rata-rata SD
Dosis I
MLT + PTU + 100
mg/kg BB
X
Rata-rata SD
Dosis II
MLT + PTU +
300mg/kg BB
X
Rata-rata SD
Dosis III
MLT + PTU + 900
mg/kg BB
X
Rata-rata SD
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
58
213.88
218.06
71.292.564 72.6811.926
96.43
103.54
90.27
92.42
77.90
92.54
264.6
288.5
88.29.436
96.166.385
45.13
70.96
71.30
62.24
95.57
83.99
212.00
217.19
70.6725.225 72.3910.945
64.08
65.0
75.64
50.92
63.19
56.02
202.91
171.94
67.646.945 57.317.128
49.48
45.0
37.59
50.19
53.65
36.38
140.72
131.57
46.908.333 43.866.975
Lampiran 2. (lanjutan)
Tabel IX. Hasil rata-rata pemeriksaan kadar LDL darah mencit putih jantan setelah
pemberian ekstrak etanol daun labu siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz)
Kelompok
Kontrol
(-)
Kontrol
(+)
Dosis I
100mg/kg
BB
Dosis II
300mg/kg
BB
Dosis III
900mg/kg
BB
Rata-rataSD
Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-21
81,944.2
15
71,292.5
64
72,6811.
926
75,30335,789
91,515.1
98
88,29.43
6
96,166.3
85
91,95663,998
81,046.2
52
70,6725.
225
72,3910.
945
74,70005,557
69,143.2
05
67,646.9
45
57,317.1
28
64,69666,440
51,2815.
423
46,908.3
33
43,866.9
75
47,34663,730
a, b, c dan d = nilai dengan superskrip yang berbeda dengan perbedaan yang nyata
p< 0,05.
59
Lampiran 2. (lanjutan)
120
100
80
60
Kadar LDL darah mg/dL
Kontrol (-)
Kontrol (+)
40
20
(Waktu Pengamatan)
Gambar 5. Diagram batang pemeriksaan kadar LDL darah mencit setelah pemberian
makanan standar, suspensi PTU, makanan lemak tinggi dan pemberian
eksrak etanol daun labu siam dengan tiga variasi dosis (100 mg/kg BB;
300 mg/kg BB; 900 mg/kg BB) pada pengamatan hari ke 7, 14 dan 21.
60
Lampiran 2. (lanjutan)
Tabel X. Data Persentase penurunan kadar LDL darah mencit pada variasi tiga dosis
yang dibandingkan dengan kontrol positif.
Persentase penurunan kadar LDL darah mencit dari
kontrol positif
Pada hari ke 7
Pada hari ke-14
Pada hari ke-21
(%)
(%)
(%)
Perlakuan
Dosis 100mg/kg BB
11,44
19,87
24,72
Dosis 300mg/kg BB
24,44
23,31
40,40
Dosis 900mg/kg BB
43,96
46,82
54,38
Waktu Pengamatan
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
10.00%
0.00%
Gambar 6. Grafik garis persentase penurunan kadar LDL darah mencit pada tiga
variasi dosis (100 mg/kg BB; 300 mg/kg BB; 900 mg/kg BB) yang
dibandingkan dengan kontrol positif.
61
Between-Subjects Factors
Value Label
Perlakuan
Pemeriksaan LDL
Kontrol negatif
kontrol positif
hari ke-7
15
hari ke-14
15
hari ke-21
15
62
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tabel XII. Hasil pengujian berdasarkan statistik Anova dua arah pada perlakuan dan
hari terhadap kadar LDL darah mencit putih jantan.
Squares
df
Mean Square
Sig.
Corrected Model
10715.370a
14
765.384
6.558
.000
Intercept
229084.159
229084.159
1962.979
.000
9879.531
2469.883
21.164
.000
Hari
307.612
153.806
1.318
.283
perlakuan * hari
528.227
66.028
.566
.797
Error
3501.069
30
116.702
Total
243300.597
45
14216.438
44
Perlakuan
Corrected Total
63
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tabel XIII. Hasil uji Duncan dari faktor perlakuan (dosis) terhadap hasil rata-rata
pemeriksaan kadar LDL darah mencit putih jantan.
9 (a) 47,3466
Kontrol negatif
(c) 75,3033
(c) 74,7000
kontrol positif
Sig.
(b) 64,6966
(d) 91,9566
1.000
64
1.000
.679
1.000
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tabel XIV. Hasil uji Duncan dari faktor hari terhadap hasil rata-rata pemeriksaan
LDL darah mencit putih jantan.
hari ke-14
15
68.9407
hari ke-21
15
70.1247
hari ke-7
15
74.9833
Sig.
.158
65
66
Lampiran 4. (Lanjutan)
2. Perhitungan kadar abu total ekstrak etanol labu siam
W0 ( Berat krus kosong )
= 35,2967 gram
= 37,3367 gram
= 35,3877 gram
x 100 %
= 35,3877 g - 35,2967 g
37,3367 g - 35,2967 g
x 100 %
= 4,4607 %
Keterangan
= 35,2967 gram
= 37,3367 gram
= 35,3319 gram
W 2W 0
x 100%
W 1W 0
35,331935,2967
x 100%
37,336735,2967
0.0352
x100%
2,04
= 1,7254 %
67
Lampiran 4. (Lanjutan)
4. Contoh perhitungan kadar senyawa larut air
Berat cawan kosong
Berat cawan + simplisia
Berat cawan + sari larut air
= 39,2871 gram
= 44,2890 gram
= 39,4835 gram
W 2W 0 100
X
X 100
W 1W 0 20
0,1964 100
X
X 100
5,0019 20
= 19,6325 %
= 47,1143 gram
= 52,1466 gram
= 47,2631 gram
W 2W 0 100
X
X 100
W 1W 0 20
47,263147,1143 100
X
X 100
52,146647,1143 20
0,1488 100
X
X 100
5,0323 20
= 14,7844 %
68
Lampiran 4. (Lanjutan)
6. Perhitungan pembuatan sediaan uji
Pembuatan suspensi PTU
Dosis PTU untuk manusia 1 X 100mg
Dosis PTU untuk mencit
130 mg
x 456 mg=296 mg
200 mg
69
Lampiran 4. (Lanjutan)
Berarti timbang 1 g ekstrak daun labu siam, dimasukkan kedalam
suspensi Na.CMC 0,5 % ad 100 mL.
7. Perhitungan persentase penurunan kadar LDL dosis 100 mg/kg BB pada hari ke-7
% penurunan kadar LDL = kadar LDL konrol positif kadar LDL dosis I x 100%
Kadar LDL konrol positif
= 91,51 mg/dL - 81,04 mg/dL x 100%
91.51 mg/dL
= 11,44 %
70
71
Lampiran 5. (Lanjutan)
72
Lampiran 5. (Lanjutan)
73