Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK


Dosen : Ns. La Saudi, M.Kep. Sp. Kep.An
Untuk memenuhi dan menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh : Kel 3


Rahman Eka Prasetia
Selly Sylviah
Fina Afriyanti
Ragil Rahmadani
Fika Fitriyani

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KARYA HUSADA
2023

A. Stressor Umum Pada Hospitalisasi


Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Stressor yang
mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak perpisahan,
kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ), perlukaan tubuh dan nyeri, dimana
stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru dengan segala rutinitas dan ketidakadekuatan mekanisme
koping untuk menyelesaikan masalah sehingga timbul prilaku maladaptif dari anak.
Untuk mengurangi dampak rawat inap di rumah sakit, peran perawat sangat
berpengaruh dalam mengurangi ketegangan anak. Usaha usaha yang dilakukan untuk
mengurangi dampak stress hospitalisasi antara lain :
a. Meminimalkan dampak perpisahan
b. Mengurangi kehilangan kontrol.
c. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri.
Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam usahanya
meminimalkan stress akibat hospitalisasi, perlu adanya pengetahuan sebelumnya
tentang stress hospitalisasi, karena keberhasilan suatu asuhan keperawatan sangat
tergantung dari pemahaman dan kesadaran mengenai makna yang terkandung dalam
konsep-konsep keperawatan serta harus memiliki pengetahuan , sikap dan
keterampilan dalam menjalankan tugas sesuai dengan perannya.
(Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017).
B. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
Reaksi anak terhadap hospitalisasi tergantung pada usia, perkembangan anak,
pengalaman sebelumnya terhadap penyakit, sistem pendukung yang tersedia dan
mekanisme koping yang dimilki . Reaksi hospitalisasi pada masa bayi adalah
menangis keras,pergerakan tubuh yang banyak dan ekspresi wajah yang tidak
menyenangkan.
Reaksi yang diperlihatkan anak pada usia todler pada tahap protes adalah
menangis, menjerit dan menolak perhatian orang lain. Pada tahap putus asa,
menangis anak mulai berkurang, anak tidak aktif, menunjukkan kurang minat
untuk bermain, sedih dan apatis. Anak usia prasekolah menunjukkan reaksi
terhadap hospitalisasi berupa menolak makan, sering bertanya, menangis
perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas. Pada masa sekolah yaitu usia 6
sampai 12 tahun yang dirawat di rumah sakit memaksa anak meninggalkan
lingkungan yang dicintai, keluarga, teman sehingga menimbulkan kecemasan.
Reaksi yang ditunjukkan adalah menolak perawatan atau tindakan dan tidak
kooperatif terhadap petugas. (Hastuti, Apriyani Puji. 2015)
C. Reaksi Saudara Kandung (Sibling) Terhadap Hospitalisasi
Reaksi saudara kandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit adalah
kesiapan, ketakutan, khawatiran, marah,cemburu, benci, iri dan merasa bersalah.
Orang tua sering kali memberikan perhatian yang lebih pada anak yang sakit
dibandingkan dengan anak yang sehat. Hal tersebut menimbulkan perasaan cemburu
pada anak yang sehat dan merasa ditolak. (Hastuti, Apriyani Puji. 2015)
D. Reaksi Orang Tua Terhadap Hospitalisasi
Hampir semua orang tua berespon terhadap penyakit dan hospitalisasi anak dengan
reaksi yang luar biasa. Pada awalnya orang tua dapat bereaksi dengan tidak percaya,
terutama jika penyakit tersebut muncul tiba-tiba dan serius.
Takut, cemas dan frustasi merupakan perasaan yang banyak diungkapkan oleh orang
tua. Takut dan cemas dapat berkaitan dengan keseriusan penyakit dan jenis prosedur
medis yang digunakan. Sering kali kecemasan yang paling besar berkaitan dengan
trauma dan nyeri yang terjadi pada anak. (Hastuti, Apriyani Puji. 2015)
E. Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
Setiap anak mempunyai reaksi yang berbeda terhadap penyakit dan hospitalisasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi anak terhadap hospitalisasi menurut
(James, S.R. & Ashwill, 2017) adalah:
a. Umur dan perkembangan kognitif
Tingkat perkembangan anak mempengaruhi reaksi anak terhadap penyakit.
Perkembangan anak pada usia prasekolah adalah membentuk konsep sederhana
tentang kenyataan sosial, belajar membina hubungan emosional dengan orang
lain dan belajar membina hubungan baik dan buruk dengan orang lain.
Perbedaan- perbedaan tersebut harus dipertimbangkan saat merencanakan asuhan
keperawatan. Persiapan rawat inap dan prosedur yang akan dilakukan didasarkan
pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Reaksi orang tua terhadap penyakit dan hospitalisasi
Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak dihospitalisasi.
Kecemasan yang terjadi pada orang tua ini dapat meningkatkan kecemasan
anak. Orang tua kadang tidak menjawab pertanyaan anakdan tidak menjelaskan
yang sebenarnya karena khawatir anak menjadi takut dan cemas. Orang tua takut
membuat bingung anak dan menurunkan tingkat kepercayaan anak.
c. Persiapan anak dan orang tua
Metode yang dapat dilakukan untuk menyiapkan anak dalam menjalani
hospitalisasi adalah mengerti kebutuhan individu dari anak tersebut. Perawat
harus mempertimbangkan umur, tingkat perkembangan, keterlibatan keluarga,
waktu, status fisik dan psikologi anak, faktor sosial budaya dan pengalaman
terhadap sakit maupun pengalaman merawat anak.
d. Ketrampilan koping anak dan keluarga
Koping merupakan suatu proses dalam menghadapi kesulitan untuk mendapatkan
penyelesaian masalah. Koping anak terhadap penyakit atau hospitalisasi
dipengaruhi oleh usia, persepsi terhadap kejadian yang dialami, hospitalisasi
sebelumnya dan dukungan dari berbagai pihak.
e. Manfaat psikologis dari hospitalisasi
Beberapa orang berpikir bahwa hospitalisasi hanya menyebabkan dampak negatif
terhadap status psikologis. Pada kenyataannya ada manfaat psikologis dari
penyakit dan hospitalisasi yaitu dapat meningkatkan perkembangan yang aktual
dari keterampilan koping anak dan meningkatkan harga diri. Anak lebih percaya
diri dalam mengurangi kecemasan selama dihospitalisasi dan lebih mampu untuk
melakukan perawatan diri sendiri.

F. Pendekatan Yang Digunakan Dalam Hospitalisasi


Pendekatan yang digunakan dalam hospitalisasi :
1. Pendekatan Empirik
Dalam menanamkan kesadaran diri terhadap para personil yang terlibat dalam
hospitalisasi, metode pendekatan empirik menggunakan strategi, yaitu ;
a. Melalui dunia pendidikan yang ditanamkan secara dini kepada peserta didik.
b. Melalui penyuluhan atau sosialisasi yang diharapkan kesadaran diri mereka
sendiridan peka terhadap lingkungan sekitarnya.
c. Pendekatan Melalui Metode Permainan Metode permainan merupakan cara
alamiah bagi anak untuk mengungkapkankonflik dalam dirinya yang tidak
disadari. Kegiatan yang dilakukan sesuai keinginansendiri untuk memperoleh
kesenangan. (James, S.R. & Ashwill, 2017)
G. Gangguan Peran Orang Tua dan Keluarga
Gangguan peran orang tua dan keluarga terhadap hospitalisasi anak dapat
memengaruhi pengalaman anak selama di rumah sakit dan proses pemulihan.
Beberapa contoh gangguan peran orang tua dan keluarga meliputi:
1. Kehilangan peran sebagai pengasuh utama:
Hospitalisasi anak dapat membuat
orang tua merasa terpisah dari anak mereka, terutama jika mereka harus bekerja
atau tidak diizinkan untuk menginap di rumah sakit bersama anak mereka. Hal
ini dapat menyebabkan rasa tidak aman pada anak, karena mereka tidak memiliki
sosok yang biasa mereka andalkan selama masa sulit ini.
2. Ketidakmampuan dalam memberikan dukungan emosional:
Orang tua dan keluarga mungkin merasa sangat khawatir dan takut selama
hospitalisasi anak mereka. Mereka mungkin kesulitan mengatasi perasaan
mereka sendiri dan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan anak.
3. Tidak adanya kesiapan dalam menghadapi kondisi kesehatan anak: Orang tua
dan keluarga mungkin mengalami kebingungan atau kecemasan terhadap kondisi
kesehatan anak mereka. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk
berkomunikasi dengan tim medis, memahami rencana pengobatan, dan
memberikan perawatan yang adekuat di rumah.
4. Terlalu protektif: Orang tua dan keluarga mungkin menjadi terlalu protektif
terhadap anak mereka selama masa hospitalisasi. Hal ini dapat membatasi
kemampuan anak untuk belajar dan tumbuh, serta menghambat proses
pemulihan.
5. Kurangnya dukungan sosial: Orang tua dan keluarga mungkin tidak memiliki
dukungan sosial yang memadai selama masa hospitalisasi anak. Hal ini dapat
memengaruhi kesejahteraan psikologis mereka dan kemampuan mereka untuk
memberikan dukungan yang dibutuhkan pada anak.
(James, S.R. & Ashwill, 2017)
H. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Hospitalisasi
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan
pada anak yang dihospitalisasi menurut (Hockenberry, M.J., & Wilson, 2017)
adalah :
1. Persiapan hospitalisasi
Proses persiapan hospitalisasi yang dapat dilakukan adalah dengan keliling
rumah sakit, pertunjukan menggunakan boneka dan permainan yang
menggunakan miniatur peralatan rumah sakit yang nanti akan dijumpai anak
pada saat pemberian perawatan. Persiapan bisa menggunakan buku-
buku, video atau film yang menceritakan seputar kondisi di rumah sakit.
2. Mencegah dan meminimalkan perpisahan
Kehadiran orang tua setiap saat dapat membantu mengurangi kecemasan
anak. Orang tua diharapkan terlibat dalam aktivitas perawatan sehingga orang tua
dapat berpartisipasi terhadap perawatan. Perawat selalu memberikan informasi
tentang kondisi anak dan orang tua selalu memberikan dukungan terhadap anak.
3. Meminimalkan kehilangan kendali
Kehilangan kendali dapat terjadi akibat perpisahan, restriksi fisik dan
perubahan rutinitas. Kehilangan kendali dapat dicegah dengan meningkatkan
kebebasan bergerak, mempertahankan rutinitas anak, mendoron kemandirian dan
meningkatkan pemahaman.
4. Mencegah dan meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh
Anak akan dihantui rasa takut akan nyeri dalam menghadapi prosedur yang
menyakitkan. Tehnik manipulasi prosedural untuk setiap kelompok umur dapat
meminimalkan ketakutan terhadap cedera tubuh. Intervensi yang paling
mendukung adalah dengan prosedur secepat mungkin dan mempertahankan
kontak orang tua dengan anak.
5. Memfasilitasi aktivitas yang sesuai dengan perkembangan
Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan adalah tetap menjaga perkembangan
anak saat dihospitalisasi. Berbagai cara yang bisa dilakukan diantaranya adalah
dengan meminimalkan perpisahan, memberikan kesempatan anak untuk
berpartisipasi dalam aktivitas- aktivitas yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
6. Memberikan kesempatan untuk bermain
Bermain adalah suatu aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan anak. Bermain
sangat penting untuk perkembangan mental, emosional dan kesejahteraan sosial
anak. Kebutuham bermain tidak dapat dihentikan sewaktu anak mendapat
perawatan di rumah sakit. Permainan disesuaikan dengan kondisi anak dan
tingkat perkembangannya.
7. Mendorong partisipasi orang tua
Mencegah dan meminimalkan perpisahan merupakan tujuan utama keperawatan
dengan mempertahankan kontak antara orang tua dengan anak. Pendekatan
terbaik adalah menganjurkan orang tua untuk tetap bersama anak ,berpartisipasi
dalam perawatan jika memungkinkan. Staf rumah sakit harus menghargai
kelanjutan kelekatan orang tua dan anak. Orang tua selalu dilibatkan dalam
perencanaan asuhan keperawatan dan berperan dalam pemulihan kondisi anak.

DAFTAR PUSTAKA
Hockenberry, M.J., & Wilson, B. (2017). Wong's Nursing Care of Infants and
Children (10th ed.). St. Louis, MO: Elsevier.
Hastuti, Apriyani Puji. 2015. Konsep Hospitalisasi pada Anak dan Keluarga.
Ebook Modul Kuliah Keperawatan Anak POLITEKNIK Kesehatan RS Dr
Soepraoen. hal: 1-20
James, S.R. & Ashwill, J. (2017). Nursing Care of Children: Principles and
Practice (5th ed.). St. Louis, MO: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai