ANATOMI PARU
Definisi
Kanker paru adalah semua penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer)
maupun yang berasal dari organ lain
(sekunder).
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia ;2017
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data WHO, kanker paru
merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-
laki di Indonesia, dan terbanyak kelima untuk
semua jenis kanker pada perempuan.
Kanker paru juga merupakan penyebab
kematian akibat kanker terbanyak pada laki-
laki dan kedua pada perempuan.
Etiologi
Patogenesis
Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya
zat yang bersifat initiation yang merangsang
permulaan terjadinya perubahan sel
Keadaan selanjutnya akibat keterpaparan yang lama
ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan
terbentuknya formasi tumor
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/
sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen
pengendapan karsinogen menyebabkan
metaplasia ,hyperplasia dan displasia
Bila lesi perifer menembus ruang pleura, biasanya
akan timbus efusi pleura, dan diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra
Lesi sentral menyebabkan obstruksi dan ulserasi
bronkus diikuti dengan supurasidi bagian distal
Patogenensis
Klasifikasi menurut lokasi
timbulnya tumor
Tipe sentral : tumor yang timbul di bronkus proksimal dari ostium bronkus
segmental
Tipe perifer : tumor yang timbul di bronkus distal dari ostium bronkus
segmental, yaitu dari bronkus subsegmental hingga alveolus
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Klasifikasi berdasarkan karakteristik biologis
dan metode terapi
Karsinoma paru sel kecil
Menempati 20-25% dari seluruh karsinoma paru
Derajat keganasan tinggi
Mudah bermetastasis
Memerlukan terapi gabungan dengan kemoterapi sebagai terapi utama
Karsinoma paru bukan sel kecil
karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma, karsinoma sel besar (KSB), dan jenis lain yang jarang
ditemukan
Semua karsinoma paru lain selain karsinoma paru sel kecil, menempati 75-80% dari seluruh karsinoma
paru.
Terapi karsinoma paru jenis ini umumnya operasi sebagai terapi utama dalam terapi gabungan.
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Deteksi Dini
Kelompok pasien risiko tinggi
Gejala intratorasik
ekstrapulmoner Menekan struktur di dalam mediastinum, dengan akibat :
N. Phrenicus : parese / paralisis diafragma
N. Recurrens : parese/ paralisis korda vokalis
Saraf simpatik : sindrom horner
Esofagus : diasfagia
Vena cava superior : sindrom vena kava superior
Trakea dan bronkus : sesak
Jantung : gangguan fungsional, efusi perikard
Gejala intratorasik
nonmetastatik Neuromuskular : neuropatia karsinomatosa
Metabolik endokrin : cushing syndrome, hiperparatiroid, sekresi
ADH, sekresi insulin, ginekomastia, hiperpigmentasi kulit
Jaringan ikat dan tulang : hyperthopic pulmonary osteoarthropathy
Vaskular dan hematologik : migratory thrombophlebitis, purpura, dan
anemia
Gejala intratorasik metastatik Karsinoma bronkogenik adalah satu satunya tumor yang berhubungan
langsung dengan sirkulasi arterial sehingga kanker dapat menyebar
hampir pada semua organ.
Gejala sistemik Penurunan berat badan, nafsu makan menurun, dan demam hilang
timbul
Diagnosis
1. anamnesis
Keluhan
Batuk lama, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada, suara serak, sulit/nyeri menelan,
penurunan BB, demam hilang timbul, nyeri kepala, pembengkakan / benjolan di leher,
aksila atau dinding dada. Sembab muka dan leher, disertai nyeri yang hebat
BB berkurang, Nafsu makan hilang, Demam hilang timbul, Sindrom paraneoplastik
Kebiasaan
Pekerjaan
Riwayat penyakit
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
2. Pemeriksaan fisik
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ;2017
3. Pemeriksaan penunjang (radiologis)
Dilakukan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis serta
staging
foto thorax AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien
dengan kecurigaan terkena kanker paru.
Jika pada foto thorax ditemukan lesi yang dicurigai sebagai keganasan,
pemeriksaan CT scan dilakukan untuk mengevaluasi lesi tersebut.
Pemeriksaan USG abdomen dilakukan kecuali pada stadium IV
Bone scan dilakukan untuk mendeteksi metastasis ke tulang
PET scan dilakukan untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
Foto thorax
Foto thorax dapat mendeteksi 61% tumor paru.
Ciri ciri gambaran radiologis pada kanker paru
Menunjukkan lesi yang luas, gambaran
opak yang meluas ke bagian atas paru, Kolaps pada bagian paru kiri,
terlihat juga nodul di bagian kanan bawah hampir selalu terjadi pada
paru yang menunjukkan metastase,
paratrakeal kanan menunjukkan endobronchial bronchogennis
lemfadenopati, dan efusi pleura minimal carcinoma
pada paru kiri
CT SCAN
Teknik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik
dari foto thorax. CT scan dapat mendeteksi tumor paru dengan ukuran <1cm
secara lebih tepat.
Dapat memperlihatkan gambaran bila ada penekanan terhadap bronkus,
tumor intrabronkial, atelektase, efusi pleura, dan melihat keterlibatan KGB.
CT scan kepala /MRI kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita
mengeluh nyeri kepala hebat atau adanya parese untuk menilai adanya
metastasis ke otak
Non–small cell lung cancer. Kolaps pada bagian atas paru kiri hampir selalu terjadi pada
endobronchial bronchogenic carcinoma
Pemeriksaan khusus
1. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah Gold Standard untuk mendiagnosis tumor paru. Apabila
dilakukan bronkoskopi akan dapat
menentukan lokasi lesi primer, pertumbuhan tumor intraluminal
mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi dan histopatologi
Melihat perubahan pada bentuk cincin trakea samapi ke karina.
Melihat adanya perubahan pada bronkhus utama.
Melihat adanya massa di bronkhus serta percabangannya.
Pengambilan sampel massa atau bronkus dengan bilasan bronkus, sikatan bronkus,
dan biopsi bronkus.
Gambaran bronkoskopi massa berada di B5
2. Endobrachial ultrasound (EBUS)
dilakukan untuk membantu menilai kelenjar getah bening
mediastinal, hilus, intrapulmoner juga untuk penilaian lesi perifer
dan saluran pernapasan
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Penentuan stadium
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Pengelompokan stadium
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Tampilan Umum
Skor karnfosky WHO Batasan
90-100 0 Aktivitas normal
70-80 1 Ada keluhan, tapi masih aktif,
dapat mengurus diri sendiri
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Kebijakan umum pengobatan KPKBSK
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ;2017
1. Bedah
Modalitas ini adalah terapi utama untuk sebagian
besar KPKBSK, terutama stadium I-II dan
stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah
kemoterapi neoadjuvan
Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah
lobektomi, segmentektomi dan reseksi sublobaris
2. radioterapi
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
3. kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvan pada stadium
dini, atau sebagai adjuvan pasca pembedahan.
Terapi adjuvan dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA
Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan
pengobatan jika tampilan umum pasien baik (Karnofsky >60%; WHO 0-2
Namun, guna kemoterapi terbesar adalah sebagai terapi paliatif pada pasien
dengan stadium lanjut
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
4. Terapi target
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Pilihan Terapi Berdasakan Stadium
Pada stadium 0, modalitas terapi pilihan adalah pembedahan atau Photo Dynamic Therapy (PDT )
stadium I, modalitas terapi pilihannya adalah pembedahan yang dapat dilakukan bersamaan dengan VATS.
stadium IB, dapat diberikan kemoterapi adjuvan setelah reseksi bedah.
stadium II, terapi pilihan utama adalah reseksi bedah jika tidak ada kontraindikasi. Terapi radiasi atau kemoterapi
adjuvan dapat dilakukan bila ada sisa tumor atau keterlibatan KGB intratoraks, terutama N2 atau N3
Pada stadium IIIA, dapat dilakukan pembedahan (bila tumor masih dapat dioperasi dan tidak terdapat bulky
lymphadenopathy), terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga modalitas tersebut
stadium IIIB, modalitas pengobatan yang menjadi pilihan utama bergantung pada kondisi klinis dan tampilan umum
pasien
stadium IV, tujuan utama terapi pada stadium ini bersifat paliatif
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia ;2017
Kanker Paru jenis Karsinoma Sel Kecil
(KPKSK)
Secara umum, jenis kanker paru ini dapat dibagi menjadi dua
kelompok, Stadium terbatas (limited stage disease = LD),
dan stadium lanjut (extensive stage disease = ED)
pasien dengan KPKSK tidak memberikan respon yang baik
terhadap terapi target
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
1. Stadium terbatas
Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi dari kemoterapi berbasis platinum dan
terapi radiasi toraks
Kemoterapi dilakukan paling banyak 4-6 siklus, dengan peningkatan toksisitas yang signifikan jika
diberikan lebih dari 6 siklus.
Pada pasien usia lanjut dengan tampilan umum yang buruk (>2), dapat diberikan kemoterapi
sisplatin,
pasien dengan tampilan umum baik (0-1) dapat diberikan kemoterapi dengan karboplatin
Setelah kemoterapi, pasien dapat menjalani iradiasi kranial profilaksis (prophylaxis cranial
irradiation/PCI).
Reseksi bedah dapat dilakukan dengan kemoterapi adjuvan atau kombinasi kemoterapi dan radiasi
terapi adjuvan pada TNM stadium dini, dengan/tanpa pembesaran kelenjar getah bening
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia ;2017
2. Stadium lanjut
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Dukungan Nutrisi
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia ;2017
Farmakoterapi
Progestin
Kortikosteroid
Siprohepatadin
Anti emetik
Perawatan paliatif
6.Olahraga
Prognosis
Karsinoma sel kecil : 0% karsinoma bronkogenik tipe bukan sel kecil tergantung stadium
dan dilakukan pembedahan atau tidak
stadium
stadium 11 +
+ • karsinoma epidermoid = 54%
operasi
operasi • adenokarsinoma dan sel besar = 51%
stadium
stadium 22 +
+ • Ca epidermoid = 35%
operasi
operasi • adenokarsinoma dan sel besar = 18%
Tanpa
Tanpa operasi
operasi • ketahanan hidup 5 tahun, kurang dari 10%
Terimakasih