NAMA : NANNA
NIM : 202001004
PRODI : S1 ILMU KEPERAWATAN
SEMESTER :V
MUHAMMADIYAH SIDRAP
Organ luar
Palpebra
- Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam diliputi oleh
membran mukosa à conjunctiva.
- Conjunctiva membentuk ruang potensial yaitu saccus conjunctivalis.
- Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (lacus lacrimalis)
dan terdapat tonjolan kecil (caruncula lacrimalis)
C. Etiologi
Penyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga merupakan
suatu neoplasma radang dan degenerasi. Namun, pterigium banyak terjadi pada
mereka yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan banyak terkena panas
terik matahari. Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang
banyak terkena sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar.
Penyebab paling umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari
yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, dan angin (udara
panas) yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting dalam hal ini. Selain itu
dapat pula dipengaruhi oleh faktor2 lain seperti zat allegen, kimia dan zat pengiritasi
lainnya. Pterigium Sering ditemukan pada petani, nelayan dan orang-orang yang
tinggal di dekat daerah khatulistiwa.
D. Patofisiologi
Patofisiologi pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen dan
ploriferasi fibrovaskular, dengan permukaan yang menutupi epithelium,
Histopatologi kolagen abnormal pada daerah degenerasi elastotik menunjukkan
basofilia bila dicat dengan hematoksin dan eosin. Jaringan ini juga bisa dicat dengan
cat untuk jaringan elastic akan tetapi bukan jaringan elastic yang sebenarnya, oleh
karena jaringan ini tidak bisa dihancurkan oleh elastase.
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadang-kadang
berubah menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea menarik dan pada
daerah ini membran bauman menghilang. Terdapat degenerasi stauma yang
berfoliferasi sebagai jaringan granulasi yang penuh pembulih darah. Degenerasi ini
menekan kedalam kornea serta merusak membran bauman dan stoma kornea bagian
atas.
PATHWAY
Tenjadi iritasi
Menjalar ke kornea
Perubahanrasa
Perubahan rasa nyaman
nyaman Menutupi kornea
(Rasa kemeng di mata,
(sensasi benda asing di
Sensasi benda asing)
mata) Perubahan
Pandangan kabur
persepsi sensori
Risiko Cidera
E. Manifestasi Klinis
1. Mata iritatatif, merah, gatal, dan mungkin menimbulkan astigmatisme.
2. Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea (Zone
Optic).
3. Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan
garis besi yang terletak di ujung pteregium.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesis
Menanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan, faktor risiko
seperti pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
Melihat kedua mata pasien untuk morfologi pterygium, serta memeriksa visus
pasien. Diagnosa dapat didirikan tanpa pemeriksaan lanjut. Anamnesa positif
terhadap faktor risiko dan paparan serta pemeriksaan fisik yang menunjang
anamneses cukup untuk membuat suatu diagnosa pterygium.
3. Pemeriksaan Slit Lamp
Jika perlu, dokter akan melakukan Pemeriksaan Slit Lamp untuk
memastikan bahwa lesi adalah pterygium dan untuk menyingkirkannya dari
diagnosa banding lain. Pemeriksaan slit lamp dilakukan dengan menggunakan
alat yang terdiri dari lensa pembesar dan lampu sehingga pemeriksa dapat
melihat bagian luar bola mata dengan magnifikasi dan pantulan cahaya
memungkinkan seluruh bagian luar untuk terlihat dengan jelas.
H. Penatalaksanaan
Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda.
Bila pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan.
Pengobatan pterygium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan
bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau
pterygium yang telah menutupi media penglihatan.
Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering
dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan
bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata
buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor (prednisone asetat) maka
perlu kontrol 2 minggu dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.
Tindakan Operatif :
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan bila
pterygium telah mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh menutupi
seluruh permukaan kornea atau bola mata.
Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk
mengangkat pterygium yang membesar ini apabila mengganggu fungsi penglihatan
atau secara tetap meradang dan teriritasi. Paska operasi biasanya akan diberikan
terapi lanjut seperti penggunaan sinar radiasi B atau terapi lainnya.
Jenis Operasi pada Pterygium antara lain :
1. Bare Sklera
Pterygium diambil, lalu dibiarkan, tidak diapa-apakan. Tidak dilakukan untuk
pterygium progresif karena dapat terjadi granuloma → granuloma diambil
kemudian digraph dari amnion.
2. Subkonjungtiva
Pterygium setelah diambil kemudian sisanya dimasukkan/disisipkan di bawah
konjungtiva bulbi → jika residif tidak masuk kornea.
3. Graf
Pterygium setelah diambil lalu di-graf dari amnion/selaput mukosa
mulut/konjungtiva forniks.
I. Komplikasi
Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:
1. Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan
2. Kemerahan
3. Iritasi
4. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea.
Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi
kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus
umumnya menyebabkan diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum
dilakukan pembedahan. Pada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi
pengeringan focal kornea mata akan tetapi sangat jarang terjadi.
Komplikasi post operasi pterygium meliputi:
1. Infeksi
2. Reaksi material jahitan
3. Conjungtival graft dehiscence
4. Corneal scarring
5. Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata perdarahan
vitreous, atau retinal detachment.
Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada
pterygium adalah terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian dari kasus ini
dapat memiliki tingkat kesulitan untuk mengatur.
2. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Perubahan rasa nyaman (sensasi benda asing) berhubungan dengan adanya
penebalan konjungtiva bulbi yang menjalar ke kornea.
2. Cemas berhubungan dengan pre operasi
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma okuler
4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
5. Ansietas berhubungan dengan tindakan operatif yang akan dijalani.
Post Operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan akibat pembedahan.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan port de entry sebagai akibat diskontinuitas
jaringan.
3. Perubahan dalam presepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan luka post
operasi.
4. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
3. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
1. Perubahan rasa nyaman (rasa kemeng, sensasi benda asing) berhubungan
dengan adanya penebalan konjungtifa bulbi yang menjalar ke kornea.
a. Tujuan :
setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien merasa nyaman,
dan dapat memahami penjelasan perawat.
b. Kriteria Hasil :
Pasien merasa nyaman.
Pasien dapat rileks
Intervensi Rasional
1) Kaji dan dokumentasikan keluhan 1) Untuk mengetahui penyebab
pasien. penyakit pasien.
2) Beri pemahaman kepada pasien 2) Agar pasien paham dan mengerti
tentang penyakitnya. dengan penyakitnya sehingga
mampu menjalani pengobatan sesuai
3) Beri penjelasan kepada pasien saran dokter.
mengenai tindakan yang dapat 3) Untuk mengurangi pemaparan sunar
membantu pasien agar merasa lebih ultraviolet maupun debu pada mata.
nyaman seperti: memakai kaca mata
gelap pada siang hari, beerusaha
memperkecil kemunginan kontak
dengan angin, asap, debu, dan sinar
matahari.
4) Sarankan kepada pasien agar segera 4) Untuk mengetahui perkembangan
berkonsultasi dengan dokter bila penyakit mata yang pasien alami.
terjadi perubahan yang signifikan
pada matanya.
5) Sarankan kepada pasien untuk 5) Untuk mempercepat proses
memakai obat yang telah diresepkan penyembuhan.
oleh dokter.
Intervensi Rasional
1) Tentukan ketajaman penglihatan, 1) Penemuan dan penanganan awal
kemudian catat apakah satu atau komplikasi dapat mengurangi
dua mata terlibat dan observasi resiko kerusakan lebih lanjut.
tanda-tanda disorientasi.
2) Orientasikan klien tehadap 2) Meningkatkan keamanan mobilitas
lingkungan. dalam lingkungan.
3) Perhatikan tentang suram atau 3) Cahaya yang kuat menyebabkan
penglihatan kabur dan iritasi mata, rasa tak nyaman setelah
dimana dapat terjadi bila penggunaan tetes mata dilator.
menggunakan tetes mata.
4) Ingatkan klien menggunakan 4) Membantu penglihatan pasien.
kacamata.
4. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan.
a. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak
mengalami cedera.
b. Kriteria Hasil:
Pasien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh, tergores, tertusuk, dsb).
Intervensi Rasional
1) Orientasikan pasien dengan 1) Agar pasien terbiasa dan hafal
lingkungannya. dengan situasi disekelilingnya.
2) Awasi pasien selama proses 2) Mencegah terjadinya risiko cidera
pemeriksaan berlangsung. pada pasien.
3) Bimbing pasien berjalan selama 3) Agar pasien merasa aman dan
pemeriksaan bila pengelihatannya mencegah terjadinya cidera pada
sangat kabur. pasien.
4) Bersihkan jalan yang dilewati 4) Untuk menghindari risiko cidera,
pasien dan yakinkan ruangan dan lebih memperjelas penglihatan
dalam keadaan terang. pasien.
5) Libatkan keluarga dalam 5) Mencegah terjadinya cidera pada
pengawasan pasien sehari-hari. pasien.
6) Anjurkan untuk menjauhkan 6) Mencegah terjadinya cidera pada
benda-benda yang berbahaya di pasien.
sekitar lingkungan pasien.
7) Anjurkan untuk menghindari 7) Mencegah terjadinya cidera/jatuh
pasien melintasi lantai licin. pada pasien.
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat ansietas, derajat 1) Factor ini mempengaruhi persepsi
pengalaman nyeri/ timbulnya pasien terhadap ancaman diri,
gejala tiba-tiba dan pengetahuan potensial siklus ansietas, dan dapat
kondisi saat ini. mempengaruhi upaya medic untuk
mengontrol TIO.
2) Berikan informasi yang akurat dan 2) Menurunkan ansietas sehubungan
jujur. Diskusikan kemungkinan dengan ketidaktahuan/harapan yang
bahwa pengawasan dan pengobatan akan datang dan memberikan dasar
dapat mencegah kehilangan fakta untuk membuat pilihan
penglihatan tambahan. informasi tentang pengobatan.
3) Dorong pasien untuk mengakui
masalah dan mengekspresikan 3) Memberikan kesempatan untuk
perasaan. pasien menerima situasi nyata,
mengklarifikasi salah konsepsi dan
4) Jelaskan dengan jujur mengenai pemecahan masalah.
prosedur tindakan operatif yang 4) Pasien mengerti tentang prosedur
akan dijalaninya. operasi sehingga kecemasan pasien
5) Identifikasi sumber/ orang yang akan berkurang.
menolong. 5) Memberikan keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.
Post operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri akut) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
akibat pembedahan.
a. Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan nyeri pasien berkurang atau
terkontrol.
b. Kriteria hasil :
Pasien mengeluh tidak nyeri
Skala nyeri 0 dari skala 0-10 yang diberikan.
Intervensi Rasional
1) Monitor TTV pasien 1) Mengetahui keadaan umum
pasien.
2) Kaji tingkat nyeri yang dialami 2) Untuk mengetahui tingkat nyeri
oleh klien. pasien.
3) Berikan posisi yang nyaman. 3) Membantu pasien untuk rileks.
4) Ajarkan kepada klien tekhnik 4) Untuk mengurangi rasa nyeri.
distraksi / relaksasi.
5) Anjurkan pasien untuk tidak 5) Vasokontraksi dapat meningkatkan
melakukan aktifitas yang dapat tekanan bola mata sehinggan dapat
meningkatkan vasokontraksi, meningkatkan nyeri yang
seperti mengedan dan batuk dirasakan.
beruntun.
6) Ciptakan tempat tidur yang 6) Memberikan kenyamanan pada
nyaman. pasien
7) Kolaborasi dengan tim medis untuk 7) Mengurangi nyeri secara
pemberian analgetik farmakokinetik.
Intervensi Rasional
1) Tentukan ketajaman penglihatan. 1) Mengetahui tingkat ketajaman
pengeliatan pasien.
2) Orientasikan klien pada 2) Memudahkan pasien
lingkungan, staf, orang lain di berkomunikasi dengan orang
sekitar. disekitar.
3) Letakkan barang yang sering 3) Memudahkan pasien mengambil
diperlukan dalam jangkauan . barang-barang yang sering
digunakan.
4) Anjurkan klien untuk 4) Buah-buahan yang berwarna
mengkonsumsi nutrisi yang kuning memiliki kandungan vit. A
bergizi, misalnya buah-buahan yang tinggi dan baik untuk mata.
yang berwarna kuning, seperti Dan asupan nutrisi yang baik dapat
pepaya, wortel dan lain-lain. mempercepat proses penyembuhan
luka.
5) Berikan obat-obatan sesuai terapi.
5) Mempercepat penyembuhan secara
farmakokinetik.
Intervensi Rasional
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus,
dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien. Implementasi/pelaksanaan
pada diagnosa keperawatan, mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat.
Pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan
pasien terpenuhi secara optimal. Langkah-langkah persiapan tindakan keperawatan
adalah sebagai berikut.
1) Memahami rencana perawatan yang telah ditentukan.
2) Menyiapkan tenaga atau alat yang diperlukan.
3) Menyiapkan lingkungan yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan antara
lain : langkah pelaksanaan, sikap yang meyakinkan, sistematika kerja yang tepat,
pertimbangan hukum dan etika, tanggung jawab dan tanggung gugat, mencatat
semua tindakan keperawatan yang telah ditentukan.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian
ulang yang telah ditentukan. Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan
tujuan dan kriteria hasil yang ditetatpkan. Dimana: S (subjektif) : informasi berupa
ungkapan yang didapat dari klien setelah diberikan tindakan. O (objektif): informasi
yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan
perawat setelah dilakukan tindakan. A (analisis) : membandingkanantara informasi
subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi. P
(palnning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa.
DAFTAR PUSTAKA