Dalam lingkup toksikologi sering digunakan beberapa istilah yang mirip yaitu,
racun, toksin, toksikan yang memiliki arti yang mirip tetapi berbeda. Berikut beberapa
definisi yang perlu dipahami.
1. Racun. Menurut Taylor, “Racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam jumlah
tertentu bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimiawi yang akan
menyebabkan penyakit dan kematian”. Menurut Dorland Dictionary: Racun adalah
setiap zat yang bila dalam jumlah sedikit ditelan atau dihirup atau diserap atau
dioleskan atau disuntikkan ke dalam tubuh atau dihasilkan dalam tubuh, memiliki aksi
kimiawi dan menyebabkan kerusakan pada struktur atau gangguan fungsi yang
menimbulkan gejala, penyakit atau kematian.
2. Toksin. Racun (poison) adalah zat yang memiliki efek berbahaya pada organisme
hidup. Sedangkan toksin adalah racun yang diproduksi oleh organisme hidup.
“Bisa”(venom) adalah racun yang disuntikkan dari organisme hidup ke makhluk lain.
“Bisa” (venom) adalah toksin dan toksin adalah racun, tidak semua racun adalah
toksin, tidak semua toksin adalah venom.
3. Venom atau “bisa” Racun dan “bisa” (venom) adalah toksin, karena toksin
didiskripsikan secara sederhana sebagai bahan kimia yang diproduksi secara biologis
yang mengubah fungsi normal organisme lain.
4. Toksikan. Apa perbedaan toksin dan toxicant? Toksin adalah produk alami seperti
yang ditemukan pada jamur beracun, atau racun ular. Toksikan adalah produk buatan
manusia, produk buatan yang dipaparkan ke lingkungan karena aktivitas manusia;
Contohnya adalah produk limbah industri dan pestisida.
5. Toksoid. Toksoid adalah toksin yang tidak aktif atau dilemahkan. Toksin adalah
racun yang dibuat oleh organisme lain yang bisa membuat kita sakit atau membunuh
kita. Dengan kata lain, toksin beracun. Toksoid tidak lagi beracun tetapi masih
sebagai imunogenik sebagai toksin dari mana ia berasal.
6. Xenobiotik. Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing.
Xenobiotik adalah zat asing yang secara alami tidak terdapat dalam tubuh manusia.
Contoh: obat obatan, insektisida, zat kimia.
C. Efek toksik
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh
bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat
yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk
menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang
berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah
jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat
kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia pemaparan akut biasanya
terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan pemaparan kronik dialami oleh para
pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau lebih
bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan suatu respons yang
mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik pemaparan
membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal
dengan hubungan dosis-respons.
Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang
berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu
organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh:
a. dosis,
b. konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”,
c. sifat zat tersebut,
d. kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme,
e. paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan.
Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk
mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan
toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya
menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme biologi pada suatu
organisme.
D. Dosis
Dosis dari suatu zat kimia yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi respons yang
tejadi di dalam tubuh. Jenis zat kimia yang masuk juga akan mempengaruhi respons yang
terjadi.
Dalam pembentukan Nilai Ambang Batas kimia, beberapa istilah respons terhadap dosis
telah dikenal. No observed adverse exposure level (NOAEL) menunjukkan titik di mana
jumlah dosis tidak memiliki efek buruk terhadap kesehatan apapun. Sedangkan, lowest
observed adverse exposure level (LOAEL) menunjukkan jumlah titik di mana jumlah
dosis menunjukkan efek terendah yang dapat diamati.
E. Toksikokinetik
Toksikokinetik adalah studi kuantitatif dari pergerakan sebuah zat kimia yang dimulai
dari masuknya zat kimia ke dalam tubuh, pendistribusiannya ke organ dan jaringan
melalui sirkulasi darah dan disposisi terakhir dengan biotransformasi serta eksresi.
Konsep dari toksikokinetik adalah absorpsi, distribusi, metabolsime dan eksresi
(ADME).
Absorpsi
Sebelum zat kimia membuat dampak kesehatan kepada tubuh manusia, zat kimia tersebut
harus masuk ke dalam tubuh. Peristiwa masuknya zat kimia ke dalam tubuh disebut
dengan absorpsi. Secara umum, rute masuk zat kimia dalam absorpsi terdiri dari 3 rute
yaitu inhalasi, dermal dan ingesti.
Inhalasi merupakan jalur utama dari pajanan di tempat kerja karena banyak zat kimia
yang dapat masuk langsung ke paru-paru melalui jalur inhalasi seperti debu, asap,
uap, kabut dan gas. Zat kimia tersebut masuk ke dalam paru yang memiliki luas
sekitar 140 m2 sehingga memudahkan untuk absorpsi.
Kontak kulit adalah rute kedua yang terpenting dalam absorpsi. Kulit memiliki total
luas sekitar 2 m2 dengan kemampuan untuk mengabsorpsi zat kimia terutama yang
berbentuk cairan seperti KOH ataupun aerosol seperti pestisida.
Meskipun sedikit, jalur ingesti juga dapat menjadi jalur masuk zat kimia yang
berbahaya (Klaassen 2008). Jalur ingesti merupakan jalur pencenaan yang dimulai
dari mulut, kerongkongan, dan lambung. Zat kimia yang masuk dalam jalur ini
biasanya terjadi karena ketidaksengajaan seperti dalam kasus keracunan.
Distribusi
Ketika zat kimia diabsopsi ke dalam aliran darah, maka zat kimia tersebut dapat diangkut
ke seluruh tubuh. Proses ini disebut “distribusi” yang merupakan proses reversibel yaitu
zat kimia dapat masuk ke dalam sel dari darah ataupun bisa masuk ke darah dari sel.
Pengiriman zat kimia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu aliran darah,
permeabilitas kapiler, kekuatan dari pengikatan dari zat kimia ke darah ataupun
jaringan protein dan solubilitas relative dari molekul zat kimia.
Metabolisme
Untuk mempermudah eksresi, zat kimia harus melalui proses metabolisme terlebih
dahulu. Proses metabolisme bisa berlangsung di hati atau ginjal baik dengan perubahan
struktur zat kimia ataupun dengan perubahan kimiawi dari zat kimia.
Metabolisme dari zat kimia dapat bervariasi antar grup populasi. Genetik menjadi salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi enzim untuk memproses zat kimia. Umur menjadi
faktor lain yang mempengaruhi karena semakin tua seseorang makan semakin kecil
toleransinya terhadap zat kimia(Terms n.d.).
Eksresi
Pengeluaran secara keseluruhan zat kimia dari dalam tubuh disebut dengan eksresi
(Terms n.d.). Ginjal dan organ pencernaan menjadi bagian penting dalam proses eksresi
ini. Selain itu, air susu ibu, keringat, rambut, kuku dan air ludah juga dapat menjadi
organ yang melakukan proses eksresi (Trush 2008)
F. Toksikodinamik
Selain toksikokinetik, di dalam konsep dosis, terdapat juga toksiko dinamik. Menurut
Trush (2008), toksiko dinamik berarti dampak molekuler, biokimia dan fisiologis dari
toksikan atau metabolitnya dalam sistem biologik. Dampak ini terjadi sebagai hasil dari
interaksi antara dosis yang efektif secara biologis dari bentuk terakhir toksikan di dalam
target molekulernya.
Dalam konsep toksikodinamik, seseorang bisa menjadi sakit dimulai dari perubahan di
dalam molekulernya yang berlanjut hingga respons dari organismenya. Perubahan ini
dapat berubah kembali ke kondisi awal baik dengan perbaikan ataupun tidak. Namun,
tidak semua perubahan organisme dapat berubah kembali ke kondisi awal.
Keadaan senyawa atau zat polutan di lingkungan dalam hal ini adalah
pencemaran, baik pencemaran udara, pencemaran tanah maupun pencemaran air sudah
sangat memprihatinkan utamanya di Indonesia karena sebagian besar zat-zat tersebut
berada di lingkungan sudah melebihi nilai batas normal. Dalam keadaan ini, apabila dari
pihak pemerintah sendiri maupun dari mayarakat belum mengambil langkah pencegahan
dan penanggulangan terhdap zat cemaran tersebut tentunya akan mempengaruhi keadaan
lingkungan tersebut.
b. Toksikologi Ekonomi
c. Toksikologi Forensik
Tujuan lain dari analisis toksikologi forensik adalah membuat suatu rekaan
rekostruksi suatu peristiwa yang terjadi, sampai sejauh mana obat atau racun tersebut
dapat mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya kemampuan mengendarai, yang
dapat mengakibatkan kecelakaan yang fatal, atau tindak kekerasan dan kejahatan).