FARMASI FISIKA
Di Susun Oleh
Nim : D1A200009
FALKUTAS MIFA
PRODI FARMASI
Abstrak
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan
jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk
diketahui dalam pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup,
eliksir, obat tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air.
Bahkan untuk sediaan obat lainnya seperti suspensi, tablet atau kapsul yang diberikan
secara oral, data ini tetap diperlukan karena didalam saluran cerna obat harus dapat
melarut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya adalah air agar dapat
diabsorpsi. Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan
telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena itu
salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan
jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan penting dalam
tubuh menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan.Sejalan dengan
pesatnya perkembangan penelitian di bidang obat, saat ini tersedia berbagai pilihan
obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam pemilihan obat untuk
obat dimana bahan-bahan dapat dicampurkan menjadi suatu larutan sejati, larutan
Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan
telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena itu
salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan
Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dan
dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau
pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi
Oleh karena itu , percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar kita dapat
mengetahui usaha – usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat
untuk melepaskan zat aktif dengan segera sehingga didapat absorpsi sistemik obat
yang cepat dan sempurna. Dalam tahun-tahun terakhir ini berbagai modifikasi produk
obat telah dikembangkan untuk melepaskan zat aktif pada suatu laju yang terkendali.
Berbagai produk obat pelepasan terkendali telah dirancang dengan tujuan terapetik
tertentu yang didasarkan atas sifat fisikokimia, farmakologik dan farmakokinetik obat
penyakit kronis seperti asma, sediaan lepas lambat akan lebih banyak memberikan
keuntungan bagi pasien antara lain mengurangi frekuensi pemberian. Sediaan lepas
penyampaian obat yang didesain untuk mencapai efek terapetik yang diperpanjang,
pelepasan obat secara kontinyu dalam waktu yang lebih lama setelah pemberian suatu
Penyakit asma merupakan salah satu penyakit yang masih banyak dijumpai di
masyarakat baik tingkat ringan maupun yang kronis (menahun). Teofilin merupakan
obat yang sering digunakan dalam terapi asma. Teofilin memiliki waktu paruh yang
relatif pendek sekitar 5-7 jam dan indeks terapetik yang sempit yaitu 10-20 μg/ml.
Pada penderita asma diperlukan kadar terapi sedikitnya 5-8 μg/ml dan efek toksik 2
teofilin mulai terlihat pada kadar diatas 15 μg/ml terutama apabila diberikan dalam
menghasilkan konsentrasi teofilin dalam darah yang lebih seragam dan kadar puncak
yang tidak fluktuatif. Salah satu pendekatan dalam pembuatan sediaan lepas lambat
tablet teofilin adalah menggunakan matriks. Matriks ini berperan sebagai penghalang
dan penghambat pelepasan zat aktifnya. Dalam penelitian ini digunakan matriks EC
dan HPMC. EC merupakan matriks hidrofob bila kontak dengan cairan medium
pelarut akan terbentuk pori-pori sehingga teofilin dapat keluar melalui pori-pori
hidrogel yang berviskositas tinggi bila kontak dengan cairan medium pelarut. Gel ini
merupakan penghalang fisik lepasnya obat dari matriks secara cepat (Martodiharjo,
1996).
lambat tablet teofilin dengan sifat fisik tablet yang optimum pada perbandingan
tertentu dan pola pelepasan teofilin yang mengikuti kinetika orde nol. Dalam
penelitian ini dilakukan optimasi formulasi sediaan lepas lambat tablet teofilin dengan
metode simplex lattice design, dalam metode ini akan didapatkan persamaan
Untuk suatu sediaan obat yang dibuat utamanya dalam skala besar, yang
melalui waktu penyimpanan yang panjang, diharapkan suatu ruang waktu daya tahan
selama kurang lebih 5 tahun. Sedian obat sebaiknya berjumlah 3 tahun dalam kasus
yang kurang baik. Obat yang dibuat secara reseptur, sebaiknya menunjukkan suatu
stabilitas untuk sekurang-kurangnya beberapa bulan. Akan tetapi untuk preparat yang
Sifat khas kualitas yang penting adalah kandungan bahan aktif, keadaan
galeniknya, termasuk sifat yang dapat terlihat secara sensorik, sifat mikrobiologis dan
ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Untuk barang jadi obat dan
obat yang tidak terdaftar berlaku keterangan yang telah dibuat dalam peraturan yang
baik.
membuat formulasi sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan
biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama
Kelarutan adalah jumlah maksimum suatu senyawa atau zat yang bisa larut dalam
sejumlah pelarut. Satuan kelarutan adalah mol/L. Oleh karena satuan kelarutan sama
dengan molaritas, maka kelarutan juga bisa didefinisikan sebagai konsentrasi zat yang
masih bisa larut dalam suatu pelarut. Berdasarkan sifat kelarutannya kondisi garam
1. Kondisi tidak jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi nyata suatu garam belum
2. Kondisi tepat jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi nyata suatu garam sama
3. Kondisi lewat jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi nyata garam melampaui
kelarutannya, sehingga zat yang mengendap lebih banyak daripada yang larut.
Jika suatu garam mengalami kondisi tepat jenuh, garam tersebut akan membentuk
kesetimbangan. Terjadinya kesetimbangan dipengaruhi oleh zat padat yang tidak larut
berikut.
Berdasarkan aturan penulisan rumus kesetimbangan, hanya zat dalam bentuk larutan
(aq) dan gas (s) yang dituliskan di dalam rumus, sehingga diperoleh:
Tetapan kesetimbangan untuk garam yang sukar larut disebut tetapan hasil
kesetimbangan (Ksp).
Disolusi didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu zat padat dalam zat cair
tertentu. Kecepatan disolusi obat merupakan tahap sebelum obat berada dalam darah.
Dalam saluran pencernaan, zat berkhasiat dari sediaan padat akan terlarut sehingga
dapat melewati membran saluran cerna. Obat yang larut baik dalam air akan melarut
Laju disolusi dapat menjadi tahap pembatasan kecepatan sebelum zat aktif
berada dalam darah. Akan tetapi jika bentuk sediaan (tablet) yang diberikan secara per
oral masuk dan berada disaluran cerna dalam bentuk solid. Pertama bentuk sediaan
solid harus terdisintegrasi dan zat aktif larut dalam media cair dan kemudian harus
melewati membran saluran cerna. Zat aktif yang mudah larut akan cenderung cepat
melarut, membuat tahap pembetasan kecepatan, yakni difusi pasif dan/atau transpor
zat aktif, untuk absorbsi melalui membran saluran cerna. Sebaliknya, kecepatan
absorbsi cepat zat aktif yang sukar larut akan dibatasi oleh laju disolusi zat aktif yang
tidak larut, atau juga dapat dibatasi oleh kecepatan disintegrasi bentuk sediaan
(Siregar, 2010).
Alat uji disolusi berfungsi melepaskan dan melarutkan zat aktif dari sediaannya. Pada
prinsipnya, alat uji disolusi terdiri atas bejana dan tutup, yang berfungsi sebagai
wadah yang mendisolusi zat aktif, pengaduk, motor pengaduk, termometer, penangas
yaitu :
a. Alat 1 (Tipe Keranjang) Alat terdiri dari wadah tertutup dari kaca, suatu
batang logam yang digerakkan oleh mesin dan wadah disolusi (keranjang). Wadah
disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 – 175 mm,
diameter 98 – 106 mm dan berkapasitas 1000 mL. Batang logam berada pada posisi
sedemikian rupa Universitas Sumatera Utara 11 sehingga sumbunya tidak lebih dari 2
mm pada setiap titik dari sumbu pertikal wadah, berputar dengan halus dan tanpa
goyangan. Sebuah tablet diletakkan dalam keranjang yang diikatkan pada bagian
bawah batang logam yang digerakkan oleh mesin yang kecepatannya dapat diatur.
Wadah dicelupkan sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga dapat
mempertahankan suhu dalam wadah pada 37 ºC ± 0,5 ºC. Pada bagian atas wadah
ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan digunakan suatu penutup yang sesuai.
b. Alat 2 (Tipe Dayung) Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini
digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang logam sebagai pengaduk.
Dayung melewati diameter batang sehingga dasar dayung dan batang rata. Dayung
memenuhi spesifikasi dengan jarak 25 ± 2 mm antara dayung dan bagian dasar wadah
ke bagian dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Gulungan kawat berbentuk
Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan kemanjuran dari produk
obat. Sebuah produk obat, yang tidak cukup stabil, dapat mengakibatkan perubahan fisik
(seperti kekerasan, menilai pembubaran, pemisahan fase dll) serta karakteristik kimia
karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan,
kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek
toksik.
Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adalah obat sangat perlu diketahui
kestabilannya, disebabkan oleh biasanya obat diproduksi dalam jumlah yang sangat
banyak dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien (masyarakat),
sehingga dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama tersebut, obat ini akan mengalami
penguraian yang mana zat urai tersebut dapat bersifat toksik sehingga dapat
Tujuan dari uji stabilitas obat sendiri yaitu untuk menentukan umur simpan dari
suatu sediaan obat dan obat yang beredar tersebut stabil dalam jangka waktu yang lama
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara penentuan kestabilan suatu obat, serta menerangkan faktor apa saja yang
mempengaruhi kestabilan suatu bahan obat, penentuan energi aktivasi dari reaksi
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat
fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya
Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel,
Sehingga untuk menjaga kestabilan obat, obat harus disimpan sehingga terhindar
dari pencemaran dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, panas dan cahaya. Obat
yang mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup rapat berisi kapur
tohor. Keadaan kebasahan udara dinyatakan dengan tekanan uap air relatif, yaitu
perbandingan antara tekanan uap di udara dengan tekanan uap maksimum pada temperatur
tersebut.
T1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu
produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan
kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi setengahnya. Sedangkan
T90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat
Pada praktikum stabilitas obat ini bahan yang digunakan adalah paracetamol.
berdasarkan nilai konstanta kecepatan reaksi, waktu paruh (T1/2) dan T90 (waktu
instrumen spektrofotometer pada berbagai suhu yaitu suhu 40o, 50o, dan 60o. Dimana
ditempatkan pada panjang gelombang antara 200 nm- 250 nm agar daerah panjang
Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya
Visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber
sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromatis dilewatkan melalui kuvet yang berisi contoh maka akan menghasilkan sinar
yang ditransmisikan dan diterima oleh detektor untuk diubah menjadi energi listrik ang
kekuatannya dapat diamati oleh alat pembaca (satuan yang dihasilkan adalah absorban
atau transmitan).
Adapun tujuan dilakukan pada berbagai suhu 40oC, 50oC dan 60oC adalah
dimaksudkan untuk membedakan atau mengetahui pada suhu berapa obat dapat stabil
dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai dengan cepat. Jika menggunakan suhu
yang tinggi kita mampu mengetahui penguraian obat dengan cepat. Sedangkan jika
menggunakan suhu kamar dalam pengujian maka butuh waktu yang lama untuk dapat
terurai.
Alasan menggunakan suhu yang tinggi karena bila kita ingin mengetahui batas
kestabilan suatu obat (batas kadaluarsanya), maka obat harus disimpan pada jangka waktu
yang lama sampai obat tersebut berubah, hal ini tentu tidak bisa dilakukan karena
keterbatasan waktu, sehingga kita menggunakan suhu yang tinggi karena uji kestabilan
obat dapat dipercepat dengan menggunakan perubahan suhu atau menggunakan suhu yang
tinggi. Semakin tinggi suhunya maka akan semakin cepat bahan obat tersebut untuk
terurai.
Dalam percobaan ini kita akan menentukan energi aktivasi (Ea) dimana Ea yaitu
kemampuan suatu sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat. Energi aktivasi (Ea)
harus ditentukkan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan
membandingkan dua harga konstanta penguraian zat pada temperatur atau suhu yang
berbeda sehingga dapat ditentukkan energi aktivasinya. Dengan demikian batas kadaluarsa
Hasil dari percobaan adalah diperoleh hasil untuk nilai a, b, r adalah a = 32.44349,
Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat merupakan
faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini
penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan
memerlukan waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis
yang diterima pasien berkurang. Adakalanya hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga
membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi
kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga
PENUTUP
A. Kesimpulan
tambahan.
tinggi pH suatu zat maka semakin cepat pula kelarutan suatu zat.
REFERENSI
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Dasar-Dasar
Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.55, 84, 86, 90, 604.
Syamsuni, A.H. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC. Hal.61. Syukri,