Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatn-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “asuhan keperawatan pada
anak dengan diagnosa febris”
Penulis menyadari bahwa selama penulisan studi kasus ini penulis banyak mendapatkan
banyak dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidak terlepas dari bantuan tenaga, pikiran,
dan dukungan moril.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang bersifat kostruktif dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan dari karya tulis ilmiah ini. Semoga segala budi baik dari semua pihak diberkati
oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Akhirnya, penulis mengharpakan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
KONSEP DASAR MEDIS..........................................................................................................................3
1. DEFINISI........................................................................................................................................3
2. ETIOLOGI......................................................................................................................................4
3. PATOFISIOLOGI...........................................................................................................................5
4. MANIFESTASI KLINIK................................................................................................................7
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................................................7
6. PENATALAKSANAAN MEDIK...................................................................................................9
7. KOMPLIKASI..............................................................................................................................11
8. PATOFLODIAGRAM..................................................................................................................12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................13
1. PENGKAJIAN..............................................................................................................................13
2. DIAGNOSA..................................................................................................................................14
3. INTERVENSI................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI
Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh > 37,70 C. Ada yang menyebutkan demam sebagai
peningkatan suhu tubuh diatas normal (380 – 400C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,10 C,
ada juga yang menyebutkan > 400 C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal, tapi lebih rendah
dari 37,70C (Zein, 2012). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah
proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada
suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit
autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan (Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan
pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari
perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan
dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016).
Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan oleh virus, dan
anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius seperti meningitis, sepsis,
osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius, pneumonia, endokarditis, gastroenteritis
dapat mula – mula muncul sebagai demam tanpa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi.
Tantangan bagi klinis adalah melakukan penatalaksanaan adekuat semua anak dengan infeksi
bakteri serius, tanpa melakukan pengobatan berlebihan terhadap mayoritas luas anak yang
menderita infeksi virus. Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana seseorang yang
mengalami atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari batas normal suhu tubuh
yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat berperan penting terhadap peningkatan perkembangan
imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi, demam dapat terjadi
karena berbagai proses infeksi dan non infeksi yang berinteraksi dengan hospes.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe
demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas.
2. ETIOLOGI
Demam merupakan gejala yang muncul karena adanya berbagai macam reaksi yang timbul
pada tubuh, dan menandakan bahwa melakukan perlawanan terhadap suatu penyakit. Namun
berbagai penelitian setuju bahwa penyebab terbesar adalah infeksi. Penelitian di RSCM
menemukan bahwa angka kejadian demam yang diakibatkan oleh infeksi mencapai angka 80%,
sedangkan sisanya adalah karena kolagen-vaskuler sebanyak 6%, dan penyakit keganasan
sebanyak 5%. Untuk penyakit infeksi karena bakteri mencakup tubercolosis, bakterimia,demam
tifoid, dan infeksi saluran kemih (ISK) sebagai penyebab tertinggi ( Bakry b, Tumberlaka A,
Chair I. 2008 )
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat
disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan
riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
Dalam studi yang dilakukan oleh Limper M et. al (2011), mereka mendapatkan temuan yang
sama seperti yang dilakuakn di RSCM. Ditemukan bahwa infeksi merupakan penyebab demam
terbanyak. Hal ini sudah dipastikan melalui kultur darah. Ditemukan bahwa bakteri yang di
temukan paling banyak adalah bakteri gram positif dengan infeksi saluran pernafasan atas dan
bawah sebagai diagnosis terbanyak. Untuk bakteri gram negatif sendiri lebih cendrung
menyebabkan bakterimia,atau dengan kata lainmemberikan infeksi sistematik. Hanya 1 dari 20
pasien yang ditemukan dengan demam selain dari bakteri ( Limper M et, al. 2011 ). Penyebab
demam paling non infeksi yang dapat ditemukan adalah demam karena kanker melalui jalur
tumor, alergi, dan tranfusi darah ( Dalal S, Donna S, Zhukovsky. 2006)
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam
dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi 5 pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thobroni,
2015).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobroni (2015)
bahwa etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
3. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipid dan permukaan luar
yaitu ionik. Dalam keadaan normal, memmbran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) serta elektrolit lainnya kecuali ion
kloirda (Cl-). Akibatnya, konsentrasi ion K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+
rendah, sedangkan di luar sel neuron berlaku sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi
ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut sebagai
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini,
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan meningkatkan metabolisme basal 10-15%
dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya mencapai 15%. Oleh
karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran
sel yang mengakibatkan lepasnya aliran listrik. Lepasnya aliran listrik ini sedemikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh bagian sel maupun membran sel di sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” sehingga terjadilah kejang.Ambang kejang tiap anak berbeda. Pada anak
dengan ambang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380C, sedang anak dengan ambang
kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih.
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basa. Jika hal ini
disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka simpanan karbohidrat,
protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam tubuh cendrung
dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis (Sacharin.
1996 ).
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran lobus hilang.
Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung, pembicaraan menjadi inkoheren
dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma (Sacharin. 1996 ).
Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini
mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi
atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior
mengalami gangguan. Pada pasien febris atau demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu
dengan pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada pasienfebris atau demam biasanya
pada Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami peningkatan. LED
akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya, ( pemeriksaan sputum
diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk – batuk ) ( Isselbacher. 1999 )
4. MANIFESTASI KLINIK
Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan demam Pemecahan protein dan beberapa
substansi lainnya seperti toksin liposakarida yang dilepaskan dari sel membran bakteri.
Perubahan yang terjadi adalah peningkatan set – point meningkat. Segala sesuatu yang
menyebkan kenaikan set – point ini kemudian dikenal dengan sebutan pyrogen. Saat set – point
lebih tinngi dari normal tubuh akan mengeluarkan mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh,
termasuk konservasi panas dan produksi panas. Dalam hitungan jam suhu tubuh akan mendekati
set – point. Awal mulai pyrogen dilepaskan adalah saat terjadi pemecahan bakteri di jaringan
atau di darah melalui mekanisme pagositosis oleh leukosit, makrofag, dan large granular killer
lymphocytes. Ketiga sel tersebut akan melepaskan sitokin setelah melakukan pencernaan. Sitokin
adalah sekelompok peptide signalling molecule. Sotokin yang paling berperan dalam
menyebabkan demam adalah interleukin- 1 (IL-1) atau disebut juga endogeneous pyrogen. IL-1
dilepaskan oleh magrofak dan sesaat setelah mencapai hypothalamus, mereka akanmengaktivasi
proses yang menyebabkan dema (Guyton, Arthur C, Hall, Jhon E. 2006) Cyclooxigenesa-2
(COX-2) adalah enzim yang membantu mekanisme kerja pitrogen endogen untuk membentuk
prostaglandin E2 (Guyton, Arthur c, Hall, Jhon E. 2006).
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012),
Pemeriksaan radiologis :
thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus diperiksa CT scan abdomen,
pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta
pemeriksaan imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
Pemeriksaan labolatorium :
1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk penjajakan demam. Kalau dari darah
dan urine rutin sudah dapat menemukan penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya hanya
untuk konfirmasi diagnostik atau untuk melihat kemungkinan komplikasi. Banyak penyakit
infeksi sudah bisa diketahui atau sudah dapat diduga dengan pemeriksaan darah dan urine rutin
dan dikonfirmasi dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1 beberapa
penyakit infeksi yang umum di Indonesia dengan manifestasi demam dapat dibedakan dengan
pemeriksaan darah rutine dan mengenali jenis demamnya. Beberapa petunjuk penting pada kasus
demam akibat penyakit infeksi dan non infeksi yang lazim ditemukan pada pemeriksaan darah
rutin antara lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifoid, tuberkulosis, infeksi
saluran kemih dengan batu (biasanya disertai dengan hematuria), SLE, ITP, dan
malignansi.
b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD, chikungunya, demam
tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis, leukemia (lebih dari
20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya, leptosopirosis, malaria, ITP, dan
anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diare akut, DBD.
f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit seperti askariasis,
trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis, trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis,
paragonimiasis, Loefler’s syndrome dan reaksi alergi
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung. Proteinuria ringan bisa dijumpai pada
pasien demam dengan berbagai sebab. Proteinuria juga dijumpai pada keadaan hematuria. Gross
hematuria sering dijumpai pada pasien leptospirosis, malaria berat (Black Water Fever), batu
saluran kemih, DBD, dan kelainan hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara mikroskopik, dapat menemukan
berbagai mikroorganisme penyebab demam, seperti amuba, shigella, berbagai cacing usus, dan
berbagai jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan dengan kultur dan tes sensitivitas serta
PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai dengan mikroorganiosme yang dicurigai sebagai
penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan pada pasien demam yang
dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria harus diambil dari ujung jari (darah tepi, bukan
darah vena). Hapusan darah tebal dan tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk darah tebal, tidak
difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi malaria harus susuai dengan standard.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan untuk mendeteksi berbagai
infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG), Malaria (falciparum dan vivax), Influenza, Demam tifoid
(typhidot), Leptospirosis, Infeksi HIV.
6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga sebagai akibat dari infeksi.
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeksi, seperti NS1 pada DBD
8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini untuk menegakkan
diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit. Pemeriksaan serologik untuk mendiagnosa
penyebab demam dimintakan sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO meninggi pada
demam rematik, ANA positip pada SLE, viral marker hepatitis seperti anti HCV, HbsAg, IgM
anti HVA pada hepatitis akut, dan lainlain.
9. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temuan dan dugaan klinis.
Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah pemberian antibiotik selalu memberikan nilai
negatip. Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih terarah dalam menelusuri
etiologi penyebab demam.
10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan lain-lain tergantung
kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah ditujukan untuk melihat fungsi organ dan
gangguan metabolik lain akibat penyakit yang mendasari atau akibat komplikasinya, dan juga
untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya, tuberkulosis selalu sebagai
komplikasi diabetes, gangguan fungsi ginjal terjadi pada Weil’s diseases, hiponatremia bisa
terjadi pada malaria dan DBD, enzim transaminase selalu meninggi pada DBD, leptospirosis dan
malaria.
6. PENATALAKSANAAN MEDIK
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan
tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
a. Tindakan farmakologis
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat
yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres
meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015).
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti
menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres hangat adalah tindakan dengan
menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh
(Maharani dalam Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses evaporasi atau
penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan
selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32oC, akan membantu
menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih
banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang
mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi
yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali
lipat lebih banyak (Ayu, 2015)
7. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak.
a. Takikardi
b. Insufisiensi jantung
c. Insufisiensi pulmonal
d. Kejang demam
8. PATOFLODIAGRAM
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas: Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama orang tua,
perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama
2) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : Klien yang biasanya
menderita febris mengeluh suhu tubuh panas > 37,5 °C, berkeringat, mual/muntah.
3) Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 37,5
°C, gejala febris yang biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu
makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
4) Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah mengalmi
penyakit sebelumnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu penyakit
keturunan ataupun penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
6) Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.
7) Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian
imunisasi pada anak.
8) Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien
9) Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman
Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan sehingga
kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur
Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien merasa gelisah dan
berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga bisa
mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair
10) Pemeriksaan fisik
5) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta tinggi
badan
6) Tanda – tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i
Head to toe
- Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
- Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
- Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
- Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan, fungsi indranya
adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir klien
akan kering dan pucat.
- Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan
ada peningkatan bising usus bising usus normal pada bayi 3 – 5 x
- Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam
- Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
- Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.
- Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal / gerakan nafas
dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma
12) Data penunjang Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan biasanya
leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun. m. Data pengobatan
Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien, seperti ibuprofen,
paracetamol (Yahya, 2018)
2. DIAGNOSA
Diagnosis keperawatan yang mngkin muncul
Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko Suryani, (2018) Penerapan Kompres Hangat
Pada Anak Demam Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di Rsud Sleman. Skripsi Thesis,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik
((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
LAPORAN PENDAHULUAN PADA BAYI Ny. N DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DIAGNOSA
BBLR DIRUANGAN PERINATAL
UPT RSUD NENE MALLOMO
NANNA
202001004
CI Lahan CI Institusi
( ) ( )
NANNA
202001004
CI Lahan CI Institusi
( ) ( )
NANNA
202001004
CI Lahan CI Institusi
( ) ( )
NANNA
202001004
CI Lahan CI Institusi
( ) ( )