Anda di halaman 1dari 10

JOURNAL READING

“APPLICATION OF THE “BUBBLING”


PROCEDURE TO DEAD BODY PORTRAITS IN
FORENSIC IDENTIFICATION”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepanieteraan Klinik dan Melengkapi Salah


Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Forensik dan Medikolegal RS Bhayangkara
Semarang Periode 10 April 2023 – 13 Mei 2023
Disusun Oleh :
1. Aulia Syukur Hapsari (30101800033)
2. Dzakwania Hasna (30101800052)
3. Hirza Millatya (3010800078)
4. Kiki Rizki Amelia (30101700089)
5. Muhammad Zidan H.A. (30101900129)
6. Nallury Rizqi S (30101800123)
7. Trijati Cendikia P (30101700169)
8. Vanesha Erdhiana (30101900195)
Pembimbing :
dr. Ratna Relawati, M.Si.Med., Sp.KF
KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA SEMARANG
2023
DAFTAR ISI
.

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DOKUMEN JURNAL.............................................................................................1
DOKUMEN TERJEMAHAN JURNAL.................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................11
3.1. DEFINISI................................................................................................11
3.2. KLASIFIKASI........................................................................................11
3.3. IDENTIFIKASI VISUAL.......................................................................15
3.4. TEKNIK BUBBLING.............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
DOKUMEN POWER POINT...............................................................................18

ii
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. DEFINISI
Identifikasi adalah tindakan yang melibatkan penentuan suatu objek,
identitas, atau seseorang. Identifikasi forensik adalah upaya untuk
menemukan/menentukan identitas seseorang. Identifikasi dapat dilakukan
dalam tiga cara: visual (kerabat atau kenalan melihat jenazah); data secara
rinci, misalnya, data ante-mortem yang cocok dengan informasi yang
dikumpulkan selama autopsy dan informasi situasional lainnya; dan secara
ilmiah atau objektif seperti: pemeriksaan gigi, sidik jari, atau DNA (Monica,
et al., 2013). Dalam mengidentifikasi korban bencana diperlukan penentuan
identitas personal yang dapat menggunakan metode identifikasi visual,
doukumen, properti, pemeriksaan medis, gigi, serologik, sidik jari, analisis
DNA, dan secara eksklusi.
3.2.KLASIFIKASI
Identifikasi forensik merupakan upaya untuk mengetahui identitas
seseorang yang diperoleh dari interpretasi hasil temuan dunia kedokteran.
Penentuan identitas ini dapat dilakukan dengan membandingkan ciri khas yang
didapat semasa hidup maupun setelah kematian. Identifikasi forensik dapat
dilihat melalui identifikasi primer maupun identifikasi sekunder. Identifikasi
primer meliputi tulang, gigi geligi, sidik jari, rambut serta DNA. Identifikasi
sekunder sebagai identitas pendukung yang berupa kartu tanda penduduk, surat
ijin mengemudi, pakaian, aksesoris dan sebagainya (Nandiasa, 2016).
Pada dasarnya, identifikasi terdiri dari dua metode utama, yaitu: 1)
identifikasi komparatif, yaitu bila selain data post mortem juga tersedia data
ante mortem, dalam suatu komunitas yang terbatas, dan 2) identifikasi
rekonstruktif, yaitu bila tidak tersedia data ante mortem dan komunitas tidak
terbatas. Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi
visual, doukumen, properti, pemeriksaan medik, gigi, serologik, sidik jari,
analisis DNA, dan secara eksklusi. Identitas seseorang dapat dipastikan bila
paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak
meragukan).

21
Beberapa metode yang dapat digunakan adalah :
1) Pemeriksaan Sidik Jari
Metode ini membandingkan data sidik jari jenazah dengan data
sidik jari antemortem. Merode ini diakui memiliki ketepatan yang
tinggi. (Budiyanto, 1997)

Gambar 2.1
Pemeriksaan Sidik Jari
2) Pemeriksaan DNA
Gambaran DNA tiap individu sangat spesifik dan dapat dijadikan
patokan dalam identifikasi. Keungkinan dua individu yang tidak
memiliki hubungan darah untuk memiliki sekuens DNA yang sama
sangat kecil yaitu 1 : 1.000.000.000. (James, 2011)

Gambar 2.2 Pemeriksaan Barang Bukti DNA


3) Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan ini membandingkan data gigi dan rahang jenazah
dengan data antemortem. Seperti sidik jari, data gigi setiap
individu juga berbeda satu sama lainnya. Pencatatan data gigi dan
22
rahang (odontogram) dilakukan secara manual, sinar-X, dan
pencetakan gigi dan rahang. Data ini berisi tentang jumlah gigi,

susunan, bentuk, tambalan, gigi palsu dan sebagainya. (Budiyanto,


1997)
Gambar 2.3 Pemeriksaan Gigi
4) Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah kepada
orang-orang yang merasa kehilangan kerabatnya. (Budiyanto,
1997)
5) Pemeriksaan Dokumen
Metode ini dapat dilakukan apabila ditemukan dokumen yang
berisikan identitas seperti kartu identitas pribadi, surat izin
mengemudi dan sebagainya di dalam saku pakaian yang dikenakan
jenazah. Dokumen yang berada didekat jenazah belum tentu
merupakan milik jenazah yang bersangkutan, terutama pada kasus
seperti kecelakaan masal. (Budiyanto, 1997)
6) Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
Pada pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah kemungkinan
dapat diperoleh data berupa merk pakaian, ukuran, inisial nama,
lencana dan sebagainya yang dapat membantu, walaupun telah
terjadi proses pembusukan pada jenazah tersebut. (Budiyanto,
1997)

23
7) Identifikasi Medik
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna
rambut, warna mata, kelainan khusus, tato dan sebagainya.
Ketepatan metode ini cukup tinggi karena dilakukan seorang ahli
dengan menggunakan beberapa cara. (Budiyanto, 1997)
8) Pemeriksaan Serologik
Pemeriksan ini bertujuan untuk menetukan golongan darah
jenazah. Pada jenazah yang sudah membusuk dapat diperiksa dari
rambut, kuku dan tulang. (Budiyanto, 1997)
9) Metode Ekslusi
Metode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan
sejumlah korban yang data identitasnya dapat diketahui, seperti
penumpang pesawat dan kapal laut. Metode ini dilakukan terhadap
sisa koban yang tidak dapat diidentifikasi dengan metode lain.
(Budiyanto, 1997)
10) Identifikasi Potongan Tubuh Manusia
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah potongan
tubuh yang ditemukan merupakan potongan tubuh manusia dan
apakah berasal dari satu tubuh atau tidak. Penentuan potongan
tubuh manusia dilakukan dengan pemeriksaan jaringan
makroskopik, mikroskopik dan serologik. Selain itu dari
pemeriksaan juga ditentukan jenis kelamin, ras, perkiraan umur,
tinggi badan dan keterangan lain. (Budiyanto, 1997)
11) Identifikasi Kerangka
Idetifikasi ini bertujuan untuk menetukan apakah itu kerangka
manusia, jenis kelamin, ras, perkiraan umur, tinggi badan, deformitas,
tanda kekerasan dan perkiraan saat kematian. (Budiyanto, 1997)

24
Gambar 2.4 Pemeriksaan Kerangka

3.3.IDENTIFIKASI VISUAL
Identifikasi dapat dilakukan dalam tiga cara: visual (kerabat atau kenalan
melihat jenazah); data secara rinci (misalnya, data ante-mortem yang cocok dengan
informasi yang dikumpulkan selama autopsy dan informasi situasional lainnya); dan
secara ilmiah atau objektif (misalnya, pemeriksaan gigi, sidik jari, atau DNA).
Identifikasi tidak mutlak berdasarkan urutan diatas; jika perlangsungan proses identifikasi
menjadi lebih sulit, cara selanjutnya yang dilakukan. Bila memungkinkan, identifikasi
visual harus dilengkapi dengan salah satu dari dua metode lain.
Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah kepada orang-orang
yang merasa kehilangan kerabatnya. Jenazah sebaiknya dalam keadaan yang belum
membusuk sehingga wajah dan bentuk tubuh masih dapat dikenali oleh lebih dari satu
orang. Metode ini juga harus memperhatikan faktor emosi kerabat dalam mebenarkan
atau menyangkal identitas jenazah tersebut. (Budiyanto, 1997)
Metode Visual dapat dilakukan dengan mencetak foto post-mortem para
korban dan ditunjukan pada kerabat korban , jika terdapat banyak luka disekitar wajah
yang mengganggu proses identifikasi, maka dapat dilakukan penambahan metode guna
mengkonfirmasi identitas korban.

3.4.TEKNIK BUBBLING

25
Gambar 2.4 Teknik Bubbling

Teknik Bubbling merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
identifikasi korban dengan trauma wajah dalam potret post-mortem. Metode Bubbling
awalnya digunakan di media sosial untuk membuat “ proxy-nudity” pada gambar yang
menghilangkan pakaian.
Metode Bubbling sangat cepat dan sederhana karena hanya membutukan
Software dan Hardware sederhana seperti Photoshop, atau aplikasi edit lainnya. Metode
Bubbling dapat dilakukan sebagai salah satu identifikasi visual sebelum berlanjut ke
prosedur berikutnya.

Metode Bubbling dimulai dengan menyiapkan foto korban dan aplikasi edit
foto sederhana, kemudian membuat bentuk bulat atau ellipsoid ("gelembung") digambar
di sekitar area yang tidak terganggu, sementara bagian dengan trauma dibiarkan tidak
dipilih. Pertama-tama, gelembung sebesar mungkin dipilih, diikuti oleh gelembung yang
lebih kecil. Dilanjutkan dengan, seleksi terbalik dan sisa ruang di antara gelembung
diberi warna atau dikaburkan, misalnya menggunakan pikselasi skala besar. Warna asli
harus dipertahankan, karena warna kulit dan warna rambut dapat berkontribusi pada
identifikasi. De-saturasi/skala abu-abu dari isi gelembung mungkin diperlukan untuk
lividitas yang menonjol, memar, dekomposisi, atau perubahan warna yang mengganggu
lainnya

26
Gambar 2.4 Langkah Langkah Prosedur Teknik Bubbling

27
DAFTAR PUSTAKA

De Boer, H. H., Blau, S., Delabarde, T., & Hackman, L. (2019).  The role of forensic anthropology in
disaster victim identification (DVI): recent developments and future prospects. Forensic Sciences
Research,4(4), 303–315. https://doi.org/10.1080/20961790.2018.1480460
Toupenay, S., Cheikh, A. Ben, Ludes, B., & Felizardo, R. (2020). Forensic odontology identification
response to terrorist attacks in Paris November 2015. Forensic Sciences Research, 5(3), 214–222.
https://doi.org/10.1080/20961790.2020.1778847
Monica, G. L., Siwu, J. F., & Mallo, J. F. (2013). Identifikasi Personal Dan Identifikasi Korban Bencana
Massal Di Blu Rsup Prof Dr R.D Kandou Manado Periode Januari 2010 – Desember 2012. Jurnal
Biomedik (Jbm), 5(1), 119–126. https://doi.org/10.35790/jbm.5.1.2013.2631
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, Sampurna B, et al. Ilmu kedokteran
forensik. Edisi 1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997;
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Principles of Forensic Science. In: Simpson’s Forensic Medicine. 13th Ed.
London: Hodder & Stoughton. 2011

Anda mungkin juga menyukai