Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N DENGAN

OBSTRUKSI FEBRIS DI RUANG BOGINVILE RST DR. SOEDJONO MAGELANG

Disusun oleh :

Teguh Septiawan 233203051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Febris atau demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan karena adanya kemampuan
pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang diproduksi
oleh jaringan. Namun dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga
terjadi peningkatan suhu dalam tubuh (Ngastiyah, 2005). Kemudian menurut Muscari
(2001) Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 380C. demam
merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, bukan suatu penyakit dan
tidak terjadi dengan sendirinya.
Demam atau febris yaitu suatu keadaan suhu tubuh menjadi lebih tinggi dari
biasanya, dan ini merupakan suatu gejala penyakit. Suhu tubuh yang dikatakan normal
yaitu apabila suhu dengan rentang 36,5°C - 37,5°C, Apabila suhu tubuh melebihi rentang
normal maka bisa dikatakan hipertermi atau tidak normal. Demam ini terjadi karena
adanya respon normal terhadap infeksi yang ada dalam tubuh, infeksi yang terjadi karena
adanya mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh yang berupa virus, jamur, parasit dan
bakteri. Demam juga bisa disebabkan karena paparan sinar matahari yan berlebihan
(overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi karena gangguan sistem imun
(Pratiwi, 2021).

B. Etiologi
Demam merupakan gejala yang muncul karena adanya berbagai macam reaksi
yang timbul pada tubuh, dan menandakan bahwa tubuh melakukan perlawanan terhadap
suatu penyakit. Namun berbagai penelitian setuju bahwa penyebab terbesar adalah
infeksi. Penelitian di RSCM menemukan bahwa angka kejadian demam yang diakibatkan
oleh infeksi mencapai angka 80%, sedangkan sisanya adalah karena kolagen-vaskuler
sebanyak 6%, dan penyakit keganasan sebanyak 5%. Untuk penyakit infeksi karena
bakteri mencakup tubercolosis, bakterimia,demam tifoid, dan infeksi saluran kemih (ISK)
sebagai penyebab tertinggi.
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya : perdarahan otak atau koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam antara lain: ketelitian pengambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam (Muscari,
2001).
Menurut Nurarif (2015) terdapat beberapa jenis klasifikasi demam sebagai berikut:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bilademam yang tinggitersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang
self- limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak
berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)
C. Pathway

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Tes urine dengan melihat warna, konsentrasi, dan kandungan dari urine yang
dihasilkan.
b. Tes panel metabolisme untuk mengetahui kondisi tubuh terkait dengan
metabolisme, seperti ginjal dan hati. Beberapa pemeriksaan yang terkait dengan
hal ini adalah kadar gula, protein, kalsium, elektrolit, ginjal dan hati.
c. Tes darah untuk mengetahuai jumlah komponen dari darah seseorang.
2. Foto Rontgent
3. Ultrasonografi (USG)
4. Endoskopi/ Scanning

E. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis dan farmakologi maupun kombinasi keduanya.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam :
1. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa :
paracetamol dan ibuprofen
2. Tindakan non farmakologis
Tindakan nonfarmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti:
a) Memberikan minum air yang banyak
b) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d) Memberikan kompres hangat

F. Defisiensi Kebutuhan Dasar Manusia Pada Pasien Febris


Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Ineke Patrisia, Dkk
(2020), banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan kebutuhan manusia
dan membahasnya dari berbagai segi. Sekitar tahun 1950, Abraham Maslow seorang
psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang
lebih dikenal dengan istilah Hierarki kebutuhan Dasar Maslow. Hiraerki tersebut meliputi
lima kategori kebutuhan dasar, yakni:
1. Kebutuhan fisiologis (Physiologic Need).
2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and Security Need).
3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs).
4. Kebutuhan harga diri (Self-Esteem Needs).
5. Kebutuhan aktualisasi diri (Neeed For Self Actualication).
Pada kasus demam febris kebutuhan dasar yang mengalami gangguan adalah
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan dan keselamatan. Adapun kebutuhan dasar
manusia tersebut adalah sebagai berikut yaitu :
1. Kebutuhan fisiologis
Tingkat paling dasar, mencakup kebutuhan dasar fisiologis seperti
oksigen/udara,cairan, nutrisi, tidur, dan istirahat, suhu tubuh, eliminasi, dan seksual.
Kebutuhan fisiologis dasar harus dipenuhi sebelum tingkat kebutuhan yang lebih
tinggi, (Ineke Patrisia, Dkk :2020).
a. Suhu
Beberapa faktor dapat mengancam kebutuhan tubuh akan regulasi suhu,
termasuk cuaca eksternal yang berlebihan (panas atau dingin) atau demam
tinggi sebagai respon terhadap infeksi.
b. Air dan cairan
Pasien dengan demam yang suhu tubuhnya naik turun disertai muntah untuk
memenuhi keseimbangan cairan, perawat dapat memberikan asuhan dengan
mengukur masukan dan keluaran, menimbang berat badan serta menghitung
indeks massa tubuh klien setiap hari, serta mengobservasi cairan infus.
c. Makanan dan Nutrisi
Nutrisi diperlukan untuk mempertahankan hidup. Kebiasaan kekurangan
nutrisi, ketidakmampuan untuk mengunyah atau menelan, mual dan muntah,
alergi makanan, penolakan makan, dan kebiasaan makanan berlebihan beresiko
terhadap status gizi klien.
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Menurut Rosdahl & Kowalski dalam Lestari (2021) Seseorang merasa nyaman untuk
hidup dan memenuhi kebutuhan lainnya setelah merasa aman dan terjamin, baik
secara fisik maupun psikologis serta merasa bebas dari bahaya dan ketakutan.
Perawat bisa memberikan rasa nyaman dan keamanan pada klien dengan melakukan
pendekatan, terutama anak-anak.
G. Asuhan Keperawatan Secara Teori
Menurut Nurarif (2015) proses keperawatan demam atau febris adalah sebagi
berikut:
1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin,nama
orang tua, pekerjaan orang tua, alat, suku, bangsa dan agama.
b. Keluhan Utama Klien yang mederita demam febris biasanya suhu tubuh
mengalami kenaikan yaitu di atas 37,5 °C
c. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita klien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (mual/ muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah,
nyeri otot/sendi dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh klien).
e. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh keluarga lain baik bersifat genetik atau tidak).
2. Pengkajian fisik seperti keadaan umum klien, tanda-tanda vital, status nutrisi.
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori seperti sistem persyarafan/kesadaran, sistem pernafasan,
sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal, sistem intergument, serta sistem
pekemihan.
b. Pada fungsi kesehatan seperti pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola
nutrisi dan metabolism, pola eliminasi, pola aktifitas dan latihan, pola tidur dan
istirahat, pola kognitif dan perseptual, pola toleransi dan koping stres, pola nilai
dan keyakinan, serta pola hubungan dan peran.
4. Pemeriksaan penunjang meliputi laboratorium, foto rontgent, USG, endoskopi atau
scanning.
5. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (SDKI, 2017). Diagnosa keperawatan menurut
(Sacharin,1996;Sodikin (2012) yang telah distandarkan dalam SDKI (2017):
a. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit infeksi.
b. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan disfungsi intestinal.
c. Resiko defisit nutris berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan).
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
6. Rencana Keperawatan
No Dx. keperawatan SLKI SIKI
1 Hipertermia Termoregulasi (L.14134) Manejemen hipertermia (I.15506)
berhubungan dengan hal : 129 Setelah dilakukan hal :181
proses penyakit tindakan keperawatan Observasi
infeksi. selama 3×24 jam - Identifikasi penyebab hipertermia
DS: diharapkan termogulasi (mis,dehidrasi, terpapar lingkungan
suhu tubuh membaik panas, penggunaan incubator)
DO: dengan kriteria hasil: - Monitor suhu tubuh
- suhu tubuh diatas - Menggigil menurun - Monitor kadar elektrolit
nilai normal - Takikardi menurun - Monitor haluan urine
- kejang - Suhu tubuh membaik - Monitor komplikasi akibat
- kulit merah - Suhu kulit membaik hipertermia
- takikardi - Pengisian kapiler membaik
- takipnea Teraupetik
- kulit terasa hangat - Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi atau kipasi permukaan tubuh
- Lakukan pendinginan eksternal
kompres hangat

Edukasi
- Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
-Pemberian cairan IV RL

2 Resiko Keseimbangan cairan Manajemen cairan (I.03098) hal :159


ketidakseimbangan (L.03020) hal:41 Setelah Observasi
cairan dibuktikan dilakukan tindakan - Monitor status hidrasi (mis,
dengan disfungsi keperwatan selama 3×24 frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral,
intestinal jam diharapkan pengisian kapiler, kelembapan
keseimbangan cairan klien mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
meningkat dengan kriteria - Monitor berat badan harian
hasil:
- Asupan cairan meningkat Teraupetik
- Output urine menigkat - catat intake output dan hitung
- Membran mukosa balance cairan 24 jam
lembab meningkat - berikan asupan cairan sesuai
kebutuhan
- Asupan makanan
meningkat
- Dehidrasi menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Turgor kulit membaik

3 Resiko defisit nutrisi Status nutrisi (L.03030) hal: Manajemen nutrisi (I. 03119) hal: 200
dibuktikan dengan 121 Setelah dilakukan Observasi
faktor psikologis tindakan keperawatan - Identifikasi status cairan
keengganan untuk selama 3× 24 jam - Identifikasi makanan yang disukai
makan. diharapkan status nutrisi - Monitor asupan makanan
membaik dengan kriteria - Monitor berat badan
hasil :
- Porsi makan yang Teraupetik
dihabiskan meningkat - Sajikan makanan secara menarik
- Sariawan menurun dan suhu yang sesuai
- Berat badan membaik
- Indeks Massa Tubuh
(IMT) membaik
- Nafsu makan membaik

4 Intoleransi aktifitas Tolenransi aktifitas Manajemen energi I.05178 hal.176


berhubungan dengan (L.05047) hal. 149 Setelah Observasi
kelemahan. dilakukan tindakan - Monitor kelelahan fisik
DS : keperawatan 3×24 jam - Monitor pola dan jam tidur
- mengeluh lelah diharapkan toleransi aktifitas
- merasa lemah meningkat dengan kriteria Terapeutik
hasil: - Sediakan lingkungan yang nyaman
DO : - Kelemahan menurun (cahaya, suara)
- frekuensi jantung - Frekuensi nadi membaik
meningkat >20% - Warna kulit membaik Edukasi
dari kondisi istirahat - Anjurkan tirah baring
- sianosis

5 Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan I. 12383 hal. 65


berhubungan dengan L.12111 Setelah dilakukan Observasi
kurang terpapar tindakan - Identifikasi kesiapan dan
informasi. keperawatan selama 3×24 kemampuan menerima informasi
DS : jam diharapkan tingkat
- menanyakan pengetahuan Teraupetik
masalah yang meningkat dengan kriteria - Sediakan materi dan media
dihadapi hasil : pendidikan kesehatan
- Pertanyaan tentang yang - Jadwalkan pendidikan kesehatan
DO : dihadapi menurun sesuai kesepakatan
- menunjukan - Perilaku sesuai dengan - Berikan kesempatan untuk bertanya
perilaku tidak pengetahuan meningka
sesuai seperti cemas Edukasi
berlebihan - Jalaskan factor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
7. Implementasi
Menurut Lisa & Heni dalam Lestari (2021), implementasi merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan.
8. Evaluasi
Menurut Achjar dalam Lestari (2021) evaluasi merupakan sekumpulan informasi
yang sistemik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari serangkaian
program yang digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah
dicapai. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi utuk umpan
balik selama program berlangsung.Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan
keputusan. Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara
mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Untuk mempermudah
mengevaluasi perkembangan pasien digunakan komponen subjektif, objektif, analisa,
planning atau perencanaan (SOAP).
DAFTAR PUSTAKA

Ineke Patrisia, Dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Dasar manusia. Medan :
Yayasan kita menulis.

Lestari, Febriana Diah. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Termoregulasi
Pada Kasus Observasi Febris Terhadap An. G Di Ruang Anak Rsud Mayjend Ryacudu
Kotabumi Lampung Utara 8-10 Maret 2021. Diploma Thesis, Poltekkes Tanjungkarang.

Muscari, Mary E. (2001). Panduan Balajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta:

EGC Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Nurarif, A.H., dan Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nanda NIC-NOC. Yogyakarta :MediAction

PPNI (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil keperawatan.
Edisi 1. Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.

Pratiwi, G. (2021). Efektivitas Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada
Anak Di Wilayah Puskesmas Selogiri. 10(2), 20–31.

Wardiyah, Aryanti, Dkk. (2016). “Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan
Tepidsponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam RSUD dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung“. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol 4 No 1.

Anda mungkin juga menyukai