Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HOSPITALISASI PADA ANAK

DISUSUN OLEH:
ALFIN MUSA BHAKTI
NIM : 004STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN JENJANG S.1
MATARAM
2021
BAB I

1.1. Latar Belakang

Permasalahan pokok yang sering dihadapi dalam dunia kesehatan adalah tidak lain
dari reaksi hospitalisasi serta dampak yang di timbulkannya.sebagaimana komitmen dalam
mengatasi hal tersebut baik secara individual maupun secara sosial yaitu upaya
menimalisirkan dampak serta memaksimalkan manfaat ari hospitalisasi.

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu memahami tentang hospitalisasi pada anak sesuai perkembangannya

1.2.2 Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu memahami konsep hospitalisasi pada anak

b. Mahasiswa mampu asuhan keperawatan pada anak


BAB II

2. Tinjau kasus

2.2 Pengertian Hospitalisasi

Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah.

Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan
kebiasaan yang asing, Lingkungannya yang asing,orang tua yang kurang yang mendapat
dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas. Rasa cemas pada orangtua akan membuat
stress anak meningkat. Dengan demikan asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak
terapi tapi juga pada orang tuanya.

2.2 Pendekatan Yang di Gunakan Dalam Hospitalisasi

1. Pendekatan Empirik

Dalam menanamkan kesadaran diri terhadap para personil yang terlibat dalam
hospitalisasi, metode pendekatan empirik menggunakan strategi, yaitu :

1.1.Melalui dunia pendidikan yang ditanamkan secara dini kepada peserta didik.

1.2.Melalui penyuluhan atau sosialisasi yang diharapkan kesadaran diri mereka sendiri dan peka
terhadap lingkungan sekitarnya.

2.Pendekatan Melalui Metode Permainan

Yaitu pendekatan dilakukan melalui permainan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan anak. Raksi hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung pada
usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang
tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya reaksi anak trhadap sakit
adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.
2.3. HOSPITALISASI PADA ANAK

Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai :

1.Pengalaman yang mengancam

2.Stressor

Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga.

Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :

1.Anak tidak memahami mengapa dirawat/terluka.

2.Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan

sehari-hari.

3. Keterbatasan mekanisme koping.

Stressor Hospitalisasi Pada Anak

Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :

1. Tingkat perkembangan usia.

2. Pengalaman sebelumnya.

3. Support sistem dalam keluarga.

4. Keterampilan koping.

5. Berat ringannya penyakit.

2.4 Stress Hospitalisasi

Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi :

1. Takut

1) Unfamiliarity

2) Lingkungan rumah sakit yang menakutkan


3 ) Rutinitas rumah sakit

4) Prosedur yang menyakitkan

5) Takut akan kematian

2. Isolasi

Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh pada
anak dibawah usia 12 tahun.

Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus (masker, pakaian isolasi,
sarung tangan, penutup kepala) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung.

3. Privasi yang telambat

Terjadi pada anak remaja : rasa malu, tidak bebas berpakaian.

2.5 Faktor

Faktor-faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak :

1. Berpisah dengan orang tua dan sibling.

2. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxienties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan


diawali oleh situasi yang asing. binatang buas.

3. Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan

4. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.

5. Prosedur yang menyakitkan

6. Takut akan cacat atau mati.

2.6 Stressor Pada Infant

Separation anxiety (cemas karena perpisahan)

• Pengertian trhadap ralita trbatas hubungan dngan ibu sangat dekat

• Kemampuan bahasa terbatas


Respon infant akibat prpisahan dibagi tiga tahap

1. Tahap protes (fase of protes)

a. Menangis kuat

b. Menjerit

c. Menendang

d. Berduka

e. Marah

2. Tahap putus asa (phase of despair)

a. Tangis anak mulai berkurang

b. Murung, diam, sedih, apatis.

c. Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya

d. Menghisap jari

e. Menghindari kontak mata

f. Berusaha menghindar dari orang yang mendekati

g. Kadang anak tidak mau makan.

3. Tahap menolak (phase dethacement/denial)

 Secara samar anak seakan menerima perpisahan (pura-pura)


 Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya
 Bermain dengan orang lain
 Mulai mmbina hubungan yang dangkal dengan orang lain
 Anak mulai terlihat gembira
a. Kehilangan Fungsi Dan Control

Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan pengobatan serta
aktivitas di rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang membuat anak
kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada anak.

b. Gangguan Body Image dan Nyeri

oInfant masih ragu tentang persepsi body image

 Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami arti dari organ
tubuhnya, misalnya:sedih/cemas jika trauma atau luka.
 Warna seragam perawat/dokter (putih) diidentikkan dengan prosedur tindakan yang
menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant.

Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah berada di
sekitar mulut dan genitalnya.Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena perpisahan,
kehilangan control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya menghisap jari, botol.

2.6 STRESSOR PADA ANAK USIA AWAL (TODDLER & PRA SEKOLAH)

Reaksi emosional ditunjukkan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk
sehat dalam mengatasi stress karena hospitalisasi.

1. Pengertian anak tentang sakit

 Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi,
karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar kita.
 Anak mempunyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bisa bermain
dengan temannya, mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke
rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi.
 Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative,
membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.

2. Separation/Perpisahan

 Anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua


 Anak sering mimpi buruk.
3. Kehilangan Fungsi dan Control

Dengan kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya fungsi motorik biasanya


mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan yang
sudah dicapai dapat terhambat.Hal ini membuat anak menjadi regresi; ngompol lagi, suka
menghisap jari dan menolak untuk makan.

4. Restrain/pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas

5. Gangguan body image dan nyeri

 Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi


 Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan

I. STRESSOR PADA USIA PERTENGAHAN

Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan

1. Pengertian tentang sakit

 Anak usia 5-7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat mereka harus
beristirahat di tempat tidur
 Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak tentang penyakit
yang dialaminya.

2. Separation/Perisahan

 Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa perpisahan
terjadi
 Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsung lama
 Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi anak sehingga
dapat mengakibatkan anak menjadi cemas.

3. Kehilangan Fungsi Dan Control

 Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering membuat
anak frustasi, marah, dan depresi
 Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif mereka
terhambat
4. Gangguan body image dan nyeri

 Anak mulai menyadari tentang nyeri


 Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka inisiasi

2.7 STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR

1. Pengertian Sakit

 Anak mulai memahami konsep sakit yang bisa disebabkan oleh faktor ekstrnal atau bakteri,
virus dan lain-lain.
 Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah

2. Separation/Perpisahan

 Perpisahan dengan orang tua bukan suatu masalah


 Perpisahan dengan teman sebaya/peer group dapat mengakibatkan stress
 Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman

3. Kehilangan fungsi control

Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang dialaminya.

4. Gangguan body image

 Anak takut menagalami kecacatan dan kematian


 Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadapa alat genitalnya
2.8 STRESSOR PADA ADOLESCENT/REMAJA

1. Pengertian tentang sakit

 Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat kompleks
 Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bisa mempengaruhi sakit

2. Separation/Perpisahan

 Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan menimbulkan
stress akan perpisahan dengan teman sebayanya
 Anak juga kadang menghina dan mencoba membatasi kontak dengan peer groupnya jika
mereka mengalami kecacatan.

3. Kehilangan fungsi control

 Bagi remaja sakit dapat mmepengaruhi fungsi kemandirian mereka


 Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengancam konsep diri remaja
 Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri.

4. Gangguan Body Image

 Sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya dan
sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena adanya perubahan
body image. Remaja khawatir diejek oleh teman/peer groupnya.
 Mengalamai stress apabila dilakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan organ
seksual.

2.9 STRESSOR DAN REAKSI KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN HOSPITALISASI


ANAK

Bagian integral dari keluarga .anak

Jika anak harus menajalani hospitalisasi akan memeberikan pengaruh terhdap anggota
keluarga dan fungsi keluarga (Wong & whaley, 1999)
1. Stressor reaksi orang tua

- Reaksi orang tua dipengaruhi oleh:

1. Tingkat keseriusan penyakit anak

2. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi

3. Prosedur pengobatan

4. Kekuatan ego individu

5. Kemampuan koping

6. Kebudayaan dan keprcayaan

7. Komunikasi dalam keluarga

2. Reaksi Orang Tua

Pada umumnya raksi orang tua

1) Denial/disbelief

Tidak percaya akan penyakit anaknya.

2) Marah/merasa bersalah

Merasa tidak mampu merawat anaknya

3) Ketakutan, cemas dan frustasi


a. Tingkat keseriusan penyakit
b. Prosedur tindakan medis
c. Ketidaktahuan

4) Depresi
 Terjadi setelah masa krisis anak berlalu
 Merasa lelah fisik dan mental
 Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah
 Berhubungan dengan efek samping pengobatan
 Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan
5) Reaksi Sibling

Pada umumnya reaksi sibling:

a. Merasa kesepian
b. Ketakutan
c. Khawatir
d. Marah
e. Cemburu
f. Rasa benci
g. Rasa bersalah

3. Pengaruh pada fungsi keluarga

Pola komunikasi

 Komunikasi antar keluarga terganggu


 Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik

2.9. PENURUNAN PERAN ANGGOTA KELUARGA POLA KOMUNIKASI

1. Kehilangan peran orang tua

2. Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan dirawat

3. Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisosial

Bagaimana mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak

1. Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan

2. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga

3. Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak

4. Beri dukungan pada anak dan keluarga

5. Beri informasi yang akurat

Anda mungkin juga menyukai