Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA
PASIEN DENGAN PTEREGIUM

OLEH :

Ni Putu Manik Suari Widanti


PO7120010033
II.2 Reguler

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES $ENPASAR
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN PTERIGIUM

I. KONSEP DASAR

A. Pengertian
Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau
konjungtiva yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea.
Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena
biasanya akan berkembang dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea,
sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke pupil, jika
sampai menutup pupil maka penglihatan kita akan terganggu. Suatu pterygium
merupakan massa ocular eksternal superficial yang mengalami elevasi yang sering
kali terbentuk diatas konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea.
Pterygia ini bisa sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak
begitu jelas sampai yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang tumbuhnya
sangat cepat yang bisa merusakkan topografi kornea dan dalam kasus yang sudah
lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi pusat optik dari kornea.

Kondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata, menjadi
merah dan meradang. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan bisa mengganggu proses
cairan mata atau yang disebut dry eye syndrome. Sekalipun jarang terjadi, namun
pada kondisi lanjut atau apabila kelainan ini didiamkan lama akan menyebabkan
hilangnya penglihatan si penderita. Evakuasi medis dari dokter mata akan menentukan
tindakan medis yang maksimal dari setiap kasus, tergantung dari banyaknya
pembesaran pterygium. Dokter juga akan memastikan bahwa tidak ada efek samping
dari pengobatan dan perawatan yang diberikan.
B. Etiologi
Penyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga merupakan suatu
neoplasma radang dan degenerasi. Namun, pterigium banyak terjadi pada mereka
yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan banyak terkena panas terik
matahari. Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang banyak
terkena sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar. Penyebab
paling umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang
diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UV& ataupun UVB, dan angin (udara panas)
yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula
dipengaruhi oleh faktor* lain seperti +at allegen, kimia dan +at pengiritasi lainnya.
Pterigium Sering ditemukan pada petani, nelayan dan orang-orang yang tinggal di
dekat daerah khatulistiwa. Jarang menyerang anak-anak.

C. Patofisiologi
Patofisiologi pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen dan
ploriferasi fibrovaskular, dengan permukaan yang menutupi epithelium, Histopatologi
kolagen abnormal pada daerah degenerasi elastotik menunjukkan basofilia bila dicat
dengan hematoksin dan eosin. Jaringan ini juga bisa dicat dengan cat untuk jaringan
elastic akan tetapi bukan jaringan elastic yang sebenarnya, oleh karena jaringan ini
tidak bisa dihancurkan oleh elastase.
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadang-kadang
berubah menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea menarik dan pada
daerah ini membran bauman menghilang. Terdapat degenerasi stauma yang
berfoliferasi sebagai jaringan granulasi yang penuh pembulih darah. Degenerasi ini
menekan kedalam kornea serta merusak membran bauman dan stoma kornea bagian
atas.
PATWAYS

Sinar Ultra Violet &ngin &sap Debu

Semua alergi menuju ke bagian nasal orbita

/eatus nasi inferior

Tenjadi iritasi

Penebalan dan pertumbuhan


Konjungtiva bulbi

/enjalar ke kornea

PePreurbubaahhaannrraassaa /enutupi kornea


nnyyaammaann
((sRenassaaskiebmenendga
Sensasi benda asing)
mata)
daisminagtad,i Perubahan
Pandangan kabur
persepsi sensori

Risiko cidera Dilakukan tindakan operatif Ansietas

Terjadi trauma jaringan (luka)

Perubahan persepsi Risiko Infeksi


sensori
Nyeri

Risiko Cidera
D. Manifestasi Klinis
1. /ata iritatatif, merah, gatal, dan mungkin menimbulkan astigmatisme.
*. Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea (2one
3ptic).
4. Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan garis
besi yang terletak di ujung pteregium.

E. Klasifikasi Dan Gra$e


1. Klasifikasi Pterygium5
a. Pterygium Simpleks; jika terjadi hanya di nasal7 temporal saja.
b. Pterygium Dupleks; jika terjadi di nasal dan temporal.

*. 8rade pada Pterygium 5


a.8rade 15

Tipis (pembuluh darah konjungtiva yang menebal dan konjungtiva sklera


masih dapat dibedakan), pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.

b.8rade *5

Pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.

c.8rade 45

Resiko kambuh, hiperemis, pada orang muda (*9-49 tahun), mudah kambuh.

d.8rade 45

Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu


penglihatan.

F. Pe)eriksaan Dan Penegakan Diagnostik

1. &namnesis

/enanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan, faktor risiko
seperti pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain-lain.
*. Pemeriksaan Fisik

/elihat kedua mata pasien untuk morfologi pterygium, serta memeriksa visus
pasien. Diagnosa dapat didirikan tanpa pemeriksaan lanjut. &namnesa positif
terhadap faktor risiko dan paparan serta pemeriksaan fisik yang menunjang
anamneses cukup untuk membuat suatu diagnosa pterygium.

4. Pemeriksaan Slit Lamp

Jika perlu, dokter akan melakukan Pemeriksaan Slit Lamp untuk memastikan
bahwa lesi adalah pterygium dan untuk menyingkirkannya dari diagnosa banding
lain. Pemeriksaan slit lamp dilakukan dengan menggunakan alat yang terdiri dari
lensa pembesar dan lampu sehingga pemeriksa dapat melihat bagian luar bola
mata dengan magnifikasi dan pantulan cahaya memungkinkan seluruh bagian luar
untuk terlihat dengan jelas.

G. Penatalaksanaan
Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila
pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan.
Pengobatan pterygium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan
bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau
pterygium yang telah menutupi media penglihatan.
Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering
dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan
bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata
buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor (prednisone asetat) maka perlu
kontrol * minggu dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.

Tindakan 3peratif 5
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan bila
pterygium telah mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh menutupi seluruh
permukaan kornea atau bola mata.
Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk mengangkat
pterygium yang membesar ini apabila mengganggu fungsi penglihatan atau secara
tetap meradang dan teriritasi. Paska operasi biasanya akan diberikan terapi lanjut
seperti penggunaan sinar radiasi B atau terapi lainnya.

H. Komplikasi
Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut5
1. Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan
*. Kemerahan
4. <ritasi
4. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea

Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi
kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus umumnya
menyebabkan diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum dilakukan
pembedahan. Pada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan
focal kornea mata akan tetapi sangat jarang terjadi.
Komplikasi postooperasi pterygium meliputi5
1. <nfeksi
*. Reaksi material jahitan
4. Diplopia
4. Conjungtival graft dehiscence
>. Corneal scarring
6. Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata perdarahan
vitreous, atau retinal detachment.
Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada pterygium
adalah terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian dari kasus ini dapat
memiliki tingkat kesulitan untuk mengatur.

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan pterygium adalah 5

1. <dentitas

Nama, Umur, Jenis kelamin, &gama, Pekerjaan, Status perkawinan, &lamat,


Pendidikan.

*. Keluhan utama

Biasanya penderita mengeluhkan adanya benda asing pada matanya, penglihatan


kabur.

4. Riwayat penyakit sekarang

/erupakan penjelasan dari keluhan utama. /isalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan pterygium adalah penurunan ketajaman penglihatan. Sejak kapan
dirasakan, sudah berapa lama, gambaran gejala apa yang dialami, apa yang
memperburuk atau memperingan, apa yang dilakukan untuk menyembuhkan
gejala.
4. Riwayat penyakit dahulu

&danya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti D/,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya
memicu resiko pterygium.

>. Riwayat penyakit keluarga

&da atau tidak keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama seperti
pasien.

6. Data Bio @ Psiko @ Sosial @ Spiritual

a. &ktifitas istirahat

8ejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya
atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.

b. Neurosensori

8ejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur 7


tidak jelas.

c. Nyeri 7 kenyamanan

8ejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan mata menjadi merah sekali,


pembengkakan mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan kabur.
d. Rasa &man

Aang harus dikaji adalah kecemasan pasien akan penyakitnya maumun


tindakan operatif yang akan dijalaninya.

e. Pembelajaran 7 pengajaran

Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( pterigium ) kaji riwayat


keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid 7 toksisitas fenotia+in.

B. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum 5 keadaan umum , tanda vital, kesadaran.

b. Pemeriksaan fisik data fokus pada mata 5 adanya jaringan yang tumbuh
abnormal pada mata biasanya tumbuh menuju ke kornea.

B. Diagnosa Kepera/atan

Pre operasi

1. Perubahan rasa nyaman (sensasi benda asing) berhubungan dengan adanya


penebalan konjungtiva bulbi yang menjalar ke kornea.

*. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma okuler

4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.

4. &nsietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani.


Post 3perasi

1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan


akibat pembedahan.

*. Risiko infeksi berhubungan dengan port de entry sebagai akibat diskontinuitas


jaringan.

4. Perubahan dalam presepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post


operasi.

4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.

>. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai


perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.

C. Perencanaan

Pre 3perasi

1. Perubahan rasa nyaman (rasa kemeng, sensasi benda asing) berhubungan dengan
adanya penebalan konjungtifa bulbi yang menjalar ke kornea.

a. Tujuan 5

setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien merasa nyaman, dan


dapat memahami penjelasan perawat.

b. Kriteria Hasil 5

• Pasien merasa nyaman.

• Pasien dapat rileks

<ntervensi Rasional

1) Kajidandokumentasikankeluhan1) Untuk mengetahui penyebab penyakit


pasien. pasien.
*) Beri pemahaman kepada pasien *) &gar pasien paham dan mengerti
tentang penyakitnya. dengan penyakitnya sehingga mampu
menjalani pengobatan sesuai saran
dokter.

4) Beri penjelasan kepada pasien


4) Untuk mengurangi pemaparan sunar
mengenai tindakan yang dapat
ultraviolet maupun debu pada mata.
membantu pasien agar merasa lebih
nyaman seperti5 memakai kaca mata
gelap pada siang hari, beerusaha
memperkecil kemunginan kontak
dengan angin, asap, debu, dan sinar
matahari.
4) Untuk mengetahui perkembangan
4) Sarankan kepada pasien agar segera penyakit mata yang pasien alami.
berkonsultasi dengan dokter bila
terjadi perubahan yang signifikan
pada matanya.
>) Untuk mempercepat proses

>) Sarankan kepada pasien untuk penyembuhan.

memakai obat yang telah diresepkan


oleh dokter.

6) Kolaborasi dalam pelaksanaan


eksterpasi pterygium.

*. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma okuler

a. Tujuan 5 /eningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi


individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.

b. Kriteria Hasil 5

• /engenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.


• /engidentifikasi7memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

<ntervensi Rasional

1) Tentukan ketajaman penglihatan, 1) Penemuan dan penanganan awal


kemudian catat apakah satu atau komplikasi dapat mengurangi
dua mata terlibat dan observasi resiko kerusakan lebih lanjut.
tanda-tanda disorientasi.
*) 3rientasikan klien tehadap *) /eningkatkan keamanan mobilitas
lingkungan. dalam lingkungan.
4) Perhatikan tentang suram atau 4) Cahaya yang kuat menyebabkan
penglihatan kabur dan iritasi mata, rasa tak nyaman setelah penggunaan
dimana dapat terjadi bila tetes mata dilator.
menggunakan tetes mata.
4) <ngatkan klien menggunakan 4) /embantu penglihatan pasien.
kacamata.

4. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.

a.Tujuan5 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak


mengalami cedera.

b.Kriteria Hasil5

Pasien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh, tergores, tertusuk, dsb).

<ntervensi Rasional

1)3rientasikan pasien dengan1) &garpasienterbiasadanhafal


lingkungannya. dengan situasi disekelilingnya.

*)&wasipasienselamaproses*) /encegahterjadinyarisikocidera
pemeriksaan berlangsung. pada pasien.

4)Bimbingpasienberjalanselama4) &garpasienmerasaamandan
pemeriksaan bila pengelihatannya mencegahterjadinyaciderapada
sangat kabur.
4) Bersihkan jalan yang dilewati pasien.
pasien dan yakinkan ruangan
4) Untuk menghindari risiko cidera, dan
dalam keadaan terang.
lebih memperjelas penglihatan
>) Libatkan keluarga dalam pasien.
pengawasan pasien sehari-hari.
>) /encegah terjadinya cidera pada
6) &njurkan untuk menjauhkan pasien.
benda-benda yang berbahaya di
6) /encegah terjadinya cidera pada
sekitar lingkungan pasien.
pasien.
B) &njurkan untuk menghindari
pasien melintasi lantai licin.
B) /encegah terjadinya cidera7jatuh
pada pasien.

4. &nsietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani.

a. Tujuan 5 setelah diberikan askep diharapkan kecemasan pasien


berkurang.

b. Kriteria Evaluasi

• Pasien tidak cemas

• Pasien tampak rileks

<ntervensi Rasional

1) Kaji tingkat ansietas, derajat 1) Factor ini mempengaruhi persepsi


pengalaman nyeri7 timbulnya gejala pasien terhadap ancaman diri,
tiba-tiba dan pengetahuan kondisi potensial siklus ansietas, dan dapat
saat ini. mempengaruhi upaya medic untuk
mengontrol T<3.

*) Berikan informasi yang akurat dan *) /enurunkan ansietas sehubungan

jujur. Diskusikan kemungkinan dengan ketidaktahuan7harapan yang

bahwa pengawasan dan pengobatan akan datang dan memberikan dasar


dapat mencegah kehilangan fakta untuk membuat pilihan
penglihatan tambahan. informasi tentang pengobatan.

4)Dorongpasienuntukmengakui4) /emberikan kesempatan untuk


masalah dan mengekspresikan pasienmenerimasituasinyata,
perasaan. mengklarifikasi salah konsepsi dan
pemecahan masalah.

4)Jelaskandenganjujur mengenai 4) Pasienmengertitentangprosedur

prosedurtindakanoperatif yang operasi sehingga kecemasan pasien

akan dijalaninya. akan berkurang.

>)<dentifikasisumber7orang yang >) /emberikan keyakinan bahwa pasien

menolong. tidaksendiridalammenghadapi
masalah.

Post operasi

1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan


akibat pembedahan.

a. Tujuan 5 setelah diberikan askep diharapkan nyeri pasien berkurang atau


terkontrol.

b. Kriteria hasil 5

• Pasien mengeluh tidak nyeri

• Skala nyeri 9 dari skala 9-19 yang diberikan.

<ntervensi Rasional

1)/onitor TTV pasien 1)/engetahui keadaan umum


pasien.
*) Kaji tingkat nyeri yang dialami *) Untuk mengetahui tingkat nyeri
oleh klien. pasien.

4) Berikan posisi yang nyaman. 4) /embantu pasien untuk rileks.

4) &jarkankepada klien tekhnik 4) Untuk mengurangi rasa nyeri.


distraksi 7 relaksasi.

>)&njurkanpasienuntuktidak >)Vasokontraksi dapat


melakukan aktifitas yang dapat meningkatkan tekanan bola mata
meningkatkan vasokontraksi, sehinggandapatmeningkatkan
sepertimengedandanbatuk nyeri yang dirasakan.
beruntun.

6)Ciptakantempattiduryang
6) /emberikankenyamanan pada
nyaman.pasien

B)Kolaborasidengan timmedisB)
/engurangi nyeri secara
untuk pemberian analgetikfarmakokinetik.

*. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur (invasif) bedah.

a. Tujuan5 setelah diberikan askep diharapkan tidak terjadi infeksi pada pasien.

b. Kriteria hasil5
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada pasien5 kalor, dolor, rubor, tumor,
fungsiolaesa.

<ntervensi Rasional

1) Kaji karakteristik luka, pantau1) /engetahui keadaan umum luka


adanyatandainfeksi(rubor, danmengidentifikasiadanya
kalor, dolor,tumor, dan tanda-tanda infeksi.
fungsiolaesa).

*) 8unakan tehnik aseptik dalam *)Untuk mencegah terjadinya


perawatan post operatif. kontaminasi terhadap mikroba
4) Beri tahu klien tentang 4) /encegah terjadinya infeksi.
pentingnya kebersihan dan cara Bila tangan yang menyentuh
mencuci tangan yang baik. daerah mata kotor maka akan
Aaitu cuci tangan dibawah air mempermudah jalan masuknya
mengalir dan gunakan 6 langkah mikrooorganisme pathogen ke
cuci tangan yang baik dan benar. dalam luka.
<nformasikan untuk melakukan
cuci tangan yg benar sebalum
dan sesudah menyentuh daera
mata.

4) &jarkan untuk membersihkan 4) &ir hangat-hangat kuku dapat

mata dengan kapas yang membunuh beberapa jenis

dibasahi dengan air hangat- mikroorganisme pathogen

hangat kuku bila mata tersa


gatal.

>) /embantu membunuh


>) Kolaborasi dalam pemberian
mikroorganisme patogen.
antibiotika.

4. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post


operasi.

a. Tujuan 5 /eningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi


individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.

b. Kriteria Hasil 5

• /engenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

• /engidentifikasi7memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

<ntervensi Rasional

1)Tentukan ketajaman penglihatan. 1)/engetahui tingkat ketajaman


pengeliatan pasien.

*)/emudahkan pasien
*) 3rientasikan klien pada berkomunikasi dengan orang
lingkungan, staf, orang lain di disekitar.
sekitar.
4) /emudahkan pasien
4) Letakkan barang yang sering mengambil barang-barang yang
diperlukan dalam jangkauan . sering digunakan.

4) Buah-buahan yang berwarna

4) &njurkan klien untuk kuning memiliki kandungan

mengkonsumsi nutrisi yang vit. & yang tinggi dan baik

bergi+i, misalnya buah-buahan untuk mata. Dan asupan nutrisi

yang berwarna kuning, seperti yang baik dapat mempercepat

pepaya, wortel dan lain-lain. proses penyembuhan luka.

>) /empercepat penyembuhan


>) Berikan obat-obatan sesuai terapi.
secara farmakokinetik.

4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.

c.Tujuan5 Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak


mengalami cedera.

d.Kriteria Hasil5

Pasien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh, tergores, tertusuk, dsb).

<ntervensi Rasional

1)3rientasikan pasien dengan1)&garpasienterbiasadanhafal


lingkungannya. dengan situasi disekelilingnya.

*)Bimbingpasienberjalanselama*)&garpasienmerasaamandan
pemeriksaanbilapengelihatannya mencegahterjadinyaciderapada
sangat kabur.
4) Bersihkan jalan yang dilewati pasien pasien.
dan yakinkan ruangan dalam
4) Untuk menghindari risiko cidera,
keadaan terang.
dan lebih memperjelas penglihatan
4) &njurkan pasien tidak melakukan pasien.
aktifitas yang dapat meningkatkan
4) Peningkatan tekanan pada bola mata
tekanan pada bola mata seperti
yang terdapat luka berisiko
menunduk, mengedan, dan batuk
memperparah cidera pada mata yang
beruntun.
luka.
>) &njurkan pasien agar tidak miring
kearah mata yang sakit7 luka pada
saat tidur. >) Tidur kearah mata yang sakit dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan
pada bola mata yang sakit, sehingga
berisiko menyebabkan cidera7
6) &njurkan pasien untuk makan
pendarahan pada luka.
makanan tinggi serat (sayur-sayuran
dan buah-buahan) agar pencernaan 6) Pencernaan yang lancar mengurangi

menjadi lancar. kemungkinan pasien mengedan saat


B&B, sehingga mengurangi risiko
B) Libatkan keluarga dalam
cidera.
pengawasan pasien dan membantu
pasien memenuhi kebutuhan sehari- B) /encegah terjadinya cidera pada

hari. pasien.

C) &njurkan keluarga untuk


menciptakan lingkungan yang aman C) /encegah terjadinya cidera pada
bagi pasien misalnya menjauhkan pasien.
benda-benda yang berbahaya di
sekitar lingkungan pasien dan
gunakan tempat tidur yang rendah
dengan pagar pengaman di tepi
tempat tidur untuk pasien.

9) &njurkan untuk menghindari pasien


melintasi lantai licin 9) /encegah terjadinya cidera7jatuh
pada pasien

>. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai


perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.

a. Tujuan5 setelah diberikan askep diharapkan pasien mengetahui tentang


penyakitnya.

b. Kriteria hasil5 pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya dan cara
perawatannya.

<ntervensi Rasional

1)Berikan penjelasan mengenai1)/enambah pengetahuan pasien


kondisi penyakit, proses tentang penyakitnya.
sebelumnya dan sesudah dilakukan
pembedahan.

*)Jelaskandanajarkan perawatan *)/enambah pengetahuan pasien

secara teraturdi pelayanan tentang cara perawatannya.

kesehatan terdekat.

4) Libatkan orang terdekat klien dalam 4) /emudahkan dalam membantu


melaksanakanaktivitaskehidupan pasien dalam melakukan &DL.
sehari-hari.

D. IMPLEMENTASI
<mplementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah kepe

E. E0ALUASI
1. Pasien merasa nyaman, dan dapat memahami penjelasan perawat.
*. Tidak terjadi infeksi pada mata pasien.
4. Pasien tidak mengalami cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juall (*999), Diagnosa Keperawatan5 Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran E8C, Jakarta

Doenges marilynn (*999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien , Penerbit Buku Kedokteran
E8C, Jakarta.

8uyton and Hall (199B), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
E8C, Jakarta.

Salim S &nissa (*99>), Asuhan Keperawatan pada Pasien Pterigium,


www.google.com,
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, *4 /ei *91*

/engetahui

Pembimbing Praktik, /ahasiswa,

Ni Putu /anik Suari Widanti

N<P N</. P3B1*9919944

/engetahui

Pembimbing &kademik,

N<P.

Anda mungkin juga menyukai