Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PTERIGIUM

Dosen Pengampuh Mata Kuliah : Ns.Jumiarsih Purnama Al.,S.Kep.,M.Kep

NAMA : NANNA
NIM : 202001004
PRODI : S1 ILMU KEPERAWATAN
SEMESTER :V

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

MUHAMMADIYAH SIDRAP

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau
konjungtiva yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea.
Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena
biasanya akan berkembang dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea,
sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke pupil, jika
sampai menutup pupil maka penglihatan kita akan terganggu. Suatu pterygium
merupakan massa ocular eksternal superficial yang mengalami elevasi yang sering
kali terbentuk diatas konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea.
Pterygia ini bisa sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak
begitu jelas sampai yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang tumbuhnya
sangat cepat yang bisa merusakkan topografi kornea dan dalam kasus yang sudah
lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi pusat optik dari kornea.
Kondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata,
menjadi merah dan meradang. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan bisa
mengganggu proses cairan mata atau yang disebut dry eye syndrome. Sekalipun
jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut atau apabila kelainan ini didiamkan lama
akan menyebabkan hilangnya penglihatan si penderita. Evakuasi medis dari dokter
mata akan menentukan tindakan medis yang maksimal dari setiap kasus, tergantung
dari banyaknya pembesaran pterygium. Dokter juga akan memastikan bahwa tidak
ada efek samping dari pengobatan dan perawatan yang diberikan.

B. Anatomi Fisiologi Mata


Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan
mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan
sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk
memberikan pengertian visual.  

Organ luar

- Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.


- Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
- Kelopak mata (Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.  
Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari
sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-
bagian tersebut adalah:
- Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber
cahaya.
- Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1
milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
- Pupil dan iris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya
yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi
ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil
dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah
terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
- Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi
lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik
kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata
akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari
dekat), lensa mata akan menebal.
- Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian
retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
- Saraf optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.  

Palpebra

- Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya yang berlebihan.


- Tdd : Palpebra superior dan inferior

- Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam diliputi oleh
membran mukosa à conjunctiva.
- Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus conjunctivalis.

- sudut lateral fissura palpebra lebih tajam dari medial.

- Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus lacrimalis)
dan terdapat tonjolan kecil (caruncula lacrimalis)

Lapisan Bola Mata


Mata tertanam pada adiposum orbitae, terdapat 3 lapisan :
Tunika fibrosa :  
- Bagian posterior yang opak
- Sclera
- Bagian anterior yang transparan
- Cornea
Tunika Vasculosa Pigmentosa :  
- Choroidea
- Corpus Cilliary
- Iris dan pupil
- Tunika Nervosa :  Retina
Otot-otot penggantung bola mata
Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia adalah saraf optikus
(Nervus II). Bagian mata yang mengandung saraf optikus adalah retina. Saraf
optikus adalah kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual dari retina
ke otak.
Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata adalah saraf
okulomotoris (Nervus III), saraf ini bertanggungjawab terhadap pergerakan bola
mata, membuka kelopak mata, dan mengatur konstraksi pupil mata.
Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis yang
merangsang dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air mata. Kelenjar
Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan
air mata yang encer.

Sistem cairan mata – Intraokular

Mata diisi dengan cairan intraokuolar, yang mempertahankan tekanan yang


cukup pada bola mata untuk menjaga distensinya. Cairan ini dibagi dua : Humor
aqueous (anterior lensa), Humor vitreus (posterior lensa & retina).
Humor aqueous berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk
organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea,
disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada
kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata
dan menimbulkan tekanan dalam bola mata/tekanan intra okuler.

C. Etiologi
Penyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga merupakan
suatu neoplasma radang dan degenerasi. Namun, pterigium banyak terjadi pada
mereka yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan banyak terkena panas
terik matahari. Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang
banyak terkena sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar.
Penyebab paling umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari
yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, dan angin (udara
panas) yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting dalam hal ini. Selain itu
dapat pula dipengaruhi oleh faktor2 lain seperti zat allegen, kimia dan zat pengiritasi
lainnya. Pterigium Sering ditemukan pada petani, nelayan dan orang-orang yang
tinggal di dekat daerah khatulistiwa.

D. Patofisiologi
Patofisiologi pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen dan
ploriferasi fibrovaskular, dengan permukaan yang menutupi epithelium,
Histopatologi kolagen abnormal pada daerah degenerasi elastotik menunjukkan
basofilia bila dicat dengan hematoksin dan eosin. Jaringan ini juga bisa dicat dengan
cat untuk jaringan elastic akan tetapi bukan jaringan elastic yang sebenarnya, oleh
karena jaringan ini tidak bisa dihancurkan oleh elastase.
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadang-kadang
berubah menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea menarik dan pada
daerah ini membran bauman menghilang. Terdapat degenerasi stauma yang
berfoliferasi sebagai jaringan granulasi yang penuh pembulih darah. Degenerasi ini
menekan kedalam kornea serta merusak membran bauman dan stoma kornea bagian
atas.
PATHWAY

Sinar Ultra Violet Angin Asap Debu

Semua alergi menuju ke bagian nasal orbita

Meatus nasi inferior

Tenjadi iritasi

Penebalan dan pertumbuhan


Konjungtiva bulbi

Menjalar ke kornea

Perubahanrasa
Perubahan rasa nyaman
nyaman Menutupi kornea
(Rasa kemeng di mata,
(sensasi benda asing di
Sensasi benda asing)
mata) Perubahan
Pandangan kabur
persepsi sensori

Risiko cidera Dilakukan tindakan operatif Ansietas

Terjadi trauma jaringan (luka)


``
Perubahan persepsi Risiko Infeksi
sensori
Nyeri

Risiko Cidera
E. Manifestasi Klinis
1. Mata iritatatif, merah, gatal, dan mungkin menimbulkan astigmatisme.
2. Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea (Zone
Optic).
3. Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan
garis besi yang terletak di ujung pteregium.

F. Klasifikasi Dan Grade


1. Klasifikasi Pterygium:
a. Pterygium Simpleks; jika terjadi hanya di nasal/ temporal saja.
b. Pterygium Dupleks; jika terjadi di nasal dan temporal.
2. Grade pada Pterygium :
a. Grade 1:
Tipis (pembuluh darah konjungtiva yang menebal dan konjungtiva sklera
masih dapat dibedakan), pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.
b.Grade 2:
Pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.
c. Grade 3:
Resiko kambuh, hiperemis, pada orang muda (20-30 tahun), mudah kambuh.
d.Grade 4:
Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga mengganggu
penglihatan.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesis
Menanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan, faktor risiko
seperti pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
Melihat kedua mata pasien untuk morfologi pterygium, serta memeriksa visus
pasien. Diagnosa dapat didirikan tanpa pemeriksaan lanjut. Anamnesa positif
terhadap faktor risiko dan paparan serta pemeriksaan fisik yang menunjang
anamneses cukup untuk membuat suatu diagnosa pterygium.
3. Pemeriksaan Slit Lamp
Jika perlu, dokter akan melakukan Pemeriksaan Slit Lamp untuk
memastikan bahwa lesi adalah pterygium dan untuk menyingkirkannya dari
diagnosa banding lain. Pemeriksaan slit lamp dilakukan dengan menggunakan
alat yang terdiri dari lensa pembesar dan lampu sehingga pemeriksa dapat
melihat bagian luar bola mata dengan magnifikasi dan pantulan cahaya
memungkinkan seluruh bagian luar untuk terlihat dengan jelas.
H. Penatalaksanaan
Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda.
Bila pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan.
Pengobatan pterygium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan
bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau
pterygium yang telah menutupi media penglihatan.
Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering
dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan
bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata
buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor (prednisone asetat) maka
perlu kontrol 2 minggu dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.
Tindakan Operatif :
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan bila
pterygium telah mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh menutupi
seluruh permukaan kornea atau bola mata.
Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk
mengangkat pterygium yang membesar ini apabila mengganggu fungsi penglihatan
atau secara tetap meradang dan teriritasi. Paska operasi biasanya akan diberikan
terapi lanjut seperti penggunaan sinar radiasi B atau terapi lainnya.
Jenis Operasi pada Pterygium antara lain :
1. Bare Sklera
Pterygium diambil, lalu dibiarkan, tidak diapa-apakan. Tidak dilakukan untuk
pterygium progresif karena dapat terjadi granuloma → granuloma diambil
kemudian digraph dari amnion.
2. Subkonjungtiva
Pterygium setelah diambil kemudian sisanya dimasukkan/disisipkan di bawah
konjungtiva bulbi → jika residif tidak masuk kornea.
3. Graf
Pterygium setelah diambil lalu di-graf dari amnion/selaput mukosa
mulut/konjungtiva forniks.

I. Komplikasi
Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:
1. Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan
2. Kemerahan
3. Iritasi
4. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea.
Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi
kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus
umumnya menyebabkan diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum
dilakukan pembedahan. Pada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi
pengeringan focal kornea mata akan tetapi sangat jarang terjadi.
Komplikasi post operasi pterygium meliputi:
1. Infeksi
2. Reaksi material jahitan
3. Conjungtival graft dehiscence
4. Corneal scarring
5. Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata perdarahan
vitreous, atau retinal detachment.
Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada
pterygium adalah terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian dari kasus ini
dapat memiliki tingkat kesulitan untuk mengatur.

II. ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan pterygium adalah :
1) Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat,
Pendidikan.
2) Keluhan utama
Biasanya penderita mengeluhkan adanya benda asing pada matanya,
penglihatan kabur.
3) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan pterygium adalah penurunan ketajaman penglihatan. Sejak kapan
dirasakan, sudah berapa lama, gambaran gejala apa yang dialami, apa yang
memperburuk atau memperingan, apa yang dilakukan untuk menyembuhkan
gejala.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya
memicu resiko pterygium.
5) Riwayat penyakit keluarga
Ada atau tidak keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama seperti
pasien.
6) Data Bio – Psiko – Sosial – Spiritual
a. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya
atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur /
tidak jelas.
c. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan mata menjadi merah sekali,
pembengkakan mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan kabur.
d. Rasa Aman
Yang harus dikaji adalah kecemasan pasien akan penyakitnya maumun
tindakan operatif yang akan dijalaninya.
e. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (pterigium) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada
radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
7) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data fokus pada mata : adanya jaringan yang tumbuh
abnormal pada mata biasanya tumbuh menuju ke kornea.

2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Perubahan rasa nyaman (sensasi benda asing) berhubungan dengan adanya
penebalan konjungtiva bulbi yang menjalar ke kornea.
2. Cemas berhubungan dengan pre operasi
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma okuler
4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
5. Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani.
Post Operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan akibat pembedahan.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan port de entry sebagai akibat diskontinuitas
jaringan.
3. Perubahan dalam presepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post
operasi.
4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
3. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
1. Perubahan rasa nyaman (rasa kemeng, sensasi benda asing) berhubungan
dengan adanya penebalan konjungtifa bulbi yang menjalar ke kornea.
a. Tujuan :
setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien merasa nyaman,
dan dapat memahami penjelasan perawat.
b. Kriteria Hasil :
 Pasien merasa nyaman.
 Pasien dapat rileks

Intervensi Rasional
1) Kaji dan dokumentasikan keluhan 1) Untuk mengetahui penyebab
pasien. penyakit pasien.
2) Beri pemahaman kepada pasien 2) Agar pasien paham dan mengerti
tentang penyakitnya. dengan penyakitnya sehingga
mampu menjalani pengobatan sesuai
3) Beri penjelasan kepada pasien saran dokter.
mengenai tindakan yang dapat 3) Untuk mengurangi pemaparan sunar
membantu pasien agar merasa lebih ultraviolet maupun debu pada mata.
nyaman seperti: memakai kaca mata
gelap pada siang hari, beerusaha
memperkecil kemunginan kontak
dengan angin, asap, debu, dan sinar
matahari.
4) Sarankan kepada pasien agar segera 4) Untuk mengetahui perkembangan
berkonsultasi dengan dokter bila penyakit mata yang pasien alami.
terjadi perubahan yang signifikan
pada matanya.
5) Sarankan kepada pasien untuk 5) Untuk mempercepat proses
memakai obat yang telah diresepkan penyembuhan.
oleh dokter.

2. Cemas berhubungan dengan pre operasi


a. Tujuan : Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24jam
cemas pasien akan menurun, pasien mempunyai koping yang adaptif dalam
menghadapi kecemasan
b. Kriteria hasil:
 Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Pasien mampu mengidentifikasi dan menunjukkan tekhnik untuk
mengontrol cemas
 Ekspresi wajah pasienmenunjukkan berkurangnya kecemasan.
 Vital sign dalam batas normal
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat kecemasan pasien baik 1) Untuk mengetahui sampai sejauh
ringan sampai berat mana tingkat kecemasan klien
sehingga memu-dahkan
penanganan/pemberian askep se-
lanjutnya.
2) Beri kenyamanan dan ketentraman 2) Agar klien tidak terlalu
hati memikirkan kondisinya
3) Kaji intervensi yang dapat 3) Untuk mengetahui cara mana yang
menurunkan ansietas dapat menurunkan/mengurangi
tingkat kecemasan
4) Bertujuan agar pasien dengan
senang hati melakukan aktivitas
4) Berikan aktivitas yang dapat karena sesuai dengan
mengurangi kecemasan/ keinginannya dan tidak
ketegangan bertentangan dengan program
5) Dorong percakapan untuk perawatan.
mengetahui perasaan dan tingkat 5) Mempermudah mengetahui
kecemasan pasien terhadap tingkat cemas pasien dan
kondisinya menentukan intervensi selanjutnya
6) Memberikan kesempatan kepada
6) Dorong pasien untuk mengakui pasien untuk menerima situasi
masalah dan mengekspresikan nyata.
perasaan.  7) Memberikan keyakinan pada diri
pasien bahwa pasien tidak sendiri
7) Identifikasi sumber / orang yang
dalam menghadapi masalah yang
dekat dengan klien. 
dialaminya.

3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma okuler.


a. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,
mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
b. Kriteria Hasil :
 Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
 Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

Intervensi Rasional
1) Tentukan ketajaman penglihatan, 1) Penemuan dan penanganan awal
kemudian catat apakah satu atau komplikasi dapat mengurangi
dua mata terlibat dan observasi resiko kerusakan lebih lanjut.
tanda-tanda disorientasi.
2) Orientasikan klien tehadap 2) Meningkatkan keamanan mobilitas
lingkungan. dalam lingkungan.
3) Perhatikan tentang suram atau 3) Cahaya yang kuat menyebabkan
penglihatan kabur dan iritasi mata, rasa tak nyaman setelah
dimana dapat terjadi bila penggunaan tetes mata dilator.
menggunakan tetes mata.
4) Ingatkan klien menggunakan 4) Membantu penglihatan pasien.
kacamata.
4. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
a. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak
mengalami cedera.
b. Kriteria Hasil:
Pasien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh, tergores, tertusuk, dsb).

Intervensi Rasional
1) Orientasikan pasien dengan 1) Agar pasien terbiasa dan hafal
lingkungannya. dengan situasi disekelilingnya.
2) Awasi pasien selama proses 2) Mencegah terjadinya risiko cidera
pemeriksaan berlangsung. pada pasien.
3) Bimbing pasien berjalan selama 3) Agar pasien merasa aman dan
pemeriksaan bila pengelihatannya mencegah terjadinya cidera pada
sangat kabur. pasien.
4) Bersihkan jalan yang dilewati 4) Untuk menghindari risiko cidera,
pasien dan yakinkan ruangan dan lebih memperjelas penglihatan
dalam keadaan terang. pasien.
5) Libatkan keluarga dalam 5) Mencegah terjadinya cidera pada
pengawasan pasien sehari-hari. pasien.
6) Anjurkan untuk menjauhkan 6) Mencegah terjadinya cidera pada
benda-benda yang berbahaya di pasien.
sekitar lingkungan pasien.
7) Anjurkan untuk menghindari 7) Mencegah terjadinya cidera/jatuh
pasien melintasi lantai licin. pada pasien.

5. Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani.


a. Tujuan: setelah diberikan askep diharapkan kecemasan pasien berkurang.
b. Kriteria Evaluasi
 Pasien tidak cemas
 Pasien tampak rileks

Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat ansietas, derajat 1) Factor ini mempengaruhi persepsi
pengalaman nyeri/ timbulnya pasien terhadap ancaman diri,
gejala tiba-tiba dan pengetahuan potensial siklus ansietas, dan dapat
kondisi saat ini. mempengaruhi upaya medic untuk
mengontrol TIO.
2) Berikan informasi yang akurat dan 2) Menurunkan ansietas sehubungan
jujur. Diskusikan kemungkinan dengan ketidaktahuan/harapan yang
bahwa pengawasan dan pengobatan akan datang dan memberikan dasar
dapat mencegah kehilangan fakta untuk membuat pilihan
penglihatan tambahan. informasi tentang pengobatan.
3) Dorong pasien untuk mengakui
masalah dan mengekspresikan 3) Memberikan kesempatan untuk
perasaan. pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konsepsi dan
4) Jelaskan dengan jujur mengenai pemecahan masalah.
prosedur tindakan operatif yang 4) Pasien mengerti tentang prosedur
akan dijalaninya. operasi sehingga kecemasan pasien
5) Identifikasi sumber/ orang yang akan berkurang.
menolong. 5) Memberikan keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.

Post operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
akibat pembedahan.
a. Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan nyeri pasien berkurang atau
terkontrol.
b. Kriteria hasil :
 Pasien mengeluh tidak nyeri
 Skala nyeri 0 dari skala 0-10 yang diberikan.

Intervensi Rasional
1) Monitor TTV pasien 1) Mengetahui keadaan umum
pasien.
2) Kaji tingkat nyeri yang dialami 2) Untuk mengetahui tingkat nyeri
oleh klien. pasien.
3) Berikan posisi yang nyaman. 3) Membantu pasien untuk rileks.
4) Ajarkan kepada klien tekhnik 4) Untuk mengurangi rasa nyeri.
distraksi / relaksasi.
5) Anjurkan pasien untuk tidak 5) Vasokontraksi dapat meningkatkan
melakukan aktifitas yang dapat tekanan bola mata sehinggan dapat
meningkatkan vasokontraksi, meningkatkan nyeri yang
seperti mengedan dan batuk dirasakan.
beruntun.
6) Ciptakan tempat tidur yang 6) Memberikan kenyamanan pada
nyaman. pasien
7) Kolaborasi dengan tim medis untuk 7) Mengurangi nyeri secara
pemberian analgetik farmakokinetik.

2. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur (invasif) bedah.


a. Tujuan: setelah diberikan askep diharapkan tidak terjadi infeksi pada pasien.
b. Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada pasien: kalor, dolor, rubor, tumor,
fungsiolaesa
.
Intervensi Rasional

1) Kaji karakteristik luka, pantau 1) Mengetahui keadaan umum luka


adanya tanda infeksi (rubor, kalor, dan mengidentifikasi adanya
dolor, tumor, dan fungsiolaesa). tanda-tanda infeksi.
2) Gunakan tehnik aseptik dalam
perawatan post operatif. 2) Untuk mencegah terjadinya
3) Beri tahu klien tentang pentingnya kontaminasi terhadap mikroba
kebersihan dan cara mencuci 3) Mencegah terjadinya infeksi. Bila
tangan yang baik. Yaitu cuci tangan tangan yang menyentuh daerah
dibawah air mengalir dan gunakan mata kotor maka akan
6 langkah cuci tangan yang baik mempermudah jalan masuknya
dan benar. Informasikan untuk mikrooorganisme pathogen ke
melakukan cuci tangan yg benar dalam luka.
sebalum dan sesudah menyentuh
daera mata.
4) Ajarkan untuk membersihkan mata
dengan kapas yang dibasahi dengan 4) Air hangat-hangat kuku dapat
air hangat-hangat kuku bila mata membunuh beberapa jenis
tersa gatal. mikroorganisme pathogen
5) Kolaborasi dalam pemberian
antibiotika. 5) Membantu membunuh
mikroorganisme patogen.

3. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post


operasi.
a. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,
mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
b. Kriteria Hasil :
 Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
 Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Intervensi Rasional
1) Tentukan ketajaman penglihatan. 1) Mengetahui tingkat ketajaman
pengeliatan pasien.
2) Orientasikan klien pada 2) Memudahkan pasien
lingkungan, staf, orang lain di berkomunikasi dengan orang
sekitar. disekitar.
3) Letakkan barang yang sering 3) Memudahkan pasien mengambil
diperlukan dalam jangkauan . barang-barang yang sering
digunakan.
4) Anjurkan klien untuk 4) Buah-buahan yang berwarna
mengkonsumsi nutrisi yang kuning memiliki kandungan vit. A
bergizi, misalnya buah-buahan yang tinggi dan baik untuk mata.
yang berwarna kuning, seperti Dan asupan nutrisi yang baik dapat
pepaya, wortel dan lain-lain. mempercepat proses penyembuhan
luka.
5) Berikan obat-obatan sesuai terapi.
5) Mempercepat penyembuhan secara
farmakokinetik.

4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.


a. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak
mengalami cedera.
b. Kriteria Hasil: Pasien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh, tergores,
tertusuk, dsb).
Intervensi Rasional
1) Orientasikan pasien dengan 1) Agar pasien terbiasa dan hafal
lingkungannya. dengan situasi disekelilingnya.
2) Bimbing pasien berjalan selama 2) Agar pasien merasa aman dan
pemeriksaan bila pengelihatannya mencegah terjadinya cidera pada
sangat kabur. pasien.
3) Bersihkan jalan yang dilewati 3) Untuk menghindari risiko cidera,
pasien dan yakinkan ruangan dan lebih memperjelas penglihatan
dalam keadaan terang. pasien.
4) Anjurkan pasien tidak melakukan 4) Peningkatan tekanan pada bola
aktifitas yang dapat meningkatkan mata yang terdapat luka berisiko
tekanan pada bola mata seperti memperparah cidera pada mata
menunduk, mengedan, dan batuk yang luka.
beruntun.
5) Anjurkan pasien agar tidak miring 5) Tidur kearah mata yang sakit dapat
kearah mata yang sakit/ luka pada menyebabkan meningkatnya
saat tidur. tekanan pada bola mata yang sakit,
sehingga berisiko menyebabkan
6) Anjurkan pasien untuk makan cidera/ pendarahan pada luka.
makanan tinggi serat (sayur- 6) Pencernaan yang lancar
sayuran dan buah-buahan) agar mengurangi kemungkinan pasien
pencernaan menjadi lancar. mengedan saat BAB, sehingga
7) Libatkan keluarga dalam mengurangi risiko cidera.
pengawasan pasien dan membantu 7) Mencegah terjadinya cidera pada
pasien memenuhi kebutuhan pasien.
sehari-hari.
8) Anjurkan keluarga untuk 8) Mencegah terjadinya cidera pada
menciptakan lingkungan yang pasien.
aman bagi pasien misalnya
menjauhkan benda-benda yang
berbahaya di sekitar lingkungan
pasien dan gunakan tempat tidur
yang rendah dengan pagar
pengaman di tepi tempat tidur 9) Mencegah terjadinya cidera/jatuh
untuk pasien. pada pasien
9) Anjurkan untuk menghindari
pasien melintasi lantai licin

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai


perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
a. Tujuan: setelah diberikan askep diharapkan pasien mengetahui tentang
penyakitnya.
b. Kriteria hasil: pasien dan keluarga mengerti tentang penyakitnya dan cara
perawatannya.

Intervensi Rasional

1) Berikan penjelasan mengenai 1) Menambah pengetahuan pasien


kondisi penyakit, proses tentang penyakitnya.
sebelumnya dan sesudah
dilakukan pembedahan.
2) Jelaskan dan ajarkan perawatan 2) Menambah pengetahuan pasien
secara teratur di pelayanan tentang cara perawatannya.
kesehatan terdekat.
3) Libatkan orang terdekat klien 3) Memudahkan dalam membantu
dalam melaksanakan aktivitas pasien dalam melakukan ADL.
kehidupan sehari-hari.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus,
dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien. Implementasi/pelaksanaan
pada diagnosa keperawatan, mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat.
Pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan
pasien terpenuhi secara optimal. Langkah-langkah persiapan tindakan keperawatan
adalah sebagai berikut.
1) Memahami rencana perawatan yang telah ditentukan.
2) Menyiapkan tenaga atau alat yang diperlukan.
3) Menyiapkan lingkungan yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan antara
lain : langkah pelaksanaan, sikap yang meyakinkan, sistematika kerja yang tepat,
pertimbangan hukum dan etika, tanggung jawab dan tanggung gugat, mencatat
semua tindakan keperawatan yang telah ditentukan.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian
ulang yang telah ditentukan. Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan
tujuan dan kriteria hasil yang ditetatpkan. Dimana: S (subjektif) : informasi berupa
ungkapan yang didapat dari klien setelah diberikan tindakan. O (objektif): informasi
yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan
perawat setelah dilakukan tindakan. A (analisis) : membandingkanantara informasi
subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi. P
(palnning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek


Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Doenges Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.

Salim S Anissa. 2005. Asuhan Keperawatan pada Pasien Pterigium.

Anda mungkin juga menyukai