Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EVAKUASI MANDIRI BENCANA ALAM


Dosen Pengampu : Ns. Ria Efkelin Mose, S.Kep., M.M.

Di Susun Oleh :

1. Lia Noviyanti ( 1921011 )


2. Priskha Anggraini ( 1921016 )
3. Wisnu Cahyadi ( 1921020 )
4. Yasinta Alviani ( 1921021 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ADMINISTRASI KESEHATAN

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang mambangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 25 Mei 2022


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... 2

Daftar Isi .................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6

2.1 Definisi Indentifikasi Forensik ................................................................ 6

2.2 Cara dan Metode Identifikasi .................................................................. 6

2.3 Kendala dalam Identifikasi ...................................................................... 7

2.4 Metode Identifikasi Dektiloskopi (Sidik Jari) ......................................... 8

2.5 Teknik Identifikasi Sidik Jari .................................................................. 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13

3.2 Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana, terutama
bencana gempa bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Wilayah
Indonesia dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo Australia, dan lempeng
Pasifik. Sewaktu-waktu lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan gempa
bumi.
Beberapa tahun terakhir ini banyak kejadian bencana yang menyebabkan
jumlah korban manusia yang besar. Dalam proses identifikasi menjadi penting
bukan hanya untuk menganalisis penyebab suatu kematian, namun juga upaya
untuk memberikan ketenangan psikologis pada keluarga dengan adanya
kepastian. Bencana masal merupakan kejadian yang tidak terduga yang berasal
dari alam atau bukan alam dan menimbulkan banyak korban jiwa. Sebagian
besar korban jiwa tidak memiliki identitas sehingga diperlukan pemeriksaan
forensik untuk menentukan identitas korban. Identifikasi forensic penting
dilakukan terhadap korban meninggal karena merupakan perwujudan HAM dan
penghormatan terhadap yang telah meninggal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Indentifikasi Forensik?
2. Bagaimana Cara dan Metode Identifikasi?
3. Apa saja Kendala dalam Identifikasi?
4. Bagaimana Metode Identifikasi Dektiloskopi (Sidik Jari)?
5. Bagaimana Teknik Identifikasi Sidik Jari?
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami apa Definisi dari Indentifikasi Forensik
2. Dapat mengetahui Cara dan Metode Identifikasi
3. Dapat mengetahui Kendala dalam Identifikasi
4. Dapat mengetahui Metode Identifikasi Dektiloskopi (Sidik Jari)
5. Dapat mengetahui Teknik Identifikasi Sidik Jari
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Identifikasi Forensik


Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Penentuan identitas
korban seperti halnya penentuan identitas tersangka pelaku kejahatan merupakan
bagian terpenting dalam penyidikan. Identifikasi tersebut penting sekali
dilakukan terhadap korban meninggal karena merupakan perwujudan HAM dan
penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 133 ayat tiga
tertulis “Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat ”. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa proses identifikasi
merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan sebelum proses selanjutnya
yaitu pemeriksaan mayat.
2.2 Cara dan Metode Identifikasi
Identifikasi dapat dilakukan dalam tiga cara
 Visual (kerabat atau kenalan melihat jenazah)
 Data secara rinci (misalnya, data ante-mortem yang cocok dengan
informasi yang dikumpulkan selama autopsy dan informasi
situasional lainnya)
 Secara ilmiah atau objektif (misalnya, pemeriksaan gigi, sidik jari,
atau DNA).
Identifikasi tidak mutlak berdasarkan urutan diatas, jika perlangsungan
proses identifikasi menjadi lebih sulit, cara selanjutnya yang dilakukan. Bila
memungkinkan, identifikasi visual harus dilengkapi dengan salah satu dari dua
metode lain. Salah satu teknik atau metode yang efektif dalam identifikasi sidik
jari adalah metode template matching. Keunggulan dari metode template
matching ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang
akurat lebih cepat dibandingkan dengan identifikasi dengan menggunakan DNA.
Metode ini membutuhkan peralatan yang mudah dan murah, yang dapat
didapatkan ketika seseorang membuat kartu tanda penduduk elektronik (E-
KTP).
Pada dasarnya, identifikasi terdiri dari dua metode utama, yaitu:
1) Identifikasi komparatif, yaitu bila selain data post mortem juga tersedia
data ante mortem, dalam suatu komunitas yang terbatas.
2) dentifikasi rekonstruktif, yaitu bila tidak tersedia data ante mortem dan
komunitas tidak terbatas.
Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi visual,
doukumen, properti, pemeriksaan medik, gigi, serologik, sidik jari, analisis
DNA, dan secara eksklusi. Identitas seseorang dapat dipastikan bila paling
sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).
Prosedur identifikasi pada korban bencana massal mengacu pada prosedur
Disaster Victim Identification (DVI) yang dikeluarkan oleh Interpol. Proses DVI
yang terdiri dari lima fase, yaitu: the scene, post mortem examination, ante
mortem information retrieval, reconciliation, dan debriefing
2.3 Kendala dalam Identifikasi
Proses identifikasi tidak jarang diperhadapkan dengan berbagai kendala
sehingga dapat memperlambat penyidikan identitas dari jenazah tersebut.
Terdapatnya kendala dalam proses identifikasi, antara lain karena tidak
konsistennya pengumpulan data ante mortem (misalnya pendataan gigi)
sehingga identifikasi jenazah tersebut menjadi sulit dan membutuhkan waktu
lama untuk dikonfirmasi walaupun sudah mendapatkan pengelolaan professional
yang baik dalam proses identifikasi. Proses identifikasi pada korban bencana
massal juga mengalami banyak hambatan di penyidikan lapangan dalam
menerapkan prosedur DVI.
Masyarakat Indonesia memiliki keterbatasan dalam data ante mortem. Tidak
lebih dari 10% penduduk Indonesia yang diketahui sidik jarinya, dan hal inipun
tidak mudah diakses. Golongan darah yang diketahui biasanya hanya golongan
ABO yang memiliki nilai eksklusi rendah. Di Indonesia hampir tidak ditemukan
data gigi yang baik kecuali pada kelompok masyarakat tertentu seperti
penerbang dan TNI, namun data giginya juga tidak mengikuti ketentuan
internasional (Interpol). Berdasarkan penelitian Smith dan Hanzlick20 pada 100
jenazah tanpa identitas, metode yang paling menunjang identifikasi ialah visual
(52%), sidik jari (31%), gigi (10%), sinar-X (4%), dan metode lainnya (6%).
Penelitian Cavard et al memperoleh hasil yang berbeda yaitu dari 134 kasus
diperoleh bahwa hampir 28% telah diidentifikasi dengan biologi molekuler
(DNA), 23% dengan pemeriksaan odontologi, 7,5% dengan sidik jari, dan 6,7%
dengan data otopsi.
2.4 Metode Identifikasi Daktiloskopi (Sidik Jari)
Dari berbagai macam metode identifikasi yang dikenal, hanya metode
penentuan jati diri dengan sidik jari (daktiloskopi) yang tidak lazim dikerjakan
oleh dokter, melainkan dilakukan oleh pihak kepolisian. Walaupun pemeriksaan
sidik jari tidak dilakukan oleh dokter, dokter masih mempunyai kewajiban yaitu
untuk mengambilkan atau mencetak sidik jari, khususnya sidik jari pada korban
yang tewas dan keadaan mayatnya yang telah membusuk, teknik pengembangan
sidik jari pada jari yang keriput, serta mencopot kulit ujung jari yang telah
mengelupas dan memasangnya pada jari yang sesuai pada jari pemeriksa, baru
kemudian dilakukan pengambilan sidik jari, merupakan prosedur standar yang
harus diketahui dokter. Pentingnya dokter memahami cara identifikasi sidik jari
ini khususnya metode template matching yaitu untuk membantu tim DVI
(disaster victim identification) dalam proses identifikasi korban bencana.
Pemerintah Indonesia telah menerapkan metode template matching ini
dengan melakukan perekaman sidik jari saat membuat Kartu Tanda Penduduk
Elektronik (E-KTP). Setiap orang mempunyai template sidik jari yang berbeda-
beda, maka dari itu sidik jari dibuat menjadi patokan dari metode ini. Alat yang
digunakan sebagai perantara sidik jarinya adalah flexcode iSafe 4500.
Sidik jari (fingerprint) atau dermatoglifii adalah hasil reproduksi tapak jari,
baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang
ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh kulit, telapak tangan, atau kaki.
Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal
pergelangan sampai ke semua ujung jari, dan kulit bagian dari telapak kaki
mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada daerah tersebut terdapat
garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang dipisahkan oleh celah atau
alur yang membentuk struktur tertentu.
Sidik jari terbentuk pada bulan ke empat di masa kehamilan dan tidak akan
berubah hingga setelah proses kelahiran. Sidik jari terbentuk dengan bantuan
beberapa gen yang berperan. Oleh karena itu, sidik jari bersifat khas pada setiap
individu. Untuk setiap identitas manusia (dermatoglif) yang terbentuk di bawah
lapisan kulit atau dermal papillae, pola dasar nya tidak berubah, selama lapisan
papillae masih berada di kulit dan sidik jari akan selalu ada. Dermatoglifi
merupakan suatu manifestasi genetik yang dikendalikan oleh polygenic, dimana
pola dasarnya tidak akan berubah selama hayatnya.
Pola atau gambaran sidik jari terdiri dari 3 jenis, yaitu arch (lengkung),
whorl (lingkaran), dan loop (sosok). Masing-masing pola terbagi beberapa
subgroup dan yang membedakan adalah pada keberadaan core dan delta pada
lukisan sidik jarinya. Populasi sidik jari terbesar adalah loop (L), whorl (W) dan
paling sedikit adalah arch (A). Arch adalah pola dermatoglifi yang dibentuk oleh
rigi epidermis yang berupa garis-garis sejajar melengkung seperti busur.
Pola arch menjadi dua, yaitu plain arch dan tented arch. Loop adalah pola
dermatoglifi berupa alur garis-garis ejajar yang berbali 180o . Loop pada tangan
dikenal loop radial dan loop ulnar sedang pada kaki dikenal dengan loop tibial
dan loop fibular. Sedangkan whorl adalah pola dermatoglifi yang dibentuk oleh
garis-garis rigi epidermis yang memutar bentuk pusaran. Empat macam pola
whorl yaitu plain whorl, central pocket loop, double loop, dan accidental whorl.

Salah satu metode terbaik dalam melakukan identifikasi sidik jari adalah
denga metode template matching. Template matching adalah suatu teknik dalam
pengolahan citra digital yang berfungsi untuk mencocokkan tiap-tiap bagian dari
suatu citra dengan citra yang menjadi template (acuan). Metode ini sering
digunakan untuk mengidentifikasi citra karakter huruf, angka, sidik jari
(fingerprint) dan aplikasi – aplikasi pencocokan citra lainnya.
Pada dasarnya template matching adalah proses yang sederhana. Suatu citra
masukan yang mengandung template tertentu dibandingkan dengan template
pada basis data. Template ditempatkan pada pusat bagian citra yang akan
dibandingkan dan dihitung seberapa banyak titik yang paling sesuai dengan
template. Langkah ini diulangi terhadap keseluruhan citra masukan yang akan
dibandingkan. Nilai kesesuaian titik yang paling besar antara citra masukan dan
citra template menandakan bahwa template tersebut merupakan citra template
yang paling sesuai dengan citra masukan. Dalam mencari ciri ridge dasar sidik
jari sidik jari dapat digunakan teknik template matching. Teknik template
matching berdasarkan corak merupakan teknik paling terkenal dan paling
banyak digunakan.
Prinsip metode ini adalah membandingkan antara image objek yang akan
dikenali dengan image template yang ada. Image objek yang akan dikenali
mempunyai tingkat kemiripan sendiri terhadap masing-masing image template.
Pengenalan dilakukan dengan melihat nilai tingkat kemiripan tertinggi dan nilai
batas ambang pengenalan dari image objek tersebut. Bila nilai tingkat kemiripan
berada di bawah nilai batas ambang maka image objek tersebut dikategorikan
sebagai objek tidak dikenal.
2.5 Teknik Identifikasi Sidik Jari
1. Pada Jenazah Baru
a. Pada jenazah dengan jari-jari yang bisa digerakkan
- Telungkupkan mayat
- Jari seperti biasa
b. Pada jenazah dengan jari-jari yang sulit digerakkan:
- Gunting Formulir AK-23 pada batas kolom tangan kiri dan
kanan tangan kiri dan kanan.
- Jepit potongan formulir tersebut pada kedua sisi sendok
mayat bagian cekung dengan kolom sidik jari menghadap ke
luar (dapat juga pada bagian cembung).
- Bersihkan jari mayat dengan hati-hati, kemudian bubuhkan
tinta dengan alat pembubuh tinta atau dengan roller setelah
tintanya diratakan.
- Capkan jari mayat tersebut dengan menekannya pada kolom
sidik jari dari formulir yang terjepit di sendok mayat. Geser
formulir menurut kolom sidik jarinya sehingga semua jari
terekam.
- Rekatkan hasil pengambilan tersebut pada sehelai formulir
AK-23 dan rumuslah sidik jari tersebut.
2. Mayat telah kaku dan mulai membusuk:
a. Jari-jari mayat meng-genggam: Tarik jari-jari mayat tersebut
sehingga menjadi lurus; bila jari-jari sulit diluruskan, sayatlah
pada bagian dalam jari pada ruas kedua sehingga jari dapat
diluruskan. Untuk ibu jari sayatan antara ibu jari dan telunjuk.
b. Ujung-ujung jari mayat sudah lembek (belum rusak tetapi sudah
mengkerut): Suntiklah jari tersebut dengan cairan pengembang
(tissue builder) atau air panas sehingga kulit jari mengembang.
Jarum suntik ditusuk pada ujung jari atau pada bagian dalam jari
antara ruas pertama dan kedua.
c. Mayat mulai membusuk /awal dekomposisi (kulit ari mulai
terlepas): Periksa kulit jari tersebut apakah masih baik atau ada
bagian yang rusak. Bersihkan kulit jari tersebut dengan hati-hati.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Template matching ini merupakan metode identifikasi korban bencana yang


efektif. Keunggulan nya adalah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang akurat lebih cepat dibandingkan dengan metode lain. Sebagai dokter penting
untuk memahami teknik ini khususnya dalam mendapatkan sidik jari dari mayat
yang berbeda-beda cara pemeriksaannya tergantung kondisi mayat tersebut.
Pemahaman teknik ini dengan baik akan mempermudah identifikasi dan
penanggulangan bencana alam.

3.2 Saran

Diperlukan penanganan yang optimal terhadap setiap jenazah yang ditemukan


baik dari pihak masyarakat, kepolisian, maupun dari tim medik agar memudahkan
proses identifikasi dan penyidikan. Untuk itu, sosialisasi terhadap masyarakat oleh
pihak kepolisian dan tim medik mengenai undang-undang yang berlaku dan
tindakan yang perlu dilakukan bila menemukan mayat perlu digalakan.
DAFTAR PUSTAKA

Leksono B, Hidayatno A, Isnanto RR. Aplikasi metode template matching untuk klasifikasi sidik
jari. Transmisi. 2011;13(1):1-6.

Saliyah, Kusuma SE. Pengambilan sidik jari pada jenazah guna identifikasi. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Tahunan. 15- 16 Juli 2017; Pekanbaru. Riau: PIT; 2017.

Wardhana AW, Prayudi Y. Penggunaan metode template matching untuk identifikasi kecacatan
pada PCB. Workshop Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, 21 Juni 2008; Yogyakarta,
DI Yogyakarta. Indonesia. hlm. 47-50.

Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik (Edisi Pertama). Jakarta: Bina Rupa Aksara;1997

Pradana HI. Klasifikasi citra sidik jari berdasarkan enam tipe pattern menggunakan metode

euclidean distance. E-Jurnal DINUS. 2015;1(1):1-5.

Anda mungkin juga menyukai