SARAF PUSAT
Penekan sistem saraf pusat adalah senyawa yang dapat menghambat aktivitas sistem
saraf pusat. Berdasarkan efek farmakologisnya penekan sistem saraf pusat dibagi menjadi 5
golongan yaitu anestetika sistemik, sedatifa dan hipnotika, relaksan pusat, obat antipsikotik
dan obat antikejang.
A. Anestetika sistemik
Anestetika sistemik adalah senyawa yang dapat menekan aktivitas fungsional
sistem saraf pusat sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran, menimbulkkan efek
analgesik dan relaksasi otot serta menurunkan aktivitas refleks.
Mekanisme keja anestetika sistemik : struktur kimia, sifat kimia-fisika dan efek
farmakologi golongan anestetika sistemik sangat bervariasi. Hal ini menunjukan bahwa
anestetika sistemik menekan sistem saraf pusat secara tidak selektif dan aktivitasnya
lebih ditentukan oleh sifat kimia-fisika dan bukan oleh interaksinya dengan reseptor
khas. Dengan kata lain anestetika sistemik termasuk golongan senyawa yang
berstruktur tidak khas.
Teori terjadinya efek anestetika sistemik dibagi dua, yaitu :
Teori fisik
Pada teori ini efek anestetika sistemik dihasilkan oleh interaksi fisik. Teori
fisik dapat dibedakan menjadi 3 yaitu teori lemak, ukuran molekul dan klatrat.
a. Teori lemak
Overten dan Meyer (1899) memberika tiga postulat yang
berhubungan dengan efek anestesi suatu senyawa, yang dikenal dengan
teori lemak sebagai berikut :
1) Senyawa kimia yang tidak reaktif dan mudah larut dalam lemak,
seperti eter, hidrokarbon terhalogenasi, dapat memberikan efek
narkosis pada jaringan hidup, sesuai dengan kemampuannya untuk
terdistribusi ke dalam jaringan sel.
2) Efek terlihat jelas terutama pada sel-sel yang banyak mengandung
lemak, sepertisel saraf.
3) Efisiensi anestesi atau hipnotik tergantung pada koefiisen partisi
lemak/air atau distribusi senyawa dalam fasa lemak dan fasa air
jaringan.
Teori ini hanya mengemukakan aktivitas suatu senyawa terhadap
tempat kerja saja dan tidak menunjukan bagaimana mekanisme kerja
biologisnya. Teori ini juga tidak dapat menjelaskan mengapa suatu
senyawa yang mempunyai koefisien partsisi lemak/air tinggi tidak selalu
menimbulkan efek anestesi.
1) Turunan eter
Contohnya: dietileter, vinil eter, enfluran, isofluran, dan
metoksifluran.
1) Dietileter (eter) merupakan anstetika sistemik yang cukup aman dan banyak
digunakan pada pembedahan. Waktu induksinya lambat sehingga pada permulaan
biasanya digunakan anestesi lain yang awal kerjanya cepat, seperti vinileter atau
nitrigen oksida. Dietileter mempunyai koefisisen partisi darah/udara tinggi dan
digunakan pula sebagai pelarut untuk ekstraksi. Kadar anestesi : 10-20% volume,
secara inhalasi.
2) Enfluran, daya anestesi serupa dengan halotan,, sring dikombinasi dengan oksigen
atau nitrogen oksida. Waktu induksinya 4-6 menit. Kadar anestesi : 2-5%, secara
inhalasi.
3) Halotan adalah anestesi sistemik dengan aktivitas 4 kali lebih besar dibanding
dietileter dan hampir sama dengan klroroform. Senyawa ini menimbulkan toksisitas
lebih rendah dibanding dietileter. Waktu induksi halotan cepat 2-10 menit, dengan
masa kerja yang singkat. Nilai koefisien partisi darah/udara rendah. Halotan
digunakan secara inhalasi dengan kadar :1-4%, diuapkan dengan pengaliran oksigen.
4) Isofluran adalah anestesi inhalasi yang relatif baru, dengan toksisitas yang rendah
dibanding dengan obat anestesi lain. Daya anestesi dan waktu induksinya serupa
dengan halotan.
5) Ketamin HCl adalah anestesi sistemik yang diberikan secara intravena atau
intramuskular. Awal kerjanya cepat, 0,5 menit setelah pemberian intravena, dan 3-4
menit setelah pemberian intramuskular. Efek akhirnya setelah 5-10 menit (iv) atau
12-25 menit (im), dengan waktu paruh 2,5-4 jam. Ketamin kadang-kadang
digunakan bersama-sama obat anestesi sistemik yang lainnya pada pembedahan.
Efek samping ketamin lebih rendah dibanding obat anestesi sistemik lain dan dapat
menimbulkan halusinasi. Dosis iv : 1-2 mg/kg bb, untuk pemeliharaan diberikan
setengah dari dosis induksi. Dosis im : 6,5-13 mg/kg bb.
6) Tiopental Na digunkan secara luas sebagai anestesi sistemik dan diberikan secar
intravena. Awal kerjanya cepat kurang lebih 0,5 menit dengan masa kerja 10-30
menit, waktu paruhnya kurang lebih 11,5 jam. Dosis iv : larutan 2,5 %, 2-3 ml,
dengan kecepatan pemasukan 1 ml per 5 detik.
1. Turunan Barbiturat
Turunan barbiturat merupakan sedatifa yang banyak digunakan secara luas
sebelum diketemukanya turunan benzodiazepin. Turunan barbiturat bekerja
sebagai penekan pada aksis serebrospinal dan menekan aktivitas saraf, otot
rangka, otot polos dan otot jantung. Turunan barbiturat dapat menghasilkan
derajat depresi yang berbeda yaitu sedasi, hipnotik atau anestesi, tergantung pada
struktur senyawa, dosis dan cara pemberian.
Mekanisme kerja
Turunan barbiturat bekerja dengan menekan transmisi sinaptik pada sistem
pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah permeabilitas membran sel
sehingga mengurangi rangsangan sel postsinaptik dan menyebabkan deaktivasi
korteks serebral.
Hubungan struktur dan aktivitas
Sanberg (1951) membuat sebuah postulat bahwa untuk memberikan efek
penekan sistem saraf pusat, turunan asam barbiturat harus dan bersifat asam
lemah dan mempunyai nilai koefisien partisi lemak/air dengan batas tertentu.
Turunan 5,5-disubstitusi dan 1,5,5-trisubstitusi asam barbiturat serta 5,5-
disbstitusi asam tiobarbiturat, keasamannya relatif lemah karena membentuk
tautomeri triokso yang sukar terionisasi sehingga mudah menembus sawar darah
otak dan menimbulkan efek penekan sistem saraf pusat.
Turunan tak tersubstitusi, 1-substitusi, 5-substitusi, 1,3-disubstitusi, 1,5-
disubstitusi mempunyai sifat keasaman yang relatif tinggi karena dapat
membentuk tautomeri yang mudah terionisasi sehingga kemampuan menembus
membran lemak relatif rendah dan tidak menimbulkan efek penekan sistem saraf
pusat.
Turunan 1,3,5,5-tetrasubstitusi tidak bersifat asam,pada in vivo dimetabolisis
menjadi turunan 1,3,5-trisubstitusiyang aktif.
Golongan 5,5-disubstiitusi dari turunan barbiturat bersifat asam lemah,
mempunyai nilai pKa kurang lebih 7,0-8,5, contoh : asam 5,5-dietilbarbiturat
(fenobarbital) pKa = 7,4, pada pH fisiologis lebih dari 50% terdapat dalam bentuk
tidak terionisasi sehingga mudah menembus jaringan lemak dan menunjukan
aktivitas sebagai penekan sistem saraf pusat.
Sifat keasaman tersebut disebakan karena terbentuknya tautomeri laktam-
laktim dan keto-enol dengan rumus struktur sebagai berikut :
Dari studi hubungan struktur dan aktivitas turunan babiturat didapatkan hal-
hal sebagai berikut :
2. Turunan 1,4-benzodiazepin-4-on
Turunan ini dapat digunakan sebagai :
sedatif ( diazepam, oksazepam, medazepam, klorazepam, dipotasium, dan
lorazepam )
hipnotik ( flurazepam, nitrazepam, dan flunitrazepam)
antikejang ( klonazepam)
Hubungan struktur dan aktivitas