Pembimbing II : ( )
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan masalah
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bahwa ekstrak daun saga (Abrus precatorius L.) dapat di
formulasikan menjadi sediaan chewing gum dengan kombinasi sukrosa dan
sorbitol.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pemanis sukrosa dan
sorbitol terhadap sifat fisik sediaan chewing gum daun saga.
3. Untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap beberapa variasi
penggunaan pemanis sukrosa dan stevia sediaan chewing gum daun saga.
1.4.Manfat penelitian
Penelitian ini Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan
pembudidayaan obat tradisional khususnya tanaman saga dengan diolah menjadi
sediaan yang lebih modern yaitu chewing gum yang baik untuk kesehatan agar
dapat dikenal dan disukai masyarakat dan mempermudah masyarakat dalam
penggunaannya.
a. Identifikasi alkaloid
Sebanyak 500 mg sampel simplisia dan ekstrak dibasakan dengan
ammonia encer, kemudian ditambahkan 2 mL kloroform. Kemudian sampel
ditambahkan 2 mL HCl 0,1N dan dipanaskan diatas penangas air kemudian
disaring. Filtrat pertama dan kedua ditetesi dengan larutan pereaksi Dragendorff
dan Mayer, sedangkan filtrat ketiga digunakan sebagai blanko. Hasil positif akan
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah atau jingga untuk Dragendorff
dan endapan putih untuk Mayer (Departemen Kesehatan RI, 1978).
b. Identifikasi Flavonoid
Sebanyak 500 mg sampel simplisia dan ekstrak dan didihkan selama 5
menit, kemudian disaring. Setelah dingin diambil 5 mL filtrat lalu ditambahkan
100 mg serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat. Didiamkan 1 menit, kemudian
ditambahkan 5 mL amil alkohol kemudian kocok dan biarkan hingga terpisah.
Hasil positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil
alkohol (Fransworth, 1966).
c. Identifikasi Tanin
Sebanyak 500 mg sampel simplisia disari dengan 10 mL air suling,
disaring kemudian filtratnya diencerkan dengan air suling. Diambil 2 mL larutan
kemudian ditambahkan besi (III) klorida 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknyawarna biru atau hijau kehitaman. Sampel ekstrak dan fraksi
ditambah 1 mL aquadest, kemudian diperlakukan sama mulai dari penambahan
besi (III) klorida (Departemen Kesehatan RI, 1978).
d. Identifikasi Polifenol
Sebanyak 500 mg sampel simplisia disari dengan 10 mL air suling,
disaring kemudian filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak
berwarna. Diambil 2 mL larutan kemudian ditambahkan besi (III) klorida 1%
dan gelatin. Hasil positif ditunjukkan dengan terjadi warna biru atau hijau
kehitaman. Sampel ekstrak dan fraksi ditambah 1 mL aquadest, kemudian
diperlakukan sama, mulai dari penambahan besi (III) klorida 1%. (Departeman
Kesehatan RI, 1978).
e. Identifikasi Saponin
Sebanyak 500 mg sampel disari dengan 10 mL air suling, disaring.
Setelah dingin diambil 5 mL filtrat kemudian dikocok kuat selama 10 detik,
terbentuk busa yang stabil selama 10 menit, ditambahkan 1 mL HCl 2N. Hasil
positif ditunjukkan dengan busa tidak hilang (Departemen Kesehatan RI, 1978).
Sampel ekstrak dan fraksi ditambah 5 mL air suling, kemudian diperlakukan
sama, mulai dari pengocokan.
f. Identifikasi steroid dan triterpenoid
Dalam percobaan ini sampel ditambahkan 20 ml eter, kemudian lapisan
eter di pipet dan disaring. Filtrat ditempatkan pada cawan penguap kemudian
dibiarkan hingga kering. Pada hasil pengeringan filtrat ditambahkan 2 tetes
larutan vanilin 10% dalam asam sulfat pekat. Terjadinya warna ungu
menunjukkan adanya triterpenoid, sedangkan adanya warna hijau biru
menunjukkan adanya senyawa steroid. (Harbone, 2006).
1.6.6. Formulasi Chewing Gum Ekstrak daun saga (Abrus precatorius L.)
Sediaan chewing gum ekstrak daun saga dibuat dengan 4 formulasi
pemanis yang berbeda dimana presentase komposisi chewing gum yang
dijadikan sumber adalah:
Gum base 20-21
Corn syrup 16,5-17
Lecithin 0,2-0,3
Coloring agent 0,13-0,5
Flavoring agent 0,5-1,27
Gliserin 0,45-1,00
Intense sweetener 2,25-4,47
Carelose 2001 0,00-6,00
Sukrosa 33,28-54,37
Xylitol 10,00-15,00
Parameter yang diamati yaitu bentuk, warna , ada atau tidaknya bau,
rasa, bentuk permukaan dan ada atau tidaknya cacat fisik (Lachmann dkk, 1994).
b. Uji keelastisan
c. Uji Stabilitas
e. Uji Kesukaan