Anda di halaman 1dari 89

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA FARMASI II

“KOEFISIEN PARTISI”

Disusun oleh

Kelompok IV:

Ririn Dharma Gayatri (D1A200033)


Restu Pratiwi (D1A200015)
Gita Dwi Wahyuni (D1A200011)
Sonia Karunia Ningrum (D1A200149)
Ni Kadek Devi Puspita Sari (D1A200009)
Nadia Napa Lingga (D1A200187)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kesempatan dalam menyelesaikan laporan ini dengan judul

“Koefisien Partisi”. Tujuan kami membuat laporan ini adalah untuk menambah

wawasan dan pengetahuan serta untuk lebih memahami tentang materi yang kami

praktikumkan pada mata kuliah Fisika Farmasi II. Kami berharap laporan ini

dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun maupun bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa dalm penulisan laporan ini masih banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan baik dari segi penyajian, bahasa maupun dari segi

materi. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik

serta saran yang bersifat membangun dari asisten maupun dosen demi

penyempurnaan laporan ini.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, lebih dan kurangnya mohon

dimaklumi. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Bandung, 28 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... iv
I. JUDUL............................................................................................... 1
II. TUJUAN............................................................................................. 1
III. PRINSIP............................................................................................. 1
IV. TEORI................................................................................................ 1
V. ALAT DAN BAHAN......................................................................... 4
VI. PROSEDUR KERJA........................................................................ 5
VII. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN.......................... 6
VIII. PEMBAHASAN................................................................................ 15
IX. KESIMPULAN.................................................................................. 17
X. DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 18
XI. LAMPIRAN....................................................................................... 19

iii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I. Jurnal sementara koefisien partisi Ririn Dharma Gayatri


(D1A200033)

LAMPIRAN 2. Jurnal sementara koefisien partisi Gita Dwi Wahyuni


(D1A200011)

LAMPIRAN 3.Jurnal sementara koefisien partisi Ni Kadek Devi Puspita Sari


(D1A200009)

LAMPIRAN 4.Jurnal sementara koefisien partisi Restu Pratiwi (D1A200015)

LAMPIRAN 5.Jurnal sementara koefisien partisi Sonia Karunia Ningrum


(D1A200149)

LAMPIRAN 6.Jurnal sementara koefisien partisi Nadia Napa Lingga


(D1A200187)

iv
I. JUDUL

KOEFISIEN PARTISI

II. TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pH terhadap

koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut

kloroform-air.

III. PRINSIP

Perbandingan konsentrasi dari suatu zat terlarut yang dilarutkan di

dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dengan perbandingan tersebut

adalah atau konstan.

IV. TEORI

Suatu pengukuran lipofilisitas obat dan suatu indikasi dari

kemampuannya untuk melewati membran sel adalah koefisien partisi

minyak/air dalam sistem-sistem seperti etanol/air. Koefisien partisi

didefinisikan sebagai perbandingan obat yang tidak terion antara fase organik

dan fase air pada kesetimbangan. Dirumuskan sebagai berikut:

C minyak
P m/a = ( C air ) kesetimbangan
Koefisien partisi minyak/air merupakan ukuran sifat lipofilik suatu

molekul, ini merupakan rujukan untuk sifat fase hidrofilik atau lipofilik.

Koefisien partisi harus dipertimbangkan dalam pengembangan bahan obat

menjadi bentuk obat. Koefisien partisi (P) menggambarkan resiko

pendistribusian obat ke dalam pelarut sistem dua fase, yaitu pelarut organik

1
dan air. Dengan menggunakan air oktanol sebagai contoh maka rumusnya

sebagai berikut (Ghalib, 2007):

konsentrasi obat dalam oktanol


P= ( konsentrasi obat dalamair )
P hanya tergantung pada konsentrasi obat saja apabila molekul-

molekul obat berkecenderungan menyatu dalam larutan maka untuk obat

yang terionisasi persamaannya dapat dipakai sebagai berikut:

konsentrasi obat dalamoktanol


P= ( {1−∞ }konsentrasi obat dalam air )
Dalam hal ini ∞ sama/ seimbang dengan tingkat ionisasi

Kecepatam absorbsi obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya.

Hal ini disebabkan oleh komponen dinding usus yang sebagian besar terdiri

dari lipida. Dengan demikian obat-obat yang mudah larut dalam lipida akan

dengan mudah melaluinya. Sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam

lipidan akan sukar diabsorbsi. Obat-obat yang mudah larut dalam lipida

tersebut dengan sendirinya memiliki koefisien partisi lipida air kecil (Martin,

1990).

Pada umumnya obat-obatan bersifat asam lemah atau basa lemah. Jika

obat tersebut dilarutkan dalam air sebagian akan terionisasi. Besarnya fraksi

obat yang terionkan tergantung pada pH larutannya. Obat-obat yang tidak

terionkan lebih mudah larut dalam lipida, sebaliknya yang dalam bentuk ion

kelarutannya kecil atau bahkan praktis tidak larut. Dengan demikian pengaruh

pH sangat besar terhadap kecepatan absorbsi obat yang bersifat asam lemah

atau basa lemah (Martin, 1990).

2
Untuk menghitung fraksi obat yang tidak terionkan untuk asam lemah

dapat digunakan persamaan:

Asam
(H+) = Ka
Garam
Fraksi bentuk molekul
= Ka Fraksi yang terionkan
fu
= Ka fi
fu
pH = Pka – log
fi
Untuk basa lemah berlaku:

fi
pH = Pka + log
fu

Ada dua macam koefisien partisi:

1. Koefisien partisi atau TPC

Untuk koefisien partisi ini pada percobaannya harus memiliki

persyaratan kondisi sebagai berikut:

a. Antara kedua pelarut benar-benar tidak dapat campur satu sama lain

b. Bahan obatnya tidak mengalami asosiasi atau disosiasi

c. Kadar obatnnya relatif kecil (<0,01 M)

d. Kelarutan solut pada masing-masing pelarut kecil

Jika semua persyaratan tersebut dipenuhi maka berlaku persamaan:

C1
TPC = C 2

Dimana:
C1 = kadar obat dalam fase lipida
C2 = kadar obat dalam fase air

2. Koefisien partisi semu atau APC

3
Apabila persyaratan TPC tidak dapat terpenuhi, maka hasilnya

adalah koefisien partisi semu. Dalam biofarmasetika umumnya memiliki

kondisi ion ideal dan tidak disertai koreksinya sehingga hasilnya adalah

koefisien partisi semu. Biasanya sebagai fase lipid adalah oktanol,

kloroform, sikloheksan, dan lain-lain. Fase air yang biasa digunakan

adalah larutan dapar. Pada persamaan ini berlaku persamaan:

( C 2 °−C 2' ) a
APC =
C 2' . b

Dimana:
C2° = kadar obat dalam fase air mula-mula
C2’ = kadar obat dalam fase air setelah dicapai kesetimbangan
a = volume fase air
b = volume fase lipoid
Suhu yang digunakan 30°C dan 37°C (Anonim, 2012)

V. ALAT DAN BAHAN

A. Alat yang digunakan

1. Batang pengaduk
2. Beaker glass
3. Buret
4. Erlenmeyer 250 mL
5. Gelas ukur
6. Indikator pH
7. Inkubator
8. Kaca arloji
9. Pipet tetes
10. Pipet volume 10 mL
11. Spatel
12. Stopwatch

4
B. Bahan yang digunakan

1. Asam salisilat
2. Aquadest
3. Indikator Fecl3 1%
4. Kloroform
5. NaOH
VI. PROSEDUR KERJA

A. Prosedur kerja percobaan koefisien partisi

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang asam salisilat padat yang akan dibuat menjadi larutan

dapar asam salisilat pH 3,4, dan 5 dengan konsentrasi 0,02 M.

3. Dilarutkan dengan 100 mL aquadest dalam beaker glass

4. Ditimbang NaOH 0,02 M pada kaca arloji, dilarutkan dengan 100 mL

aquadest

5. Diambil masing-masing 25 mL larutan dapar yang telah dibuat,

kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer, dilakukan secara triplo

pada pH 3,4 dan 5.

6. Diuji masing-masing larutan dapar yang telah dibuat triplo

menggunakan indikator pH

7. Ditambahkan 10 mL kloroform kemasing-masing larutan dapar pH

3,4, dan 5 yang telah dibuat triplo.

8. Diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37°C

9. Setelah diinkubasi akan terlihat volume fase air dan fase lipoid.

B. Prosedur kerja penentuan kadar asam salisilat

1. Disiapkan alat dan bahan

5
2. Dipipet 5 mL fase air pada larutan dapar pH 3,4 dan 5 kloroform

menggunakan gelas ukur dan masukan kedalam erlenmeyer.

3. Dititrasi dengan NaOH 0,02 M pada menit ke 0, 15, 30, 45 dan 60,

dihitung menggunakan stopwatch

4. Diteteskan 1 mL indikator Fecl3 1% kedalam larutan

5. Dititrasi kembali menggunakan NaOH 0,02 M hingga terjadi

perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna ungu.

6. Diberi perlakuan yang sama pada larutan pH 3,4 dan 5 yang sudah

dibuat triplo.

7. Diamati volume titrasinya.

VII. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

A. Pembuatan larutan dapar asam salisilat

M = 0,2
Mr = 138,12 g/mol
g 1000
M = x
Mr v (mL)

g 1000
0,2M= x
138,12 100 mL

0,2 x 138,12
g =
10

= 2,764 g

B. Pembuatan NaOH 0,02 M

M = 0,02
Mr = 40 g/mol
g 1000
M = x
Mr v (mL)

6
g 1000
0,02M= x
40 100 mL

0,2 x 40
g =
10

= 0,08 g

C. Tabel pengamatan hasil titrasi

Asam salisilat V. Awal V. Akhir


pH Vol terpakai
(menit) NaOH NaOH
3 0 mL 16,7 mL 16,7 mL
0 4 16,7 mL 35 mL 18,3 mL
5 35 mL 45 mL 10 mL
3 0 mL 3,33 mL 3,33 mL
15 4 3,33 mL 6 mL 2,7 mL
5 6 mL 7,8 mL 1,8 mL
3 7,8 mL 9,7 mL 1,9 mL
30 4 9,7 mL 11,7 mL 2 mL
5 11,7 mL 13,3 mL 1,6 mL
3 13,3 mL 15,4 mL 2,1 mL
45 4 15,4 mL 17,7 mL 2,3 mL
5 17,7 mL 19,5 mL 1,8 mL
3 19 mL 21,2 mL 1,7 mL
60 4 21,2 mL 23 mL 1,8 mL
5 23 mL 25,4 mL 2,4 mL

1. Perhitungan konsentrasi koefisien partisi masing-masing pH:


a. pH 3

Asam
H+ = Ka
Garam
X
10-3 = 1,06 x 10-3
0,02−X
X 1 x 10−3
0,02−X
= 1,06 x 10−3

7
X
= 1,06
0,02−X
1,06X = 0,02 – X
1,06X+X = 0,02
2,06 X = 0,02
0,02
X =
2,06
X = 0,0097 M
= 97x10-4
b. pH 4

Asam
H+ = Ka
Garam
X
10-4 = 1,06 x 10-3
0,02−X
X 1 x 10−4
0,02−X
= 1,06 x 10−3

X 0,1
= 1,06
0,02−X
1,06X = 0,01 x (0,02-X)
1,06X = 0,002 – 0,1 X
1,06X+0,1X = 0,002
1,16 X = 0,002
0,002
X =
1,16
X = 0,0017 M
= 17 x 10-4
c. pH 5

Asam
H+ = Ka
Garam
X
10-5 = 1,06 x 10-3
0,02−X

8
X 1 x 10−5
= 1,06 x 10−3
0,02−X
X 0,1
0,02−X
= 1,06

1,06X = 0,01 x (0,02-X)


1,06X = 0,0002 – 0,01 X
1,06X+0,01X = 0,0002
1,07 X = 0,0002
0,0002
X =
1,07
X = 0,00018 M
= 18 x 10-5
2. Perhitungan kadar asam salisilat pada fase sebelum kesetimbangan
a. pH 3 = M x BM

= 0,0097 x 138,12

= 1,339%

b. pH 4 = M x BM

= 0,0017 x 138,12

= 0,234%

c. pH 5 = M x BM

= 0,00018 x 138,12

= 0,024%

3. Tabel konsentrasi kadar koefisien partisi asam salisilat sebelum


kesetimbangan
pH Konsentrasi Kadar as. salisilat
3 0,0097 M 1,339%
4 0,0017 M 0,234%
5 0,00018 M 0,024%

9
4. Perhitungan kadar asam salisilat setelah kesetimbangan
Rumus:
a. N. NaOH = M.V
N
b. Massa as. Salisilat =
V
c. Kadar as. Salisilat = M x BM

Menit pH 3 pH 4 pH 5
0 N.NaOH = M x V N.NaOH = M x V N.NaOH = M x V
= 0,02 x 16,7mL = 0,02 x 18,3mL = 0,02 x 10mL
= 0,334 mmol = 0,366 mmol = 0,02 mmol
N N N
Massa = = Massa = = Massa = =
V V V
0,334 mmol 0,366 mmol 0,02 mmol
5 mL 5 mL 5 mL
= 0,0668 M = 0,0732 M = 0,04 M
Kdr as.Salisilat = MxBM Kdr as.Salisilat = MxBM Kdr as.Salisilat = MxBM
= 0,0668x138,12 = 0,0732x138,12 = 0,04 x 138,12
= 9,22% = 10,11% = 5,52%
15 N.NaOH = M x V N.NaOH = M x V N.NaOH = M x V
= 0,02 x 3,33mL = 0,02 x 2,7mL = 0,02 x 1,8mL
= 0,066 mmol = 0,054 mmol = 0,036 mmol
N N N
Massa = = Massa = = Massa = =
V V V
0,066 mmol 0,054 mmol 0,036 mmol
5 mL 5 mL 5 mL
= 0,0132 M = 0,0108 M = 0,0072 M
Kdr as.Salisilat = MxBM Kdr as.Salisilat = MxBM Kdr as.Salisilat = MxBM
= 0,0132 x 138,12 = 0,0108 x 138,12 = 0,072 x 138,12
= 1,18% = 1,49% = 0,99%
30 N.NaOH = M x V N.NaOH = M x V N.NaOH = M x V
= 0,02 x 1,9mL = 0,02 x 2mL = 0,02 x 1,6mL
= 0,038 mmol = 0,04 mmol = 0,032 mmol
N N 0,04 mmol N
Massa = = Massa = = Massa = =
V V 5 mL V
0,038 mmol = 0,008 M 0,032mmol
5 mL Kdr as.Salisilat = MxBM 5 mL
= 0,0076 M = 0,008 x 138,12 = 0,0064 M

10
Kdr as.Salisilat = MxBM = 1,10% Kdr as.Salisilat = MxBM
= 0,0076 x 138,12 = 0,0064x138,12
= 1,04% = 0,88%
45 N.NaOH = M x V N.NaOH = M x V N.NaOH = M x V
= 0,02 x 2,1mL = 0,02 x 2,3mL = 0,02 x 1,8mL
= 0,042 mmol = 0,046 mmol = 0,036 mmol
N N N
Massa = = Massa = = Massa = =
V V V
0,042mmol 0,046 mmol 0,036 mmol
5 mL 5 mL 5 mL
= 0,0084 M = 0,0092 M = 0,0072 M
Kdr as.Salisilat = MxBM Kdr as.Salisilat = MxBM Kdr as.Salisilat = MxBM
= 0,0084 x 138,12 = 0,0092 x 138,12 = 0,0072x138,12
= 1,16% = 1,27% = 0,99%
60 N.NaOH = M x V N.NaOH = M x V N.NaOH = M x V
= 0,02 x 1,7mL = 0,02 x 1,8mL = 0,02 x 2,4mL
= 0,034 mmol = 0,036 mmol = 0,048 mmol
N N N
Massa = = Massa = = Massa = =
V V V
0,034 mmol 0,036 mmol 0,048 mmol
5 mL 5 mL 5 mL
= 0,0068 M = 0,0072 M = 0,0096 M
Kdr as.Salisilat = MxBM Kdr as.Salisilat = MxBM Kdr as.Salisilat = MxBM
= 0,0068 x 138,12 = 0,0072 x 138,12 = 0,0096x138,12
= 0,93% = 0,99% = 1,32%

5. Tabel konsentrasi koefisien partisi asam salisilat

Hasil konsentrasi kadar menit ke-


pH
0 15 30 45 60
3 9,22% 1,82% 1,04% 1,16% 0,93%
4 10,11% 1,49% 1,10% 1,27% 0,99%
5 5,52% 0,99% 0,88% 0,99% 1,32%

6. Perhitungan nilai APC


(C 0−C 1) a
Rumus =
C 1−b
Dimana:
C0 = kadar dalam fase air sebelum kesetimbangan
C1 = kadar dalam fase air sesudah kesetimbangan

11
a = volume pengambilan pada fase dalam kloroform (5 mL)
b = volume kloroform (10 mL)
a. pH 3
(C 0−C 1) a
Menit ke- 0 =
C 1−b
(1,339−9,22) 5
=
9,22−10
−39,405
= −0,78

= 50,5%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 15 =
C 1−b
(1,339−1,82) 5
=
1,82−10
−2,405
= −8,18

= 0,29%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 30 =
C 1−b
(1,339−1,04)5
=
1,04−10
1,495
= −8,96

= -0,16%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 45 =
C 1−b
(1,339−1,16)5
=
1,16−10
0,895
= −8,84

= 0,10%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 60 =
C 1−b
(1,339−0,93)5
=
0,93−10

12
0,409
= −9,07

= 0,04%

b. pH 4
(C 0−C 1) a
Menit ke- 0 =
C 1−b
(0,234−10,11)5
=
10,11−10
−49,38
= 0,11

= -448%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 15 =
C 1−b
(0,234−1,49)5
=
1,49−10
−6,28
= −8,51

= 0,73%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 30 =
C 1−b
(0,234−1,10)5
=
1,10−10
−4,33
= −8,9

= 0,48%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 45 =
C 1−b
(0,234−1,27) 5
=
1,27−10
−5,18
= −8,73

= 0,59%

13
(C 0−C 1) a
Menit ke- 60 =
C 1−b
(0,234−0,99)5
=
0,99−10
−3,78
= −9,01

= 0,41%

c. pH 5
(C 0−C 1) a
Menit ke- 0 =
C 1−b
(0,024−5,52)5
=
5,52−10
−27,48
= −4,75

= 5,78%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 15 =
C 1−b
(0,024−0,99)5
=
0,99−10
−4,83
= −9,01

= 0,53%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 30 =
C 1−b
(0,024−0,88) 5
=
0,88−10
−4,28
= −9,12

= -0,46%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 45 =
C 1−b
(0,024−0,99)5
=
0,99−10

14
−4,83
= −9,01

= 0,53%
(C 0−C 1) a
Menit ke- 60 =
C 1−b
(0,024−1,32)5
=
1,32−10
−6,48
= −8,68

= 0,74%

7. Tabel nilai APC


pH
Menit ke-
3 4 5
0 50,5% -4,48% 5,78%
15 0,29% 0,73% 0,53%
30 -0,16% 0,48% 0,46%
45 -0,10% 0,59% 0,53%
60 -0,04% 0,41% 0,74%

VIII. PEMBAHASAN

Koefisien partisi lipida-air suatu obat adalah perbandingan kadar obat

dalam fase lipoid dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Percobaan ini

menggunakan fase air berupa larutan dapar asam salisilat dan fase air berupa

kloroform. Digunakan dapar asam salisilat karena dapar asam salisilat ini

memiliki sifat yang mampu mempertahankan pH, meskipun ditambahkan

sedikit asam maupun basa. pH yang digunakan pada percobaan kali ini adalah

pH 3, 4, dan 5. Hal tersebut dilakukan agar dapat mengetahui pengaruh pH

terhadap koefisien partisi.

Koefisien partisi sangat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat.

Semakin besar koefisien suatu obat, maka semakin cepa pula obat tersebut

15
terabsorbsi atau dapat dikatakan jika obat mudah larut dalam lipid berarti

koefisien partisi lipid/airnya besar. Sebaliknya obat-obatan yang sukar larut

dalam lipid akan memiliki koefisien partisi yng sangat kecil. Asam salisilat

termasuk asam lemah yaitu senyawa yang memiliki pH mendekati 7 atau

lebih dari pada pH asam kuat. Jika pH semakin tinggi maka asam salisilat

tidak akan terionkan sempurna sehingga dalam fase lipoid akan larut, tetapi

pada fase air akan tidak larut sehingga menunjukan bahwa pada pH yang

tinggi, kadar asam salisilat dalam air rendah dan dalam fase lipoid tinggi

sehingga absorbsinya juga tinggi.

Masing-masing larutan dapar dengan pH 3, 4, dan 5 diambil 25 mL

kemudian dimasukan kedalam erlenmeyer dan dibuat triplo (replikasi 3 kali).

Kemudian ditambahkan pereaksi organik yaitu kloroform kemudian

diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37°C. Adapun tujuan dari dilakukannya

inkubasi yaitu agar zat dapat saling melarut dan homogen. Apabila tercapai

kesetimbangan pada larutan yang diinkubasi, maka akan terpisahkan dan

membentuk dua lapisan atau dua fase zat cair yang tidak saling bercampur.

Hal ini dapat terjadi karena perbedaan sifat dari kedua fase, dimana kloroform

bersifat non polar sedangkan larutan dapar asam salisilat bersifat polar.

Senyawa polar tidak dapat bercampur dengan senyawa non polar. Lapisan

klorofom berada dibagian atas. Hal ini disebabkan karena massa jenis

kloroform lebih ringan dari pada masa jenis air.

Setelah terlihat pemisahan maka diambil fase air tersebut sebanyak 5

mL pada masing-masing larutan dengan pH berbeda dan dimasukan kedalam

16
erlenmeyer kemudian dilakukan titrasi dengan larutan NaOH pada menit ke

0, 15, 30, 45 dan menit ke 60. Diteteskan 1 mL FeCl 3 1%. Penambahan FeCl3

1% bertujuan untuk membentuk kompleks warna. Kemudian dititrasi

kembali. Setelah diperoleh volume titrasi maka dilakukan perhitungan.

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan maka diperoleh nilai

koefisien partisi asam salisilat masing-masihng pH 3, 4, dan 5 dengan nilai

berturut-turut 97.10-4 M, 17. 10-4 M, dan 18. 10-5 M. Nilai koefisien partisi

yang diperoleh kurang dari 1, artinya senyawa tersebut cenderung untuk

terdistribusi dalam fase air dari pada fase lipoid. Diperoleh juga nilai kadar

asam salisilat berturut-turut 1,339%, 0,234%, dan 0,024%. Hasil yang

diperoleh menunjukan bawa semakin besar pH larutan maka semakin kecil

kadar asam salisilat yang diperoleh.

IX. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai koefisien partisi asam salisilat pada masing-masing pH diperoleh

hasil berturut-turut pH 3= 97.10-4 M, pH 4= 17. 10-4 M, dan pH 5= 18. 10-


5
M.

2. Semakin tinggi pH suatu sampel, maka semakin kecil kadar asam

salisilatmya.

17
X. DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, Ibnu Ghalib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Martin, A., Swarbick, J., dan Cammarata, A., 1990. Farmasi Fisika Dasar
Dan Kimia Fisika, diterjemahkan oleh Yoshita, Edisi ketiga.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.

18
XI. LAMPIRAN

Lampiran 1: jurnal sementara koefisien partisi Ririn Dharma Gayatri


(D1A200033)

19
20
21
22
23
24
\

25
26
27
28
29
30
31
32
Lampiran 2: jurnal sementara koefisien partisi Gita Dwi Wahyuni
(D1A200011)

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Lampiran 3: jurnal sementara koefisien partisi Ni Kadek Devi Puspita Sari
(D1A200009)

47
48
49
50
51
52
53
Lampiran 4: jurnal sementara koefisien partisi Restu Pratiwi (D1A200015)

54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
Lampiran 5: jurnal sementara koefisien partisi Sonia Karunia Ningrum
(D1A200149)

68
69
70
71
72
73
74
75
Lampiran 6: jurnal sementara koefisien partisi Nadia Napalingga (D1A200187)

76
77
78
79
80
81
82
83
84
85

Anda mungkin juga menyukai