PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemakaian pestisida sering di lakukan untuk membasmi hama tanaman, akan
tetapi pemakaian pestisada tersebut mempunyai dampak negatif terhadap
organisme non target salah satunya paparan pestisida pada petani penyemprot.
Kejadian paparan pestisida pada petani penyemprot disebabkan oleh beberapa
factor determinan, yaitu perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) petani
penyemprot, frekuensi penyemprotan, selang waktu kontak penyemprotan,
pemakaian alat pelindung diri, dosis pestisida dan lama penyemprotan. Kejadian
paparan pestisida pada petani penyemprotan dapat diketahui melalui pengukuran
kadar kolinesterase darah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor determinan
di atas terhadap kejadian paparan pestisida pada petani penyemprot. Penelitian ini
merupakan explanatory research dan dilakukan dengan metode survey cross
sectional Populasi pada penelitian ini adalah semua petani yang menyemprot
tanamanannya dengan pestisida yaitu sebanyak 60 orang petani penyemprot.
Sedangkan sampel penelitian adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria
inklusi yaitu akfit dalam menyemprot dan mempunyai selang waktu kontak paling
lama 3 hari yang lalu, yang berjumlah 33 orang.
Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomi bagi petani
(economic poisons). Diharapkan pestisida tersebut memiliki kemampuan membasmi
organisme selektif (target organisme), tetapi pada prakteknya pemakaian pestisida
dapat menimbulkan bahaya pada organism non target. Dampak negatit terhadap
organism non target itu meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran,
terdapatnya residu pestisida terhadap tanaman, serta menimbulkan keracunan
bahkan dapat menimbulkan kematian terhadap manusia (Short, 1996, Derache,
1977)
Pada umumnya jenis pestisida yang biasa di gunakan adalah golongan
organofosfat dan karbamat, memingat jenis dan golongan pestisida ini dapat
mengurangi penguraian oleh unsur alam. Namun demikian golongan ini sangat
mudah terabsorbsi pada saluran cerna, saluran pernapasan, atau melalui kulit.
Pekerjaan yang mempunyai resiko besar adalah petani penyemprot. Banyaknya
kasus keracunan pada petani penyemprot, pada umumnya di sebabkan karna petani
tidak mengetahui efek paparan pestisida, yaitu dapat menimbulkan efek muskarinik
dan nikotonik sebagai akibat terhambatnya kerja kolinesterase pada ujung saraf
perifer, ganglion dan otak (santoso, 2001).
Dari berbagai penelitian tersebut diperoleh gambaran prevalensi keracunan
tingkat sedang hingga berat disebabkan pekerjaan, yaitu antara 8,5% sampai 50 %.
Dengan demikian, dapat diperkirakan prevalensi angka keracunan tingkat sedang
pada para petani bisa mencapai angka puluhan juta pada musim
penyemprotan. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian keracunan
pestisida organofosfat antara lain umur, jenis kelamin, pengetahuan, pengalaman,
ketrampilan , pendidikan, pemakaian Alat Pelindung Diri, status gizi dan praktek
penanganan pestisida. Sedangkan fase kritis yang harus diperhatikan adalah
penyimpanan pestisida, pencampuran pestisida, penggunaan pestisida dan pasca
penggunaan pestisida.
1.2 Tujuan
Penulisan dalam makalah ini bertujuan yaitu untuk menganalisis faktor-faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian keracunan atau paparan pestisida dengan
menggunakan pendekatan epidemiologi.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu agar kita mengetahui bahaya yang
mengancam kesehatan yang di sebabkan oleh adanya paparan pestisida di
lingkungan kita pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Klasifikasi Pestisida
Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, targetnya/sasaran, cara
kerjanya atau efek keracunan dan berdasarkan stuktur kimianya yaitu:
1. Berdasarkan atas sifat pestisida dapat digolongkan menjadi : bentuk padat, bentuk
cair, bentuk asap (aerosol), bentuk gas (fumigan).
2. Berdasarkan organ targetnya/sasrannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Insektisida berfungsi untuk membunuh atau mengendalikan serangga
b. Herbisida berfungsi untuk membunuh gulma
c. Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan
d. Algasida berfungsi untuk membunuh alga
e. Rodentisida berfungsi untuk membunuh binatang pengerat
f. Akarisida berfungsi untuk membunuh tungau atau kutu
g. Bakterisida berfungsi untuk membunuh atau melawan bakteri
h. Moluskisida berfungsi untuk membunuh siput.
2.3 Patofisiologi
Pestisida masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara kulit, Pertama
absorpsi melalui kulit berlangsung terus selama pestisida masih ada dikulit. Kedua
melalui mulut (tertelan) karena kecelakaan, kecerobohan atau sengaja (bunuh diri)
akan mengakibatkan keracunan berat hingga mengakibatkan kematian. Ketiga
melalui pernafasan dapat berupa bubuk, droplet atau uap dapat meyebabkan
kerusakan serius pada hidung, tenggorokan jika terhisap cukup banyak. Pestisida
meracuni tubuh manusia dengan mekanisme kerja sebagai berikut:
1. Mempengaruhi kerja enzim/hormon. Enzim dan hormon terdiri dari protein komplek
yang dalam kerjanya perlu adanya activator atau cofaktor yang biasanya berupa
vitamin. Bahan racun yang masuk kedalam tubuh dapat menonaktifkan aktivator
sehingga enzim atau hormon tidak dapat bekerja atau langsung non aktif. Pestisida
masuk dan berinteraksi dengan sel sehingga akan menghambat atau mempengaruhi
kerja sel, contohnya gas CO menghambat haemoglobin dalam mengikat atau
membawa oksigen.
2. Merusak jaringan sehingga timbul histamine dan serotine. Ini akan menimbulkan
reaksi alergi, juga kadang-kadang akan terjadi senyawa baru yang lebih beracun.
3. Fungsi detoksikasi hati (hepar). Pestisida yang masuk ketubuh akan mengalami
proses detoksikasi (dinetralisasi) di dalam hati oleh fungsi hati (hepar). Senyawa
racun ini akan diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya tidak lagi beracun
terhadap tubuh
.
2.4 Keracunan Pestisida dan Cara Masuk Pestisida Ke Tubuh Manusia
1. Keracunan Pestisida
Keracunan pestisida adalah masuknya bahan-bahan kimia kedalam tubuh
manusia melalui kontak langsung, inhalasi, ingesti dan absorpsi sehingga
menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Penggunaan pestisida dapat
mengkontaminasi pengguna secara langsung sehingga mengakibatkan
keracunan. Dalam hal ini keracunan dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Keracunan Akut ringan, menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan,
badan terasa sakit dan diare.
2. Keracunan akut berat, menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit
bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi meningkat, pingsan.
3. Keracunan kronis, lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan
menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering
dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya: iritasi mata dan kulit,
kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan
pernafasan.
Ada 4 macam pekerjaan yang dapat menimbulkan kontaminasi dalam penggunaan
pestisida yakni :
a. Membawa, menyimpan dan memindahkan konsentrat pestisida (Produk pestisida
yang belum di encerkan).
b. Mencampur pestisida sebelum diaplikasikan atau disemprotkan.
c. Mengaplikasikan atau menyemprotkan pestisida.
d. Mencuci alat-alat aplikasi sesudah aplikasi selesai.
Diantara keempat pekerjaan tersebut di atas yang paling sering menimbulkan
kontaminasi adalah pekerjaan mengaplikasikan, terutama menyemprotkan pestisida.
Namun yang paling berbahaya adalah pekerjaan mencampur pestisida. Saat
mencampur, kita bekerja dengan konsentrat (pestisida dengan kadar tinggi), sedang
saat menyemprot kita bekerja dengan pestisida yang sudah diencerkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejadian paparan pestisida pada petani penyemprot disebabkan oleh
beberapa factor determinan, yaitu perilaku (pengeta huan, sikap dan praktek) petani
penyemprot, frekuensi penyemprotan, selang waktu kontak penyemprotan,
pemakaian alat pelindung diri, dosis pestisida dan lama penyemprotan. Kejadian
paparan pestisida pada petani penyemprotan dapat diketahui melalui pengukuran
kadar kolinesterase darah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor determinan
di atas terhadap kejadian paparan pestisida pada petani penyemprot. Penelitian ini
merupakan explanatory research dan dilakukan dengan metode survey cross
sectional.
Menurut Depkes RI (1990) Kata Pestisida berasal dari rangkaian kata pest
yang berarti hama dan cida atau sida yang berarti membunuh. Dalam PP No 7 tahun
1973 yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta
jasad renik dan virus yang digunakan.
3.2 Saran
Melalui makalah ini kami berharap agar pembaca senantisa memperhatikan
bahaya-bahaya yang ada di sekeliling lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan
tempat kerja. Contohnya saja mengetahui penyebab dari factor resiko yang
disebabkan oleh paparan pestisida yang dapat mempengaruhi kesehatan kita. Serta
mengetahui penyakit yang bisa ditimbul karena terpapar pestisida yang berlebihan.
DAFTAR PÚTAKA