I " I
112
Adimad Mursyidi, PestisidaEfekToksik dan Nasibnya
113
UNISIA, NO. 23 TAHUN XIV TRIWULAN 3 • 1994
Burung, 10 ppm
t
Tanaman air{ Hewan a i r Plankton
0»01 ppm 0,1 ppm 0,05 ppm
t
Air tawar Air laut
0,00001 ppm 0, 000001 ppm
114
Adimad Mursyidi, Pestisida Efek Toksik dan Na&bnya
Berbeda dengan DDT, senyawa jarak antara gugusanionik dan esterik yang
poliklor yang digunakan sebagai herbisida merupakan bagian aktif pada enzim kholin
(MCPA, 2-4, D) relatif lebih mudah esterase pada serangga (5,0 - 5,5 A°) lebih
mengalami degradasi di lingkungan. Namun besar dibanding pada manusia (4,3 - 4,7
demikian, beberapa herbisida golongan ini A°). Sedangkan jarak gugus anionik dan
dikawatirkan bersifat teralogenik. (Khera esterik pada insektisida organofosfat mirip
and Mc. Kinley, 1972). dengan yang ada pada serangga, sehingga
Kalau organoklorin bekerja sebagai interaksinya lebih kuat.
neurotoksik, organofosfat dikenal sebagai Seperti halnya insektisida
inhibitor enzim kholin esterase. Insektisida organofosfat, insektisida karbamat juga
ini lebih toksik dibanding organoklorin, berfungsi sebagai inhibitor enzim kholin
tetapi lebih kecil dampak negatifnya esterase. Perlu dicatat toksisitas insektisida
dilingkungan karena insektisida ini relatif tinggi (aldicarb : LD-50 : 1 mg/
organofosfat lebih cepat mengalami kg), namun" masih dianggap lebih aman
degradasi. Waktu paro insektisida dibandingorganofosfat Hal ini dikarenakan
organofosfat'hanya beberapa jam sampai kompleks antara karbamat dengan enzim
beberapa hari (Buchel, 1983), sedangkan kholin esterase lebih cepat terhidrolisis
waktu paro organoklorin dapat mencapai (beberapa menit) dibanding kompleks
beberapa tahun. organofosfat-enzim (beberapajam-hari).Ini
Selain itu toksisitas organofosfat berarti bahwa sifat toksik insektisida
terhadapmanusia(mamalia)biasanya lebih karbamat tidak bersifat kumulatif(Buchel,
rendahdibandingteihadapseranggakarena 1983) - -
115
UNISIA, NO. 23 TAHUN XIVTRIWULAN 3 -1994
116
Achmad Mursyidi, PespsidaEfekToksik dan Nasibnya
117
UNISIA, NO. 23 TAHUN XIVTRIWULAN3 -1994
organoklorin mengalami deklorinasi dan dapat lenyap hanya dalam beberapa bulan
diikuti subsitusi hidroksilasi menghasilkan (Mustofa, et al., 1989). .
polifenol yang lebih lanjut beiicondensasi Satu tipe fotodegradasi lain yang
membentuk asam humat (humic acid). dialami pestisida adalah dealkilasi. Reaksi
Proses ini memungkinkan herbisida ini banyak dijumpai pada pestisida turunan
organoklorin lebih cepal lenyap di anilin yang mengandung gugus alkil pada
lingkungan dibanding golongan DDT. atom N, misalnya monuron dan linuron.
Reaksi foto-hidrolisis merupakan Kesimpulan
proses degradasi yang dominan pada Di lingkungan, secara alamiah
insektisida organofosfat. Selain itu, oleh pestisida akan mengalami degradasi.
pengaruh cahaya matahari, debu paration Sekalipun begitu, karena percepatan
mengalami fotooksidasi menghasilkan para penambahannya melebihi kemampuan
okson yang lebih toksik. lingkungan melakukan degradasi, efek
Seperti halnya organofosfat, toksik sulit dihindarkan.
fotodegradasi yang dominan pada Efek toksik pestisida di lingkungan
insektisida karbamat adalah hidrolisis. sangat ditentukan oleh stabilitas kimianya.
Metil-2-benzimidazol karbamat misalnya, Insektisida organoklorin sangat stabil
akan terhidrolisis menghasilkan sehingga efek toksik dapat tersebar jauh
karbonietoksi guanidin, karbometoksi dari tempat aplikasinya.
guanin, dan guanidin. Selain hidrolisis, Degradasi pestisida di lingkungan,
fungisida tiokarbamat dan juga fungisida baikdegradasi kimiawi, mikrobial maupun
lain yang mengandung unsur belerang fotokimiawi mengh^ilkan senyawa yang
(folpet, kaptan, dan kaptafol) mengalami memiliki struktur molekul y^g berbeda
fotooksidasi menghasilkan belerang darisenyawaaslinya. Olehkarenatoksisitas
dioksid. Reaksi fotoksidasi semacam ini (juga aktivitas) suatu senyawa bericaitan
Jugadialami berbagaisenyawa organosulfur erat dengan struktur molekulnya, maka
dan akan dipercepat oleh adanya agen perubahan tersebut memungkinkan
pemeka cahaya (Mursyidi, 1992). perubahan toksisitasnya.
Oleh karena di lingkungan banyak Produk degradasi pada umumnya
terdapat agen pemeka cahaya (misalnya kurang toksik dibanding senyawa aslinya.
klorofil), maka fotooksidasi terpacu Namun demikian tidak tertutup
mempakan proses fotodegradasi yang pal kemungkinan terbentuknya senyawa lebih
ing mungkin dialami oleh pestisida. Proses toksik (misalnya paraokson).
ini dapat menyerang segala macam jenis Untuk memperkecil dan
pestisida, karena oksigen singlet yang memperpendek dampak negatif,
dihasilkan pada peristiwa transfer energi penggunaan dan pengembangan pestisida
sistem ini sangat reaktif. Oleh sebab itu organosulfur merupakan altematif yang
dapat dipahami kalau proses degradasi di cukup menjanjikan, karena senyawa ini
daerahjropikbeijalanlebihcepatdibanding sangatpekateihadapfotooksidasi sehingga
daerah beriklim sedang. Dalam kaitan ini memungkinkan lenyapnya pestisida di
dilaporican bahwa DDT di daerah tropik lingkungan.
118
AchmadMursyidi, Pestisida Efek Toksik dan Nasibnya
119