Anda di halaman 1dari 70

PENGARUH GEL EKSTRAK KELAKAI (Stenochlaena

Palustris (Burm.f) Bedd) TERHADAP KOLAGEN


PADA LUKA BAKAR TIKUS PUTIH (Rattus
norvegicus)

Skripsi
Diajukan guna memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh
Rosita Putri Agustini
1710911320043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN

Januari 2021
PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH GEL EKSTRAK KELAKAI (Stenochlaena Palustris


(Burm.f) Bedd) TERHADAP KOLAGEN PADA LUKA BAKAR TIKUS
PUTIH (Rattus norvegicus)

Rosita Putri Agustini, NIM: 1710911320043

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi


Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
Pada Hari Sabtu, Tanggal 2 Januari 2021

Pembimbing I
Dr. Eko Suhartono, Drs, M.Si
NIP. 19680907199303 1 004 ……………….

Pembimbing II
Bambang Setiawan, S.ked., M.Biomed
NIP. 19790309200501 1 003 ……………….

Penguji I
dr. Sulandri Gusasi, Sp.BP-RE
NIP. 19700319200012 1 002 ……………….

Penguji II
dr. Lena Rosida, M.Kes
NIP. 19710615199702 2 002 ……………….

Banjarmasin, 27 Januari 2021


Mengetahui,
Koordinator Program Studi Pendidikan Dokter

Dr. dr. Triawanti, M.Kes.


NIP. 19710912 199702 2 001

ii
Universitas Lambung Mangkurat
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarmasin, 2 Januari 2021

Rosita Putri Agustini

iii
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK

PENGARUH GEL EKSTRAK KELAKAI (Stenochlaena Palustris


(Burm.f) Bedd) TERHADAP KOLAGEN PADA LUKA BAKAR
TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

Rosita Putri Agustini

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan


oleh sumber-sumber panas. Luka bakar merupakan trauma yang merusak dan
merubah struktur jaringan maupun berbagai sistem tubuh. Proses penyembuhan
luka terdiri atas fase inflamasi, proliferasi dan remodelling. Terdapat berbagai
senyawa yang berperan dalam proses penyembuhan luka, salah satunya adalah
kolagen yang merupakan senyawa protein yang dapat menjadi parameter dalam
proses penyembuhan luka. Peningkatan kadar kolagen dapat mempercepat proses
penyembuhan, hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian gel ekstrak kelakai.
Tumbuhan kelakai mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, steroid, serta
alkaloid yang dapat mempengaruhi kadar kolagen pada proses penyembuhan luka
bakar. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh gel ekstrak tumbuhan
kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) terhadap kolagen pada luka bakar
tikus putih (Rattus norvegicus). Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan
posttest only with control group design dengan subjek penelitian tikus (Rattus
norvegicus). Dua puluh tujuh ekor tikus (Rattus Norvegicus) galur wistar
dikelompokan menjadi tiga kelompok yang mana P0 kelompok kontrol, P1
kelompok perlakuan yang diberi gel ekstrak kelakai 15% dan P2 kelompok
perlakuan yang diberi gel ekstrak kelakai 20%. Hasil penelitian didapatkan adanya
peningkatan kadar kolagen pada kelompok P1 dan P2. Kesimpulan dari penelitian
ini, pemberian gel ekstrak kelakai berpengaruh terhadap kadar kolagen pada
proses penyembuhan luka bakar.

Kata-kata kunci: kelakai, luka bakar, kolagen, penyembuhan luka

iv
Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT

EFFECT OF KELAKAI (Stenochlaena Palustris (Burm.f) Bedd)


EXTRACT GEL ON COLLAGEN LEVELS OF WHITE RATS
(Rattus norvegicus) WITH BURN WOUND

Rosita Putri Agustini

A burns is the damage or loss of tissue caused by heat sources. Burns are
trauma that damage and change the structure of tissues and various body systems.
The wound healing process consists of the inflammation, proliferation and
remodelling phases. There are various compounds that play a role in the wound
healing process, one of which is collagen, which is a protein compound that can
be a parameter in the wound healing process. Increasing collagen levels can
accelerate the healing process, this can be done by giving kelakai extract gel.
kelakai plants contain bioactive compounds such as flavonoids, steroids, and
alkaloids which can affect collagen levels in the healing process of burns. The
purpose of this study was to analyze the effect of kelakai (Stenochlaena palustris
(Burm.f) Bedd) plant extract gel on collagen in burns of white rats (Rattus
norvegicus). This research is purely experimental with posttest only with control
group design with rat research subjects (Rattus norvegicus). Twenty seven rats
(Rattus Norvegicus) wistar strain were grouped into three groups where P0 was
the control group, P1 the treatment group was given 15% kelakai extract gel and
P2 the treatment group was given 20% kelakai extract gel. The results showed an
increase in collagen levels in the P1 and P2 groups. The conclusion of this study,
giving kelakai extract gel has an effect on collagen levels in the burn healing
process.

Keywords: kelakai, burns, collagen, wound healing

v
Universitas Lambung Mangkurat
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya.

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gel

Ekstrak Kelakai (Stenochlaena Palustris (Burm.f) Bedd) terhadap Kolagen

pada Luka Bakar Tikus Putih (Rattus norvegicus)” tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam tak lupa pula penulis haturkan kepada Nabi Muhammad

SAW, keluarga, sahabat, kerabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini digunakan untuk memenuhi sebagian syarat guna

memperoleh derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas

Lambung Mangkurat Banjarmasin. Dalam kesempatan ini dengan segala hormat,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, yaitu Prof.

Dr. Zairin Noor, dr., Sp.OT(K)., MM periode 2016-2020 dan Dr. H. Iwan

Aflanie, dr., M.Kes., Sp.F., S.H periode 2020-2024 yang telah memberi

kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian.

2. Koordinator Program Studi Pendidikan yaitu dr. Lena Rosida, M.Kes

periode 2016-2020 dan Dr. dr. Triawanti, M.Kes periode 2020-2024 yang

telah memberi kesempatan dalam pelaksanaan penelitian.

3. Kedua dosen pembimbing, Dr. Drs. Eko Suhartono, M.Si dan Bapak

Bambang Setiawan, S.Ked, M.Biomed yang telah memberikan bimbingan

dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan secara optimal.

vi
Universitas Lambung Mangkurat
4. Kedua dosen penguji dr. Sulandri Gusasi, Sp.BP-RE dan dr. Lena Rosida

M.Kes, yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang

membangun sehingga skripsi ini menjadi semakin baik dan terarah.

5. Kedua orang tua penulis, Muhammad Yusuf dan Siti Mahani, serta seluruh

keluarga yang memberikan dukungan materil, non materil, serta doa

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

6. Rekan satu tim penelitian skripsi, Ema Fitriana, Zenita Hendra Savitri,

Nadya Aprina N A, Dewi Purnama Sari, Muhammad Sodikin dan

Muhammad Zaini atas kebersamaan, menyemangati dan kerjasamanya

dalam membantu penulisan skripsi ini.

7. Tim analis Laboratorium Biokimia dan Biomolekuler FK ULM, keluarga

besar PONS (Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2017), serta

semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas sumbangan

pikiran, motivasi dan doa sehingga penulis bisa sampai di titik ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran.

Banjarmasin, 2 Januari 2021

Penulis

vii
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iii

ABSTRAK .............................................................................................. iv

ABSTRACT ............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 5

E. Keaslian Penelitian ............................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Luka .................................................................................. 8

B. Penyembuhan Luka ........................................................... 9

C. Kolagen ............................................................................. 11

viii
Universitas Lambung Mangkurat
D. Tumbuhan Kelakai ............................................................ 12

E. Tikus .................................................................................. 14

BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori ................................................................. 16

B. Hipotesis ........................................................................... 21

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ........................................................ 22

B. Subjek Penelitian ............................................................. 22

C. Bahan dan Alat Penelitian ................................................ 23

D. Variabel Penelitian ............................................................ 23

E. Definisi Operasional ......................................................... 24

F. Prosedur Penelitian ........................................................... 25

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ..................... 30

H. Cara Analisis Data ............................................................ 30

I. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHSAN ................................................. 31

BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Simpulan ........................................................................... 40

B. Saran ................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 41

LAMPIRAN ............................................................................................ 46

ix
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Keaslian Penelitian Pengaruh Ekstrak Kelakai (Stenochlaena


Palustris (Burm. F.) Bedd) terhadap Kolagen pada Luka Bakar
Tikus Putih (Rattus norvegicus) .................................................... 6

2.1 Data Biologis Tikus Putih (Rattus norvegicus) .............................. 14

5.1 Tabulasi Data Kadar Kolagen dengan Spektrofotometer UV-VIS


......................................................................................................... 31

5.2 Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Kadar Kolagen .................. 33

5.3 Uji Homogenitas Levene’s Test terhadap Kadar Kolagen .............. 33

5.4 Uji Kruskal-Wallis terhadap Kadar Kolagen .................................. 34

5.5 Hasil Uji Mann-Whitney Kadar Kolagen ........................................ 35

x
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Tanaman Kelakai ............................................................................ 13

3.1 Kerangka Teori Penelitian Pengaruh Ekstrak Kelakai


(Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) terhadap Kolagen pada
Luka Bakar Tikus Putih (Rattus norvegicus) .................................. 19

3.2 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Ekstrak Kelakai


(Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) terhadap Kolagen pada
Luka Bakar Tikus Putih (Rattus norvegicus) .................................. 20

4.1 Alur Prosedur Penelitian Pengaruh Ekstrak Kelakai (Stenochlaena


palustris (Burm.f) Bedd) terhadap Kolagen pada Luka Bakar
Tikus Putih (Rattus norvegicus) ..................................................... 29

5.1 Rerata Kadar Kolagen pada Kulit Tikus Kontrol dan Perlakukan .. 32

5.2 Kelompok Perlakuan BP1a dan BP1b dengan Gel Ekstrak Kelakai
15 % ................................................................................................ 36

5.3 Kelompok Perlakuan BP2a dan BP2b dengan Gel Ekstrak Kelakai
20 % ................................................................................................ 36

xi
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Ethical Clearance Penelitian............................................... 47

2. Surat Izin Penelitian Laboratorium Biokimia FK ULM Banjarbaru


......................................................................................................... 48

3. Lembar Hasil Determinasi Tanaman .............................................. 49

4. Tabulasi Data Penelitian Kadar Kolagen ........................................ 51

5. Tabel Uji Normalitas Shapiro-Wilk dan Uji Homogenitas


Levene’s Test terhadap Kolagen ..................................................... 52

6. Tabel Uji Kruskal-Wallis terhadap terhadap Kolagen .................... 53

7. Tabel Uji Mann-Whitne terhadap Kolagen ...................................... 54

8. Dokumentasi Penelitian ................................................................... 56

xii
Universitas Lambung Mangkurat
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Luka bakar (combustio/burn) didefinisikan sebagai kerusakan atau

kehilangan jaringan yang dapat disebabkan oleh sumber-sumber panas seperti api,

air panas, radiasi, listrik dan zat kimia. Luka bakar merupakan trauma yang

merusak dan merubah struktur jaringan maupun berbagai sistem tubuh. 1 Luka

bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan efek

sistemik yang sangat kompleks. Berat dan ringan luka bakar bergantung pada

jumlah area permukaan tubuh, derajat kedalaman dan lokasi luka bakar.2

Menurut American Burn Association luka bakar diklasifikasikan

berdasarkan berat ringannya yaitu luka bakar derajat I hanya mengenai epidermis

dan luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas.

Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada epitel yang

sehat gejala yang timbul nyeri, gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang

keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meningkat. Luka bakar

derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit juga subkutis atau organ yang lebih

dalam, tidak ada lagi elemen epitel sehat, kulit tampak pucat abu-abu gelap atau

hitam dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat

dan tidak ada bula serta tidak terasa nyeri. 2,3

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa di Asia Tenggara

memiliki kejadian luka bakar tertinggi. Sebanyak 27% meninggal dunia dan 70%

1
Universitas Lambung Mangkurat
2

diantaranya adalah wanita. Data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan

2013 mencatat prevalensi luka bakar di Indonesia sebesar 0,7%. Prevalensi

tertinggi terjadi pada usia 1-4 tahun sebesar 1,5%.4,5 Berdasarkan data rekam

medis di RSUD Ulin Banjarmasin jumlah kasus luka bakar cenderung menurun,

yakni 33 kasus pada tahun 2016, 32 kasus pada tahun 2017, 18 kasus pada 2018

dan 24 kasus pada tahun 2019.6

Proses penyembuhan luka bakar terdiri atas fase inflamasi, proliferasi, dan

remodelling.1 Fase inflamasi diawali dengan mediator inflamasi menarik neutrofil

menuju luka, kemudian makrofag mengikuti setelah 48- 72 jam dan menjadi sel

predominan setelah hari ke-3 pasca cedera. Makrofag menghasilkan growth factor

untuk menstimulasi proliferasi fibroblas.7 Fase proliferasi terjadi aktivitas seluler

seperti angiogenesis, fibroplasia (deposit kolagen dan pembentukan jaringan

granulasi), epitelisasi dan kontraksi luka. Tahap fibroplasia luka dipenuhi

fibroblas dan kolagen yang membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan

permukaan berbenjol halus disebut jaringan granulasi. Fibroblas merupakan

sumber utama dari protein Extra Cellular Matrix bertugas mensintesis kolagen

dan fibronektin, dimulai pada hari ke-3 hingga 14 pasca trauma yang merupakan

bentuk granulasi jaringan penyedia integritas struktural pada luka. 8 Menurut

penelitian Andri dan Sihombing 2017 fibroblas juga memproduksi kolagen yang

berguna untuk pembentukan kekuatan pada jaringan parut pada luka.9

Fase remodelling adalah proses terjadinya penyempurnaan jaringan baru

menjadi jaringan yang lebih kuat. Hasil akhir dari fase ini berupa jaringan parut

yang pucat, tipis, lemas, dan mudah digerakkan dari dasarnya.7

Universitas Lambung Mangkurat


3

Pengobatan lokalis pada luka bakar biasanya mengandung bahan seperti

antimikroba, antioksidan dan memberikan kelembaban pada luka. Beberapa obat

topikal yang dapat dengan mudah didapatkan masyarakat di pasaran adalah merek

komersil, namun pada beberapa orang obat ini menyebabkan iritasi kulit yang

ditandai timbulnya bintik merah pada kulit yang menghambat proses

penyembuhan luka. Oleh karena itu, diperlukan obat alternatif yang berasal dari

tumbuhan, yang dapat mengurangi efek samping dan mudah didapat. Salah satu

tanaman tersebut adalah kelakai.7

Kelakai (Stenochlaena palustris Burm. F.) Bedd) salah satu tanaman yang

dapat dibuat berbagai macam obat. Kelakai merupakan tanaman khas lahan rawa

yang tumbuh di Kalimantan Selatan. Berdasarkan bukti empirik, kelakai

digunakan masyarakat suku Dayak Kenyah untuk mengobati anemia, pereda

demam, dan sakit kulit. Kandungan zat bioaktif pada tumbuhan kelakai adalah

fenol, tanin, flavonoid, steroid, alkaloid serta beberapa mineral seperti Ca dan zat

besi.10-13 Berdasarkan penelitian Suhartono dkk, total kandungan flavonoid pada

kelakai adalah 14,5 ± 0,7 μg/ml yang memiliki aktifitas antioksidan. 14 Selain itu,

berdasarkan Palumpun dkk saponin, flavonoid, serta tanin membantu proses

penyembuhan luka sebagai antioksidan dan antimikroba dalam proses

penyambungan luka dan mempercepat epitelisasi juga flavonoid bekerja dengan

cara menurunkan lipid peroksidasi sehingga terjadi peningkatan viabilitas serat

kolagen.15

Beberapa penelitian membuktikan bahwa kandungan dari ekstrak kelakai

memiliki efek pada proses peyembuhan luka sebagai antioksidan, antimikroba dan

Universitas Lambung Mangkurat


4

lainnya. Saat ini belum diketahui tentang efek gel ekstrak kelakai (Stenochlaena

palustris (Burm.f) Bedd) terhadap kolagen pada luka bakar. Oleh karena itu

penelitian tentang pengaruh gel ekstrak kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f)

Bedd) terhadap kolagen pada luka bakar tikus putih (Rattus norvegicu) ini perlu

dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah terdapat pengaruh pemberian gel ekstrak kelakai (Stenochlaena

palustris (Burm.f) Bedd) terhadap kolagen dalam proses penyembuhan luka bakar

tikus putih (Rattus norvegicus)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pemberian dari

ekstrak gel kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) terhadap kolagen pada

luka bakar tikus putih (Rattus norvegicus).

Tujuan khusus dari penelitian adalah:

1. Mengukur kadar kolagen pada luka bakar tikus putih (Rattus norvegicus) yang

tidak diberikan gel ekstrak kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd)

pada hari ketujuh.

2. Mengukur perubahan kadar kolagen pada luka bakar tikus putih yang diberikan

gel ekstrak tumbuhan kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) 15%

pada hari ketujuh.

Universitas Lambung Mangkurat


5

3. Mengukur perubahan kadar kolagen pada luka bakar tikus putih yang diberikan

gel ekstrak tumbuhan kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) 20%

pada hari ketujuh.

4. Menganalisis pengaruh pemberian gel ekstrak tumbuhan kelakai (Stenochlaena

palustris (Burm.f) Bedd) pada luka bakar tikus putih yang ditinjau dari

perubahan kadar kolagen.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara teoritis adalah dapat mengetahui pengaruh dan

fungsi dari gel ekstrak kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) pada luka

bakar tikus putih (Rattus novergicus). Manfaat penelitian secara praktis adalah

menjadi tolak ukur proses penyembuhan luka bakar pada tikus putih yang diberi

gel ekstrak daun kelakai dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

terkait tumbuhan kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) yang dapat

menjadi obat alternatif dalam penyembuhan luka.

Universitas Lambung Mangkurat


6

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Kelakai


(StenochlaenaPalustris (Burm.f) Bedd) terhadap Kolagen pada
Luka Bakar Tikus Putih (Rattus novergicus)

No Nama Peneliti Judul Penelitiaan Persamaan Perbedaan


(Tahun)
1 Palumpun E.F., Pemberian - Variabel terikat - Variabel bebas
Wiraguna, ekstrak daun sirih (kolagen) (ekstrak daun
A.A.G.P., (Piper betle) - Subjek penelitian Sirih)
Pangkahila, secara topikal (tikus) - Vatiabel terikat
W15 (2017) meningkatkan (luka iris)
ketebalan
epidermis, jumlah
fibroblas, dan
jumlah kolagen
dalam proses
penyembuhan
luka pada tikus
jantan galur
Wistar (Rattus
norvegicus)
2 Ramadhian, Pengaruh Ekstrak - Variabel terikat - Variabel terikat
M.R., Soleha, Metanol Daun (kolagen) (luka sayat)
T.U., Hanriko, Ketapang - Variabel bebas
R., Azkia, (Terminalia (daun Ketapang)
H.P16 (2017) catappa L.) - Subjek penelitian
Terhadap (mencit)
Kepadatan
Serabut Kolagen
pada
Penyembuhan
Luka Sayat
Mencit (Mus
musculus)

3 Rahman AO, Efek Salep - Variabel terikat - Variabel terikat


Humaryanto17 Ekstrak Pinang (kolagen) (luka sayat)
(2019) Terhadap Level - Variabel bebas
Fibroblast Dan (ekstrak Pinang)
Kolagen Pada
Proses
Penyembuhan
Luka

Universitas Lambung Mangkurat


7

Penelitian sebelumnya diketahui bahwa kandungan pada ekstrak kelakai

dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian ini akan diteliti

pengaruh dari pemberian gel ekstrak kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f)

terhadap kolagen pada luka bakar tikus putih (Rattus norvegicus) dan proses

penyembuhan lukanya.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kulit

Kulit adalah lapisan jaringan terbesar yang menutupi permukaan kulit

manusia yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh dari berbagai patogen yang

berasal dari luar, pengatur suhu tubuh, absorbsi, pembentukan pigmen dan

kosmetis. Struktur kulit tersusun atas tiga lapisan epidermis, dermis dan subkutis.

Lapisan epidermis merespon rangsangan dari luar dan mampu beregenerasi.

Penyusun terbesar lapisan epidermis adalah keratinosit yang tersusun dalam

beberapa lapisan. Lapisan dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang

memberi ketahanan, perlindungan imunologik dan ekskresi. 18

Fungsi tersebut didukung struktur fibrosa dan filamentosa, ground

substance dan selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar,

folikel rambut dan saraf. Serabut kolagen dan elastik bersama membentuk

sebagian besar dermis keduanya tertanam dalam matriks yang terbentuk dari

proteoglikans (PG) dan glikosaminoglikans (GAG). PG dan GAG dapat menyerap

dan mempertahankan air dalam jumlah besar sehingga berperan dalam pengaturan

cairan juga mempertahankan growth factors dalam jumlah besar.18

Fibroblas, makrofag dan sel mast sering ditemukan pada dermis fibroblas

adalah sel sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut

kolagen. Makrofag salah satu elemen pertahanan imunologik pada kulit yang

bertindak sebagai fagosit, sel penyaji antigen, maupun mikrobisidal dan

8
Universitas Lambung Mangkurat
9

tumorisidal. Subkutis terdiri atas jaringan lemak yang mampu mempertahankan

suhu tubuh, cadangan energi juga menyediakan bantalan yang meredam trauma

melalui permukaan kulit.18

B. Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka terjadi secara kompleks, dimana hasil akhirnya

berupa pemulihan suatu jaringan yang terintegritas. Secara fisiologi, proses

penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase mulai dari inflamasi, proliferasi

dan remodelling jaringan.19

Fase inflamasi dibagi menjadi early inflammation (fase hemostasis) dan

late inflammation. Fase hemostasis berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-

kira hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan

perdarahan dan tubuh berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi,

pengerutuan ujung pembuluh yang putus (retraksi) serta reaksi hemostasis.

Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling

melekat dan bersama jala fibrin yang terbentuk, membekukan darah yang keluar

dari pembuluh darah. Trombosit yang berlekatan akan berdegranulasi, melepas

kemoatraktan yang menarik sel radang, mengaktifkan fibroblas lokal dan sel

endotel serta vasokonstriktor.

Sedangkan pada fase late inflammation bisa terjadi pada saat terjadinya

luka sampai hari ke lima, fungsi dari fase ini adalah untuk menyingkirkan jaringan

yang mati dan mencegah terjadinya infeksi. Biasanya terjadi setelah hemostasis,

dimana proses koagulasi akan mengaktifkan kaskade komplemen dan

Universitas Lambung Mangkurat


10

mengeluarkan bradikinin dan anafilatoksin C3a dan C5a yang menyebabkan

vasodilatasi dan permeabilitas vaskuler meningkat. 2,20

Fase proliferasi bertujuan untuk membentuk keseimbangan antara jaringan

parut dan regenerasi jaringan. Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah terjadinya

luka dan berlangsung selama 2 minggu. Hal ini ditandai dengan terjadinya migrasi

fibroblas dan deposisi matriks ekstraseluler yang baru disintesis sebagai pengganti

jaringan sementara yang terdiri dari fibrin dan fibronektin. Fase ini luka di penuhi

dengan sel radang, fibroblas dan kolagen, serta pembentukan pembuluh darah

baru (angiogenesis), pembentukan jaringan berwarna kemerahan dengan

permukaan berbenjolan halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka

yang terdiri atas sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi

permukaan luka, akan diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis,

proses migrasi hanya terjadi kearah yang lebih rendah atau datar. Proses ini baru

berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan

luka.19,2,21,22

Tahap remodelling bertanggung jawab untuk pengembangan epitel baru

dan pembentukan dari jaringan parut yang berlangsung mulai hari ke-21 sampai 1

tahun. Tahap ini terjadi mekanisme regulasi yang bertujuan untuk

mempertahankan keseimbangan antara degradasi dan sintesis. Tahap ini tubuh

berusaha untuk mengembalikan ke kondisi yang semula yang menjadi abnormal

karena proses pemnyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi

matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap

dan sisanya mengerut sesuai dengan besarnya regangan. Selama proses ini

Universitas Lambung Mangkurat


11

berlangsung, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan lentur, serta mudah

digerakkan dari dasar. Akhir dari fase ini, penuaan pada kulit yang mampu

menahan regangan kira-kira 80% dari kemampuan kulit normal.19, 2,21

C. Kolagen

Kolagen adalah jenis protein yang dikenal sebagai pembentuk fungsi

struktural di dalam tubuh. Molekul kolagen merupakan struktur yang panjang dan

kaku dengan tiga poilipeptida (disebut sebagai “rantai-α”) yang membelit satu

sama lain membentuk struktur triple helix yang menyerupai tali, seratnya fleksibel

dan tahan terhadap regangan. Peranan kolagen dalam tubuh manusia sebagai

struktur dasar pembentuk jaringan, dapat ditemukan pada semua ringan ikat

longgar, tendon, tulang, ligamen dan struktur penting untuk mempertahankan

integritas organ dalam.20,23

Strutur kolagen tersusun atas tiga tingkat yakni: 1.) Kerangka kovalen

terdiri dari rantai-rantai protein individual dengan bobot molekular sebesar kira-

kira 100.000 masing-masing. Kolagen kaya akan Residu asam amino yang

berlimpah yakni hidrokprolin dan hidroksilisin juga ada asam-asam yang tidak

umum 2.) Tiga rantai bergabung untuk membentuk tripel heliks dalam struktur

sekunder. Tripel heliks ini merupakan satuan struktural dasar dari kolagen dan

disebut tropokolagen. 3.) Satuan tropokolagen yang terangkaikan secara kovalen

yang kemudian membentuk suatu ikatan atau berkas yang disebut mikrofibril. 24

Terdapat 29 jenis kolagen yang telah diidentifikasi dan semuanya menampilakan

struktur tersier tripel heliks. Tipe I, II, III, V, dan XI memiliki struktur berupa

kuterner fibrilar.25

Universitas Lambung Mangkurat


12

Proses penyembuhan luka bakar pada fase proliferasi dimana kolagen

memegang peranan penting dalam hemostasis, interaksi dengan trombosit,

interaksi dengan fibronektin, meningkatkan eksudasi cairan, meningkatkan

komponen seluler, meningkatkan faktor pertumbuhan dan mendorong proses

fibroplasia dan terkadang pada proliferasi epidermis.16, 26

Kolagen memiliki peran dalam setiap tahap proses penyembuhan luka dan

merupakan parameter terbentuknya jaringan regenerasi kulit yang tersusun dari

hidroksiprolin dan hidroksilisin. Kadar kolagen pada luka dapat diukur dengan

berbagai cara salah satunya secara biokimia. Kadar kolagen pada luka di ukur

secara biokimia dengan menggunakan spektrofometri UV-VIS untuk mengukur

kadar hidroksiprolin dalam jaringan sebagai indeks parameter kolagen dalam

kulit. Semakin tinggi kandungan hidroksiprolin dapat mengindikasikan bahwa

terjadinya peningkatan sintesis kolagen dalam proses penyembuhan luka. 27

D. Tumbuhan Kelakai

Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) merupakan salah satu

jenis tumbuhan paku yang memiliki panjang 5- 10 m. Akar utama kelakai secara

perlahan tumbuh di dalam tanah dengan akar rimpang yang memanjat tinggi, kuat

dan pipih. Bentuk daun kelakai menyirip tunggal. Tangkai daun berukuran 10-20

cm dan kuat. Daunnya steril berukuran 30-200 x 20-50 cm biasanya mengkilat

anak daun berhadap-hadapan, berwarna hijau dengan tekstur lembut ketika masih

muda dan berwarna merah kecoklatan atau keungu-unguan bertangkai pendek,

berbentuk lanset, dengan lebar 1,5-4 cm. Sedangkan pada daun yang dewasa

berwana hijau, permukaan daunnya kasar.28,29

Universitas Lambung Mangkurat


13

Taksonomi tumbuhan kelakai adalah sebagai berikut:30,31

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Viridaeplantae

Division : Pterydophyta

Phylum : Tracheophyta

Sub phylum : Euphyllophytina

Kelas : Pteridopsida

Ordo : Blechnales

Family : Blechnaceae

Genus : Stenochlaena

Spesies : Stenochlaena palustris

Berdasarkan hasil uji fitokimia, kelakai mengandung senyawa flavonoid,

alkaloid dan steroid. pada batang kelakai mengandung flavonoid 3,010%, steroid

2,583%; dan alkaloid 3,817% sedangkan daunnya mengandung kandungan

flavonoid 1,750%, steroid 1,650% dan alkaloid 1,085%.20 Kandungan alkanoid

dan steroid berfungsi untuk antiinflamasi sementara flavonoid sebagai

antioksidan. Senyawa lain yang terkandung dalam kelakai adalah fenolik, tanin,

vitamin C, vitamin A dan β-karoten dapat mereduksi radikal bebas.32, 33,34

Gambar 2.1 Tumbuhan Kelakai (Stenochlaena palustris)31,33

Universitas Lambung Mangkurat


14

E. Tikus

Taksonomi dari tikus adalah sebagai berikut:30, 35

Kingdom : Animalia

Genus : Rattus

Filum : Chordata

Spesies : Rattus norvegicus

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Tikus putih (Rattus norvegicus) dikenal sebagai subjek penelitian

biomedis yang bisa digunakan dalam berbagai bidang seperti neurobehavioral,

kanker dan toksikoligi. Tikus putih (Rattus norvegicus) banyak digunakan sebagai

hewan coba hingga hewan peliharaan karena mempunyai respon yang cepat serta

dapat memberikan gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi pada manusia

maupun hewan lain. Rattus norvegicus memiliki beberapa keunggulan, yaitu

pemeliharaan dan penanganan mudah, serta memiliki kemampuan reproduksi

tinggi.36,37

Tabel 2.1 Data Biologis Tikus Putih (Rattus norvegicus)36

Temperatur Tubuh 37°C


Laju Pernapasan 75-115/menit
Laju Detak Jantung 260-400/menit
Konsumsi Air Perhari 10-12ml/100 gram berat badan
Konsumsi Makanan Perhari 10g/100 gram berat badan
Litter Size
6-12
(Jumlah Keturunan)

Universitas Lambung Mangkurat


15

Berat Kelahiran 5g
Weaning Age
21 hari
(Usia mengkonsumsi makanan selain menyusui)
Usia Dewasa 7 minggu
Lama Pembiakan 12-16 bulan
Berat Dewasa Jantan 450-550g
Berat Dewasa Betina 250-300g
Masa Hidup 2.5-3.5 tahun

Universitas Lambung Mangkurat


BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Luka bakar (combustio/burn) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan

yang dapat disebabkan oleh sumber panas, luka bakar merubah struktur jaringan

maupun berbagai sistem tubuh. Proses penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase

yaitu inflamasi, proliferasi, dan remodelling.1,2

Fase inflamasi terbagi dua yaitu fase inflamasi awal (hemostasis) dan

inflamasi akhir. Fase inflamasi awal dimulai dengan terjadinya vasokonstriksi

lokal pada jaringan luka yang menyebabkan aliran darah menjadi lambat sehingga

terjadi vasodilatasi. Setelah terjadi vasodilatasi sel leukosit dan trombosit

bermigrasi ke matriks sementara, lalu sel trombosit akan berdegranulasi

melepaskan mediator inflamasi. Selanjutnya pada fase inflamasi akhir neutrofil

akan mensekresi sitokin pro inflamasi yang nantinya akan difagositosis oleh

makrofag. Setelah itu makrofag akan mensekresi sitokin anti inflamasi yang

nantinya akan berdegradasi. Lalu pada hari ke 5-7 limfosit T akan muncul

menghasilkan interferon gama untuk menstimulasi makrofag mengeluarkan TNF-

α dan IL-1.1,3,20

Fase proliferasi ditandai dengan adanya jaringan granulasi yang nantinya

akan terjadi proses angiogenesis atau pertumbuhan pembuluh darah baru yang

berperan untuk mempertahankan kelangsungan fungsi berbagai jaringan dan

organ. Selanjutnya fibroblas bertugas untuk mensintesis kolagen sebagai unsur

16
Universitas Lambung Mangkurat
17

utama matriks ekstraseluler yang merupakan penyedia integritas struktural pada

luka. Apabila terjadi peningkatan proliferasi fibroblas maka sintesis matriks

ekstraseluler dan kolagen juga akan meningkat sehingga fase proliferasi dapat

terselesaikan lebih cepat. Setelah terjadi proses fibroblas akan terjadi re-epitelisasi

pada jaringan luka.1,3,20

Kolagen memainkan peran dalam setiap fase proses penyembuhan luka

dan merupakan parameter terbentuknya jaringan regenerasi kulit yang tersusun

dari hidroksiprolin dan hidroksilisin. Peran kolagen dalam mempercepat proses

penyembuhan luka antara lain memicu deposisi matriks, diferensiasi sel,

angiogenesis, mitogenesis, dan migrasi seluler seperti keratinosit, epitelisasi,

fibroblas, monosit, makrofag, neutrofil, induksi kolagenase, kontraksi luka,

agregasi platelet serta koagulasi.38 Meningkatnya serabut kolagen menandakan

adanya penyembuhan luka.39

Kadar kolagen pada luka dapat diukur dengan berbagai cara salah satunya

secara biokimia. Kadar kolagen pada luka di ukur secara biokimia dengan

menggunakan spektrofometri UV-VIS untuk mengukur kadar hidroksiprolin

dalam jaringan sebagai indeks parameter kolagen dalam kulit. Semakin tinggi

kandungan hidroksiprolin dapat mengindikasikan bahwa terjadinya peningkatan

sintesis kolagen dalam proses penyembuhan luka.27

Fase remodelling (maturasi) diawali dengan pertumbuhan jaringan epitel,

jaringan matriks intraseluller didegradasi lalu akan terjadi keseimbangan antara

proses sintesis, degradasi kolagen serta matriks ekstraseluler sehingga terjadi

pembentukan jaringan parut.3,20

Universitas Lambung Mangkurat


18

Tumbuhan kelakai (Stenochlaena palutris) memiliki kandungan senyawa

yang dapat membantu proses penyembuhan luka seperti tanin, saponin, flavonoid

dan vitamin C. Tanin berperan dalam migrasi dan proliferasi fibroblas pada luka

sehingga kontraksi luka akan lebih cepat. Tanin mampu merangsang VEGF dalam

proses angiogenesis dan berhenti jika penyembuhan luka masuk pada tahap akhir,

sehingga penyembuhan akan lebih cepat mengalami remodelling dan mampu

menurunkan permeabilitas kapiler dan mengurangi udem jaringan serta

menghindari terbentuknya pus pada permukaan luka akibat invasi patogen yang

bisa menghambat penyembuhan.39 Selain itu tanin, saponin dan flavonoid juga

berperan sebagai antibakteri pada inflamasi akhir. Flavonoid berperan dalam

meningkatkan sitokin antiinflamasi (IL-10) untuk menghambat terjadinya

pelepasan sitokin pro-inflamasi.10

Flavonoid dan asam askorbat berkerjasama sebagai antioksidan untuk

menurunkan maupun menstabilkan ROS pada fase inflamasi akhir. Asam askorbat

juga berperan dalam pembentukan hidroksilasi prokolagen dengan cara

pengaktifan prolin dan lisin hidroksilase dari prekursor inaktif sehingga akan

membantu terjadinya sintesis kolagen pada fase fibroblas.41

Universitas Lambung Mangkurat


19

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian Pengaruh Ekstrak Kelakai (Stenochlaena


palustris (Burm.f) Bedd) terhadap Kolagen pada Luka Bakar Kulit
Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Universitas Lambung Mangkurat


20

Kerangka konsep penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.2

Model tikus yang diberi luka bakar


di daerah punggung

Proliferasi fibroblas

Sintesis kolagen

Tanpa gel ekstrak Gel ekstrak kelakai


Kelakai
Sintesis kolagen
secara normal Konsentrasi 15% Konsentrasi 20%

Sintesis kolagen 

Fase proliferasi
berlangsung lebih cepat

Sampel kulit tikus

Analisis kadar Kolagen pada hari


ketujuh

Mengalami kelainan
metabolik lainnya

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Variabel pengganggu

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Ekstrak Kelakai


(Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) terhadap Kolagen pada Luka
Bakar Kulit Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Universitas Lambung Mangkurat


21

B. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, maka dibuat hipotesis bahwa terdapat

pengaruh dari pemberian ekstrak gel kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f)

Bedd) terhadap kolagen dalam proses penyembuhan luka bakar pada kulit tikus

putih (Rattus norvegicus).

Universitas Lambung Mangkurat


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental, yang

terdiri atas tiga kelompok penelitian, yaitu satu kelompok kontrol dan dua

kelompok perlakuan. Berdasarkan jumlah kelompok perlakuan, dengan

menggunakan rumus Federer didapatkan replikasi sebanyak delapan kali.

Replikasi berdasarkan rumus Federer :

( t – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15 t = Jumlah perlakuan

( 3 – 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15 n = Jumlah replikasi

2 (n – 1) ≥ 15

n ≥ 8,5 ≈ 9

Dengan demikian, jumlah sampel minimal sebanyak 27, ditambah

kemungkinan kematian tikus 20% sehingga totalnya 33 ekor.

B. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus (Rattus

norvegicus) jantan galur wistar dengan umur sekitar 8 minggu dan berat badan

200-300 gram yang diperoleh dari Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat.

22
Universitas Lambung Mangkurat
23

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah gel ekstrak tumbuhan

kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) 15% dan 20%, tikus putih (Rattus

norvegicus), anastesi (ketamin), akuades, kassa, plester, etanol 96%, alcohol 70%,

dan bahan pakan tikus standar BR-2, hydroxyproline, HCL, larutan buffer

(CH3COOH), larutan kloramin – T, reagen Ehrilch.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plat besi ukuran 2 x 2 cm,

alat cukur, bisturi, scalpel, spuit, tabung reaksi, gelas ukur, sarung tangan, masker,

wadah pakan, kandang tikus berukuran 25 cm x 25 cm x 10 cm, alat tulis,

spektrofotometer UV-VIS, timbangan hewan, bunsen, dan pematik.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah konsentrasi gel ekstrak kelakai

(Stenochlaena palustris (Burm.f) Beed) pada tikus (Rattus norvegicus) dengan

konsentrasi 15% dan 20%.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah kadar kolagen pada luka bakar

tikus putih (Rattus norvegicus).

Universitas Lambung Mangkurat


24

3. Variabel Pengganggu

a. Umur, dikendalikan dengan memilih tikus dengan umur yang seragam yaitu 8

minggu.

b. Berat badan, dikendalikan dengan memilih tikus dengan berat badan yang

seragam, yaitu antara 200-300 g.

c. Stres, dikendalikan dengan proses aklimatisasi terlebih dahulu selama satu

minggu sebelum diberi perlakuan.

d. Jenis kelamin, dikendalikan dengan memilih subjek penelitian dengan jenis

kelamin yang sama yaitu jantan dari galur Wistar.

e. Lingkungan (suhu, cahaya, kelembaban) dikendalikan dengan cara melakukan

penelitian di ruangan yang sama.

f. Makanan, dikendalikan dengan menggunakan makanan yang sama yaitu pakan

BR-2 dan minuman aquadest secara ad libitum.

E. Definisi Operasional

1. Gel ekstrak daun kelakai (Stenochlaena palustris)

Gel ekstrak dari tumbuhan kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd)

menggunakan proses maserasi dengan menggunakan etanol 96% kemudian

dicampurkan dengan Na-CMC, gliserin, propilenkol dan air agar terbentuk gel

yang homogen.

2. Pembuatan luka bakar

Luka bakar dibuat dengan cara menempelkan plat besi berukuran 2x2 cm

dan tebal 2 mm yang dipanaskan di atas api bunsen selama 2-3 menit kemudian

Universitas Lambung Mangkurat


25

ditempelkan selama 3 detik di punggung tikus yang sudah dicukur sehingga

terbentuk luka bakar derajat II. Pengamatan dilakukan selama tujuh hari.

3. Kadar Kolagen

Efektivitas penyembuhan luka bakar dapat dievaluasi berdasarkan

pengamatan secara biokimia terhadap jaringan kulit yakni dengan mengukur kadar

hidroksiprolin dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang

gelombang 550 nm diukur pada hari ketujuh. Kadar hidroksiprolin dalam

jaringan dapat digunakan sebagai indeks untuk menggantikan parameter kadar

kolagen dalam kulit, karena kolagen menjadi indeks terbentuknya jaringan atau

regenerasi kulit tersusun atas dua jenis yakni hidroksilisin dan hidroksiprolin.

F. Prosedur Penelitian

1. Pengajuan komisi etik

Penelitian ini dimulai dengan mengajukan permohonan izin penelitian dan

judul proposal kepada Unit P2M dan KTI. Penelitian dilakukan setelah

melaksanakan seminar usulan penelitian dan mendapatkan persetujuan dari

Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

Setelah itu, meminta perizinan kepada yang bertanggung jawab atas Laboratorium

Kimia dan Biomolekular ULM.

2. Aklimatisasi

Tikus (Rattus novergicus) dipelihara terlebih dahulu selama seminggu

sebelum diberikan perlakuan bertujuan untuk memberikan kondisi fisik,

lingkungan dan psikologis yang sama. Tikus dipelihara di Lab Biokimia dan

biomolekuler, Fakultas Kedokteran ULM Banjarbaru dengan suhu lingkungan

Universitas Lambung Mangkurat


26

sekitar 24 °C – 32 °C, tikus diletakan di dalam ruangan dengan ukuran 25 cm x 25

cm x 10 cm. Selama pemeliharaan tikus diberi minum aquadest dan makanan

yang sama yaitu pakan BR-2 secara ad libitum (mengandung udara, serat kasar,

dan protein).

3. Pengelompokan tikus

Penelitian ini dikelompokan menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu:

P0: Tikus yang hanya diberi luka bakar, Tanpa diberi gel ekstrak kelakai

(kontrol).

P1: Tikus yang diberi luka bakar dan luka diberi gel ekstrak kelakai 15%

sehari sekali sampai hari ketujuh.

P2: Tikus yang diberi luka bakar, dan luka diberi gel ekstrak kelakai 20%

sehari sekali sampai hari ketujuh.

4. Pengumpulan dan determasi tumbuhan

Pengumpulan tumbuhan kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd)

dapat ditemukan di kecamatan Gambut, Kalimantan selatan.

5. Pembuatan gel ekstrak kelakai

Proses ekstraksi senyawa aktif yang terdapat di dalam tumbuhan kelakai

menggunakan metode maserasi dengan cara daun kelakai dikeringkan terlebih

dahulu, yaitu diangin-anginkan dan dikeringkan di bawah sinar matahari, sampai

kering. Setelah kering daun kelakai diblender dan diambil serbuknya sebanyak 50

gram kemudian direndam dalam 250 ml pelarut etanol selama 3 hari. Kemudian

disaring sampai filtratnya jernih. Semua filtrat dijadikan satu dan kemudian

diuapkan dengan rotary evaporator sampai kental. Ekstrak daun kelakai

Universitas Lambung Mangkurat


27

dilarutkan dalam sebagian air yang telah dipanaskan di penangas air, ditambahkan

Na-CMC diaduk sampai homogen, ditambah gliserin, propilenglikol, dan air

diaduk sampai terbentuk gel yang homogen dan dikemas dalam wadah gel.

Cara perhitungan konsentrasi:

15%= 15gr ekstrak kelakai+5gr Na-cmc+10gr gliserin+5gr proplenglikol+100ml

akuades.

20%= 20gr ekstrak kelakai+5gr Na-cmc+10gr gliserin+5gr proplenglikol+100ml

akuades.

6. Perlakuan terhadap hewan uji

a. Pemberian luka bakar pada punggung tikus (Rattus novergicus)

Setelah selesai diaklimatisasi, masing-masing tikus bulunya dicukur dan

didesinfeksi dengan NaCl 0,9%. Dilakukan prosedur anastesi dengan

menggunakan ketamine dengan dosis 0,1 ml/100grBB secara intramuscular, yang

bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit serta mencegah pergerakan berlebihan

pada tikus. Kemudian dibuat luka bakar dengan menggunakan plat besi yang

sudah dipanaskan selama 2-3 menit lalu ditempelkan pada bagian punggung tikus

yang telah dicukur.

b. Pemberian ekstrak kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f) Bedd) pada


luka bakar punggung tikus (Rattus novergicus)

Tikus yang telah diberi luka bakar pada bagian punggung masing-masing

diberi perawatan berdasarkan kelompoknya. Luka bakar pada kelompok P0 hanya

dibersihkan dengan NaCl 0,9%, pada kelompok P1 dan P2 masing-masing diolesi

gel ekstrak kelakai dengan konsentrasi 15% dan 20% sebanyak 4 mg /cm2 satu

kali sehari sampai hari ketujuh.

Universitas Lambung Mangkurat


28

7. Pembuatan homogenate kulit

Setelah tikus diberi perlakuan tahap selanjutnya pada hari ketujuh akan

diambil kulitnya. Masing-masing spesimen hasil eksisi 1 cm x 1 cm diambil untuk

dianalisis secara biokimia untuk memperkirakan jumlah hidroksiprolin.

Jaringan sampel kulit tikus (Rattus novergicus) dikeringkan dalam oven

pada suhu 60-70°C selama 12-18 jam, lalu timbang masing-masing sampel

jaringan kering yang diambil, dan tambahkan 1 ml asam klorida 6M (HCL) tiap

10 mg. Homogenat kemudian diinkubasi dalam air matang selama 4 jam untuk di

hidrolisis. Hasil dari hidrolisis kemudian disentrifugasi pada 3000 rpm selama 15

menit dan 1 ml supernatan yang dikumpulkan kemudian dipindahkan ke dalam

tabung tes. Supernatan diliofilisasi menggunakan aliran gas nitrogen. Sampel

yang terliofisasi disimpan pada -40°C sampai dianalisis.

8. Pengukuran kadar kolagen pada sediaan homogenat

Penentuan kandungan hidroksiprolin dari jaringan sampel dilakukan sesuai

dengan metode Stegemann dan Stalder (1967). Pertama Hidrolisat diencerkan dua

kali dengan larutan buffer 2 ml. Sampel yang diencerkan ditambahkan dengan

larutan kloramin – T pada 4°C. Setelah 20 menit kemudian reagen Ehrlich

ditambahkan 1 ml dicampurkan sampai diperoleh senyawa kromotor, yaitu warna

larutan berubah menjadi merah muda dan tidak ada schlieren (lapisan transparan)

yang terbentuk dalam larutan. Sampai perubahan warna stabil selama 30 menit.

Absorbansi larutan kemudian diukur pada 550 nm dan tingkat

hidroksiprolin dalam sampel diekstrapolasi menggunakan kurva standar

hidroksiprolin yang diperoleh dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS.

Universitas Lambung Mangkurat


29

9. Alur Prosedur Penelitian

Seleksi hewan coba

Dibagi menjadi 3 kelompok, selanjutnya aklimatisasi (1 minggu)

Pembuatan gel ekstrak Kelakai

Pembuatan luka bakar pada punggung tikus putih dengan ukuran 2x2
cm

Kelompok P0 Kelompok P1 Kelompok P2

1 luka bakar 2 luka bakar 2 luka bakar

BP1a: BP2a:
Tanpa diberi gel Tanpa diberi gel
ekstrak Kelakai ekstrak Kelakai
(kontrol) (kontrol)
BP1b: BP2b:
Gel ekstrak Kelakai Gel ekstrak Kelakai
BP0: Tanpa diberi
15% 20%
gel ekstrak Kelakai
sehari sekali sehari sekali
(kontrol)
sampai hari ketujuh sampai hari ketujuhh

Pembuatan homogenat kulit tikus pada hari ke tujuh

Mengukur kadar kolagen

Gambar 4.1 Alur Prosedur Penelitian Pengaruh Ekstrak Kelakai (Stenochlaena


palustris (Burm.f) Bedd) terhadap Kolagen pada Luka Bakar Tikus
Putih (Rattus norvegicus)

Universitas Lambung Mangkurat


30

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang diambil berdasarkan kepada ukuran luka pada tiga perlakuan

yang dilakukan pada hewan coba dengan variabel terikat kolagen. Pengamatan

dan perhitungan dilakukan terhadap kadar kolagen pada luka bakar tikus putih

(Rattus norvegicus) yang sampelnya diambil pada hari ke tujuh.

H. Cara Analisis Data

Data dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji normalitas

Shapiro-Wilk (p<0,05) karena jumlah sampel yang diuji kecil (<50) dan uji

homogentitas varians Levene’s Test (p>0,05) karena data tidak terdistribusi

normal (nilai p-value kecil ≤ 0,05) dan tidak homogen maka dipilih uji non-

parametrik yakni uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Biokimia dan Biomolekular

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru pada bulan

September sampai dengan Oktober 2020.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai pengaruh gel ekstrak kelakai (Stenochlaena palutris

(burm.f) bedd) terhadap kolagen pada luka bakar tikus putih (Rattus norvegicus)

menggunakan sebanayak 27 ekor tikus dimana setaiap kelompok ada 9 ekor tikus,

yakni pada kelompok kontrol dengan kelompok yang diberikan perlakuan berupa

pemberian gel ekstrak kelakai sebanyak 15% dan 20%. Tabulasi data kadar

kolagen dengan spektrofotometer UV-VIS dapat dilihat pada Tabel 5.1. dan

Rerata kadar kolagen dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Tabel 5.1 Tabulasi Data Kadar Kolagen dengan Spektrofotometer UV-VIS

Keterangan: BP0 = Kontrol tikus yang diberi luka bakar tanpa diberi gel ekstrak
kelakai BP1a = Tikus diberi luka bakar tanpa diberi gel ekstrak kelakai BP1b =
Tikus diberi luka bakar diberi ekstrak kelakai 15% BP2a = Tikus diberi luka bakar
tanpa diberi gel ekstrak kelakai BP2b = Tikus diberi luka Bakar diberi ekstrak
kelakai 20%

31
Universitas Lambung Mangkurat
32

1,04
1,023
1,03

1,02 1,009
Kolagen (mg/mL QE )

1,002
1,01

0,99

0,98

0,97
BP0 BP1b BP2b
Kelompok

Gambar 5.1 Rerata Kadar Kolagen pada Kulit Tikus Kontrol dan Perlakukan
Keterangan: disajikan dalam rerata ± standar deviasi. mg/mL QE: mikron
miligram/milliliter Quercetin Equivalent; BP0 (kontrol): kelompok tikus yang
tidak diberikan perlakukan; BP1b: tikus yang diberi luka bakar dan diberi gel
ekstark kelakai 15%; BP2b: tikus yang diberi luka bakar dan diberi gel ekstark
kelakai 20%

Berdasarkan tabel 5.1 data kemudian dievaluasi menggunakan uji

normalitas Shapiro-Wilk dengan hasil p<0,05 pada beberapa kelompok perlakuan.

Data kemudian dilanjutkan uji homogenitas Levene’s Test dan didapatkan hasil p

= 0,013(p<0,05) yang berarti data tidak homogen. Data yang didapatkan tidak

terdistribusi normal dan tidak homogen, dapat dilihat pada tabel 5.2 dan tabel 5.3.

Oleh karena itu untuk mengetahui apakah ada perbedaan data data secara statistik

diantara kelompok perlakuan digunakan uji Kruskal-Wallis. Data uji Kruskal-

Wallis didapatkan p = 0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan bermakna

pada setiap kelompok dapat dilihat pada tabel 5.4. Hasil analisis statistik kadar

Universitas Lambung Mangkurat


33

kolagen menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjukan uji Mann-Whitney dapat

dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.2 Uji Normalitas Shapiro-Wilk terhadap Kadar Kolagen

Tabel 5.3 Uji Homogenitas Levene’s Test terhadap Kadar Kolagen

Universitas Lambung Mangkurat


34

Tabel 5.4 Uji Kruskal-Wallis terhadap Kadar Kolagen

Universitas Lambung Mangkurat


35

Tabel 5.5 Hasil Uji Mann-Whitney Kadar Kolagen


Kelompok Perlakuan Rerata Kemaknaan
BP0 terhadap 1,013
BP1b 1,031 p = 0,000
BP2b 1,044 p= 0,000
BP1b terhadap 1,031
BP2b 1,044 p = 0,000
Keterangan: Bermakna (p<0,05) , tidak bermakna (p>0,05)

Data pada tabel 5.5 menunjukan bahwa kelompok BP0 (kontrol)

dibandingkan dengan kelompok BP1b dan BP2b (dengan gel ekstrak kelakai 15%

dan 20%) didapatkan perbedaan yang bermakna (p = 0,000 dan p = 0,000).

Perbandingan antara kelompok BP1a terhadap BP1b menunjukan perbedaan yang

bermakna (p = 0,005). Perbandingan antara kelompok BP2a terhadap BP2b

menunjukan perbedaan yang bermakna (p = 0,000). Perbandingan antara

kelompok BP1b terhadap BP2b menunjukan perbedaan yang bermakna (p =

0,000).

Universitas Lambung Mangkurat


36

Gambar 5.2 Kelompok Perlakuan BP1a dan BP1b dengan Gel Ekstrak Kelakai
15%

Gambar 5.3 Kelompok perlakuan BP2a dan BP2b dengan Gel Ekstrak Kelakai
20%

Berdasarkan data statistik penggunaan gel ekstrak kelakai 20% pada

penelitian ini dapat meningkatkan kadar kolagen tikus dengan luka bakar dalam

proses penyembuhan luka lebih baik dibandingkan dengan pemberian gel ekstrak

kelakai 15% untuk perbandingan secara makroskopis luka dapat dilihat pada

gambar 5.2 dan gambar 5.3. Peningkatan kadar kolagen dipengaruhi oleh adanya

kandungan senyawa aktif yang terdapat pada tanaman kelakai.

Universitas Lambung Mangkurat


37

Penggunaan Senyawa flavonoid bekerja sebagai antiinflamasi melalui

beberapa jalur dengan penghambatan aktivitas siklooksigenase (COX) dan

lipooksigenase, penghambatan akumulasi leukosit, penghambatan degranulasi

neutrofil, dan penghambatan histamin. Senyawa flavonoid dapat menghambat

proses inflamasi melaui dua cara yaitu menghambat metabolisme asam arakidonat

dan sekresi enzim lisosom sebagai mediator inflamasi yang dapat mempengaruhi
42, 43
proses inflamasi pada fase proliferasi Senyawa flavonoid adalah antioksidan

kuat yang berfungsi melindungi tubuh dari ROS yang berlebih dan berperan untuk

mengaktifkan makrofag. Tingginya jumlah makrofag dapat mempengaruhi

peningkatan jumlah fibroblas untuk memproduksi kolagen secara aktif.44

Makrofag akan menghasilkan faktor-faktor pertumbuhan seperti TGF-α,

TGF-β, bFGF, PDGF dan VEGF sebagai sitokin yang dibutuhkan untuk

merangsang pembentukan vaskuler dan jaringan granulasi.45 Ketika luka terjadi

lalu diikuti hipoksia yang mana aka mengaktivasi makrofag untuk memicu proses

angiogenesis dan fase proliferasi. Apabila makrofag meningkat maka akan

meningkatkan sekresi TGF-β dimana berfungsi untuk memicu proliferasi

fibroblas, penyimpanan matriks ekstraseluler dan menstimulasi sel endotel yang

berfungsi membentuk pembuluh darah baru dan meningkatkan produksi kolagen.

Terjadinya penumpukan kolagen baru yang dihasilkan fibroblas akan

mempercepat proses penyrmbuhan luka. Matriks ekstraseluler tersebut merupakan

jenis kolagen tipe 3 yang nantinya akan diganti dengan kolagen tipe 1 saat fase

remodelling.46 Penelitian Sentat dan Permatasari pada fase proliferasi fibrolas

yaitu sel yang menghasilkan kolagen akan bekerja menghubungkan jaringan pada

Universitas Lambung Mangkurat


38

luka bakar untuk mengembalikan jaringan kulit dan mempercepat penyembuhan

luka bakar.47 Proliferasi dari fibroblas menentukan hasil akhir dari penyembuhan

luka juga mempengaruhi proses reepitelisasi yang akan menutup luka.48

Senyawa alkaloid bekerja sebagai antimikroba dengan cara mengganggu

komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel

tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel. 49 Alkaloid berperan

dalam peningkatan pembentukan sel epitel sehingga mempercepat epitelisasi

ulang yang sangat penting dalam penyembuhan luka. Peningkatan angiogenesis

(pembentukan pembuluh darah baru) mempengaruhi proses penyembuhan luka,

pengendapan serat kolagen dalam jaringan granulasi dan mengurangi sel inflamasi

dalam jaringan granulasi area luka.50

Saat angiogenesis terjadi aktivitas pertumbuhan pembuluh kapiler yang

saling terhubung membentuk vaskular yang bersifat tetap pada jaringan yang

mengalami perlukaan sehingga peran penting pada proses penghilangan debris,

penyediaan nutrien dan oksigen untuk proses metabolisme selama berlangsungnya

proses perbaikan jaringan pada daerah luka dapat terjadi. Stimulator yang

berperan dalam proses terjadinya angiogenesis selama perbaikan luka antara lain

kadar laktat yang tinggi, pH asam, ROS dan penurunan tekanan oksigen dalam

jaringan. Sitokin dan faktor pertumbuhan yang terlibat dalam proses angiogenesis

antara lain basic Fibroblast Growth Factor (bFGF), Transforming Growth Factor

(TGFα, TGF β), Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan

prostaglandin.51

Universitas Lambung Mangkurat


39

Berdasarkan penelitian Poernomo dkk, kandungan alkaloid dapat

meningkatkan kepadatan fibril kolagen dengan cara mencegah kerusakan sel

melalui sintesis DNA sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan baru yang

kuat dan padat. Alkaloid efektif dalam meningkatkan bobot jaringan granulasi

kering dan produksi hidroksiprolin karena tingginya kematangan jaringan kolagen

pada luka. Hidroksiprolin banyak terkandung dalam kolagen, semakin tinggi

jumlah hidroksiprolin maka semakin tinggi juga produksi kolagen dan jumlah

granulasi kering pada luka.52

Tanin dan Saponin dapat menstimulasi limfosit T untuk mengaktifkan

makrofag sebagai pertahanan terhadap infeksi didaerah luka. Tanin dan saponin

juga akan merangsang Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang akan

mempercepat fase inflamasi dan proses angiogenesis, menstimulasi pembentukan

kolagen yang berperan dalam meningkatkan epitelisasi jaringan, dan mempercepat

proses penyembuhan luka. Tanin memiliki sifat antimikroba karena dapat

mengurangi udem jaringan serta menghindari terbentuknya pus pada permukaan

luka akibat invasi patogen yang bisa menghambat penyembuhan. Saponin juga

dapat meningkatkan aktivitas antimikroba, antioksidan dan mempercepat migrasi

sel epitel. 53, 54, 55,56

Universitas Lambung Mangkurat


BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh simpulan

bahwa gel ekstrak kelakai konsentrasi 20% berpengaruh terhadap peningkatan

kadar kolagen pada luka bakar tikus dibandingkan kelompok kontrol ditandai oleh

perubahan rerata kadar kolagen pada kelompok perlakuan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan saran yang dapat diberikan

penulis adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi bahan

aktif yang terdapat pada tumbuhan kelakai (Stenochlaena Palustris (Burm.f)

Bedd) dalam proses penyembuhan luka.

40
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR PUSTAKA

1. Pusponegoro AD. Luka. Dalam: Sjamsuhidayat S, editors. Buku ajar ilmu


bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. h. 66-88.
2. Hasibuan LY, Soedjana H, Bisono. Luka. Dalam: Sjamsuhidayat S,
Karnadihardjat W, Prasetyono TOH, Rudiman R. editors. Buku ajar ilmu
bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2010. h. 95-120.
3. Wardhana A. Panduan praktis manajemen awal luka bakar. Edisi 1. Jakarta:
Lingkar Studi Bedah Plastik Fundation (Yayasan Lingkar studi bedah
plastik); 2014.
4. Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07 Tahun 2019
tentang Pedoman nasional pelayanan kedokteran tata laksana luka bakar.
5. Depkes RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.
6. Rumah Sakit Ulin Banjarmasin. Luka bakar. RSUD Ulin: Divisi rekam
medis. 2016-2019.
7. Islami SI, Munawir A, Astuti ISW. Efek pemberian membran bakiko
(bayam- kitosan- kolagen) terhadap jumlah fibroblas pada luka bakar derajat
II. HTMJ. 2018;15(2):93-111.
8. Destri C, Sudiana IK, Nugraha J. Potensi jatropha multifida terhadap jumlah
fibroblast pada aphthous ulcer mukosa mulut tikus. Jurnal biosains
pascasarjana.2017;19(1):1-13.
9. Andrie M, Sihombing D. Efektivitas sediaan salep yang mengandung
ekstrak ikan gabus (Channa striata) pada proses penyembuhan luka akut
stadium II terbuka pada tikus jantan galur wistar. Pharmaceutical sciences
research. 2017;2(4):88-101.
10. Margono DPNH, Suhartono E, Arwati H. Potensi ekstrak kelakai
(Stenochlaena palustris Burm. F.) Bedd) terhadapkadar tumor necrosis
faktor alfa (TNF-α) pada mencit BALB/c yang diinfeksi plasmodium
berghei ANKA. Berkala kedokteran. 2016;12(1):77-85.
11. Halim S. Efek ekstrak kelakai (Stenochlaena palustris Burm. F.) Bedd)
terhadap indeks eritema dan indeks melanin pada kulit tikus (Rattus
norvegicus) yang dipajan sinar ultraviolet akut [skripsi]. [Banjarmasin]:
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat; 2018.
12. Kusmardiyani S, Grace N, Irda F. Antioxidant activities from various
extracts of different parts of kelakai (Stenochlaena palustris) grown in
Central Kalimantan – Indonesia. Asian j pharm clin res. 2016;9:215-219.

41
Universitas Lambung Mangkurat
42

13. Ebrahimzadeh MA, Reza E, Masoumeh K, Mahdieh G, Majid S, Jammshid


YC. Correlation between sun protection factor and antioxidant activity,
phenol and flavonoid contents of some medicinal plants. Iranian journal
research. 2014;13:1041-1047.
14. Suhartono E, Ella V, Mustaqim AR, Imam SG, Muhammad FR, Danny I.
Total flavonoid and antioxidant acivity of Some selected medicinal plants in
South Kalimantan of Indonesia. Universitas Lambung Mangkurat. Procedia
APCBEE. 2012;(4):235-239.
15. Palumpun EF, Wiraguna AAGP, Pangkahila W. Pemberian ekstrak daun
sirih (Piper betle) secara topikal meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah
fibroblas, dan jumlah kolagen dalam proses penyembuhan luka pada tikus
jantan galur Wistar (Rattus norvegicus). Jurnal e-biomedik (ebm),
2017;5(1):1-7.
16. Ramadhian MR, Soleha TU, Hanriko R, Azkia HP. Pengaruh ekstrak
metanol daun ketapang (terminalia catappa l) terhadap kepadatan serabut
kolagen pada penyembuhan luka sayat mencit (mus musculus). Jurnal
Agromed Unila. 2017;1(4):17-24.
17. Rahman AO, Jambi K. Efek salep ekstrak pinang terhadap level fibroblast
dan kolagen pada proses penyembuhan luka. JMJ. 2019;7(1):19-25.
18. Rahadi R. Anatomi dan faal kulit. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K,
Indriatmi W. editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016. h. 3-7.
19. Landén NX, Li D, Stahle M. Transition from inflammation to proliferation:
a critical step during wound healing. Cell Mol Life Sci. 2016;73(20):3861–
85.
20. Primadina N, Basori A, Perdanakusuma DS. Proses penyembuhan luka
ditinjau dari aspek mekanisme seluler dan molekuler. Qanun Medika.
2019;3(1):31-43.
21. Velnar T, Bailey T, Smrkolj, V. The wound healing process: An overview
of the cellular and molecular mechanisms. J Int Med Res. 2009;37(5):1528–
42.
22. Gutner GC. Wound healing, normal and abnormal. In: Thorne CH. editors.
Grabb and Smith’s plastic surgery. 6th ed. Philadelphia: Elseviers. 2007. p.
15-22.
23. Champe PC, Harvey RA, Ferrier DR. Biokimia ulasan bergambar. Edisi 3.
Jakarta: EGC. 2010. h. 53-60.

Universitas Lambung Mangkurat


43

24. Katili AS. Struktur dan fungsi protein kolagen. Jurnal pelangi ilmu.
2009;2(5):21-29.
25. Chattopadhyay S, Raines RT. Collagen-based biomaterials for wound
healing. Biopolymers. 2014;101(8):821-833.
26. Gabbiani G, Ryan GB, Majno G. Presence of modifies fibroblasts in
granulation tissue and possible role in wound contraction. J exp med.
2010;27:549.
27. Dira, Tobat SR, Fendri STJ, et al. Pengaruh pemberian alfa mangostin
terhadap kadar hidroksiprolin pada hari ke-10 sesudah luka pada tikus putih
jantan. STIFI Perintis Padang. 2018:15-22.
28. Ayatusa’adah, Dewi NA. Inventarisasi tumbuhan paku (pteridophyta) di
kawasan kampus IAIN Palangka raya sebagai alternatif media pembelajaran
materi klasifikasi tumbuhan. Edusains: Jurnal pendidikan sains &
matematika. 2017;2(5):50-61.
29. Susanto E, Santosa TNB, Soejono AT. Komposisi gulma di kebun kelapa
sawit tm pada lahan mineral dan lahan gambut di PT Medco Agro. Jurnal
agromast. 2018;3(2):1-18.
30. Indrayanti AL, Hidayati N, Hanafi N. Studi kasus analisis pendapatan usaha
keripik kalakai imur di kota Palangka Raya. Jurnal Daun. 2016;3(1):1–6.
31. Audiana A, Astiani D, Ekyastuti W. Keanekaragaman jenis tumbuhan paku-
pakuan (pteridophyta) di lahan gambut terbuka di desa Sarang burung
kolam kecamatan Jawai kabupaten Sambas. Jurnal hutan lestari. 2020;8(2):
239 – 248.
32. Maharani DM, Haidah SN, Haiyinah. Studi potensi kelakai (Stenochlaena
Palustris (Burm.F) Bedd) sebagai pangan fungsional. Kumpul Makal
PIMNASXIX. 2006;1–13.
33. Rostinawati T, Suryana S, Fajri M, Nugrahani H. Aktivitas antibakteri
ekstrak etanol daun kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.F) Bedd)
terhadap Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi
agar CLSI M02-A11. Pharmauho majalah farmasi, sains dan kesehatan.
2018;1(3):1–5.
34. Nurmilatina. Analisis komposisi kimia daun kelakai (Stenochlaena palustris
Bedd.) dengan Berbagai Pelarut menggunakan GCMS. Jurnal riset industri
hasil hutan. 2017;9(1):9–16.
35. Sharp P, Villano J. Important biological features. In: Sharp P, Villano J.
editors. The laboratory rat. 2 th edition. USA: CRC press; 2012. p. 1-28.

Universitas Lambung Mangkurat


44

36. Sengupta P. The laboratory rat: Relating its age with human’s. Int J Prev
Med. 2013;4(6):624–30.
37. Wolfensohn S, Lloyd M. Small laboratory animal. In: Wholfrensohn S,
Lloyd M. editors. Handbook of laboratory animal management and welfare.
3th edition. USA: Blackwell; 2003. p. 241-47.
38. Novitasari AIM, Indraswari R, Pratiwi R. Pengaruh aplikasi gel ekstrak
membran kulit telur bebek 10% terhadap kepadatan serabut kolagen pada
proses penyembuhan luka gingiva. ODONTO Dental Jurnal. 2017(4):13-20.
39. Sandhu SV, Gupta S, Singla K. Collagen in health and disease. Journal of
Orofacial Research. 2012;2(3):153-159.
40. Sucita RE, Hamid IS, Fikri F, Purnama MTE. Ekstrak etanol kayu secang
(Caesalpinia sappan L.) secara topikal efektif pada kepadatan kolagen masa
penyembuhan luka insisi tikus putih. Jurnal medik veteriner. 2019;2(2):119-
126.
41. Pakaya D. Peranan vitamin c pada kulit. Medika tadulako jurnal ilmiah
kedokteran. 2014;1(2):45-54.
42. Priamsari MR, Yuniawati NA. Skrining fitokimia dan aktivitas
penyembuhan luka bakar ekstrak etanolik morinda citrifolia l. pada kulit
kelinci (oryctolagus cuniculus). Journal of Pharmacy. 2019; 8(1): 22-28.
43. Audia M, Yuliet, Khaerati K. Efektivitas antiinflamasi ekstrak etanol daun
sumambu(hyptis capitatajacq.) pada tikusputih jantan (Rattus norvegicus L.)
yang diinduksi dengan karagenan. Biocelebes. 2018;12(2):17-23.
44. Suharto IPS, Etika AN. Ekstrak jahe (Zingiber officinale roscoe)
berpengaruh terhadap kepadatan serabut kolagen luka insisi. Jurnal Ilmiah
Ilmu Kesehatan. 2019;7(1):27-36.
45. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, et al. Pathologic basic of disease.
Philadelphia USA: Elsevier Health Sciences. 2009:185-210.
46. Thorne CHM et al. Grabb and smith’s plastic surgery. Philadelphia:
Lippincott; 2016.
47. Sentat T,Permatasari R. Uji aktivitas ekstrak etanol daun alpukat (persea
americana mill.) terhadap penyembuhan luka bakar pada punggung mencit
putih jantan (mus musculus). 2015;1(2):100-106.
48. Sumbayak EM. Fibroblas: struktur dan peranannya dalam penyembuhan
luka. Jakarta: FK Universitas Kristen Krida. 2015:1-6.

Universitas Lambung Mangkurat


45

49. Priamsari MR, Yuniawati NA. Skrining fitokimia dan aktivitas


penyembuhan luka bakar ekstrak etanolik morinda citrifolia l. pada kulit
kelinci (oryctolagus cuniculus). Journal of Pharmacy. 2019; 8(1): 22-28.
50. Fetse JP, Kyekyeku JO, Dueve E, Mensah KB. Wound healing activity of
total alkaloidal extract of the root bark of alstonia boonei (apocynacea).
British Journal of Pharmaceutical Research. 2014; 4(23): 2642-2652.
51. Fitrian A, Bashori A, Sudiana IK. Efek angiogenesis gel ekstrak daun
lamtoro (Leucaena leucocephala) pada luka insisi tikus. Jurnal Biosains
Pascasarjana. 2018;20:22-32.
52. Poernomo H, Setiawan. The effect of moringa leaf (moringa oleifera) gel on
the bleeding time and collagen density of gingival incision wound healing in
marmot (Cavia porcellus). Interdental Jurnal Kedokteran Gigi.
2019;15(1):34-39.
53. Bone K, Mills S. Principles and practice phytotherphy - modern herbal
medicine 2nd edition.US America: Churchill Livingstone Elsevier; 2013.
54. Parampasi N, Soemarno T. Pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya dalam
etanol 70% pada proses penyembuhan luka insisi. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. 2013; 22(1): 31-36.
55. Nugroho AM, Elfiah U, Normasar R. Pengaruh gel ekstrak dan serbuk
mentimun (Cucumis sativus) terhadap angiogenesis pada penyembuhan
Luka Bakar derajat IIB pada tikus wistar. E-jurnal pustaka kesehatan.
2016;4(3):443-448.
56. Izzati UZ. Efektivitas penyembuhan luka bakar salep ekstrak etanol daun
senggani (melastoma malabathricum l.)pada tikus (rattus norvegicus) jantan
galur wistar. Jurnal mahasiswa farmasi fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan UNTAN. 2015;3(1).

Universitas Lambung Mangkurat


LAMPIRAN

46
Universitas Lambung Mangkurat
47

Lampiran 1. Lembar Ethical Clearance Penelitian

Universitas Lambung Mangkurat


48

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Laboratorium Biokimia FK ULM


Banjarbaru

Universitas Lambung Mangkurat


49

Lampiran 3. Lembar Hasil Determinasi Tanaman

Universitas Lambung Mangkurat


50

Universitas Lambung Mangkurat


51

Lampiran 4. Tabulasi Data Kadar Kolagen

Keterangan :
BP0 = Kontrol Tikus yang diberi luka Bakar tanpa diberi gel ekstrak kelakai
BP1a = Tikus diberi luka Bakar tanpa diberi gel ekstrak kelakai
BP1b = Tikus diberi luka Bakar diberi ekstrak kelakai 15%
BP2a = Tikus diberi luka Bakar tanpa diberi gel ekstrak kelakai
BP2b = Tikus diberi luka Bakar diberi ekstrak kelakai 20%

Universitas Lambung Mangkurat


52

Lampiran 5. Tabel Uji Normalitas Shapiro-Wilk dan Uji Homogenitas Levene’s Test
terhadap Rasio Integritas Kolagen

Universitas Lambung Mangkurat


53

Lampiran 6. Tabel Uji Kruskal-Wallis terhadap Rasio Integritas Kolagen

Universitas Lambung Mangkurat


54

Lampiran 7. Tabel Uji Mann-Whitney terhadap Rasio Integritas Kolagen

Universitas Lambung Mangkurat


55

Universitas Lambung Mangkurat


56

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

a. Penimbangan Berat Badan dan Aklimatisasi Tikus

b. Pencukuran Bulu Tikus

c. Penyuntikan Ketamine dan Pemberian Luka Bakar

Universitas Lambung Mangkurat


57

d. Tikus dengan Luka Bakar

e. Penimbangan Gel Ektrak Kelakai

f. Tikus diberikan Gel ektrak kelakai

Universitas Lambung Mangkurat


58

g. Keadaan Luka pada Hari Pengambilan sampel

h. Proses Pembuatan Homogenat

i. Spektofotometer

Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai