Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (bahan kimia) pembasmi hama yang
ditujukan terhadap serangga, jamur, bakteri, dan hama lainnya.
Selain bermanfaat untuk memberantas hama, ternyata pestisida juga menimbulkan
dampak negatif bagi manusia ataupun lingkungan.
Pestisida biasanya digunakan dalam bidang pertanian sehingga yang terkena dampak
langsung dari penggunaan pestisida adalah para petani.
Biarpun sedikit, tetapi para petani pasti akan terkena racun pestisida apalagi jika mereka tidak
menggunakannya sesuai dengan petunjuk pemakaiannya.
Dampak lain dari penggunaan pestisida adalah dapat menimbulkan keracunan apabila zat
tersebut masuk kedalam tubuh.
Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh – pengaruh bahan kimia yang
merugikan bagi organisme hidup. Pengaruh yang merugikan ini timbul sebagai akibat
terjadinya interaksi di antara toksikan (bahan yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kerusakan pada organisme hidup) dengan sistem biologi dari organisme. Pada beberapa racun
,yang bereaksi itu bukan agentnya sendiri,tetapi hasil metabolismenya.Proses pengrusakan ini
baru terjadi apabila pada target organ telah menumpuk satu jumlah yang cukup dari toksikan
ataupun metabolitnya,begitupun hal ini bukan berarti bahwa penumpukan yang tertinggi dari
toksikan itu berada di target organ ,tetapi bisa juga di tempat lain.Sebagai contoh,inektisida
hidrokarbon yang di klorinasi mencapai konsentrasi dalam depot lemak dari tubuh,tetapi di
sana tidak menghasilkan efek-efek keracunan yang di kenal.
Selanjutnya, untuk kebanyakan racun-racun, konsentrasi yang tinggi dalam badan akan
menimbulkan kerusakan yang lebih banyak.Konsentrasi dalam badan ini merupakan fungsi
dari jumlah racun yang di paparkan,yang berkaitan dengan kecepatan absorpsinya dan jumlah
yang di serap, juga berhubungan dengan distribusi,metabolisme maupun ekskresi toksikan
tersebut
Keracunan suatu bahan kimia tergantung pada pengaturan dosis,apakah pada dosis tinggi atau

1
dosis rendah.Dalam hal distribusi,absorpsi,metabolisme,dan ekskresi toksikan,akan
memperjelas konsep tentang dosis yang menggambarkan bahwa konsep terakhir pengertian
dosis adalah bukan pengaturan dosis bahan kimia, tetapi lebih kepada konsentrasi racun kimia
dalam tubuh.Konsentrasi bahan racun dalam tubuh tergantung pada sifat kimianya, yang
dapat diketahui melalui proses absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi.
Kebanyakan bahan kimia waktu mengali rmelalui proses absorpsi, distribusi, biotransformasi,
dan ekskresi di tunjukkkan oleh adanya bahan kimia kinetik dan sering di sebut
pharmacokinetic dan atau toxicokinetic.
Bahan kimia yang menembus suatu membran dapat melalui satu dan atau dua proses yang
umum yaitu proses difusi atau transport pasif bahan kimia yang tidak memerlukan pengiriman
energi dalam sel dan proses pengangkutan, sedangkan bagian sel yang menerima bahan racun
secara tranport aktif akan menembus membran dan memerlukan energi.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui mekanisme keracunan dan gejala klinis pada peptisida
2. Untuk mengetahui mekanisme keracunan dan gejala klinis pada hewan dan tumbuhan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MEKANISME KERACUNAN PEPTISIDA


1. Pengertian dan Penggolongan Peptisida
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme
hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang dibudidayakan manusia
untuk kesejahteraan hidupnya. World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan
pestisida atas dasar toksisitas dalam bentuk formulasi padat dan cair (WHO, 1993).

a) Kelas IA : amat sangat berbahaya


b) Kelas IB : Amat Berbahaya
c) Kelas II : Cukup berbahaya
d) Kelas III : Agak Berbahaya
Klasfikasi tingkat bahaya pestisida menurut WHO, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1:
Klasfikasi tingkat bahaya pestisida menurut WHO

Penggunaan pestisida sintetis di seluruh dunia selalu meningkat dan penggunaan


pestisida campuran juga sangat banyak ditemukan diareal pertanian. Berdasarkan toksisitas
dan golongan, pestisida organik sintetik dapat digolongkan menjadi :

3
1. Organofosfat

Golongan organofosfat merupakan racun kontak paling berbahaya yang dapat


menurunkan aktivitas enzim kolinesterase darah dan bekerja sebagai racun saraf
sebagaimana halnya dengan racun golongan karbamat.

Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain :


Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton,
Ethion, Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon dan Chlorpyrifos.

2. Karbamat

Insektisida karbamat berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini biasanya


daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi
sangat efektif untuk membunuh insekta.

3. Organoklorin

Organoklorin atau disebut Chlorinated hydrocarbon terdiri dari beberapa


kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling popular dan pertama
kali disintesis adalah Dichloro-diphenyl-trichloroethan atau disebut DDT. Insektisida
golongan ini dibuat dari molekul organik dengan penambahan klorin. Insektisida
organoklorin bersifat sangat persisten, di mana senyawa ini mashi tetap aktif hingga
bertahun-tahun. Oleh karena itu, kini insektisida golongan organoklorin sudah dilarang
penggunaannya karena memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Contoh-contoh
insektisida golongan organoklorin adalah Lindane, Chlordane, dan DDT.

2. Jalur Masuk Pestisida Ke Dalam Tubuh


Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai rute, yakni sebagai berikut:
1. Penetrasi lewat kulit
Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam tubuh dan
menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat kulit merupakan

4
kontaminasi yang paling sering terjadi. Pekerjaan yang menimbulkan resiko tinggi
kontaminasi lewat kulit adalah:
a) Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh droplet
atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung
tangan yang terkontaminsai pestisida.
b) Pencampuran pestisida.
c) Mencuci alat aplikasi.
2. Terhisap melalui saluran pernapasan
Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung
merupakan terbanyak kedua setelah kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat
halus (kurang dari 10 mikron) dapat masuk ke paru-paru, sedangkan partikel yang
lebih besar (lebih dari 50 mikron) akan menempel di selaput lendir atau kerongkongan
3. Masuk melalui saluran pencernaan
Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi
dibandingkan dengan kontaminasi lewat kulit. Keracunan lewat mulut dapat terjadi
karena :
a) Makan dan minum saat berkerja dengan pestisida.
b) Pestisida terbawa angin masuk ke mulut.
c) Makanan terkontaminasi pestisida

3. Mekanisme Kerja Pestisida pada Tubuh Manusia.


Cholinesterase yaitu suatu enzim yang terdapat pada cairan ekstra yang berfungsi
menghentikan aksi dari pada asethil cholin dengan menghidrolisa menjadi kholin dan asam
asetat. Asetil cholin adalah neurohormon yang terdapat antara ujung-ujung saraf dan otot
sebagai kimia yang fungsinya meneruskan rangsangan saraf impuls ke reseptor otot dan
kelenjar. Pestisida organofosfat yang masuk kedalam tubuh, baik melalui kulit, mulut dan
saluran pencernaan serta saluran pernafasan akan mengikat enzim cholinesterase. Fungsi
dari enzim cholinesterase ini adalah mengatur bekerjanya saraf. Bila enzim yang berada
dalam darah tersebut terikat maka kerjanya saraf jadi terganggu. Dengan demikian gerak

5
otot tak dapat dikendalikan, akhirnya terjadi kekejangan, lumpuh atau pingsan yang bisa
menyebabkan kematian.

System kontrol dan komunikasi didalam tubuh manusia dilakukan oleh system
hormonal dan system saraf. Melalui system saraf organ-organ dalam tubuh menerima
informasi untuk mempergiat/mengurangi aktifitas sel dan pada system saraf stimulus yang
diterima dijalarkan melalui serabut-serabut saraf(Akson) dalam bentuk impuls. Kemudian
impuls ini akan bertindak sebagai picu untuk mengeluarkan getah (Neurotransmitter) pada
ujung akson, yang tersimpan dalam vesikel sel presinap.
Kerja toksik pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu: (1) fase eksposisi, (2) fase
toksokinetik dan (3) fase toksodinamik.
1. Fase eksposisi
Apabila obyek biologik mengalami kontak dengan suatu zat kimia, maka efek biologik
atau efek toksik hanya akan terjadi setelah zat tersebut terabsorbsi. Zat kimia yang
dapat terabsorbsi umumnya bagian zat yang berada dalam bentuk terlarut dan
molekulnya terdispersi. Absorbsi zat sangat tergantung pada konsentrasi dan jangka
waktu kontak zat dengan permukaan organisme yang mampu mengabsorbsi zat.
Apabila organisme air mengalami kontak dengan zat kimia toksik, maka jenis zat
toksik tersebut berpengaruh terhadap daya absorbsi dan toksisitasnya. Selama fase
eksposisi, zat kimia toksik dapat berubah menjadi senyawa yang lebih toksik atau
kurang toksik melalui reaksi kimia tertentu.
2. Fase toksokinetik
1. Absorpsi
Bahan toksik akan diserap oleh tubuh melalui paru-paru, kulit dan
saluran pencernaan kemudian masuk ke dalam aliran darah dan sistem kelenjar
getah bening. Bahan toksik tersebut kemudian diangkut ke seluruh tubuh.
Selain berbahaya tanpa diabsorbsi, bahan toksik tersebut tajam dan
menyebabkan karat (korosif) yang bereaksi pada titik singgungnya.

a. Via paru-paru

6
Faktor yang berpengaruh pada absorpsi bahan toksik dalam sistem
pernapasan adalah bentuk bahan misalnya gas dan uap; aeroso; dan ukuran
partikel; zat yang terlarut dalam lemak dan air. Paru-paru dapat
mengabsorbsi bahan toksik dalam jumlah besar karena area permukaan yang
luas dan aliran darah yang cepat.

b. Via kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis (lapisan terluar),
dermis (lapisan tengah) dan hypodermis (lapisan paling dalam). Epidermis
dan dermis berisi keringat, kantung minyak dan akar rambut. Bahan toksik
paling banyak terabsorbsi melalui lapisan epidermis. Absorbsi bahan toksik
melalui epidermis tergantung pada kondisi kulit, ketipisan kulit,
kelarutannya dalam air dan aliran darah pada titik singgung. Akibat bahan
toksik antara lain pengikisan atau pertukaran lemak pada kulit yang
terekspos dengan bahan alkali atau asam dan pengurangan pertahanan
epidermis.

c. Via saluran pencernaan


Absorbsi bahan toksik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan
(gastro-intestinal tract). Faktor yang mempengaruhi terjadinya absorbsi
adalah sifak kimia dan fisik bahan tersebut serta karakteristiknya seperti
tingkat keasaman atau kebasaan.

2. Distribusi
Setelah absorbsi bahan toksik terjadi, maka bahan tersebut didistribusikan ke seluruh
tubuh melalui darah, kelanjar getah bening atau cairan tubuh yang lain oleh darah.
Distribusi bahan beracun tersebut :
 Disimpan dalam tubuh pada hati, tulang dan lemak.
 Dikeluarkan melalui feses, urine atau pernapasan Mengalami biotransformasi
atau metabolisme dimana bentuk akhirnya lebih siap dikeluarkan.

7
3. Ekskresi

Ekskresi bahan toksik dapat terjadi melalui hembusan udara atau pernapasan,
dan dari sekresi melalui keringat, air susu, feses dan urine. Toksikan dikeluarkan
dalam bentuk asal, sebagai metabolit dan atau konjugat.

a. Ekskresi urin
Ginjal membuang toksikan dari tubuh dengan mekanisme yang serupa
dengan mekanisme yang digunakan untuk membuang hasil akhir metabolisme
faali, yaitu dengan filtrasi glomerulus, difusi tubuler dan sekresi tubuler.

b. Ekskresi empedu
Hati juga merupakan alat tubuh yang penting untuk ekskresi toksikan,
terutama untuk senyawa yang polaritasnya tinggi (anion dan kation), konjugat
yang terikat pada protein plasma, dan senyawa yang BM-nya lebih besar dari
300. Pada umumnya begitu senyawa ini berada dalam emped, senyawa ini
tidak akan diserap kembali ke dalam darah dan dikeluarkan lewat feses. Tetapi
ada pengecualian, misalnya konugat glukuronoid yang dapat dihidrolisis oleh
flora usus menjadi toksikan bebas yang diserap kembali.

c. Paru-paru
Zat yang berbentuk gas pada suhu badan terutama diekskresikan lewat
paru-paru. Cairan yang mudah menguap juga dengan mudah keluar lewat
udara ekspirasi. Cairan yang mudah larut misalnya kloroform dan halotan
mungkin diekskresikan sangat lambat karena ditimbun dalam jaringan lemak
dan karena terbatasnya volume ventilasi. Ekskresi toksikan melalui paru-paru
terjadi karena difusi sederhana lewat membran sel.

d. Jalur lain
Saluran cerna bukan jalur utama ekskresi toksikan. Oleh karena
lambung dan usus manusia masing-masing mesekresi kurang lebih tiga liter
cairan setiap hari, maka beberapa toksikan dikeluarkan bersama cairan

8
tersebut. Hal ini terjadi terutama lewat difusi sehingga lajunya bergantung
pada pKa toksikan dan pH lambung dan usus. Ekskresi toksikan lewat air susu
ibu (ASI), ditinjau dari sudut toksikologi amat penting karena lewat air susu
ibu ini racun terbawa dari ibu kepada bayi yang disusuinya. Ekskresi ini terjadi
melalui difusi sederhana. Oleh karena itu seorang ibu yang sedang menyusui
harus berhati-hati dalam hal makanan terutama kalau sedang mengkonsumsi
obat.

3. Fase toksodinamik

Suatu kerja zat toksis pada umumnya adalah hasil interaksi dari sejumlah proses
yang sangat rumit dan kompleks.
a) Lewat interaksi kimia antara suatu zat atau
Metabolitnya dengan substrat biologi akibat terbentuknya ikatan kimia
kovalen yang tak bolak-balik atau terjadinya perubahan substrat biologi
sebagai akibat dari suatu perubahan kimia zat.
b) Lewat interaksi yang bolak-balik (reversible) antara zat asing dengan substrat
biologi. Hal ini menyebabkan suatu perubahan fungsional, yang lazimnya
hilang bila zat tersebut dieliminir dari plasma.

B. KERACUNAN TUMBUHAN DAN HEWAN


Beberapa tumbuhan mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen
kimianya satu dengan yang lainnya. Menurut Hanenson (1980), komponen-komponen kimia yang
dihasilkan tumbuhan terbagi atas alkaloid, polipeptida dan asam amino, glikosida, asam oksalat,
resin, phytotoxin dan mineral lainnya. Contoh racun pada tanaman pangan dan gejala
keracunannya yang biasanya dapat menyebabkan keracunan pada hewan :

RACUN TERDAPAT PADA TANAMAN GEJALA


KERACUNAN

9
Fitohemaglutinin Kacang merah Mual, muntah, nyeri
perut, diare.
Glikosida sianogenik Singkong, rebung, biji buah- Penyempitan saluran
buahan(apel, aprikot, pir,plum, nafas,mual, muntah, sakit
ceri, peach) kepala.
Glikoalkaloid Kentang, tomat hijau Rasa terbakar di mulut,
sakitperut, mual,muntah.
Kumarin Parsnip, seledri Sakit perut, nyeri pada
kulitjika terkena sinar
matahari.
Kukurbitasin Zucchini Muntah, kram perut,
diare,pingsan.
Asam oksalat Bayam, rhubarb, the Kram, mual, muntah, sakit
kepala.

1. Racun Tanaman yang dapat menyebabkan keracunan pada Manusia


a. Castor Bean (Biji Kasturi)
Castor bean atau biji kasturi yang sering disebut sebagai jarak pagar dengan nama
latin Ricinus comunis, mengandung racun yang sangat berbahaya bagi manusia. Racun
yang terkandung disebut ricin yang sangat berbahaya bagi manusia.
Jumlah 500 mikrogram (1 mikrogram = satu per sejuta gram) risin atau hanya
sebesar ujung peniti sudah cukup untuk membuat manusia menemui kematiannya.
Kemampuannya ini membuat risin menjadi zat bioteroris yang ditakuti. Namun di sisi lain,
kemampuan potensialnya membunuh sel menjadi harapan bagi pengembangan teknik
penyembuhan penyakit seperti tumor, kerusakan sumsum tulang, dan AIDS.
Gejala yang ditimbulkan risin cukup beragam bergantung pada jalur masuk molekul
ini ke dalam tubuh. Gejala yang timbul apabila kita terpapar risin melalui jalur udara
(pernafasan) adalah batuk, kesulitan bernafas, demam, mual, muntah, kulit berwarna

10
kebiru-biruan, dan tekanan darah rendah. Terpapar risin melalui jalur pencernaan (mulut)
akan menimbulkan gejala awal seperti diarrhea, dehidrasi, tekanan darah rendah, halusinasi,
dan darah dalam urin. Sedangkan apabila bubuk risin mengenai mata dan kulit, maka akan
menimbulkan mata merah dan rasa sakit pada mata dan kulit.
Risin pertama kali ditemukan oleh Stillmark pada tahun 1888 ketika sedang
melakukan uji coba ekstrak biji kastroli (castrol bean) pada sel darah merah. Hasil uji
cobanya saat itu menunjukkan bahwa ekstrak biji tersebut sanggup menggumpalkan sel
darah merah.

b. Rosary Pea (Kacang Polong Rosary)


Rosari Pea atau Biji kacang polong rosari degan nama Latin Abrus precatorius,
merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Biji
tanaman ini mengandung lectin khusus yang disebut abrin. Biji kacang polong rosari
terdiri dari dua jenis yakni yang berbiji putih Biji dan berbiji merah.

Abrin yang terkandung dalam biji kacang polong rosari jika masuk ke dalam
tubuh menyebabkan ribosom tidak bekerja. Satu molekul abrin akan membunuh hingga
1.500 ribosom per detik. Gejala identik dengan risin, kecuali abrin lebih beracun oleh
hampir dua lipat, dosis fatal abrin adalah sekitar 75 kali lebih kecil dari dosis fatal risin.
Abrin dapat membunuh dengan jumlah kurang dari 3 mikrogram.

Dalam tubuh abrin dapat menyebabkan demam, mual, mengeluarkan busa,


disfungsi gula darah dan juga kejang-kejang, lalu menyerang ginjal, kamdung kemih,
pendarahan retina, dan luka dalam yang menyebar.

c. Monkshood atau wolfsbane


Tanaman disebut juga wolfsbane karena sering digunakan oleh para petani
untuk membasmi serangga. Tanaman ini dalam cerita-cerita fiksi digunakan untuk
mendeteksi manusia srigala. Tanaman ini disebut juga sebagai “tanaman arsenik “ dan
pada zaman dahulu digunakan sebagai racun untuk mencemari pasokan air musuh. Racun
yang dikandung dalam tumbuhan ini disebut alkaloid pseudaconitine, yang digunakan

11
oleh orang-orang Ainu Jepang digunakan pada ujung panah mereka sebagai racun untuk
berburu.

Monkshood dapat ditemukan tumbuh di seluruh Eropa dan Amerika Serikat.


Karena semua bagian tanaman beracun, maka penanganannya pun ekstra hati-hati. Kontak
dengan kulit dapat menyebabkan mati rasa sementara dan anak-anak yang memegang
umbi untuk jangka waktu yang panjang dapat menyerap alkaloid beracun dan mati.
Menelan atau penyerapan tanaman dapat menyebabkan gejala jantung dan kelumpuhan.
Jika tertelan, gejala meliputi terbakar pada tungkai dan perut. Dalam kasus dosis besar,
kematian dapat terjadi dalam 2-6 jam dan 20ml cukup untuk membunuh manusia dewasa.

d. Angel’s trumpet atau terompet malaikat


Angel’s trumpet atau terompet malaikat disebut juga bunga terompet karena
bentuknya yang menyerupai terompet. Bunga terompet mengandung zat hallucinogen,
yakni zat yang dapat menyebabkan seseoarang mengalami halusinasi. Karena hal inilah
bunga terompet termasuk salah satu Narkotika. Kandungan aktifnya dalam bunga
terompet adalah atropine, hyoscyamine dan scopolamine yang diklasifikasikan sebagai zat
penghilang kesadaran atau anticholinergics.
e. Water hemlock
Water hemlock atau cikuta maculata dikenal sebagai tanaman paling mematikan
di Amerika Utara dan Eropa. Bunga, batang dan akar tanaman ini mengandung suatu
senyawa yang beracun disebut cicutoxin dan sebagian besarnya terkonsentrasi diakar
Walaupun dalam jumlah sedikit cicutoxin dapat menyebabkan kejang-kejang kemudian
diikuti dengan kematian jika tubuh tidak mampu bertahan lagi. Kematian biasanya
disebabkan oleh kegagalan pernafasan atau fibrilasi ventrikel dan dapat terjadi hanya
beberapa jam setelah konsumsi.
Satu sampai dua gigitan akar tanaman sudah dapat menyebabkan kematian. Hal
ini disebabkan akar tanaman ini menyerupai lobak atau termasuk tanaman jenis umbi-
umbian sehingga sering salah dikonsumsi ole manusia. Tanaman ini, bukan hanya
berbahaya bagi manusia tetapi pada hewan juga misalnya sapi.

12
Water hemblock adalah tanaman tahunan yang tumbuh didaerah berair dengan
tinggi hingga 2,5 meter (8,2 kaki), memiliki bunga khas hijau atau putih kecil disusun
dalam bentuk payung (umbel). Hingga saat ini belum ada obat penawar khusus untuk
keracunan air hemlock dan pengobatan terutama terdiri dari perawatan suportif.

C. TOKSIN YANG BERASAL DARI HEWAN


Insektisida dapat dibagi dalam beberapa kelompok menurut cara masuknya ke dalam
tubuh serangga atau menurut sifat kimianya. Menurut cara masuknya ke dalam tubuh
serangga, insektisida dibagi dalam 3 kelompok yaitu, racun perut (stomach poisons), racun
kontak (contact poison) dan racun fumigant (stomach poisons).
 Racun perut adalah jenis insektisida yang dimakan oleh seranggadan membunuh
serangga itu khususnya dengan merusak atau mengabsorbsi system pencernaan.
Kelompok insektisida ini digunakan untuk mengendalikan hama serangga yang bertipe
mengunyah makanan. Jenis insektisida racun perut adalah arsenical (PbHAs0),
senyawa fluorin, dll.
 Racun kontak adalah jenis insekstisida yang diabsorpsi melaluidinding tubuh
sehingga serangga harus mengadakan kontak secara langsung dengan insektisida.
Kelompok insektisida kontak ini dapat digunakan untuk serangga pengisap cairan
tanaman seperti aphid dan wereng, jenis insektisida kontak adalah nikotinoid,
prethroid, DDT, lindane heptaklor dan sevin.
 Racun fumigan adalah jenis insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga melalui
system pernapasan dalam bentuk gas. Kelompok insektisida ini biasanya digunakan
untuk mengendalikan hama-hama gudang, jenis-jenis fumigan antara lain adalah
hydrogen sianida dan metal bromida.

Berdasarkan sifat kimianya maka insektisida diklasifikasikan dalam dua bagian


yaitu anorganik dan organic. Insektisida anorganik termasuk antara lain jenis-jenis
arsenical, flourida, merkuri, dan debu, sedangkan insektisida organic adalah jenis-jenis
hidrokarbon yang mengandung klorin, senyawa organofosfat, karbomat, botanical,

13
penarik (attractant), penolak (repellent) dan lain-lain, beberapa betuk klasifikasi
insektisida menurut sifat kimianya telah diuraikan oleh antara lain Brown, (1951),
O’Brien (1967), Matsumura (1976).

1. Ordo – ordo serangga penghasil venom


a. Ordo Hymenoptera

Hymenoptera memiliki kelenjar venom yang menghasilkan beberapa senyawa


kimia yang disimpan dalam tempat penampungan n diinjeksikan melalui alat penusuk
yang ditujukan langsung ke inang. Semua venom hymenoptera memiliki protein atau
elemen peptida yang dapat memiliki karakter farmakologi. Venom hymenoptera yang
memiliki berat molekul rendah dapat menyebabkan sakit, dan inflamasi gatal – gatal,
dan iritasi (Hider 1988; Hoffman 1996). Banyak orang yang sensitif terhadap venom
hymenoptera, sehingga sengatannya dapat mengakibatkan kegagalan
cardiorrespiratory yang diikuti oleh gejala yang nampak pada kulit (Golden, 1989).

a. Famili Apidae (Lebah)


Anggota famili Apidae yang penting adalah serangga sosial Apis spp. yang
dikenal sebagai lebah madu. Apis mellifera adalah lebah madu yang bersifat
kosmopolit dan banyak dipelihara dalam industri madu. Lebah ini menghasilkan
venom yang mungkin paling banyak menyengat manusia dan mengakibatkan
keracunan bahkan kematian. Jenis lebah madu lain, yaitu A. dorsata yang khusus
terdapat di Asia, serta A. mellifera adansonii atau juga dikenal sebagai lebah
madu Afrika juga berbahaya karena menghasilkan venom yang memiliki sengatan
sangat menyakitkan dan mematikan. Lebah madu biasanya menyengat manusia
atau hewan lainnya sebagai proses dari mekanisme pertahanan diri dan akan
menyerang hewan jenis besar ataupun kecil. Lebah besar(bumble bee), Bombus
spp, biasanya terdapat di daerah beriklim dingin dan sering dapat menyengat
manusia bila diganggu.

14
b. Famili Vespidae
Anggota-anggota dari famili ini yang beracun di antaranya adalah jenis jenis
lebah kertas (paper wasps), tabuhan(hornets) dan jaket kuning(yellow jackets).
Sengatan lebah ini biasanya menyebakan kesakitan dapat berlangsung lama,
edema local, dan bagian yang tersengat menjadi merah Diperkirakan terdapat
sekitar 15000 spesies tawon penyengat, namun 95% di antaranya adalah jenis
lebah yang bersifat soliter dan tidak agresif. Anggota-anggota dari famili
Tabanidae seperti Chrysops sp. dan Tabanus sp. dapat menggigit manusia,
sehingga mengeluarkan darah dan selain itu lalat-lalat ini dapat menularkan
penyakit protozoa, seperti Trypanosomiasis. Ada dua jenis kepik busuk yang
penting, yaitu Cimex lectularius yang bersifat kosmopolit tetapi terutama hidup di
daerah dingin dan Cim hemipterus yang juga bersifat kosmopolit tetapi lebih
banyak ditemukan di daerah tropis. Kepik ini menghisap darah manusia, mamalia
dan burung. Mereka biasanya menyerang manusia lebih banyak ditemukan di
daerah tropis. Kepik ini menghisap darah manusia, mamalia dan burung. Mereka
biasanya menyerang manusia pada waktu sedang tidur dengan mengisap darah
Bekas tusukan kepik ini biasanya menjadi bengkak dan kadang – kadang
menyebabkan iritasi atau gatal-gatal. Selain dapat mengganggu ketentraman,
kepik busuk ini dapat menularkan penyakit pada manusia. Patogen penyakit yang
berpotensi dapat ditularkan oleh kepik ini adalah Salmonella, Shigella,
Escherichia coli, Clostridium, Staphilococcus dll. Kepik-kepik busuk ini
biasanya bersembunyi di sela-sela tempat tidur atau tikar dan mereka aktif
menggigit pada waktu malam sementara orang-orang tidur. Kepik ini
mengeluarkan cairan yang berbau busuk.
c. Famili Formicidae (semut)
Banyak jenis semut yang tidak menyengat tetapi mengganggu ketentraman
manusia atau mengeluarkan zat racun yang dapat mengakibatkan gatal – gatal pada
bagian kulit. Genus Myrmecia adalah jenis semut yang berukuran besar seperti M.
Pyriformis dan M. Gulosa yang dapat mengeluarkan racun yang berupa histamin.

15
b. Ordo Diptera
Famili culicidae (nyamuk)
Gigitan nyamuk juga dapat mengeluarkan venom, sehingga dapat menimbulkan
rasa sakit dan mengakibatkan pembengkakan pada bagian tubuh yang digiggit
tersebut. jenis – jenis Culex, Aedes dan Anopheles ada yamg bersifat synantrophy atau
hidup dalam rumah dan menggigit manusia.

c. Ordo Hemiptera
a. Famili Cimicidae (kutu busuk)
Jenis – jenis Cimec spp. Atau kutu busuk dapat menggigit manusia dan
menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan seperti halnya dengan gigitan
nyamuk atau serangga lain.
b. Famili Reduviidae
Salah satu anggota dari famili ini yang penting bagi kedokteran adalah subfamili
Triatominae yang hidup secara eksklusif dengan menghisap darah vertebrata.
Mereka sering dikenal dengan nama conenoses(kepik pengisap darah) atau kepik
pencium dan nama-nama lain. Anggota - anggota dari subfamili Triatominae
adalah Triatoma, Rhodnius dan Panstronglus yang merupakan vektor vektor
penting penyakit chaga atau juga dikenal sebagai trypanosomiasis.

d. Ordo Coleoptera
Terdapat beberapa anggota dari Coleoptera yang menghasilkan zat racun seperti
anggota -anggota dari famili Staphilinidae. Salah satu genus anggota dari famili
Staphilinidae adalah Paederus. Paederus dermatitis adalah salah satu kumbang
penjelajah yang cairan"darahnya" atau haemolymphnya mengandung racun yang
disebut pederin dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit manusia. Spesies ini
dilaporkan terdapat di Nigeria, Perancis, okinawa, Australia, Malaysia dan Sri
Lanka. Jenis-jenis Paederus lainnya yang juga mengakibatkan dermatitis adalah
P. melampus terdapat di India, P. brasilensis di Amerika Selatan, P.columbius di

16
Venenzuela, P.sabaeus di Afrika Timur dan P.fuscipes menyebabkan dermatitis
linier di Iran, provinsi-provinsi bagian utara di Laut Kaspian dan Taiwan.

2. KELAS ARACHNIDA

Kelas Arachnida (arachnids) memiliki dua segmen tubuh delapan kaki, satu pasang
chelicerae dan tanpa antenna Contoh adalah: laba-laba(spiders), kalajengking dan
tungau.

a. Tungau dan Caplak (Acari)

Acari termasuk dalam Kelas Arachnida yang terdiri dari dua kelompok yang disebut
tungau (mites) dan caplak (ticks). Kebanyakan anggota-anggota acari terutama
tungau berukuran kecil, yaitu di bawah 1 mm, kecuali bentuk caplak yang dapat
berukuran panjang sampai 20 mm. Tubuh terdiri dari dua bagian besar, yaitu
prosoma (cephalothorax) yang adalah gabungan kepala dan toraks serta
ophisthosoma atau abdomen(perut), dimana bentuk dewasa biasanya memiliki 4
pasang kaki sedangkan bentuk larva hanya memiliki tiga pasang kaki. Banyak
anggota dari tungau merupakan hama pada tanaman tetapi juga seperti caplak
terdapat jenis-jenis yang mengganggu kesehatan serta menjadi vektor penyakit pada
manusia.

b. Laba-Laba(Arachnida)

Terdapat sekitar 30.000 spesies laba-laba dan sedikitnya 200 spesies yang dapat
menggigit manusia. Russell (2003) mendaftarkan lebih dari 30 genus laba-laba
yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Venom laba-laba biasanya
menyebabkan gangguan persarafan. Venom laba-laba biasanya hanya bekerja untuk
hewan yang berukuran kecil, tetapi venom dari beberapa jenis dapat menyebabkan
reaksi yang dapat mengakibatkan kematian. Namun, adanya antitoksin untuk
venom laba - laba akan dapat mengobati racun tersebut.

17
c. Kalajengking (scorpion)

Kalajengking adalah hewan predator yang memiliki tubuh bersegmen dua. Terdapat
sekitar 1.750 spesies yang sudah diuraikan dan hanya 25 spesies yang dikenal
memiliki venom yang dapat mematikan manusia. Kalajengking menangkap mangsa
dengan menggunakan pinser (chela) dan menyengat mangsa untuk unjeksi venom
yang bersofat neurotoksin.

3. KELAS CHILO PODA


Lipan (Centepedes)

Lipan termasuk dalam kelas Chilopoda, filum Arthropoda, kepala berbentuk agak
bulat dan memiliki satu pasang antena, berbentuk datar dengan tubuh bersegmen banyak
dan umumnya bersifat nokturnal. Tiap segmen tubuh memiliki satu pasang kaki dimana
pasangan kaki pertama di belakang kepala dimodifikasi menjadi bentuk kuku yang
bervenom untuk melumpuhkan musuh. Venom lipan mengandung proteinase, esterase,
histamine, lipid dan polisakarida. Beberapa jenis lipan dapat membahayakan manusia
karena gigitan mereka dapat sangat menyakitkan, menyebabkan pembengkakan, tubuh
menjadi dingin dan kemudian demam dan akhirnya menjadilemah. Namun demikian
gigitanya biasanya tidak mematikan manusia. Sengatan dapat membahayakan anak-anak
dan mereka yang alergi terhadap sengatan lebah.

4. KELAS DIPLOPODA
Keluing(Millipedes)

Keluing adalah anggota dari kelas Diplopoda, filum Arthropoda, berbentuk


silendrikal, seperti cacing berwarna cokelat tua atau hitam. Tubuh memiliki banyak
segmen(biasanya lebih dari 20 segmen) dan setiap segmen dilengkapi dengan dua pasang
kaki. Umumnya keluing memiliki 34.400 kaki. Terdapat sekitar 12000 spesies yang sudah
diberi nama yang diklasifikasikan dalam 16 ordo dan 140 famili. Bila diganggu, maka

18
keluing akan menggulungkan tubuh menjadi bentuk bulat dan mengeluarkan senyawa
kimia berbau busuk sebagai mekanisme pertahanan mereka. Banyak jenis mengeluarkan
bau busuk melalui lobang-lobang di bagian samping tubuh yang disebut ozopores.
Senyawa senyawa kimia ini di antaranya alkaloids, benzoquinon, fenol, dan terpenoid.
Beberapa dari senyawa kimia ini dapat menghanguskan kulit bagian luar dari semut dan
serangga serangga predator.

5. KELAS REPTILLA

Reptil termasuk kelas Reptilia, merupakan tingkatan evolusi dari hewan-hewan yang kini
terdiri dari kura-kura, buaya, ular, lizard dan tuatara

a. Lizard

Dua jenis lizard yang bervenom adalah Gila Monster dan Mexican Beaded Lizard
termasuk dalam famili Helodermatidae. Heloderma horridum dan Gila Monster
adalah dua Lizard yang diketahui mengembangkan venom. Venom lizard
mengandung enzim yang penting dalam pembuatan obat untuk pengobatan diabetes.
Gigitan Lizard biasanya tidak mematikan, tetapi mengakibatkan gangguan dalam
pernapasan.

b. Ular (Snakes)

Ular menghasilkan venom terutama untuk mengimobilisasi mangsa dan pertahanan


diri melalui mekanikal injeksi oleh gigi ular(fang). Russellbmenyatakan bahwa dari
lebih dari 3400 spesies ular diperkirakan terdapat 400 yang berbahaya bagi manusia.
Beberapa famili ular yang menghasilkan venom adalah Crotalidae, Elapidae,
Hydrophiodae, Laticaudidae, Viperidae, Atractaspididae dan Colubridae tetapi yang
paling banyak spesies yang berbahaya adalah anggota-anggota dari famili Elapidae
termasuk coral snakes, kobra, kraits dan mamba serta elapids Australia. Venom ular
merupakan campuran dari protein dan peptide, kation-kation anorganik seperti
sodium, kalsium, potasium dan magnesium dan beberapa logam dalam jumlah yang

19
kecil seperti zn, Fe, Mn dan Ni; sedangkan beberapa jenis venom ular mengandung
glikoprotein, lipid, biogenik amina dan asam-asam amino. Toksisitas dari masing-
masing venom ditentukan oleh nilai LD50. Biasanya semakin kecil nilai LD50,
semakin tinggi toksisitas venom untuk mematikan mangsa.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme
hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang dibudidayakan manusia
untuk kesejahteraan hidupnya. Jalur masuk toksik peptisida masuk kedalam tubuh dapat
melalui penetrasi lewat kulit, terhisap saluran pernapasan, dan masuk kedalam organ
pencernaan. Mekanisme Kerja Pestisida pada Tubuh Manusia terdiri dari fase eksposisi,
taksosinasi dan taksodinamik.

B. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam Toksikologi Mekanisme dan Gejala Keracunan Peptisida dan Hewan serta
Tumbuhan, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
Makalah ini. Semoga Makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya dan sebagai pedoman
untuk pembelajaran mata kuliah Toksikologi.

21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Racun alami pada tanaman pangan. Sentra informasi keracunan
nasional. BPOM RI.

Anonim, 2013. Plant toxins and antinutrients, genetically engineered organisms -


public issues education project.

Sembel,T.Dantje. 2015. Toksikologi Lingkungan pencemaran dari berbagai bahan


kimia dalam kehidupan sehari-hari. Yogyakarta : Andi Publisher

22

Anda mungkin juga menyukai