Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

PADA TN. M DENGAN DIAGNOSA CA PARU


Dosen Pembimbing: Kristina Pae., S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:

Maria Serafina Kwure 9102321009

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13%
dari semua diagnosis kanker.Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh
kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar
213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru pada tahun
2007.Berdasarkan data WHO, kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki
di Indonesia, dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan.Kanker paru
juga merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada laki-laki dan kedua
terbanyak pada perempuan.
Hasil penelitian dari 100 RS di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru merupakan
kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan, dan merupakan
penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data hasil pemeriksaan
di laboratorium Patologi Anatomik RSUP Persahabatan, lebih dari 50 persen kasus dari
semua jenis kanker yang didiagnosa adalah kasus kanker paru. Data registrasi kanker Rumah
Sakit Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru
merupakan keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring
(13,63%) dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%).
Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun meningkat
sampai dengan usia 70 tahun. Faktor risiko utama kanker paru adalah merokok. Secara
umum, rokok menyebabkan 80% kasus kanker paru pada laki- laki dan 50% kasus pada
perempuan. Faktor lain adalah kerentanan genetik, polusi udara, pajanan radon, dan pajanan
industri (Kemenkes RI, 2017).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada klien kankerparu.


2. Merumuskan masalah keperawatan dengan diagnosa kankerparu.
3. Merencanakan rencana keperawatan pada klien kankerparu.
4. Melakukan implementasi atau tindakan keperawatan berdasarkan kriteria standar
pada klien kankerparu.
5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien kanker paru.
6. Melakukan pendekumentasian pada asuhan keperawatan pada klien kanker paru.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Menurut World Health Organization (WHO), Kanker paru-paru merupakan


penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagian
besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari
kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru- paru.

Menurut Nanda (2019), Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor
ganas primer system mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal
dari mukosa percabangan bronkus.

2.2 Etiologi
Menurut Stopler (2020), Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru
adalah :
1. Merokok

Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh
kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok,
jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok
2. Perokok pasif

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok,
tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker paru meningkat
dua kali
3. Polusi udara

Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua
kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan
4. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko
kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar
dari pada masyarakat umum
5. Genetik

Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
2.3 Klasifikasi

Menurut Purba & Wibisono, 2015. Beberapa jenis kanker paru adalah :

1. Karsinoma sel skuamosa

Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari
permukaan epitel bronkus.Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar
hilus dan menonjol ke dalam bronki besar.Diameter tumor jarang melampaui beberapa
sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening, dinding
dada, dan mediastinum.

2. Adeno karsinoma

Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-
kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial
kronik.Lesi seringkali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan
sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma
bronko alveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru
tumor paru dari WHO.

3. Karsinoma sel besar

Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang
besar dan ukuran inti bermacam-macam.Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat
yang jauh.

4. Karsinoma sel kecil

Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan
perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus
dan mediastinum. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada
pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit
sitoplasma yang saling berdekatan.
2.4 Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentra berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian
distal.Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi.Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis Ca Paru sesuai dengan lokasinya (Tan, 2017)

1. Adeno karsinoma dan Bronko alveolar

 Nafas dangkal

 Batuk

 Penurunan nafsu makan

 Trosseau syndrome
2. Karsinoma Sel Skuamosa
 Batuk

 Dyspnea

 Nyeri dada

 Atelektasis

 Pneumonia post obstruktif

 Ronchi

 Hemoptisis

 Kelelahan

 Penurunan berat badan


3. Karsinoma Sel kecil
 SIADH

 Sindrom chusing

 Hiperkalsemia

 Batuk

 Stridor

 Nafas dangkal

 Sesak nafas

 Anemia
4. Karsinoma Sel besar
 Batuk berkepanjangan

 Nyeri dada saat menghirup

 Suara serak

 Sesak napas

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Purba & Wibisono, 2015):
1. Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk
mendiagnosa kanker paru.Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasantumor dengan melihat
ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.
2. Sitologi
Merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang
tinggi dengan komplikasi yang rendah.Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari
sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel,
baik pada stadium prakanker maupun kanker.Pemeriksaan sputum adalah salah satu
teknik pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik.
3. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi.Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik
mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan
lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di
perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.
4. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis
tumor pada paru terutama yang terletak diperifer.
5. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan
mengambil sebagian jaringan paru yang tampak.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Persatuan ahli bedah Onkologi Indonesia.
Penatalaksanaan atau pengobatan utama penyakit kanker meliputi empat macam yaitu pembedahan,
radioterapi, kemoterapi dan hormoterapi. Pembedahan dilakukan untuk mengambil ‘massa kanker’ dan
memperbaiki komplikasi yang mungkin terjadi. Sementara tindakan radioterapi dilakukan dengan sinar
ionisasi untuk menghancurkan kanker.
Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat antikanker atau sitostatika.
Sedangkan hormone terapi dilakukan untuk mengubah lingkungan hidup kanker sehingga
pertumbuhan sel-selnya terganggu dan akhirnya mati sendiri.

1) Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk memerangi kanker paru-paru.
Obatyang digunakan ditentukan oleh bentuk spesifik dari kanker paru-paru dan daerah
sekitar. Kadang - kadang disebut sebagai sitotoksin !obat yang beracun bagi sel-sel
kanker), tujuanmereka adalah untuk mengganggu reproduksi sel-sel kanker. "hal ini
umumnya dicapai melalui kombinasi obat, diberikan baik intravena atau secara lisan.
Secara umum, obat ini disuntikkan kedalam aliran darah lalu menyebar ke seluruh
tubuh dengan maksud bahwa mereka akhirnya akan menemukan sel-sel kanker dan
membunuh mereka. Dengan kata lain, obat tidak hanya membunuh sel-sel kanker,
mereka membunuh sel-sel sehat juga. Dalam beberapa kasus, dokter dapat
melokalisasi khusus obat di sekitar sel-sel kanker, meskipun hal ini jarang terjadi.
Efek samping dari pengobatan ini biasanya mual, muntah, sariawan, rambut rontok
dan kehilangannafsu makan.Kemoterapi merupakan pilihan utama untuk kanker paru
karsinoma sel kecil dan beberapa tahun sebelumnya diberikan sebagai terapi paliatif
untuk kanker paru karsinoma bukansel kecil stage lanjut. Tujuan pemberian
kemoterapi paliatif adalah mengurangi ataumenghilangkan gejala yang diakibatkan
oleh perkembangan sel kanker tersebut sehinggadiharapkan akan dapat meningkatkan
kualiti hidup penderita. Tetapi akhir-akhir ini berbagai penelitian telah
memperlihatkan manfaat kemoterapi untuk KPKBSK sebagai upaya memperbaiki
prognosis, baik 3 sebagai modaliti tunggal maupun bersama modaliti lain, yaitu
radioterapi dan atau pembedahan. Indikasi pemberian kemoterapi pada kanker paru
ialah:
a) Penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil tanpa atau dengan gejala.
b) Penderita kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil yang inoperable (stage
IIIB & IV), jika memenuhi syarat dapat dikombinasi dengan radioterapi,
secara konkuren, sekuensialatau alternating kemoradioterapi.
c) Kemoterapi adjuvan yaitu kemoterapi pada penderita kanker paru jenis
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) stage I, II dan III yang telah dibedah.
d) Kemoterapi neoadjuvan yaitu kemoterapi pada penderita stage IIIA dan
beberapa kasus stage IIIB yang akan menjalani pembedahan. Dalam hal ini
kemoterapi merupakan bagian terapi multimodaliti.

2) Terapi Radiasi

Terapi radiasi paling sering digunakan dan ada hubungannya dengan operasi
ataukemoterapi, Radiasi sinar eksternal dan Brachytherapy adalah dua terapi utama
yang digunakanuntuk pengobatan kanker paru-paru. Brachytherapy umumnya
digunakan untuk meredakan penyumbatan saluran udara besar. Kadang-kadang,
terapi radiasi direkomendasikan sebagai pilihan pengobatan tunggal untuk kanker
paru-paru. Umumnya, hal ini akan terjadi dalam situasiketika pasien terlalu sakit
untuk menjalani operasi atau menahan kemoterapi. Ketika terapiradiasi digunakan
sebagai pengobatan tunggal untuk kanker paru-paru, itu menghasilkanmenyusutnya
tumor dan remisi lengkap dari gejala kanker sekitar 10-15 dari waktu ke waktu.

3) Operasi
Jika kanker paru-paru yang tertangkap pada tahap awal, Khususnya tahap satu
non sel kecil kanker paru-paru, operasi untuk mengangkat tumor sering kali menjadi
pilihan. Pada tahap ini, kanker terbatas pada paru-paru, sering kali dalam bentuk
tumor tunggal, dan operasi bisasangat efektif menghilangkan sebagian besar atau
semua. Namun, ketika kanker paru-parumenjadi besar, operasi menjadi kurang efektif.
Setelah itu menyebar di luar dada dan bermetastasis ke organ lain, pembedahan
umumnya tidak efektif dan bukan pilihan yang bisa diterapkan. Tergantung pada
pertumbuhan kanker dan kondisi paru, operasi dapat dilakukanuntuk penghapusan
bagian dari satu lobus atau bahkan penghapusan seluruh paru-paru.
2.8 Komplikasi
Menurut Purba & Wibisono (2018):
1. Efusi pleura

2. Sindrom Vena Kava Superior

3. Obstruksi bronkus

4. Invasi dinding toraks

5. Batuk darah (Hemopisis)

6. Kompresi penekanan esophagus

7. Kompresi sumsum tulang. Biasanya terjadi karena efek samping obat maupun radiasi.
Gejala yang paling sering muncul adalah leucopenia dan trombositopenia

8. Metastasis sel kanker ke bagian tubuh yang lain


BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Pasien

Nama :-

Usia : Terbanyak berada diatas 40 tahun (90,9%)


Jenis Kelamin : Lebih banyak pada laki-laki
Agama, Suku/Bangsa
Pendidikan : Jika klien mengetahui tentang ilmu dasar penyebab penyakit akan
lebih baik untuk mencegah terjadinya penyakit

Alamat, No. RM, Pekerjaan, Status Perkawinan, Tanggal MRS, Diagnosa Medis,
Tanggal Pengkajian, Sumber Informasi.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama : Tidak mampu batuk, Sesak nafas, Nyeri dada.


2. Riwayat Kesehatan Sekarang : Dispnea, Batuk tidak efektif, Tidak mampu batuk,
Sputum berlebih, Bunyi nafas menurun, Pola nafas berubah, Nyeri dada, Meringis,
Frekuensi nafas berubah, Pernafasan cuping hidung, Fase ekspirasi memanjang,
Penggunaan otot bantu pernafasan, Bunyi nafas tambahan, Takikardia, Kesadaran
menurun, Hipoksia serebral, Disorientasi, Kesadaran menurun, Nafsu makan menurun,
Berat badan menurun, Otot pengunyah lemah, Otot menelan lemah, Membran mukosa
pucat, Mengeluh lemah, Frekuensi jantung meningkat, Pucat, CRT >3 detik, Gambaran
EKG menunjukkan iskemia, Tekanan darah berubah dari kondisi istirahat.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu :


a. Penyakit yang pernah dialami yaitu apakah klien memiliki riwayat penyakit paru
dan penyakit menular atau menurun lainnya sebelumnya.
b. Alergi yaitu apakah klien ada alergi terhadap makanan, obat, plester dan lain-lain.
c. Imunisasi yaitu apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak.
d. Kebiasaan/Pola hidup yaitu apakah klien memiliki kebiasaan merokok, menghirup
asap rokok, zat karsinogen dan polusi udara.
e. Obat-obat yang digunakan yaitu menanyakan pada klien obat apa saja yang
dikonsumsi sebelum masuk rumah sakit.

f. Riwayat penyakit keluarga yaitu apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya yang
mengidap Ca Paru, penyakit menular atau menurun lainnya.

4. Pemeriksaan Fisik
B1: Hipersekresi kelenjar mukus, obstruksi jalan nafas, dispnea, penurunan ekspansi
paru.

B2: Penumpukkan cairan dalam rongga perikardium, penurunan suplai O2 dalam


darah ke jantung, peningkatan cardiac output.

B3: Penurunan suplai O2 ke otak, lesi diotak, hipoksia serebral, kesadaran menurun.
B4: Absorbsi cairan, hipoperfusi, neuritik urine menurun, uremia.
B5: Penekanan kanker pada kerongkongan, produksi HCL menurun, gangguan
menelan, mual, muntah, nafsu makan menurun, BB menurun.

B6: Suplai O2 tak seimbang ke seluruh jaringan, perfusi jaringan menurun,


metabolisme menurun, nyeri tulang, lelah.

3.1.3 Status Psikologis


1. Kondisi emosional pasien saat ini : Distres
2. Pemahaman tentang penyakit & harapan hidup
Pasien :
Cenderung pasien sudah mengetahui tentang penyakitnya.
Tanggapan pasien tentang penyakitnya dan masa depannya: Cenderung pasien mau
untuk menjalani pengobatannya.
3.1.4 Diagnosa Medis

A. Utama : CA Paru

B. Paliatif

Adanya nyeri dada, sifat nyeri akut.

Akibat nyeri karena adanya kerusakan sel paru sehingga fungsi paru menurun
kemudian beban kerja fungsi pernafasan meningkat dan akan mengakibatkan
kelelahan kemudian nyeri dada.
3.1.5 Brief Pain Inventory (BPI)
1. Apakah klien merasa nyeri sehubungan dengan penyakit yang di derita
sekarang? Cenderung klien yang dengan ca paru mengalami nyeri dada.
2. Saat pertama kali diagnosa ditegakkan, apakah nyeri merupakan salah satu gejala?
Gejala kanker paru yang tidak khas pada awal terbentuknya kanker bisa menjadi
salah satu diantaranya.
DATA FOKUS

Riwayat nyeri : Ada


 Frekuensi : Nyeri yang dirasakan tiap orang berbeda tergantung
ambang nyeri yang dimiliki.
 Lokasi : Nyeri dada
 Skala nyeri : Seseorang yang sedikit memberikan reaksi pada suatu
rangsangan nyeri dikatakan memiliki batas ambang nyeri yang tinggi.
 Aktivitas sehari hari : Cenderung klien akan terganggu.
 Tidur : Cenderung klien akan terganggu.
3.2 Analisa Data

No Data Etiologi Problem


√ DS: Ada masa di dalam Bersihan Jalan
1. Dispnea paru Nafas Tidak Efektif
DO:
1. Batuk tidak efektif Hipersekresi kelenjar
2. Tidak mampu batuk mucus
3. Sputum berlebih
4. Bunyi nafas menurun Peningkatan produksi
5. Pola nafas berubah sputum
6. Frekuensi nafas berubah
Obstruksi jalan nafas
Ronchi +

Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif
2 DS: Ada masa di dalam Pola Nafas Tidak
1. Dispnea paru Efektif
DO:
1. Pernafasan cuping hidung Bronkospasme
2. Pola nafas abnormal
3. Fase ekspirasi memanjang Penurunan ekspansi
4. Penggunaan otot bantu pernafasan paru

Hipoksemia
pulmonal
Peningkatan beban
kerja paru

Hipoksia

Penggunaan otot
bantu nafas, RR
meningkat
Pola Nafas Tidak
Efektif
3 DS: Penurunan suplai Gangguan
1. Dispnea darah ke arteri Pertukaran Gas
2. Pusing pulmonal
DO:
1. Bunyi nafas tambahan Hipoksemia
2. Takikardia
3. Nafas cuping hidung Penurunan metabolis
4. Pola nafas abnormal sel alveolus
5. Kesadaran menurun
Penurunan produksi
sulfaktan

Atelektasis

Penurunan
kemampuan alveolus
dalam proses
pertukaran gas

RR meningkat

Gangguan
Pertukaran Gas
4 DS: Saraf Pernafasan Nyeri Kronis
1. Keluhan nyeri
2. Meringis Sel saraf terdesak
DO: akibat penekan massa
1. Berfokus pada diri sendiri
2. Frekuensi nadi abnormal Merangsang
3. Pola nafas abnormal pelepasan bradikinin
4. Tekanan darah abnormal

Menghantarkan
impuls ke korteks
serebri

Interpretasi nyeri

Nyeri Kronis
5 DS: Aliran darah ke Defisit Nutrisi
1. Nafsu makan menurun pencernaan menurun
DO:
1. Berat badan menurun Penekanan kanker
2. Otot pengunyah lemah pada kerongkongan
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat Produksi HCL
menurun

Gangguan menelan

Mual, muntah

Nafsu makan
menurun

BB menurun

Defisit Nutrisi
6 DS: Proses peradangan Intoleransi
1. Mengeluh lemah paru Aktivitas
2. Merasa lemah
DO: Suplai O2 otak, tak
1. Frekuensi jantung meningkat seimbang ke seleuruh
2. Gambaran EKG menunjukkan jaringan.
iskemia
3. Tekanan darah berubah dari Perfusi jaringan
kondisi istirahat menurun

Metabolisme
menurun

Persebaran
hematogen sel kanker
ke tulang

Nyeri Tulang
Lelah

Intoleransi
Aktivitas
7 DS: Metastase sel kanker Penurunan Curah
1.Palpitasi ke jantung Jantung
2.Lelah
3.Dispnea Penumpukan cairan

DO: dalam rongga

1. TD abnormal perikardium

2. Pucat
3. Cardiac menurun Penurunan preload &
4. Nadi abnormal afterload
5. CRT >3 detik
Palpitasi

Penurunan Curah
Jantung
8 DS: Perubahan status Koping Individu
1. Kekhawatiran kesehatan Tidak Efektif
2. Tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasar Ketidakberdayaan
3. Mengungkapkan tidak mampu meningkat secara
mengatasi masalah menetap
DO:
3. Partisipasi sosial kurang Kekhawatiran
4. Menggunakan mekanisme koping Meningkat
yang tidak sesuai
Fokus pada diri
sendiri

Perasaan tidak
adekuat

Distress

Koping Individu
Tidak Efektif
9 DS: Aliran darah ke Gangguan
1. Nokturia ginjal menurun Eliminasi Urine
DO:
1. Distensi kandung kemih Absorbsi Cairan
2. Volume residu urin meningkat Hipoperfusi

Neuritik Urine
Menurun

Uremia

Gangguan
Eliminasi Urine
3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
dibuktikan dengan Dispnea, Batuk tidak efektif, Tidak mampu batuk, Sputum
berlebih, Bunyi nafas menurun, Pola nafas berubah, Frekuensi nafas berubah.
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan ca paru dibuktikan dengan Keluhan nyeri,
Meringis, Berfokus pada diri sendiri, Frekuensi nadi abnormal, Pola nafas abnormal,
Tekanan darah abnormal.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakcukupan persiapan untuk
menghadapi stresor dibuktikan dengan Kekhawatiran, Tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasar, Mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah, Partisipasi sosial
kurang, Menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload, afterload
dibuktikan dengan Palpitasi, Lelah, Dispnea, TD abnormal, Pucat, Cardiac menurun,
Nadi abnormal, CRT >3 detik
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
dibuktikan dengan Dispnea, Pusing, Bunyi nafas tambahan, Takikardia, Nafas cuping
hidung, Pola nafas abnormal, Kesadaran menurun.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat ekspansi
paru dibuktikan dengan Dispnea, Pernafasan cuping hidung, Pola nafas abnormal,
Fase ekspirasi memanjang, Penggunaan otot bantu pernafasan.
7. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan dibuktikan
dengan Nafsu makan menurun, Berat badan menurun, Otot pengunyah lemah, Otot
menelan lemah, Membran mukosa pucat.
8. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi dibuktikan dengan Nokturia, Distensi
kandung kemih, Volume residu urin meningkat.
9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen dibuktikan dengan Mengeluh lemah, Merasa lemah, Frekuensi
jantung meningkat, Gambaran EKG menunjukkan iskemia, Tekanan darah berubah
dari kondisi istirahat.
3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


Hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
nafas tidak efektif tindakan keperawatan Observasi:
berhubungan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kemampuan batuk
dengan diharapkan Bersihan 2. Monitor adanya retensi sputum
hipersekresi jalan Jalan Nafas meningkat 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
nafas dibuktikan dengan kriteria hasil : saluran nafas
dengan Dispnea, 1. Batuk efektif 4. Monitor input dan output cairan
Batuk tidak meningkat Terapeutik:
efektif, Tidak 2. Produksi sputum 5. Atur posisi semifowler atau fowler
mampu batuk, menurun 6. Pasang perlak dan bengkok
Sputum berlebih, 3. Dispnea menurun dipangkuan pasien
Bunyi nafas 4. Frekuensi nafas 7. Buang sekret pada tempat sputum
menurun, Pola membaik Edukasi:
nafas berubah, 5. Pola nafas membaik 8. Jelaskan tujuan dan prosedur
Frekuensi nafas batuk efektif
berubah. 9. Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mecucu selama 8 detik
10. Anjurkan mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3 kali
11. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke 3
Kolaborasi:
12. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran
2 Nyeri Kronis Setelah dilakukan Management
berhubungan tindakan keperawatan Nyeri Observasi:
dengan ca paru selama 3x24 jam 1. Identifikasi nyeri lokasi,
dibuktikan dengan diharapkan Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
Keluhan nyeri, menurun dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri
Meringis, Berfokus hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
pada diri sendiri, 1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non
Frekuensi nadi menurun verbal
abnormal, 2. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang
Pola nafas 3. Berfokus pada diri memperberat dan memperingan
abnormal, Tekanan sendiri menurun nyeri
darah abnormal. 4. Anoreksia menurun 5. Monitor efek samping penggunaan
5. Frekuensi nadi analgesik
membaik Terapeutik:
6. Pola nafas membaik 6. Berikan teknik non farmakologis
7. Tekanan darah untuk mengurangi rasa nyeri
membaik 7. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
Edukasi:
8. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredahkan
nyeri
10. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
11. Anjurkan menggunakan analgesic
secara tepat
12. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi:
13. Kolaborasi pemberian analgesic
3 Koping individu Setelah dilakukan Dukungan Pengambilan
tidak efektif tindakan keperawatan Keputusan Observasi:
berhubungan selama 3x24 jam 1. Identifikasi persepsi mengenai
dengan diharapkan Status masalah dan informasi memicu
ketidakcukupan Koping membaik dengan konflik Terapeutik:
persiapan untuk kriteria hasil : 2. Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan
menghadapi stresor 1. Perilaku koping harapan yang membantu membuat
dibuktikan dengan adaptif meningkat pilihan
Kekhawatiran, 2. Verbalisasi 3. Diskusikan kelebihan
Tidak mampu kemampuan mengatasi dan kekurangan dari setiap
memenuhi masalah meningkat solusi
kebutuhan dasar, 3. Partisipasi sosial 4. Fasilitasi melihat situasi secara
Mengungkapkan meningkat realistic
tidak mampu 5. Motivasi mengungkapkan tujuan
mengatasi perawatan yang diharapkan
masalah, Partisipasi Edukasi:
sosial 6. Informasikan alternative
solusi secara jelas
7. Berikan informasi yang diminta
pasien
Kolaborasi:
8. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam memfasilitasi pengambilan
keputusan

DAFTAR PUSTAKA

1. S, Nanda. 2020. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ca Paru. Jakarta: EGC.
2. Jusuf, A., Syahruddin, E & Hudoyo, A. 2019. Kemoterapi Kanker Paru. Jurnal Respirologi
Indonesia. Vol 29. No4.
3. NCCN, 2012. Lung Cancer, http://www.nccn.org
4. NCCN, 2010. Small Cell Lung Cancer, http://www.nccn.org
5. NCCN, 2009. Non Small Cell Lung Cancer, http://www.nccn.org

Anda mungkin juga menyukai