Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

FEBRIS DI POLI ANAK RS AURA SYIFA KEDIRI

Disusun Oleh :
ANISAATUL AZIZAH

NIM. 40221005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN

BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

FEBRIS DI POLI ANAK RS AURA SYIFA KEDIRI

Untuk Memenuhi Tugas Profesi


Departemen Anak

Oleh :
ANISAATUL AZIZAH
NIM. 40221005

Telah Disetujui Pada Tanggal

Oleh :
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

_________________________ ________________________

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Sri Wahyuni, S.Kep., Ns.,M.Kep


A. DEFINISI
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus
anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena
adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas
yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang.
Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu
dalam tubuh. (Ngastiyah, 2005)
Definisi demam (febris) adalah suhu rectal yang lebih dari 38 0C (100,4 oF). suhu
normal dapat berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,1 0C -380C (97 oF -100,4 oF).
umumnya suhu tubuh pada anak-anak lebih tinggi, emudian menurun hingga padaa
tingkat dewasa pada usia 13-14 tahun pada anak perempuan, dan 17-18 tahun pada anak
laki-laki. (Robert, 2007)
Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 380C. demam
merpakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, buakan suatu penyakit dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Data klinis terkait menemukan tanda yang menunjukkan
keseriusan demam (missal: anak yang aktif dan sadar memiliki suhu 40 0C secara umum
kurang mengkhawatirkan dibandingkan dengan bayi yang lesu dan letargik dengan suhu
390C (Muscari, 2001). Menurut beberapa definisi tentang febris di atas, dapat
disimpulkan bahwa febris adalah peningkatan abnormal suhu badan minimal 38 0C
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus
anterior.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
1. Fever
Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis.
2. Hyperthermia
Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk hidup
sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi
(gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan.
3. Malignant Hyperthermia
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan otot
karena anestesi total.
Tipe - tipe demam.diantaranya :

1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan
berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan
juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari
terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
C. ETIOLOGI
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya : perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam antara lain:
ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara
tepat dan holistic. Beberapa hal khusus perlu dipeehatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai
demam. (aplikasi nanda) Febris umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada
hipotalamus, atau sebaliknya dapat disebabkan oleh setiap gangguan berikut :
1. Penyebab umum febris pada bayi antara lain infeksi saluran pernapasan atas dan
bawah, faringitis, otitis media, dan infeksi virus umum dan enteric. Reaksi vaksinasi
dan pakaian yang terlalu tebal juga seringmenjadipenyebab demam pada bayi.
2. Penyebab febris yang lebih serius antara lain infeksi saluran kemih, pneumonia,
bakteremia, meningitis, osteomielitis, atritis septic, kanker, gangguan imunologik,
keracunan atau overdosis obat, dan dehidrasi. (Muscari, 2001)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 0C -400C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan (Nurarif & Kusuma, 2013)
E. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point (Julia,2000).
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (noninfeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada
tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel
makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi
atau sistem kekebalan tubuh. Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau
krisis/flush. Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat
normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat
pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai
suhu baru. Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin
malahan kembali ke tingkat normal. (Corwin, 2000).
F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak.
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya :

1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba
darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi
penyulit perdarahan usus.
b. Kimia darah Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan
kreatinin harus dilakukan.
c. Imunorologi Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi
adanya antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi.
Hasil positif dinytakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu
dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan
terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit,
keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
d. Urinalis Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi
penyulit
e. Mikrobiologi Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks
dan vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum
diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan
kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk
mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari
pemeriksaan untuk setiap penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan
dengan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan
DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang
terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas)
yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa darah, urin,
cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi (Soedarto, 2007).
G. PENATALAKSANAAN
1. Secara fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakan anak tidur gelisah, sering terkejut atau Infeksi zat asing masuk ke
dalam tubuh Merangsang sistem pertahanan Melapaskan pirogen Dari dalam tubuh
(pirogen endogen) Dari luar tubuh (pirogen eksogen) Membawa pesan ke
hipotalamus Dirangsang pelepasan asam arakidonat & produksi prostaglandin
meningkat Reaksi menaikkan suhu tubuh Pembuluh di arteri sempit &sekresi
kelenjar keringat terhambat febris hipertermi Metabolisme basal meningkat
Oksigen ke otak menurun Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kejang demam TIK meningkat Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Kekurangan volume cairan mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung
melirik keatas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai
kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen
tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat
rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan napas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang
akan berakibat rusaknya sel-sel otak
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
e. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.
2. Obat-obatan antipiretik
Antipiretik bekerja secarasentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehingga set poin hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas di atas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi (Suriadi dan Yuliani, R., 2001).
H. WOC
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. 2000. Hand Book Of Pathofisiologi. Jakarta:EGC


Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com
diakses tanggal 12 Januari 2015.
Muscari, Mary E. 2001. Panduan Balajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Mc Closkey,
C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper
Jakarta : Prima Medika. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Robert, 2007,
Penyakit – Penyakit Tropis, Artikel diakses dari www.who_peditric.com Santosa, Budi. 2007.

Anda mungkin juga menyukai