Disusun oleh :
A. Definisi
Febris atau demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan karena adanya kemampuan
pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang diproduksi
oleh jaringan. Namun dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga
terjadi peningkatan suhu dalam tubuh (Ngastiyah, 2005). Kemudian menurut Muscari
(2001) Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 380C. demam
merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, bukan suatu penyakit dan
tidak terjadi dengan sendirinya.
Demam atau febris yaitu suatu keadaan suhu tubuh menjadi lebih tinggi dari
biasanya, dan ini merupakan suatu gejala penyakit. Suhu tubuh yang dikatakan normal
yaitu apabila suhu dengan rentang 36,5°C - 37,5°C, Apabila suhu tubuh melebihi rentang
normal maka bisa dikatakan hipertermi atau tidak normal. Demam ini terjadi karena
adanya respon normal terhadap infeksi yang ada dalam tubuh, infeksi yang terjadi karena
adanya mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh yang berupa virus, jamur, parasit dan
bakteri. Demam juga bisa disebabkan karena paparan sinar matahari yan berlebihan
(overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi karena gangguan sistem imun
(Pratiwi, 2021).
B. Etiologi
Demam merupakan gejala yang muncul karena adanya berbagai macam reaksi
yang timbul pada tubuh, dan menandakan bahwa tubuh melakukan perlawanan terhadap
suatu penyakit. Namun berbagai penelitian setuju bahwa penyebab terbesar adalah
infeksi. Penelitian di RSCM menemukan bahwa angka kejadian demam yang diakibatkan
oleh infeksi mencapai angka 80%, sedangkan sisanya adalah karena kolagen-vaskuler
sebanyak 6%, dan penyakit keganasan sebanyak 5%. Untuk penyakit infeksi karena
bakteri mencakup tubercolosis, bakterimia,demam tifoid, dan infeksi saluran kemih (ISK)
sebagai penyebab tertinggi.
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya : perdarahan otak atau koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam antara lain: ketelitian pengambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam (Muscari,
2001).
Menurut Nurarif (2015) terdapat beberapa jenis klasifikasi demam sebagai berikut:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bilademam yang tinggitersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses,
pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang
self- limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak
berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)
C. Pathway
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Tes urine dengan melihat warna, konsentrasi, dan kandungan dari urine yang
dihasilkan.
b. Tes panel metabolisme untuk mengetahui kondisi tubuh terkait dengan
metabolisme, seperti ginjal dan hati. Beberapa pemeriksaan yang terkait dengan
hal ini adalah kadar gula, protein, kalsium, elektrolit, ginjal dan hati.
c. Tes darah untuk mengetahuai jumlah komponen dari darah seseorang.
2. Foto Rontgent
3. Ultrasonografi (USG)
4. Endoskopi/ Scanning
E. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis dan farmakologi maupun kombinasi keduanya.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam :
1. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa :
paracetamol dan ibuprofen
2. Tindakan non farmakologis
Tindakan nonfarmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti:
a) Memberikan minum air yang banyak
b) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d) Memberikan kompres hangat
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
-Pemberian cairan IV RL
3 Resiko defisit nutrisi Status nutrisi (L.03030) hal: Manajemen nutrisi (I. 03119) hal: 200
dibuktikan dengan 121 Setelah dilakukan Observasi
faktor psikologis tindakan keperawatan - Identifikasi status cairan
keengganan untuk selama 3× 24 jam - Identifikasi makanan yang disukai
makan. diharapkan status nutrisi - Monitor asupan makanan
membaik dengan kriteria - Monitor berat badan
hasil :
- Porsi makan yang Teraupetik
dihabiskan meningkat - Sajikan makanan secara menarik
- Sariawan menurun dan suhu yang sesuai
- Berat badan membaik
- Indeks Massa Tubuh
(IMT) membaik
- Nafsu makan membaik
Ineke Patrisia, Dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Dasar manusia. Medan :
Yayasan kita menulis.
Lestari, Febriana Diah. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Termoregulasi
Pada Kasus Observasi Febris Terhadap An. G Di Ruang Anak Rsud Mayjend Ryacudu
Kotabumi Lampung Utara 8-10 Maret 2021. Diploma Thesis, Poltekkes Tanjungkarang.
Nurarif, A.H., dan Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nanda NIC-NOC. Yogyakarta :MediAction
PPNI (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil keperawatan.
Edisi 1. Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.
Pratiwi, G. (2021). Efektivitas Kompres Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada
Anak Di Wilayah Puskesmas Selogiri. 10(2), 20–31.
Wardiyah, Aryanti, Dkk. (2016). “Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan
Tepidsponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam RSUD dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung“. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol 4 No 1.