Anda di halaman 1dari 33

Menentukan

LD50 (Lethal
Dose) Sipermetrin
(Sutrin 100 EC)
Pada Tikus

Anggota kelompok:
1.

Yeni Octavia

201310330311090

2.

Rahma Sabila Rindradi

201310330311091

3.

Fatmadika Rosa Afshela

201310330311093

4.

Hafif Fitra Alif Sultana

201310330311094

5.

Rizky alvian adi kurniawan

6.

Shilvya fatma pritiatama

201310330311098

7.

Erina nur mahmudah

201310330311102

201310330311097

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pestisidasuatu zat atau campuran zat untuk mengendalikan, mencegah, dan
menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, jasad renik yang dianggap
hama.
Pestisida bersifat toksik
Efek menghambat asetilkolin esterase peningkatan aktivitas kolinergik karena
penumpukan asetilkolin yang tidak terhidrolisis
Penilaian keamanan obat untuk menentukan seberapa toksik obat tersebut
terhadap manusia
Tahap penilaian keamanan obat:
Menentukan LD50
Melakukan percobaan toksisitas sub akut dan kronis untuk menentukan no effect level
Melakukan percobaan karsinogenitas, teratogenitas, dan mutagenesis yang merupakan
bagian dari penyaringan rutin keamanan

LD50 (Lethal Dose 50) dosis yang menimbulkan kematian


pada 50% individu
Penghitungan LD50 didasarkan pada penghitungan statik

Tujuan Praktikum
Tujuan umum : mengetahui nilai lethal dose 50 sipermetrin
(sutrin 100 ec) pada tikus.
Tujuan khusus : mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah
pemberian sipermetrin per sonde.

Manfaat Praktikum
Memberikan informasi mengenai nilai lethal dose 50 sipermetrin
pada tikus.
Memberikan informasi mengenai gejala klinis dan morfologi efek
toksik senyawa uji sipermetrin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida
Peraturan menteri Pertanian Nomor : 07 /Permentan /SR. 140 /
2 /2007 mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau
bahan lain dan jasad renik serta virus.
Pestisida bahan kimia untuk membunuh hama, baik insekta,
jamur maupun gulma

Sipermetrin
Salah satu pestisida yang biasanya digunakan untuk membasmi
hama pertanian.
Sipermetrin senyawa sintesis terutama digunakan sebagai
insketisida.
Mengandung racun neurotixin yang bekerja dengan cepat
dalam tubuh serangga.

Uji Toksisitas
Suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi dan
untuk memperoleh data dosis respon yang khas dari sediaan uji.
Data yang diperoleh memberi informasi mengenai derajat bahaya
sediaan bila terjadi pemaparan terhadap manusia.
Macam-macam:
Uji toksisitas akut oral : pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul
dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji yang diberikan secara oral
dalam dosis tunggal, atau dosis berulang yang diberikan dalam waktu 24 jam.
Uji toksisitas subkronis oral : pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang
muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang diberikan
secara oral pada hewan uji selama sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih
dari 10% seluruh umur hewan.

Uji toksisitas kronis oral : pengujian untuk mendeteksi efek toksik


yang muncul setelah pemberian sediaan uji secara berulang sampai
seluruh umur hewan.
Uji teratogenitas : pengujian untuk memperoleh informasi adanya
abnormalitas fetus yang terjadi karena pemberian sediaan uji
selama masa pembentukan organ fetus (masa organogenesis).

Lethal Dose 50 (LD50)


Suatu besaran yang diturunkan secara statistik untuk
menyatakan dosis tunggal suatu senyawa yang diperkirakan
dapat mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti
pada 50% hewan coba setelah dilakukan perlakuan.
LD 50 tolak ukur kuantitatif untuk menyatakan kisaran dosis
letal.

Penghitungan LD50
Efek toksik diperoleh dari pengamatan dengan menghitung % kematian (mortalitas)
hewan uji pada tiap konsentrasi.
Persen kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100% yaitu hewan uji
yang mati dibagi jumlah hewan uji awal dikali 100% untuk tiap replikasi.
Dibandingkan dengan control dan dilakukan analisis hasil sehingga diperoleh LD50.
Dari persen kematian cari angka/nilai probit tiap kelompok hewan uji melalui
table menentukan log dosis tiap-tiap kelompok dibuat grafik dengan persamaan
garis lurus hubungan antara nilai probit vs log konsentrasi y = bx + a.
y : angka probit
x : log konsentrasi, kemudian

Ditarik garis dari harga probit 5 (=50% kematian) menuju sumbu X, sehingga akan
didapatkan log konsentrasi.

Log konsentrasi diantilogkan untuk mendapatkan harga LD50


atau LD50 dapat juga dihitung dari persamaan garis lurus
tersebut dengan memasukkan nilai (probit dari 50% kematian
hewan coba) sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log
konsentrasi. LD50 dihitung dan diperoleh dari antilog nilai x
tersebut (Priyanto, 2009).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

Alat dan Bahan


Kapas,
Kain,
Spuit,

Kandang,

Kasa,

Tikus 3 ekor,

Alkohol,

Sutrin 100 EC (dosis 25mg/kgBB; 100mg/kgBB;


400mg/kgBB).

Klem,

Prosedur Kerja
1. Siapkan sonde yang berisis sutrin 100 EC untuk masing-masing
tikus dengan dosis 25 mg/kgBB, 100mg/kgBB, 400mg/kgBB.
2. Pegang tikus dalam posisi terlentang secara gentle.
3. Berikan sutrin 100 ec per sonde pada masing-masing tikus.
4. Amati perubahan masing-masing tikus (seperti yang tertera
pada lembar pengamatan) dengan seksama.

BAB IV
HASIL

Tabel Hasil Pengamatan

Keterangan :
-

: Tikus Hidup

: Tikus Mati

BAB V
PEMBAHASAN

Pembahasan
Pengujian LD50 ini menggunakan hewan uji tikus putih dengan
pemberian pestisida dengan bahan aktif sutrin 100 cc per oral
menggunakan sonde dengan dosis 25 mg/KgBB, 100 mg/KgBB,
400 mg/KgBB.
Setelah itu, di amati respon yang terjadi pada masing-masing
hewan coba dalam waktu 5 menit, 15 menit, 30 menit, 45 menit
dan 60 menit.
Respon yang diamati meliputi postur tubuh, SSP, aktivitas
motorik, pernafasan, ataxia, righting refleks, tes kasa, kematian.

Test Postur Tubuh


Test Postur Tubuh
untuk melihat tingkat kesadaran dari hewan coba (tikus)
1. Tikus pertama (dosis 25mg/kgBB) tidak menunjukkan reaksi
mengantuk dan lain sebagainya, dalam arti tikus masih terjaga,
yang dimulai dari menit ke-5 sampai menit ke-60
2. Tikus kedua dosis (100mg/kgBB) pada menit ke-45 menunjukkan
bahwa adanya perubahan dari terjaga hingga posisi tidur
3. Tikus ketiga (dosis 400mg/kgBB) pada menit ke-10 sudah
menunjukkan tanda ngantuk (kepala tegak, punggung mulai datar)
dan pada menit ke-15 hingga 60 tikus menunjukkan berada pada
posisi tidur (kepala dan punggung datar).

Test Aktivitas Motorik


Untuk mengetahui kemampuan hewan coba dalam merespon
suatu rangsangan
1. Tikus pertama, dari menit ke-5 sampai menit ke-60 tidak
menunjukkan adanya perubahan motorik, itu artinya tikus
ketika dipegang masih memperlihatkan gerak spontan
2. Tikus kedua, pada menit ke-30 gerak spontan ketika dipegang,
dan pada menit ke-45 sampai 60 ketika dipegang tidak ada
gerak spontan
3. Tikus ketiga, gerak spontan bila dipegang pada menit ke-15,
dan pada menit ke-30 sampai 60 tidak memberikan gerak
spontan saat dipegang

Ataksia
untuk melihat gerakan berjalan yang inkoordinasi
1. Tikus pertama terlihat gerak inkoordinasi kadang-kadang dari
awalpemberian hingga menit ke-60
2. Tikus ke-2, gerakan tidak dapat berjalan lurus pada menit ke45
3. Tikus ketiga gerakan inkoordinasi mulai timbul pada menit ke15

Righting Refleks
untuk melihat gerak refleks tubuh dari tikus apabila dimiringkan
baik secara telentang maupun miring
1. Tikus pertama dari awal pemberian sutrin hingga menit ke-30,
tikus tidakmemperlihatkan refleks apapun, artinya refleks dari
tikus ini masih dalam keadaan normal
2. Tikus kedua hingga menit ke-15, tikus juga
tidakmemperlihatkan refleks apapun, artinya refleks dari tikus
ini masih dalam keadaan normal
3. Tikus ke tiga memberikan efek diam pada waktu terlentang
pada menit ke-30

Test Kasa
untuk melihat efek kantuk dari tikus akibat pemberian obat yang
menyebabkan tubuh tikus itu sendiri tidak seimbang bila kasa
dibalikkan
1. Tikus pertama, sampai menit ke-60, tikus tidak jatuh saat kasa
dibalik
2. Tikus kedua, tikus baru akan memperlihatkan reaksi jatuh saat
menit ke-30
3. Tikus ketiga, tikus sudah jatuh pada menit ke-10, hal ini
menunjukkanbahwa obat yang diberikan pada tikus sudah
bereaksi

Penentuan LD 50 dari seluruh


kelompok dalam satu kelompok B2
Dosis

% indikasi yang berespon

25 mg/kg BB

0%

100 mg/kg BB

0%

400 mg/kg BB

100%

Untuk menentukan LD 50 dengan menggunakan persamaan regresi y=bx


+a
A = -16,6666
Perhitungan regresi :
B = 0,2857
Y = bx + a 50 = (0,2857)x -16,6666
x = 233,3333
Jadi, lethal dose yang mampu mematikan 50% individu pada percobaan
ini adalah 233,3333mg/kg BB yang dapat divisualisasikan oleh grafik
dibawah ini.

Grafik Linier LD 50
120

100

100
f(x) = 0.29x - 16.67
R = 0.96

80

% respon

Linear ()

60

Linear ()
40

20

0
0

50

0
100

150

200
Dosis

250

300

350

400

450

Dari visualisasi grafik dapat


disimpulkan bahwa :
Dosis yang memberikan kematian pada 50% individu adalah
233,3333mg/kg BB yaitu LD 50
Pada dosis tersebut sebenarnya sudah mampu menyebabkan
kematian pada 50% hewan coba yaitu sekitar 3 tikus yang mati.
Sedangkan pada dosis maksimal yang diberikan yaitu 400mg/kg
BB merupakan LD 100 yang sudah tentu dapat menimbulkan
kematian pada seluruh tikus (dalam eksperimen ada 6 tikus).

BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan aktivitas tikus yang diberikan
Sipermetrin (Sutrin) pada dosis yang tertinggi memiliki
penurunan aktivitas yang cepat dibandingkan tikus yang lain
berupa penurunan postur tubuh, aktivitas motor, ataksia,
righting reflex, dan tes kasa.
Berdasarkan hasil pengamatan LD50 (Lethal Dose 50) dengan
pemberian Sipermetrin (Sutrin) mempunyai efek toksik yang
tinggi (akut). Hal ini dapat dilihat dari data jumlah hewan uji
yang mati pada waktu yang cepat. Hasil LD 50 pada tikus
keseluruhan adalah 233,333 mg/kgBB.Semakin kecil nilai LD 50
maka akan semakin besar tingkat toksisitas dan kematian.

Anda mungkin juga menyukai