Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK RELAKSASI NAFAS DALAM DALAM


MENGURANGI KECEMASAN

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 10

1. DEWI ASMIATI (2011040084)


2. EVI TRIYANI (2011040085)
3. WIDHI KUNTORO (2011040166)
4. MEGA AGUSTIN C (2011040087)
5. RIZKY ANGGARESTA W (2011040188)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020/2021
A. TOPIK
Terapi Aktivitas Kelompok Terapi Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengurangi Kecemasan
B. TUJUAN
1. TUM
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok dengan relaksasi nafas dalamdiharapkan klien
mampu mampu menguranngi kecemasannya dengan melakukan kegiatan yang positif.
2. TUK
a. Klien mampu berinteraksi dengan orang lain
b. Klien mampu mengidentifikasi atau mengenali ansietas
c. Klien mampu bersosialisasi dengan orang lain
d. Klien mampu membina hubungan saling percaya
e. Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi nafas dalam
f. Klien mampu mempergerakan dan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengatasi ansietas yang di alaminya
g. Klien mampu melakukan kegiatan yang sudah dijadwalkan

C. LANDASAN TEORI
1. Landasan Teori Kecemasan
a. Pengertian Kecemasan
Ansietas adalah suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang di sebabkan
oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang membantu individu untuk
bersiap untuk mengambil tindakan menghadapi ancaman. Pengaruh tuntutan,
persaingan, serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak
terhadap kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak psikologis yaitu ansietas
atau kecemasan (Sutejo, 2018).
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi di alami secara
subyektif dan di komunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart,
2014).
b. Tanda dan Gejala Kecemasan
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiranya sendiri, mudah
tersinggung
2) merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
3) Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
4) Gangguan tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
5) Gangguan konsetrasi dan daya ingat
c. Etiologi Kecemasan
1) Factor predisposisi
Berbagai teori telah di kembangkan untuk menjelaskan asal ansietas:
a) Dalam pandangan psikoanalitk, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara due elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili dorongan insiting
dan impuls primitif seseorang. Sedangkan superego mencerminkan hati nuraini
seseorang dan di kendalikan oleh norma-norma budaya seseorang Ego
berfungsi menegahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi
ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan,trauma seperti perpisahan dan kehilangan
sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah
mudah mengalmi perkembangan ansietas yang berat
c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
di inginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan dengan ketakutan yang
berlebihan lebih sering menunjukan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas merupakan gangguan
yang biasa di temui dalam satu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
2) Factor presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat di kelompokan menjadi 2 kategori:
a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari-hari
b) Ancaman terhadap sistem diri seseorag dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang

2. Landasan Teori
a. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare dalam Untari, 2014).
b. Tujuan
Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk,
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas
nyeri dan menurunkan kecemasan.
c. Langkah-langkah relaksasi nafas nafas
Langkah-langkah Teknik Relaksasi Nafas Dalam (Potter dan Perry, 2005)
1) Atur posisi pasien dengan posisi duduk ditempat tidur atau dikursi
2) Letakkan satu tangan pasien diatas abdomen ( tepat bawah iga) dan tangan
lainnya berada di tengah-tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan
abdomen saat bernafas
3) Keluarkan nafas dengan perlahan-lahan
4) Tarik nafas dalam melalui hidung secara perlahan-lahan selama 4 detik sampai
dada dan abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama
menarik nafas
5) Tahan nafas selama 3 detik
6) Hembuskan dan keluarkan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut selama 4
detik
7) Lakukan secara berulang dalam 5 siklus selama 15 menit dengan periode
istirahat 2 menit ( 1 siklus adalah 1 kali proses mulai dari tarik nafas, tahan dan
hembuskan)..
3. Landasan Teori Terapi Aktivitas Kelompok
a. Pengertian
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah manual, rekreasi, dan teknik
kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon
sosial dan harga diri. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok
dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, sensori, orientasi
realita, sosialisasi dan penyaluran energi (Keliat & Akemat, 2016).
Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah terapi yang menggunakan
aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman
dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Tujuandari terapi ini
untuk membantu pasien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli
persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi
perilaku maladaptif (Sutejo, 2017).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan suatu terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Dalam hal ini klien
dilatih untuk mempersepsikan stimulus dari luar secara nyata, terapi ini bisa
digunakan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan (Prabowo, 2014).
b. Jenis – jenis Terapi Aktivitas Kelompok
Kegiatan kelompok dibedakan berdasarkan kegiatan kelompok sebagai
tindakan keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Menurut kelliat
(2005) membagi kelompok menjadi tiga yaitu :
1. Terapi kelompok.
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi
persyaratan tertentu. Focus terapi kelompok adalah membuat sadar diri,
peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
2. Kelompok terapeutik.
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit
fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social, misalnya kelompok
ibu hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit
terminal. Banyak kelompok terapeutik dikembangkan menjadi self-
helpgroup. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut : mencegah
masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota
kelompok, meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok
saling membantu dalam menyelesaiakan masalah.
3. Terapi aktivitas kelompok (TAK).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian
masalah.
Tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah
klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sedangkan tujuan
khususnya adalah klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan
kepadanya dengan tepat, klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul
dari stimulus yang dialami.
D. KLIEN
1. Kriteria Klien :
a. Klien yang bersedia mengikuti kegiataan TAK
b. Klien dengan riwayat kecemasan
c. Klien yang sudah kooperatif
d. Klien dengan usia : 20-35 tahun.
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria dengan melihat catatan rekam medik
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi ; menjelaskan
tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan cara kerja dalam
pelaksanaan.
3. Nama Klien yang ikut :
a. Tn.A

E. PENGORGANISASIAN
1. Rencana Pelaksanaan
a. Tanggal : 30 Juli 2021
b. Hari : Jumat
c. Jam : 09.00-10.00 WIB
d. Lama kegiatan : 60 menit
e. Tempat : Kampus II FIKES
2. Susunan Terapis
a. Leader : Dewi Asmiati
 Memimpin jalannya acara
 Membuka acara
 Memotivasi peserta
 Menjelaskan tujuan terapi relaksasi napas dalam
 Menjelaskan langkah-langkah terapi relaksasi napas dalam
 Melaksanakan dan mengontrol jalannya terapi relaksasi napas dalam
 Menutup acara terapi aktivitas kelompok.

b. CO leader : Rizky Anggaresta W


 Mendamping leader
 Mendampingi leader jika terjadi blocking.
 Bersama leader memecahkan masalah.
 Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan.
 Mendampingi dan membantu leader menjalankan tugasnya.

c. Observer : Widhi Kuntoro


 Mengawasi jalannya aktifitas kelompok mulai dari persiapan, proses, hingga
penutupan.
 Mengidentifikasi isu penting dalam proses
 Mencatat anggota yang pasif/aktif, respon verbal dan non verbal, kejadian
penting selama terapi terapi.
 Mengidentifikasi issue penting selama terapi relaksasi napas dalam
 memberika umpan balik selama proses kegiatan dari mulai persiapan sampai
selesai.
 Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada session atau kelompok
yang akan dating
 Memprediksi respon anggota kelompok pada sesi berikutnya
 Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia):
-Jumlah anggota yang hadir
-Daftar hadir
-Siapa yang memberi pendapat atau ide
d. Fasilitator : Evi Triyani, Mega Agustin C
 Memfasilitasi jalannya kegiatan kelompok
 Memberikan stimulasi dan motivator kepada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya terapi.
 Memfasilitasi peserta atau klien selama kegiatan berlangsung.
 Memotivasi klien yang kurang/ tidak aktif dalam kegiatan
 Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok.

3. Metode :
Demonstrasi
4. Setting Tempat : Melingkari Peserta

Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Observer
: Peserta
: Fasilitator

5. Rencana Antisipasi
a. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien
lain
b. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
1) Panggil nama klien
2) Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
c. Bila klien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah
dipilih
2) Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin di ikuti oleh klien
tersebut
3) Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan
pada kegiatan ini.
d. Apabila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan,leader
memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh
dilakukan.
e. Klien yang sudah bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada saat pelaksanaan
TAK tidak bersedia, maka mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi
sesuai dengan kriteria dan telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya.
f. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan ada anggota kelompok yang tidak menaati
tata tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih
dahulu dan bila masih tidak kooperatif maka dikeluarkan dari kegiatan.

F. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Persiapan
a. Mempersiapkan terapis
b. Mempersiapkan tempat
c. Mempersiapkan media yang digunakan
d. Mempersiapkan klien
2. Orientasi (10 menit)
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perrkenalan nama dan panggilan terapis
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien
b. Leader menyampaikan tujuan terapi.
c. Evaluasi / validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
d. Kontrak
Leader menjelaskan tujuan kegiatan yaitu setelah dilakukan terapi aktivitas
kelompok diharapkan klien mampu mengontrol kecemasannya dengan kegiatan
yang positif.
e. Co-Leader menjelaskan tata tertib :
1) Peserta tidak boleh meninggalkan kegiatan selama acara belum selesai
2) Peserta tidak boleh mengganggu kegiatan peserta lainnya
3) Peserta tidak boleh makan dan minum selama kegiatan
4) Jika ada peserta yang ingin meninggalkan kegiatan harus meminta izin
kepada perawat.
3. Kerja (40 menit)
a. Leader menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan, yaitu tekhnik
nafas dalam dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Atur posisi pasien dengan posisi duduk ditempat tidur atau dikursi
2) Letakkan satu tangan pasien diatas abdomen ( tepat bawah iga) dan tangan
lainnya berada di tengah-tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan
abdomen saat bernafas
3) Keluarkan nafas dengan perlahan-lahan
4) Tarik nafas dalam melalui hidung secara perlahan-lahan selama 4 detik
sampai dada dan abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap
tertutup selama menarik nafas
5) Tahan nafas selama 3 detik
6) Hembuskan dan keluarkan nafas secara perlahan-lahan melalui mulut selama
4 detik
7) Lakukan secara berulang dalam 5 siklus selama 15 menit dengan periode
istirahat 2 menit ( 1 siklus adalah 1 kali proses mulai dari tarik nafas, tahan
dan hembuskan)..
b. Fasilitator mendampingi klien dalam pelaksaan terapi relaksasi teknik napas
dalam
c. Observer mengamati jalannya kegiatan dan mencatat apabila terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan
d. Beri pujian kepada klien yang melakukan dengan baik
4. Terminasi (10 menit)
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk menerapkan terapi relaksasi napas dalam supaya
mampu mengatasi/ mengurangi kecemasannya.
c. Akhiri kegiatan
G. EVALUASI
1. Proses
ASPEK YANG DI NILAI NAMA KLIEN

1 Salam
2 Berkenalan

3 Mampu berkomunikasi dengan


pasien lain
4 Mampu mengikuti kegiatan TAK
dengan baik
5 Mampu melakukan teknik napas
dalam

2. Evaluasi Hasil
ASPEK YANG DI NILAI NAMA KLIEN

1. Klien mampu berinteraksi dengan


orang lain

2. Klien mampu mengidentifikasi atau


mengenali kecemasanya

3. Klien mampu melakukan teknis


napas dalam
4. Klien dapat mengekspresikan
perasaan tekanan mental yang
dihadapi
Klien mampu melakukan kegiatan
5. yang sudah dijadwalkan

6. Klien mampu bersosialisasi dengan


orang lain
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang akan mengikuti TAK pada kolom nama
klien.
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti,
memberi respon, memberi pendapat tentang kecemasannya dan menjelaskan
perasaannya setelah melakukan teknik relaksasi napas dalam. Beri tanda (√)
jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Akemat & Budi,Anna. (2016). Model Keperawatan Proffesional Jiwa. Yogyakarta.
Pernerbit Buku Kedokteran: ECG
Keliat, B. A., et.al (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHM Basic
Cours. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A dan Akemat. (2016). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Stuart. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th.ed). Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa, Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial . Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai