Anda di halaman 1dari 11

TUGAS UJI MUTU BAHAN ALAM

Residu Pestisida
Dosen Pengampu: Dr. apt. Yunahara Farida, M.Si

Disusun oleh:
Rosmawati (5422220036)
Peminatan: Kosmetika Bahan Alam

MAGISTER ILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2023
Pengertian
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk
mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban
manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang
pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan
berbagai vektor penyakit menular, sehingga manusia dapat terhindar dari ancaman berbagai
penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tifus dan lain-
lain. Di bidang pertanian, pestisida digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman,
maupun ternak dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu tanaman yang
terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu
pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat . Pestisida merupakan pilihan
utama dalam pengendalian hama, penyakit, dan gulma karena membunuh langsung jasad
pengganggu (1). Peraturan Menteri Pertanian No.07 /Permentan /SR. 140 /2 /2007 mendefinisikan
bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta virus yang digunakan untuk:
a. memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil
pertanian
b. Memberantas rerumputan
c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan
d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagianbagian tanaman, tidak termasuk
pupuk
e. Memberantas atau mencegah hamahama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak,
f. Memberantas dan mencegah hama-hama air
g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan dan alat-alat pengangkutan
h. Memberantas atau mencegah hewan yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau
binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air (2).
Toksisitas pestisida dapat dikategorikan sebagai berikut (2)
Kategori Kata Kunci LD50
Kategori I Berbahaya Racun 0-50 mg
Kategori II Awas Beracun 50-500 mg
Kategori III Hati-hati 500-5000 mg
Jenis Senyawa Kimia Pestisida
1. Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa kelompok yang
diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama kali disinthesis adalah
“Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT.
2. Organofosfat
Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain : Azinophosmethyl,
Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion,
Malathion, Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos. Pestisida yang termasuk dalam golongan
organofosfat antara lain
3. Senyawa kimia karbamat
Karbamat merupakan insektisida yang bersifat sistemik dan berspektrum luas sebagai
nematosida dan akarisida. Umumnya karbamat digunakan untuk membasmi hama tanaman
pangan dan buah-buahan pada padi, jagung, jeruk, alfalfa, ubi jalar, kacang-kacangan dan
tembakau. beberapa jenis pestisida golongan karbamat yang umum digunakan pada lahan
sawah irigasi dan tadah hujan di Jawa Tengah antara lain karbaril, karbofuran, tiodikarb, dan
BPMC/Butyl Phenyl-n-Methyl Carbamate(1).

Dampak Pestisida
Pestisida yang seharusnya digunakan untuk membasmi hama ternyata berdampak pada
pencemaran lingkungan baik itu air, udara maupun tanah. Pestisida organoklorin merupakan bahan
kimia yang masuk dalam kategori Persisten Organic Pollutants (POPs) yang berbahaya bagi
kesehatan. Organoklorin Secara kimia tergolong insektisida yang toksisitas relatif rendah akan
tetapi mampu bertahan lama dalam lingkungan. Racun ini bersifat mengganggu susunan syaraf
dan larut dalam lemak Hal ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan karena
bahan kimia ini dapat menyebabkan kanker, alergi dan merusak susunan saraf (baik sentral
ataupun peripheral serta dapat juga mengganggu sistem endokrin yang menyebabkan kerusakan
pada sistem reproduksi dan sistem kekebalan yang terjadi pada mahluk hidup, termasuk janin(1).
1. Dampak pestisida organokhlorin
Karakteristik pestisida organoklorin yang dapat memberikan efek negatif adalah
a. Terurai sangat lambat dalam tanah, udara, air dan mahluk hidup serta menetap dalam
lingkungan untuk waktu yang lama.
b. Masuk dalam rantai makanan dan dapat terakumulasi pada jaringan lemak, sehingga sukar
larut dalam air.
c. Dapat terbawa jauh melalui udara dan air

2. Dampak pestisida organofosfat


Senyawa Organofospat merupakan penghambat yang kuat dari enzim cholinesterase pada
syaraf. Asetyl cholin berakumulasi pada persimpangan persimpangan syaraf (neural jungstion)
yang disebabkan oleh aktivitas cholinesterase dan menghalangi penyampaian rangsangan
syaraf kelenjar dan otot-otot. Golongan ini sangat toksik untuk hewan bertulang belakang.
Organofosfat disintesis pertama kali di Jerman pada awal perang dunia ke-II. Bahan tersebut
digunakan untuk gas syaraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal sintesisinya
diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat
efektif sebagai insektisida tetapi juga toksik terhadap mamalia. Organofosfat adalah insektisida
yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada
orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian, tetapi
diperlukan beberapa milligram untuk dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.
Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam
sel darah merah. Organofosfat dapat terurai di lingkungan dalam waktu ± 2 minggu.
3. Dampak pestisida karbamat
Karbamat merupakan insektisida yang bersifat sistemik dan berspektrum luas sebagai
nematosida dan akarisida. Keracunan karbamat bersifat akut yang dapat terjadi melalui inhalasi,
gastrointestinal (oral) atau kontak kulit. Dampak pestisida pada tubuh sebagai penghambat kerja
enzim kolinesterase dengan cara menempel enzim tersebut. Sehingga asetilkolin tidak dapat
dipecah menjadi kolin dan asam asetat oleh enzim kolinesterase. Apabila terdapat pestisida
organofosfat di dalam tubuh, kolinesterase akan mengikat pestisida organofosfat tersebut,
sehingga terjadi penumpukan substrat asetilkolin pada sel efektor. Keadaan ini dapat
menyebabkan gangguan fungsi saraf. Gejala klinis keracunan karbamat merupakan reaksi
kholinergik yang berlangsung selama 6 jam. Tingkat keparahannya tergantung pada jumlah
karbamat yang terkonsumsi dengan gejala klinis berupa pusing, kelemahan otot, diare,
berkeringat, mual, muntah, tidak ada respon pada pupil mata, penglihatan kabur, sesak napas
dan konvulsi.
Residu Pestisida dan Batas Maksimum Residu (BMR)
Residu pestisida di lingkungan merupakan akibat dari penggunaan atau aplikasi pestisida tertentu
yang ditujukan pada sasaran tertentu seperti pada tanaman dan tanah. Residu pestisida di
lingkungan dapat juga sebagai akibat pestisida yang terbawa (drift) oleh gerakan air seperti sungai,
air, tanah dan oleh gerakan angin/udara. Residu pestisida adalah zat kimia yang terkandung dalam
hasil pertanian, bahan pangan atau pakan hewan baik sebagai akibat langsung maupun tak
langsung dari penggunaan pestisida(1). Batas maksimum Residu (BMR) adalah konsentrasi residu
yang diperbolehkan berada dalam atau pada bahan pangan pada saat dipasarkan, dinyatakan dalam
mg/kg bahan pangan (bpj, ppm) dan keberlakuannya di suatu Negara ditetapkan secara hukum.
Pestisida tersebut dapat bersifat toksik pada tanaman pokok, hingga tanaman itu mati atau
pertumbuhannya terganggu. Pestisida akan selalu meninggalkan residu pada tanaman. Residu ini
diperlukan untuk dapat membunuh hamanya, namun sejumlah pestisida tertentu (pestisida yang
tergolong sangat persisten) meninggalkan residu pestisida cukup lama pada tanaman sehingga
besar kemungkinan ikut termakan oleh herbivora atau manusia. Residu pestisida adalah sisa
pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat pada atau dalam jaringan manusia, hewan,
tumbuhan, air, udara atau tanah. Data residu pestisida ini diperlukan untuk tanaman/komoditas
sayuran dan tanaman/komoditas buah-buahan. Peraturan tentang residu pestisida pada pangan
diatur dalam UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan Surat Keputusan Bersama
Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian RI No. 881/MENKES/SKB/VIII/1996 dan No. No.
711/Kpts/TP270/8/96, dan Peraturan Menteri Pertanian No. 27/PerMentan/PP.340/5/2009 tentang
Batas Maksimum Residu Pestisida pada hasil pertanian(3). Residu pestisida merupakan pestisida
yang masih tersisa pada bahan pangan setelah diaplikasikan ke tanaman pertanian. Tingkat residu
pada bahan pangan umumnya diawasi dan ditetapkan batas amannya oleh Balai Pengawan Obat
makanan dan minuman (BPOM). Pengujian cemaran pestisida secara umum dilakukan tiga
golongan pengujian cemaran pestisida yaitu: golongan klorin, golongan organo fosfat dan
golongan karbamat. Residu pestisida bersifat akumulatif di dalam tubuh manusia, sehingga akan
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia yang mengonsumsi tanaman yang
mengandung residu pestisida secara terus menerus. Meskipun hasil tersebut masih dibawah Batas
Maksimum Residu (BMR) SNI 7313 tahun 2008 yaitu 1 mg/kg(3).
Jurnal Penelitian Residu Pestisida Pada Bahan Alam
Jurnal Analisis Pestisida Golongan Organofosfat (4)
Metode, Ekstraksi sampel strawberry hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kemudian
dipindahkan ke dalam labu ukur 5 mL kemudian diencerkan dengan petroleum eter. Pemurnian
dilakukan dengan cara memasukkan 2 mL ekstrak kedalam kolom kromatografi yang telah diisi 5
gram florisil dan 5 gram natrium sulfat anhidrat. Dielusi dengan 40 mLlarutan petroleum eter.
Eluat ditampung dalam gelas beker, kemudian diuapkan dengan hairdryer sampai agak kering (1
mL), larutan dipindahkan kedalam labu ukur dengan bantuan etil asetat dan diencerkan sampai
volume 5 mL. Analisis residu pestisida dilakukan menggunakan kromatografi gas merk shimadzu
tipe QP2010 Ultra dengan suhu kolom 100oC, suhu injektor 250oC, tipe kolom DB5MS, gas
pembawanya helium dan laju alir gas 3,0 mL/min.
Hasil
Kromatogram Sampel Pasar Candikuning, Senyawa dioktil ftalat yang mempunyai rumus molekul
(C24H8O4) muncul pada waktu retensi 24,823 menit.Senyawa ini merupakan senyawa diester dari
asam ftalat dengan rantai 2-etilheksanol yang berperan sebagai blocker UV untuk mencegah
fotodegradasi senyawa pestisida. Pada kromatogram sampel usaha petik strawberry langsung ini
juga tidak terdeteksi pestisida organofosfat, namun ditemukan beberapa senyawa yang
kemungkinan besar merupakan residu dari senyawa aktifnya maupun aditifnya, Berdasarkan
library NIST08s.LIB dan WILEY7.LIB senyawa-senyawa tersebut antara lain 2 etil heksanol,
benzena, 1,4- dikloro-benzena, naftalena, 1-dodekanol, dan dietil heksil ftalat (DEHP) yang
muncul pada waktu retensi 24,766 menit sebagai puncak tertinggi. Senyawa tersebut merupakan
senyawa ester turunan asam karboksilat C16– C18 yang mempunyai rumus molekul C16H22O4
dengan berat molekul 278 yang sering ditemukan dalam campuran pestisida sebagai
pengemulsi.Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui senyawa ini memiliki
sifat toksik.
a b
Gambar. a. Kromatogram sampel strawberry dari pasar Candikuning; b. Kromatogram sampel
strawberry dari usaha petik strawberry.

Pada sampel strawberry di pasar Candikuning terkandung senyawa 1- heksadekanol, metil


heksadekanoat, dan dioktil ftalat yang tidak terkandung pada sampel strawberry yang diambil dari
usaha tani petik langsung. Sedangkan pada sampel strawberry di usaha tani petik langsung
terkandung senyawa delta.3- karen, 2 etil heksanol, benzena,1,4- diklorobenzena, naftalena, dan
1-dodekanol yang tidak terkandung pada sampel strawberry yang diambil dari pasar Candikuning.
Adapun beberapa senyawa yangterkandung pada kedua sampel adalah benzofenon, 2,6-
diisopropilnaftalena, dan asam ftalat.

Jurnal Metode Identifikasi Residu Pestisida Organofosfat Pada Bawang Merah Di Kabupaten
Kulon Progo(5)
Metode, Sampel bawang merah 45-50 hari setelah waktu tanam diambil dari 10 petani di
kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo pada bulan Februari 2016 dan dibagikan kuisioner
mengenai jenis pestisida yang digunakan dan waktu aplikasi pestisida oleh petani, serta frekuensi
penggunaan pestisida. Sebanyak 500 gram sampel kemudian dianalisis residu organofosfat dengan
Gas Cromatography (GC). Analisis residu dilakukan dengan sampel bawang merah dicincang,
dicampurkan jadi satu dan diambil sebanyak 10 gram. Sampel kemudian ditambahkan Na2SO4
anhidrat kemudian dihomogenkan selama 2-3 menit. Sampel kemudian diekstraksi dengan larutan
campuran diklorometana : aseton : petroleum benzena (1:1:1) sebanyak 10 mL. Campuran
didiamkan sampai residu terpisah. Lapisan atas diambil kemudian 1 μL diinjeksikan ke dalam
instrumen GC. Pestisida organofosfat yang diuji residunya adalah diazinon, parathion, ethion,
profenofos, malation dan klorpirifos.
Hasil
Petani bawang merah di Kabupaten Kulon Progo, menggunakan pestisida organofosfat dalam
membasmi insektisida pada tanaman. Selain pestisida jenis organofosfat, petani juga
menggunakan pestisida golongan karbamat dan organoklorin. Instrumen GC yang digunakan
menggunakan detektor Flame Photometric Detector (FPD) dengan kolom HP-5. Kondisi
instrumen pada penelitian ini adalah Kecepatan alir gas 22 mL/menit, suhu injeksi 230 °C, program
suhu 29 °C, suhu detektor 250 °C. Jenis pestisida organofosfat yang dianalisis adalah diazinon,
parathion, ethion, profenofos, malathion, dan klorpirifos.
Tabel. Waktu retensi dan luas area larutan standar pestisida organofosfat
Pestisida Waktu Retensi (menit) Luas Area
Diazinon 4,359 195,7569
Parathion 6,796 6,0834
Ethion 14,240 17,3204
Profenofos 10,818 5,4905
Malation 22,762 14,9587
Klorpirifos 2,397 10,8812

Penentuan kadar residu pestisida dihitung melalui persamaan


𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑥 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Tabel. Pengukuran kadar pestisida organofosfat pada bawang merah
Sampel Residu Pestisida Kadar Rata-rata (ppb)
A Diazinon 1,975
Parathion Tidak terdeteksi
Ethion Tidak terdeteksi
Profenofos Tidak terdeteksi
Malation Tidak terdeteksi
Klorpirifos Tidak terdeteksi
B, C,D,E, F, G, H, I, J Diazinon Tidak terdeteksi
Parathion Tidak terdeteksi
Ethion Tidak terdeteksi
Profenofos Tidak terdeteksi
Malation Tidak terdeteksi
Klorpirifos Tidak terdeteksi
Pestisida diazinon terdeteksi pada waktu retensi berkisar 4,4 menit sehingga rata-rata kadar
pestisida diazinon adalah 1,975 ppb dengan standar deviasi (SD) 1,974 dan standar deviasi relatif
(SDR) 1, 001 %.

Tabel. Hasil pengukuran pestisida diazinon pada sampel petani A dengan metode GC
Sampel Waktu Retensi Luas Area Kadar (ppb)
(menit)
1 4,444 81,689 2,062
2 4,447 75,297 1,885
3 4,450 78,052 1,979
disimpulkan bahwa sembilan sampel bawang merah dari 10 sampel bawang merah tidak
mengandung pestisida diazinon, parathion, ethion, profenofos, malation, dan klorpirifos. Satu
sampel bawang merah dari 10 sampel bawang merah yang diambil mengandung pestsida jenis
diazinon dengan kadar 1,97 ppb dan tidak mengandung pestisida diazinon, parathion, ethion,
profenofos, malation, dan klorpirifos. Batas Minimum Residu (BMR) yang diizinkan 0,5 ppm
sehingga pestisida diazionon yang terdeteksi masih dalam batas aman. Pesitisida diazinon dari satu
sampel bawang merah yang terdeteksi masih dalam batas aman.

Jurnal Metode Analisis Residu Pestisida Organofosfat Pada Simplisia Temulawak (Curcuma
Xanthorrhiza Roxb.) Dengan Metode Spektrofotometri Visibel(6).
Metode, Sampel dianalisis secara spektrofotometri dengan larutan baku KH2PO4. Sampel diserbuk
kemudian diambil sebanyak 10 gram sampel dibuat duplo dengan berat yang sama. Untuk sampel
yang pertama tidak ditambah larutan standar, sedangkan sampel yang kedua ditambah larutan
standar KH2PO4 12,5 ppm sebanyak 1 mL ke dalam Erlenmeyer, kemudian zat yang diinginkan
diambil menggunakan pelarut (asetonitril : akuabides 6,5 : 3,5) setelah itu disaring. Filtrat 100 mL
ditambahkan HCl 25 mL. Selanjutnya didekstruksi selama 2 jam dengan asam nitrat sebanyak 5
mL berulang kali hingga larutan jernih, kemudian disaring. Diambil 1 mL dan ditambahkan dengan
2,5 mL asam perklorat, 1 mL ammonium molibdat, 2 mL bismuth subnitrat, 5 mL asam askorbat
menggunakan pipet ukur kemudian dimasukkan dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan dengan
aquabides kemudian dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Tabel. Hasil penetapan kadar organofosfat pada sampel simplisia temulawak
Sampel Berat penimbangan Volume Pelarut Fp Absorbansi Kadar
1 10 g 125 mL 1 0,2892 81,20625 ppm
2 10 g 125 mL 1 0,2603 72,785 ppm
3 10 g 125 mL 1 0,2303 64,04375 ppm
Rata-rata 72,678 ppm

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa diperoleh kadar rata-rata residu organofosfat sebesar
(72,678 ppm). Kadar yang diperoleh menunjukan kadar yang terkandung dalam simplisia
temulawak tersebut diatas batas maksimum residu pestisida organofosfat menurut BPOM RI,2004
yaitu < 0.005 ppm, sehingga temulawak tersebut kurang aman untuk dikonsumsi dan digunakan
sebagai bahan obat.
Daftar Pustaka

1. Swacita Inda Bagus. Pestisida Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan. 2017.


2. Presiden Republik Indonesia. Pp Ri No 7 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas Peredaran,
Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida. 1973.
3. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Kriteria Teknis Pendaftaran Pestisida. In
Jakarta; 2020.
4. Putu N, Susilawati A, Suprihatin Ie, Gusti N, Made A, Suastuti Da. Analisi Residu Pestisida
Organofosfat Pada Buah Stawberry (Fragaria Ananassa Rosalinda) Menggunakan
Kromatografi Gas. Vol. 4, Cakra Kimia (Indonesian E-Journal Of Applied Chemistry. 2016.
5. Prasasti D, Aryani Perwitasari D, Dahlan Yogyakarta Jl Soepomo A, Korespondensi P.
Identifikasi Residu Pestisida Organofosfat Pada Bawang Merah Di Kabupaten Kulon Progo
Identification On Residual Organophosphate Pesticide In Onion In Kulon Progo.
6. Sri Rahayu W, Hartanti D. Analisis Residu Pestisida Organofosfat Pada Simplisia
Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) Dengan Metode Spektrofotometri Visibel.
2009;06.

Anda mungkin juga menyukai