Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM 1

FARMASI FISIKA
“TEGANGAN PERMUKAAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5 FARMASI III B

ATI MARYANTI (1111102000037)

FARADHILLA NUR SARASWATI (1111102000038)

SILVIA ARYANI (1111102000039)

ARINI EKA PRATIWI (1111102000051)

MERYZA SONIA (1111102000052)

RACHMA AYUNDA (1111102000054)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012

1
A. Tujuan Percobaan

1. Memahami pengaruh tegangan permukaan dalam pembuatan sediaan farmasi


2. Mengerti dan dapat menentukan tegangan permukaan dari berbagai macam pelarut
dengan metode kenaikan kapiler.

B. Landasan Teori

Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang, sehingga permukaannya seolah-
olah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya tarik – menarik
antar partikel sejenis didalam zat cair sampai ke permukaan. Di dalam cairan, tiap molekul
ditarik oleh molekul lain yang sejenis di dekatnya dengan gaya yang sama ke segala arah.
Akibatnya tidak terdapat sisa (resultan) gaya yang bekerja pada masing–masing molekul.
Adanya gaya atau tarikan kebawah menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan
berada dalam keadaan tegang. Tegangan ini disebut tegangan permukaan. (Herinaldi, 2004).

Antarmuka adalah batas antara fase-fase yang berada bersama-sama. Sedangkan


Permukaaan biasa digunakan bila membicarakan suatu antarmuka gas dengan padat atau
suatu antarmuka gas dengan cair.

Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Tegangan antarmuka
adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak
bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada tegangan permukaan karena
gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan
dan udara.

Rumus :

2
Keterangan :

= tegangan permukaan (dyne/cm)

F = gaya yang dibutuhkan untuk memecah film (N/dyne)

l = panjang benda (m/cm)

Tegangan permukaan bervariasi antara berbagai cairan. Air memiliki tegangan


permukaan yang tinggi dan merupakan agen pembasah yang buruk karena air membentuk
droplet, misalnya tetesan air hujan pada kaca depan mobil. Permukaan air membentuk
suatu lapisan yang cukup kuat sehingga beberapa serangga dapat berjalan diatasnya.
(Seminar, 2001)

Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam – garam
anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan
senyawa organik tertentu antara lain sabun. Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan
emulgator akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada
bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur
(Mawarda,2009).

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan tegangan permukaan
dan tegangan antarmuka, yaitu kenaikan kapiler, du nouy ring, berat tetesan, tekanan
gelembung, tetesan sessile, dan lempeng wilhelmy.

1. Metode Kenaikan kapiler

Tekanan permukaan dapat ditentukan dengan mengukur kenaikan cairan didalam


kapiler, namun tekanan antarmuka tidak dapat diketahui dengan metode ini. Prinsipnya bila
suatu kapiler dimasukkan dalam labu berisi zat cair, maka pada umumnya zat cair akan naik
di dalam tabung sampai jarak tertentu. Dengan mengukur kenaikan ini, tegangan muka
dapat ditentukan. Rumusnya : γ= ½ rhρg
3
2. Metode Tersiometer Du-Nouy

Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan ataupun
tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan
suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan sebanding dengan tegangan
permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut.

Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan :

1. Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya energi
kinetik molekul.

2. Zat terlarut
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan permukaan.
Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan
permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan caiaran
membentuk lapisan monomolekular, maka akan menurunkan tegangan permukaan. Zat
tersebut biasa disebut dengan surfaktan.

3. Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena
cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai
orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu
contoh dari surfaktan.

Manfaat fenomena antar muka dalam farmasi :

1. Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan
obat.
2. Penetrasi molekul melalui membrane biologis.
3. Pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair
untuk membentuk sediaan suspensi.

C. Alat dan Bahan


4
1. Pipa kapiler dengan diameter tertentu
2. Spidol
3. Penggaris
4. Gelas ukur
5. Tabung kecil
6. Berbagai larutan yang akan ditentukan tegangan permukaannya (air 25°C, air 40°C,
gliserin 25°C, gliserin 40°C, minyak 25°C, minyak 40°C, surfaktan 0,1%, surfaktan 0,2%,
surfaktan 0,3%, surfaktan 0,4%, surfaktan 0,5%, surfaktan 0,75%, surfaktan 0,05%,
surfaktan 0,01%)

D. Cara Kerja

1. Ambil larutan uji sebanyak 7 ml dengan menggunakan gelas ukur.


2. Tuangkan larutan tersebut ke dalam tabung kecil.
3. Tandai pipa kapiler sepanjang 2 cm dari batas bawah pipa kapiler dengan menggunakan
spidol.
4. Masukkan pipa kapiler yang telah ditentukan diameternya ke dalam tabung kecil sampai
batas yang telah ditandai dengan spidol.
5. Ukur ketinggian naiknya sampel dari batas yang ditandai dengan spidol sampai naiknya
sampel.
6. Lakukan percobaan ini sebanyak 6 kali dengan menggunakan 2 pipa kapiler terhadap
semua larutan uji.
7. Catat ketinggian dari setiap larutan uji kemudian dirata-rata.

E. Hasil

Zat I II III IV V VI Rata-rata (mm)


Air 25° 20 22 18 19 16 18 19,4
Air 40° 18 21 21 11 14 15 16,67
Gliserin 25° 17 16 15 18 16 14 16
Gliserin 40° 9 8 9 8 8 8,4
Parafin 25° 14 14 13 17 14 13 13,6
Paraffin 40° 10 9 11 11 10 9 10
Lar.tween 18 16 18 18 18 18 18
0,1%
Lar.tween 16 14 14 14 14 14 14
0,2%
Lar.tween 15 13 11 16 13 12 13,33
0,3%

5
Lar.tween 20 18 16 20 19 16 18,17
0,4%
Lar.tween 11 10 10 10 10 10 10,15
0,5%
Lar.tween 13 13 13 16 12 12 12,8
0,75%
Lar.tween 12 10 10 10 10 10 10,3
0,05%
Lar.tween 19 19 19 11 10 9 14,5
0,01%

Ket :

: data menyimpang. Jika data menyimpang maka rata-rata dibagi dengan data yang
sesuai.

: data tidak dipakai karena pada percobaan hasilnya tidak sesuai dengan teori.

1) Perhitungan

 Air 25˚C
= ½ rhρg
= ½ x 0.0575 x 1,94 x 1 x 981
= 54.72 dyne/cm

 Air 40˚C
= ½ rhρg

= ½ x 0.0575 x 1.66 x 1 x 981


= 46.82 dyne/cm

 Gliserin 25°C

6
= ½ rhρg

= ½ x 0.0575 x 1.6 x 1.26 x 981


= 56,85 dyne/cm

 Gliserin 40°C
= ½ rhρg
= ½ x 0.0575 x 0.84 x 1.26 x 981
= 29.85 dyne/cm

 Parafin 25°C
= ½ rhρg
= ½ x 0.0575 x 1.36 x 0.8 x 981
= 30.68 dyne/cm

 Parafin 40°C
= ½ rhρg
= ½ x 0.0575 x 1 x 0.8 x 981
= 22.56 dyne/cm

 Larutan Tween 0,01 %


= ½ rhρg
= ½ x 0.0575 x 1,85 x 1 x 981
= 52,17 dyne/cm

 Larutan Tween 0.1 %


= ½ rhρg
= ½ x 0.0575 x 1.8 x 1 x 981
= 50.76 dyne/cm

 Larutan Tween 0.2 %


= ½ rhρg
= ½ x 0.0575 x 1.4 x 1 x 981
= 39.48 dyne/cm

 Larutan Tween 0.3 %

7
= ½ rhρg
= ½ x 0.0575 x 1.33 x 1 x 981
= 37.51 dyne/cm

 Larutan Tween 0.75 %


= ½ rhρg
= ½ x 0.0575 x 1.28 x 1 x 981
= 36.10 dyne/cm

2) Tabel Hasil Perhitungan

 Suhu 250 C

No. Sampel Kerapatan Jari-jari Ketinggian Tegangan


kapiler (cm) Sampel(cm) Permukaan
(dyne/cm)

1. Air 1 gr/ml 0.0575 1,94 54,72

2. Gliserin 1,26 gr/ml 0.0575 1,6 56,85

3. Parafin 0,8 gr/ml 0.0575 1,36 30,68

 Suhu 400 C

No. Sampel Kerapatan Jari-jari Ketinggian Tegangan


kapiler (cm) Sampel (cm) permukaan
(dyne/cm)

1. Air 1 gr/ml 0.0575 1,66 46,82

2. Gliserin 1,26 gr/ml 0.0575 0,84 29,85

3. Parafin 0,8 gr/ml 0.0575 1 22,56

 Larutan Tween
8
No. Sampel Kerapatan Jari-jari Ketinggian Tegangan
Kapiler ( cm) sampel ( cm ) Permukaan
(dyne/cm)

1. Lar. Tween 0,01 % 1 gr/ml 0,0575 1,85 52,17

2. Lar.Tween 0,1 % 1 gr/ml 0.0575 1,8 50.76

3. Lar.Tween 0,2 % 1 gr/ml 0.0575 1,4 39.48

4. Lar.Tween 0,3 % 1 gr/ml 0.0575 1,33 37.51

5. Lar.Tween 0,75 % 1 gr/ml 0.0575 1,28 36.10

3) Kurva Hasil Perhitungan

 Kurva Perbandingan Temperatur Larutan dengan Kenaikan Pipa Kapiler

9
 Kurva Perbandingan Konsentrasi Larutan Tween dengan Kenaikan Pipa Kapiler

F. Pembahasan

Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus sejajar dengan
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi
karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya
kohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya ke dalam pada

10
permukaan cairan. Gaya ini biasanya dapat diketahui dengan mengamati kenaikan cairan
dalam pipa kapiler.

Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap tegangan permukaan zat cair
dengan pipa kapiler yang bertujuan untuk mengukur tegangan permukaan larutan dengan
metode pipa kaliper. Langkah pertama ambil larutan uji (air, gliserin, parafin dan larutan
tween dengan konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5%, 0,75%, pengenceran 0,05% dan
0,01%) sebanyak 7 ml dengan menggunakan gelas ukur. Pada larutan uji air, gliserin, dan
parafin diperlakukan dalam 2 kondisi yaitu pada suhu 25°C dan 40°C. Kemudian, masukkan
larutan uji tersebut ke dalam tabung kecil. Ambil 2 pipa kapiler untuk masing-masing larutan
uji dengan menandai pipa kapiler sepanjang 2 cm dari batas bawah pipa kapiler
menggunakan spidol. Selanjutnya, masukkan pipa kapiler pertama ke dalam larutan uji
sampai batas yang telah ditandai. Lakukan percobaan ini sebanyak 3 kali pada setiap pipa
kapiler pada larutan uji. Catat perubahan ketinggian yang terjadi pada setiap larutan uji.

Dari data hasil percobaan, pada larutan uji air, gliserin dan parafin pada suhu 25˚C dan
40˚C menunjukkan hasil yang berbeda. Berdasarkan teori, tegangan permukaan dari
kebanyakan cairan menurun secara linier dengan kenaikan temperature, yaitu dengan
naiknya energi kinetik dari molekul tersebut. Dalam hal ini tegangan permukaan air, gliserin
dan parafin pada suhu 40˚C lebih kecil dibandingkan dengan tegangan permukaan air,
gliserin dan parafin pada suhu 25˚C. Pada daerah temperature kritisnya, tegangan
permukaan suatu cairan menjadi nol. Tegangan permukaan air pada 0°C adalah 75,6
dyne/cm dan pada 75°C adalah 63,5 dyne/cm.

Pada larutan uji surfaktan (larutan tween) menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada
berbagai konsentrasi. Pada konsentrasi 0,4%, 0,5%, 0,05% dan 0,005% menunjukkan hasil
yang tidak sesuai dengan literatur atau dapat dikatakan menyimpang. Hal ini dapat terjadi
karena kurangnya ketelitian saat melakukan percobaan. Berdasarkan teori, semakin besar
konsentrasi larutan maka semakin kecil tegangan permukaan. Surfaktan (surface active
agents) adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk
terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas
11
sehingga cenderung pada rantai lurus. Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan. Adanya surfaktan pada permukaan menyebabkan gaya adhesi antara zat cair
dan udara meningkat, sehingga tegangan permukaannya menurun. Tetapi surfaktan
menurunkan tegangan permukaan sampai Konsentrasi Misel Kritik (KMK), dimana
peningkatan konsentrasi surfaktan tidak lagi mempengaruhi penurunan tegangan permukaan. Hal
tersebut terjadi karena surfaktan tidak lagi berada di permukaan, tetapi masuk kedalam air
membentuk suatu agregat yang dikenal dengan misel. Ketika misel terbentuk maka meningkatnya
konsentrasi surfaktan tidak lagi akan menyebabkan penurunan tegangan permukaan. Dengan

adanya surfaktan tegangan antarmuka dua zat cair yang tidak bercampur akan menurun,
akibatnya gaya adhesi antara dua zat cair meningkat dan kelarutannya pun meningkat.

Pada sediaan farmasi, tegangan permukaan ini perlu diperhatikan dalam pembuatan
emulsi. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan.
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri
dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi
dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil yang berukuran 0,1-100 mm, yang
distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok. Emulgator yang digunakan adalah
emoglator buatan. Emuglator buatan yaitu emulgator yang dibuat dengan cara sintetik
ataupun semi sintetik. Misalnya larutan tween (surfaktan) dan span.

Pada proses pembuatan emulsi, molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul
yang sejenis yang disebut dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik
menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya adhesi. Daya kohesi
suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan
tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada
permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan. Dengan cara yang sama dapat
dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat
bercampur. Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang
batas. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara

12
kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Didalam teori ini dikatakan bahwa
penambahan emulgator akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang
terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur
sehingga emulsi dapat terbentuk.

G. Kesimpulan

Dapat kita ketahui bahwa besarnya tegangan permukaan dipengaruhi oleh suhu.
Tegangan permukaan dari kebanyakan cairan menurun secara linier dengan kenaikan
temperatur, yaitu dengan naiknya energi kinetik dari molekul tersebut. Pada daerah
temperature kritisnya, tegangan permukaan suatu cairan menjadi nol. Sebagai salah satu
contohnya dari data di atas pada suhu 25˚C tegangan permukaan air adalah 54.88 dyne/cm

13
dan pada suhu 40C tegangan permukaan air adalah 46.81 dyne/cm. Atau sebagai contoh
lain pada suhu 25°C tegangan permukaan paraffin adalah 30.68 dyne/cm dan pada suhu
40C tegangan permukaannya 29.85 dyne/cm. Dari data yang di dapat, disimpulkan bahwa
data mengenai besarnya tegangan permukaan dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan
teorinya.

Berdasarkan teori, semakin besar konsentrasi larutan maka semakin kecil tegangan
permukaan. Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan. Adanya
surfaktan pada permukaan menyebabkan gaya adhesi antara zat cair dan udara meningkat,
sehingga tegangan permukaannya menurun. Tetapi surfaktan menurunkan tegangan
permukaan sampai Konsentrasi Misel Kritik (KMK). Dengan adanya surfaktan tegangan
antarmuka dua zat cair yang tidak bercampur akan menurun, akibatnya gaya adhesi antara
dua zat cair meningkat dan kelarutannya pun meningkat. Dari data di atas terjadi
penyimpangan yang di ketahui dari hasil perhitungan karena terjadi perubahan yang
signifikan pada hasil perhitungan. Sebagai contoh pada konsentrasi 0.1 % tegangan
permukaannya adalah 50.76 dyne/cm sedangkan pada konsentrasi 0.2% tegangan
permukaannya adalah 39.48 dyne/cm. Dari 50 langsung turun secara mencolok ke 39, hal
ini mungkin saja disebabkan oleh karena kurangnya ketelitian saat melakukan percobaan.

Namun, pada percobaan kali ini, pada kurva dapat terlihat jelas, semakin besar
konsentrasi yang diberikan, maka semakin kecil tegangan permukaannya. Yaitu pada
konsentrasi 0,01 % ke konsentrasi 0,1 % terjadi penurunan tegangan permukaan, begitu
juga dengan seterusnya hingga mencapai titik Konsentrasi Misel Kritik.

DAFTAR PUSTAKA

Herinaldi. 2004. Mekanika Fluida, terjemahan dari “Fundamental of Fluids Mechanic”. Jakarta :
Erlangga.

Mawarda. 2009. Tegangan Permukaan dan Kapasitas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Martin, Alfred, dkk. 2008. Farmasi Fisik Jilid 2 Edisi ketiga. Jakarta : UI-Press

14
Herinaldi. 2004. Mekanika Fluida, terjemahan dari “Fundamental of Fluids Mechanic” oleh
Donald F.Young. Erlangga. Jakarta.

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai