Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan CA Paru

A. Definisi
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor paru)
maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan oleh
kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat
mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat dikendalikan.
Kanker paru primer yaitu tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
karsinoma bronkus (Purba, 2015)
B. Etiologi dan Faktor Risiko:
1. Merokok: Merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan sekitar 85% kasus
kanker paru-paru.
2. Paparan Asap Rokok Pasif: Orang yang sering terpapar asap rokok dari perokok
aktif juga berisiko lebih tinggi terkena kanker paru-paru.
3. Polusi Udara: Pajanan terhadap polutan udara seperti partikel dan bahan kimia
beracun dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.
4. Riwayat Keluarga: Riwayat kanker paru-paru dalam keluarga dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena kanker ini. (Barta, 2019 ).
C. Patofisiologi
Kanker paru dimulai oleh aktivitas onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor.
Onkogen merupakan gen yang membantu sel-sel tumbuh dan membelah serta
diyakinin sebagai penyebab seseorang untuk terkena kanker Proto-onkogen berubah
menjadi onkogen jika terpapar karsinogen yang spesifik. Sedangkan inaktivasi gen
supresor tumor disebabkan oleh rusaknya kromosom sehingga dapat
menghilangkan keberagaman heterezigot. Zat karsinogen merupakan zat yang
merusak jaringan tubuh yang apabila mengenai sel neuroendrokin menyebabkan
pembentukan small cell lung cancer dan apabila mengenai sel epitel menyebabkan
pembentukan non small cell lung cancer. (Barta, 2019).
D. Pathway

Merokok Polusi Udara Paparan Zat Genetik Penyakit Paru

Bahan karsinogen mengendap

Metaplasia, hiperplasia

Menyumbat jalan napas Kanker Paru

Sesak napas Karsinoma sel besar

Penyebaran neoplasti
Bersihan Jalan Napas Tidak ke mediastilin
Malas makan Anemis
Efektip

Defisit Nutrisi Kelelahan Area pleuritik

Intoleransi Aktifitas Nyeri Kronis

(Sumber : (WOC) SDKI (PPNI,2017).

E. Klasifikasi
Secara umum, kanker paru terbagi atas 2 jenis yaitu Non Small Cell Lung Cancer
(NSCLC) dan Small Cell Lung Cancer (SCLC) . NSCLC memiliki 2 domain utama
yaitu adenokarsinoma dan squamouscell carcinoma. NSCLC merupakan jenis
kanker paru yang paling sering terjadi, yaitu sekitar 80% dari seluruh insiden
kanker paru (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017).
a. Adenokarsinoma
Adenokarsinoma merupakan bentuk paling umum dari kanker paru.
Adenokarsinoma merupakan 40% dari total kejadian kanker paru,60% dari total
kejadian Non Small Cell Cancer (NSCC), dan 70% dari seluruh tindakan
operasi merupakan reseksi dari adenokarsinoma. Adenokarsinoma paru pada
umumnya terbentuk di bagian perifer jalan napas dan berbentuk massa fibrosis.
Salah satu biomarker adanya adenokarsinoma paru adalah ditemukannya TTF-1
(Thyroid Transcription Factor) dan NapsinA. Biomarker tersebut dijumpai di
85% pasien dengan adenokarsinoma paru.
b. Squamous Cell Carcinoma
Squamous Cell Carcinoma (SCC) menyumbang 20% dari kejadian kanker paru.
SCC biasanya muncul di sepanjang jalan napas yang menyebabkan obstruksi
pada jalan napas. Ciri khusus dari SCC adalah adanya proses keratinisasi
penghubung antar seluler.
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Manifestasi klinis Ca Paru sesuai dengan
lokasinya.
Adenokarsinoma Dan Karsinoma Sel
Karsinoma Sel Kecil Karsinoma Sel Besar
Bronkoalveolar Skuamosa
Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala
1. Nafas dangkal 1. Batuk 1. SIADH 1. Batuk
2. Batuk 2. Dyspnea 2. Sindrom chusing Berkepanjagan
3. Penurunan 3. Nyeri dada 3. Hiperkalsemia 2. Nyeri dada
nafsu makan 4. Atelektasis 4. Batuk saat menghirup
4. Trosseau 5. Pneumonia 5. Stridor 3. Suara serak
Syndrome Postobstruktif 6. Nafas dangkal 4. Sesak napas
6. Mengi 7. Sesak nafas
7. Hemoptisis 8. Anemia

Sumber: Tan, 2017


G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker paru ini adalah
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ditujukan
untuk (Purba & Wibisono, 2015):
1. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru;
2. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas;
3. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
organ-organ lainnya; dan
4. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena
metastasis.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Purba &
Wibisono, 2015):
1. Radiologi
2. Sitologi
3. Bronkoskopi
4. Biopsi Transtorakal
5. Torakoskopi
H. Penatalaksanaan
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017,
manajemenpenatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan
klasifikasinya. Pada kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK), terdiri
dari berbagai jenis, antara lain adalah karsinoma sel skuamosa (KSS),
adenokarsinoma, karsinoma bukan sel kecil (KBSK) penatalaksanaannya
tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum penderita, komorbiditas, tujuan
pengobatan, dan cost-effectiveness. Modalitas penanganan yang tersedia adalah
bedah, radiasi, dan kemoterapi. Penatalaksanaan kanker paru karsinoma bukan sel
kecil antara lain:
1. Bedah
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
Penatalaksanaan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) berbeda dengan
KPBSK, pasien dengan KPKSK, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan stadium,
antara lain :
1. Stadium terbatas
2. Stadium lanjut
I. Komplikasi
Kanker paru-paru (CA PARU) bisa melibatkan sistem pernapasan dan organ lain
dalam tubuh. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat CA
PARU:
1. Efusi pleura: Terjadi penumpukan cairan di rongga pleura yang menyebabkan
sesak napas dan nyeri dada.
2. Pneumonia: Infeksi paru-paru yang dapat berkembang sebagai komplikasi dari
sistem imun yang melemah akibat kanker dan perawatan kanker.
3. Pembekuan darah: Peningkatan risiko pembekuan darah di dalam pembuluh
darah, yang dapat menyebabkan kondisi seperti emboli paru (gumpalan darah
di paru-paru).
4. Sindrom vena cava superior: Kanker paru-paru dapat menyebabkan sumbatan
pembuluh darah vena cava superior, yang menyebabkan pembengkakan wajah,
leher, dan lengan, serta pernapasan yang terganggu.
5. Perikarditis: Peradangan pada selaput jantung (perikardium), yang dapat
menyebabkan nyeri dada dan kesulitan bernapas.
6. Disfungsi organ lain: Kanker paru-paru yang sudah lanjut dapat menyebar ke
organ lain seperti hati, otak, tulang, atau kelenjar adrenal, menyebabkan
gangguan fungsi organ-organ tersebut. (American Cancer Society, 2021).
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2021). Lung Cancer Risk Factors.


https://www.cancer.org/cancer/lung-cancer/causes-risks-prevention/riskfactors.html
Barta JA, Powell CA, Wisnivesky JA. 2019. Global epidemiology of lung
cancer.Annals of Global Health; 85(1): 1-16. Kemenkes RI. PNPK Kanker Paru:
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
2017
Purba, Ardina Filindri. 2015. Pola Klinis Kanker Paru Di RSUP Dr. Kariadi
Semarang Periode Juli 2013 – Juli 2014. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.Semarang
Purba & Wibisono. (2015). Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi Semarang
Periode Juli 2014.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tan. (2017). Non - Small Cell Lung Cnacer Clinical Presantion.
Asuhan Keperawatan Teoritis Ca Paru

A. Pengkajian
a) Pengumpulan Data
a. Nama: Tulis nama panggilan pasien atau inisial
b. Umur: Resiko Ca paru meningkat pada orang berumur >40 tahun
c. Jenis kelamin: Ca paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di
Indonesia dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan
d. Agama: Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko lenih
banyak mengidap Ca paru
e. Pendidikan: Tingkat pendidikan akan mempengaruhi resiko terserang Ca
paru, orang dengan pendidikan tinggi mungkin akan lebih berhati-hati
ketika berhadapan dengan asap yang berbahaya
f. Alamat: Jumlah kejadian Ca paru dua kali lebih banyak di daera
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi
udara di perkotaan
g. No. RM: Dapat dicatat sesuai dengan urutan pasien masuk
h. Pekerjaan: Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat
karsinogen akan meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru.
Beberapa pekerjaan yang meningkatkan resiko Ca paru adalah pekerja
asbes, kapster salon, pabrik industri, dan lain-lain.
i. Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan
angka kejadian Ca paru
j. Tanggal MRS: Dilihat sejak klien masuk IGD
k. Tanggal Pengkajian: Ditulis dengan tanggal ketika perawat melakukan
pengkajian pertama kali
l. Sumber Informasi: Sumber informasi bisa didapat dari pasien, keluarga,
atau pasien dan keluarha. Dari pasien biasanya jika pasien tidak ada
keluarga, dari keluarga biasanya jika pasien tidak kooperatif, dan dari
pasien dan keluarga apabila keduanya kooperatif dalam memberikan
informasi
b) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
b) Riwayat penyakit sekarang:
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah; malaise;
anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik.
c) Riwayat kesehatan terdahulu:
1. Penyakit yang pernah dialami:
Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan penyakit menular
atau menurun lainnnya sebelumnya. Penyakit paru seperti tuberkulosis
dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker
paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat
sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru
2. Alergi : Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester,dan lain-lain
3. Imunisasi : Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau
tidak
4. Kebiasaan/pola hidup/life style : Kebiasaan yang sangat berkaitan
denga Ca paru adalah kebiasaan merokok, menghirup asap rokok, zat
karsinogen, dan polusi udara. Merokok merupakan faktor yang
berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus. Jika terjadi pada
laki-laki maka yang harus dikaji adalah usia mulai merokok, jumlah
batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok. Jika terjadi pada wanita maka yang harus
dikaji adalah seberapa sering menghirup asap rokok atau terpapar zat
lainnya
5. Obat-obat yang digunakan : Menanyakan pada klien obat apa saja yang
dikonsumsi sebelum MRS
d) Riwayat penyakit keluarga: Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga
sebelumnya yang mengidap Ca paru, penyakit menular, atau menurun
lainnya
e) Riwayat pengkajian nyeri
P : Provokatus paliatif : Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bisa
memperberat ? apa yang bisa mengurangi ?
Q : QuaLity-quantity : Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala
dirasakan
R : Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?
S : Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala
berapah ?
T : Time : Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala
dirasakan tiba-tiba atau bertahap ? seberapa lama gejala dirasakan?
c) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum:
b. Tanda vital:
c. Tekanan Darah : Normal, jika tidak ada riwayat hipertensi
d. Nadi : Meningkat (Normal 80-100x/menit)
e. RR : Meningkat (Normal 16-24x/menit)
f. Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali jika ada
inflamasi
d) Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
a. Kepala
Inspeksi : kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji
uban), distribusi normal, kaji kerontokan rambut jika sudah dilakukan
kemoterapi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan,
tidak ada lesi.
b. Mata
Inspeksi : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks
pipil terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam
Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
c. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak
ada kelainan bentuk.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
d. Hidung
Inspeksi : hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat bantu
pernafasan
e. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi
bersih tidak ada karies gigi
Palpasi : tidak ada pembesaran tonsil
f. Dada
Inspeksi : Betuk dada kadang tidak simetris, kaji adanya retraksi
dada
Palpasi : Pengembangan paru tidak simetris, adanyakemungkinan
- kemungkinan flail chest
Perkusi : Suara paru sonor
Auskultasi: Ada suara nafas tambahan Wheezing
g. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Kaji adanya ketegangan abdomen
Auskultasi: Kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan
nafsu makan
h. Urogenital
Inspeksi : Tidak terpasanga alat bantu nafas
i. Ekstremitas
Inspeksi : ekstremitas biasanya sulit digerakkan karena takut sesak nafas
Palpasi : akral dingin, tidak ada edema, tugor kuit baik.
j. Kulit dan kuku
Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink
Palpasi : kondisi kulit lembab, CRT <2 detik, dan akral dingin.
k. Keadaan local
Pasien tampak lemah berbaring di tempat tidur, terpasang alat bantu
pernafasan, kesadaran compos mentis (sadar penuh).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan . Diagnosa keperawatan merupakan
bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu
pasien mencapai kesehatan yang optimal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas keleahan
otot pernapasan karena adanya adenoca paru.
b. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor.
Gejala Mayor & Kondisi Klinis
Definisi Penyebab
Minor Terkait
D.0001 Bersihan Fisiologis Mayor : 1. Depresi sistem saraf
Jalan Napas Tidak 1. Spasme jalan napas Subjektif : tidak
pusat.
Efektif. 2. Hipersekresi jalan tersedia.
napas Objektif : 2. Infeksi saluran napas
Definisi : 3. Disfungsi 1. batuk tidak efektif
ketidakmampuan neuromuskuler 2. tidak mampu batuk.
membersihkan sekret 4. Hiperplasia dinding 3. sputum berlebih.
atau obstruksi jalan jalan napas. 4. Mengi, wheezing
nafas untuk 5. Proses Infeksi dan / atau ronkhi
mempertahankan jalan kering.
nafas tetap paten. 5. Mekonium di jalan
nafas pada Neonatus.
Minor.
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Gelisah.
2. Sianosis.
3. Bunyi napas
menurun.
4. Frekuensi napas
berubah.
5. Pola napas berubah.

D.0078 Nyeri Kronis Penyebab. Mayor 1. Kondisi kronis (mis


1. Kondisi Subjektif : arthritis reumatoid)
Definisi :Pengalaman muskuloskeletal 1. Mengeluhnyeri Infeksi
sensorik atau Kronis 1. 2. Merasa depresi 2. Cedera modula
emosional yang 2. Kerusakn sistem saraf (tertekan) spinalis
berkaitan dengan 3. Penekanan saraf Objektif 3. Kondisi pasca
keruskan jaringan 4. Infiltrasi tumor 1. Tampak meringis trauma
aktual tau fungsional, 5. Ketidakseimbangan 2. Gelisah
dengan onset neurotransmiter, 3. Tidak mampu
mendadak atau lambat neuromodulator, dan menuntaskan
dan berintensitas reseptor aktivitas
ringan hingga berat dan 6. Gangguan imuntas Minor
konstan, yang (mis. neuropati terkait Subjektif:
berlangsung lebih dari HIV, virus varicella- 1. Merasa takut
3 bulan. zoster) mengalami cedera
7. Gangguan fungsi berulang
metabolik Objektif:
1. Bersikap protektif
(mis. posisi
menghindari nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
6. Berfokus pada disi
sendiri

C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan pasien individu, keluarga, dan
komunitas.(PPNI, 2018)
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan . Tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. (SIKI, 2018).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan .
DAFTAR PUSTAKA

Tim POKJA SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Tim POKJA SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai