Nama Fasilitator
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga saya dapat menyusunhasil tutorial ini.
Dengan selesai nya tutorial ini, saya mengucapkan terimakasih kepada dr. Yan Pieter
Sihombing, Sp.KJ, M.Kes fasilitator yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan
laporan tutorial ini.Saya menyadari bahwa tutorial ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan tutorial selanjutnya.Akhir kata semoga tutorial ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Medan, 19 Februari2021
Penulis
PEMICU
Pesawat terbang CASA 212 telah jatuh sekitar Bukit Lawang pada tanggal 29
September 2021 dengan membawa penumpang 25 orang besertakru 4 orang
penumpang yang terdiri dari 1orang pilot 1 orang Co Pilot dan 2 orang pramugari.
Setalah pesawat ditemukan depat dievakuasi 29 orang yang sudah meninggal dunia
kemudian dilakukan identifikasi kepada penumpang,Pilot dan Co Pilot nya diminta
untuk dibuatkan visumnya.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
a) Pesawat terbang :Pesawat berjenis baling - baling
b) Kru :Yaitu orang yang menyediakan layanan personal untuk
memastikan,keselamatan,keamanan,dan kenyamanan penumpang pesawat selama
penerbangan.
c) Co Pilot : Orang yang membantu pilot dalam menerbangkan pesawat.
d) Evakuasi : Kegiatan memindahkan Korban dari lokasi kejadian ke tempat
yang aman sampai mendapat penanganan medis lanjutan yang memadai.
V. LEARNING OBJECTIVE
1. Jelaskan pendapat saudara apa prosedur identifikasi pasien dan apakah memerlukan
DVI pada kasus ini ?
2. Apa itu DVI ?
3. Dalam prosedur kerja tim DVI ada beberapa fase yang harus dilakukan dalam
prosedur identifikasi.Jelaskan fase–fase dan prosedur kerja masing–masing anggota
yang terlibat dalam fase tersebut ?
4. Jelaskan sesuai prosedur DVI,apa istilah yang dipakai untuk lokasi jatuhnya pesawat
terbang,dan siapa saja yang dapat bertugas ditempat tersebut ?
METODOLOGI IDENTIFIKASI
a. Metode sederhana
1) Cara visual, dapat bermanfaat bila kondisi mayat masih baik, cara ini mudah
karena identitas dikenal melalui penampakan luar baik berupa profil tubuh atau muka.
Cara ini tidak dapat di terapkan bila mayat telah busuk,terbakar, mutilasi serta harus
mempertimbangkan factor psikologi keluarga korban (sedang berduka,stress,sedih,
dll)
2) Melalui kepemilikan (property) identititas cukup dapat dipercaya terutama bila
kepemilikantersebut (pakaian, perhiasan, suratjatidiri) masihmelekatpadatubuh
korban.
3) Dokumentasi, fotodiri, foto keluarga, foto sekolah, KTP atau SIM dan lain
sebagainya.
Kemudian jenazah diserahkan kepada keluarganya oleh petugas khusus dari Komisi
Identifikasi berikut surat-surat yang diperlukan pencatatan yang penting pada proses
serah terima jenazah antara lain :
a. Tanggal dan jamnya
b. Nomor registrasi jenazah
c. Diserahkan kepada siapa, alamat lengkap penerima, hubungan keluarga dengan
korban.
d. Dibawa kemana atau dimakamkan dimana
3. Dalam prosedur kerja tim DVI ada beberapa fase yang harus dilakukan dalam
prosedur identifikasi.Jelaskan fase–fase dan prosedur kerja masing–masing anggota
yang terlibat dalam fase tersebut ?
Jawaban :
Pertama, adalah the scene, tim awal yang datang ke TKP melakukan pemilahan antara
korban hidup dan korban mati selain juga mengamankan barang bukti yang dapat
mengarahkan pada pelaku apabila bencana yang terjadi merupakan bencana yang
diduga akibat ulah manusia. Pada korban mati diberikan label sebagai penanda. Label
ini harus memuat informasi tim pemeriksa, lokasi penemuan, dan nomor tubuh/mayat.
Label ini akan sangat membantu dalam proses penyidikan selanjutnya
Kedua, adalah post mortem examination yakni ahli identifikasi. fase pemeriksaan
mayat. Fase ini dapat berlangsung bersamaan dengan fase pertama dan fase ketiga.
Pada fase ini, para ahli identifikasi, dokter forensik dan dokter gigi forensik
melakukan pemeriksaan untuk mencari data postmortem sebanyak-banyaknya. Sidik
jari, pemeriksaan terhadap gigi, seluruh tubuh, dan barang bawaan yang melekat pada
mayat. Dilakukan pula pengambilan sampel jaringan untuk pemeriksaan DNA. Data
ini dimasukkan ke dalam pink form berdasarkan standar interpol.
Ketiga, adalah ante mortem information retrieval. fase pengumpulan data antemortem
dimana ada tim kecil yang menerima laporan orang yang diduga menjadi korban. Tim
ini meminta masukan data sebanyak-banyaknya dari keluarga korban. Data yang
diminta mulai dari pakaian yang terakhir dikenakan, ciri-ciri khusus (tanda lahir, tato,
tahi lalat, bekas operasi, dan lain- lain), data rekam medis dari dokter keluarga dan
dokter gigi korban, data sidik jari dari pihak berwenang (kelurahan atau kepolisian),
serta sidik DNA apabila keluarga memilikinya. Apabila tidak ada data sidik DNA
korban maka dilakukan pengambilan sampel darah dari keluarga korban. Data Ante
Mortem diisikan ke dalam yellow form berdasarkan standar interpol.
Keempat, adalah reconciliation, apabila terdapat kecocokan antara data Ante Mortem
dan Post Mortem dengan kriteria minimal 1 macam Primary Identifiers atau 2 macam
Secondary Identifiers
Kelima, adalah debriefing. Yakni dalam masa 3-6 bulan usai identifikasi selesai,
dilakukan proses evaluasi .Pada fase debriefing, semua orang yang terlibat dalam
proses identifikasi berkumpul untuk melakukan evaluasi terhadap semua hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan proses identifikasi korban bencana, baik sarana,
prasarana, kinerja, prosedur, sertahasilidentifikas.
4. Jelaskan sesuai prosedur DV,apa istilah yang dipakai untuk lokasi jatuhnya pesawat
terbang,dan siapa saja yang dapat bertugas ditempat tersebut?
Jawaban :
1.Polisi
- Forensic pathology
- Forensic odontology
- Fingerprint expert
- DNA expert
- Photographers expert, etc
VII. KESIMPULAN
Pesawat terbang CASA 212 jatuh di bukit lawang 29 september 2021 dengan
membawa 25 penumpang dan 4 kru yaitu 1 pilot , 1 co pilot dan 2 pramugari .
membentuk tim DVI dan 29 orang meninggal segera di identifikasi serta pilot
dan co pilot di buat visumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana
bagi Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI; 2009.
2.Toha M. Berkawan dengan ancaman: Strategi dan Adaptasi Mengurangi Risiko Bencana. J
Walhi; 2007.
6.Beauthier JP, Valck ED, Levefre P, De Winne J. Mass Disaster Victim Identification: The
Tsunami Experience. Forens Sci J. 2009;2:54-62.
7.Rahman S, Oktari RS, Suryadi T, Jasa ZK, Andayani H, Akbar TIS. Buku tutor Blok
Disaster Manajemen. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2017.