Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUTORIAL

BLOK PSIKIATRI, FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


MODUL III:FORENSIK
SEMESTER V T.A. 2020/2021

Hari/tanggal : Rabu,19 Februari2021


Disusun Oleh :
Nama : Haditiyo Ghifari Rizki
NPM : 220218002

Nama Fasilitator

dr. Yan Pieter Sihombing, Sp.KJ, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga saya dapat menyusunhasil tutorial ini.

Dengan selesai nya tutorial ini, saya mengucapkan terimakasih kepada dr. Yan Pieter
Sihombing, Sp.KJ, M.Kes fasilitator yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan
laporan tutorial ini.Saya menyadari bahwa tutorial ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan tutorial selanjutnya.Akhir kata semoga tutorial ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Medan, 19 Februari2021
Penulis

Haditiyo Ghifari Rizki


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………... i


Daftar Isi ……………………………………………………………………………….. ii
Pemicu………………………………………………………………………………….. 1
Klarifikasi Istilah ……………………………………………………………………….. 1
Identifikasi Masalah…………………………………………………………………….. 1
Analisis Masalah………………………………………………………………………... 1
Kerangka Konsep……………………………………………………………………….. 2
Learning Objective ……………………………………………………………………... 3
Pembahasan …………………………………………………………………………….. 3
Kesimpulan ……………………………………………………………………………... 7
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 8

PEMICU
Pesawat terbang CASA 212 telah jatuh sekitar Bukit Lawang pada tanggal 29
September 2021 dengan membawa penumpang 25 orang besertakru 4 orang
penumpang yang terdiri dari 1orang pilot 1 orang Co Pilot dan 2 orang pramugari.
Setalah pesawat ditemukan depat dievakuasi 29 orang yang sudah meninggal dunia
kemudian dilakukan identifikasi kepada penumpang,Pilot dan Co Pilot nya diminta
untuk dibuatkan visumnya.

I. KLARIFIKASI ISTILAH
a) Pesawat terbang :Pesawat berjenis baling - baling
b) Kru :Yaitu orang yang menyediakan layanan personal untuk
memastikan,keselamatan,keamanan,dan kenyamanan penumpang pesawat selama
penerbangan. 
c) Co Pilot : Orang yang membantu pilot dalam menerbangkan pesawat.
d) Evakuasi : Kegiatan memindahkan Korban dari lokasi kejadian ke tempat
yang aman sampai mendapat penanganan medis lanjutan yang memadai.

II. IDENTIFIKASI MASALAH


a) Pesawat terbang CASA 212 telah jatuh disekitar Bukit Lawang pada tanggal 29
September 2011.
b) Kendala dalam mengevakuasi

III. ANALISIS MASALAH


a) Pesawat jatuh mungkin disebabkan:
- Cuaca buruk: seperti hujan lebat hingga badai salju yang dapat menyebabkan
landasan Bandar udara menjadi licin hingga mengganggu pesawat yang akan
landing atau take - off
- Human eror : penumpang yang tidak mengikuti aturan dalam pesawat seperti :
tidak menonaktifkan ponsel.
- Kerusakan mesin : kerusakan baling baling pesawat
- Misskomunikasi : kurang memahami bahasa antara pilot dengan petugas menara
control bandara saat lepas landas atau mendarat.
b) Kendala mengevakuasi :
- Saat pesawat jatuh ditengah laut sulit untuk menemukan korban
- Saat pesawat jatuh ditengah hutan,dihutan tersebut ada binatang buas yang
mungkin menerkam

IV. KERANGKA KONSEP


29 september 2021

Pesawat terbang CASA jatuh disekitar


Bukit Lawang.

Cuaca Buruk Misskomunikasi


Kerusakan
Mesin

Hujan Kurang pahamnya


Rusaknya baling-baling akan penyampaian
pesawat bahasa

Hingga Menyebabkan 29 orang


meninggal dunia.

V. LEARNING OBJECTIVE
1. Jelaskan pendapat saudara apa prosedur identifikasi pasien dan apakah memerlukan
DVI pada kasus ini ?
2. Apa itu DVI ?
3. Dalam prosedur kerja tim DVI ada beberapa fase yang harus dilakukan dalam
prosedur identifikasi.Jelaskan fase–fase dan prosedur kerja masing–masing anggota
yang terlibat dalam fase tersebut ?
4. Jelaskan sesuai prosedur DVI,apa istilah yang dipakai untuk lokasi jatuhnya pesawat
terbang,dan siapa saja yang dapat bertugas ditempat tersebut ?

VI. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE


1. Jelaskan pendapat saudara apa prosedur identifikasi pasien dan apakah memerlukan
DVI pada kasus ini ?
Jawaban :

Ya,membutuhkan DVI karena korban lebih dari 8 orang (massal)

METODOLOGI IDENTIFIKASI

Prinsip nya adalah pemeriksaan identitas


Seseorang memerlukan berbagai metode dari yang sederhana sampai yang rumit.

a. Metode sederhana
1) Cara visual, dapat bermanfaat bila kondisi mayat masih baik, cara ini mudah
karena identitas dikenal melalui penampakan luar baik berupa profil tubuh atau muka.
Cara ini tidak dapat di terapkan bila mayat telah busuk,terbakar, mutilasi serta harus
mempertimbangkan factor psikologi keluarga korban (sedang berduka,stress,sedih,
dll)
2) Melalui kepemilikan (property) identititas cukup dapat dipercaya terutama bila
kepemilikantersebut (pakaian, perhiasan, suratjatidiri) masihmelekatpadatubuh
korban.
3) Dokumentasi, fotodiri, foto keluarga, foto sekolah, KTP atau SIM dan lain
sebagainya.

b. Metode ilmiah, antara lain :


1) Sidikjari,
2) Serologi,
3) Odontologi,
4) Antropologi dan
5) Biologi.

Setelah korban teridentifikasi sedapat mungkin dilakukan perawatan jenazah yang


meliputi antara lain :
a. Perbaikan atau rekonstruksi tubuh jenazah
b. Pengawetan jenazah (bila memungkinkan)
c. Perawatan sesuai agama korban
d. Memasukkan dalam peti jenazah

Kemudian jenazah diserahkan kepada keluarganya oleh petugas khusus dari Komisi
Identifikasi berikut surat-surat yang diperlukan pencatatan yang penting pada proses
serah terima jenazah antara lain :
a. Tanggal dan jamnya
b. Nomor registrasi jenazah
c. Diserahkan kepada siapa, alamat lengkap penerima, hubungan keluarga dengan
korban.
d. Dibawa kemana atau dimakamkan dimana

2. Apa itu DVI ?


Jawaban :

Disaster victim identification (DVI) adalah proses mengidentifikasi korban yang


meninggal akibat bencana. Kematian akibat bencana dapat diklasifikasikan sebagai
korban bencana terbuka dan korban bencana tertutup. Dalam bencana terbuka proses
identifikasi lebih sulit. Berdasarkan peraturan hukum di Indonesia, identifikasi
dimaksudkan untuk memenuhi hak asasi manusia atas identitas, martabat dan status
sosial, hak otonomi seperti warisan, status perkawinan, agama, asuransi atau masalah
hukum dan sosial lainnya.

3. Dalam prosedur kerja tim DVI ada beberapa fase yang harus dilakukan dalam
prosedur identifikasi.Jelaskan fase–fase dan prosedur kerja masing–masing anggota
yang terlibat dalam fase tersebut ?
Jawaban :

Pertama, adalah the scene, tim awal yang datang ke TKP melakukan pemilahan antara
korban hidup dan korban mati selain juga mengamankan barang bukti yang dapat
mengarahkan pada pelaku apabila bencana yang terjadi merupakan bencana yang
diduga akibat ulah manusia. Pada korban mati diberikan label sebagai penanda. Label
ini harus memuat informasi tim pemeriksa, lokasi penemuan, dan nomor tubuh/mayat.
Label ini akan sangat membantu dalam proses penyidikan selanjutnya

Kedua, adalah post mortem examination yakni ahli identifikasi. fase pemeriksaan
mayat. Fase ini dapat berlangsung bersamaan dengan fase pertama dan fase ketiga.
Pada fase ini, para ahli identifikasi, dokter forensik dan dokter gigi forensik
melakukan pemeriksaan untuk mencari data postmortem sebanyak-banyaknya. Sidik
jari, pemeriksaan terhadap gigi, seluruh tubuh, dan barang bawaan yang melekat pada
mayat. Dilakukan pula pengambilan sampel jaringan untuk pemeriksaan DNA. Data
ini dimasukkan ke dalam pink form berdasarkan standar interpol.

Ketiga, adalah ante mortem information retrieval. fase pengumpulan data antemortem
dimana ada tim kecil yang menerima laporan orang yang diduga menjadi korban. Tim
ini meminta masukan data sebanyak-banyaknya dari keluarga korban. Data yang
diminta mulai dari pakaian yang terakhir dikenakan, ciri-ciri khusus (tanda lahir, tato,
tahi lalat, bekas operasi, dan lain- lain), data rekam medis dari dokter keluarga dan
dokter gigi korban, data sidik jari dari pihak berwenang (kelurahan atau kepolisian),
serta sidik DNA apabila keluarga memilikinya. Apabila tidak ada data sidik DNA
korban maka dilakukan pengambilan sampel darah dari keluarga korban. Data Ante
Mortem diisikan ke dalam yellow form berdasarkan standar interpol.

Keempat, adalah reconciliation, apabila terdapat kecocokan antara data Ante Mortem
dan Post Mortem dengan kriteria minimal 1 macam Primary Identifiers atau 2 macam
Secondary Identifiers

Kelima, adalah debriefing. Yakni dalam masa 3-6 bulan usai identifikasi selesai,
dilakukan proses evaluasi .Pada fase debriefing, semua orang yang terlibat dalam
proses identifikasi berkumpul untuk melakukan evaluasi terhadap semua hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan proses identifikasi korban bencana, baik sarana,
prasarana, kinerja, prosedur, sertahasilidentifikas.

4. Jelaskan sesuai prosedur DV,apa istilah yang dipakai untuk lokasi jatuhnya pesawat
terbang,dan siapa saja yang dapat bertugas ditempat tersebut?
Jawaban :

1.Polisi

2.Didukung para ahli

- Forensic pathology
- Forensic odontology
- Fingerprint expert
- DNA expert
- Photographers expert, etc

3.unsur bantuan tim lainnya

VII. KESIMPULAN
Pesawat terbang CASA 212 jatuh di bukit lawang 29 september 2021 dengan
membawa 25 penumpang dan 4 kru yaitu 1 pilot , 1 co pilot dan 2 pramugari .
membentuk tim DVI dan 29 orang meninggal segera di identifikasi serta pilot
dan co pilot di buat visumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana
bagi Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI; 2009.

2.Toha M. Berkawan dengan ancaman: Strategi dan Adaptasi Mengurangi Risiko Bencana. J
Walhi; 2007.

3.Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kerangka Kerja Sendai untuk


Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030. Jakarta: BNPB; 2015.

4.Prawestingingtyas E, Algozi AM. Identifikasi forensik berdasarkan pemeriksaan primer dan


sekunder sebagai penentu identitas korban pada dua kasus bencana massal. Jurnal Kedokteran
Brawijaya. 2009;25(2):87-94.

5.Lessig R, Rothschild M. International standard in cases of mass Disaster Victim


Identification (DVI). Forens Sci Med Pathol. 2011.

6.Beauthier JP, Valck ED, Levefre P, De Winne J. Mass Disaster Victim Identification: The
Tsunami Experience. Forens Sci J. 2009;2:54-62.

7.Rahman S, Oktari RS, Suryadi T, Jasa ZK, Andayani H, Akbar TIS. Buku tutor Blok
Disaster Manajemen. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2017.

Anda mungkin juga menyukai