Anda di halaman 1dari 10

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN PASIEN POST SECTIO CAESAREA

Di susun Oleh:

Teguh Septiawan

233203051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA


2023
POST PARTUM
A. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung 6 minggu,
akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil
dalam waktu 3 bulan (Wahyuningsih, 2018)
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil.

B. Tujuan asuhan nifas


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya
2. Memberikan pelayanan KB
3. Mempercepat involusi alat kandung
4. Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi peurpeium
5. Meningkatkan kelancaran perdarahan darah sehingga mempercepat fungsi ASI
C. Perioede masa nifas
Menurut Sari dan Khotimah, 2018 periode nifas dibagi menjadi 3 yaitu, puerperium
dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium;
1. Puerperium dini Yaitu Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdisi dan berjalan-jalan.
2. Puerperium inermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau bersalin mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-mingu, bulanan atau tahunan
D. Perubahan fisik masa nifas
1. Rasa mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim (involusi)
a. Iskemia: otot uterus berkontraksi dan beretraksi, membatasi aliran darah
di dalam uterus
b. Ukuran uterus berkurang dari 15 cm x 11 cm x 7,5 cm menjadi 7,5 cm
x 5 cm x 2,5 cm pada minggu keenam
c. Berat uterus berkurang dari 1000 gram sesaat setelah lahir, menjadi 60
gram pada minggu ke-6
d. Kecepatan involusi: terjadi penurunan bertahap sebesar 1 cm/hari. Di
hari pertama, uteri berada 12 cm di atas simfisis pubis dan pada hari ke-
7 sekitar 5 cm di atas simfisis pubis. Pada hari ke-10, uterus hampir tidak
dapat dipalpasi atau bahkan tidak terpalpasi
e. Involusi akan lebih lambat setelah seksio sesaria.
2. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochea) a
a. Lochea rubra lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga
masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari
jaringan sisa-sisa plasenta.
b. Lochea sanguilenta Berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh.
c. Lochea serosa Lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari
keempatbelas dan berwarna kuning kecoklatan.
d. Lochea alba Berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post
partum .
3. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar
4. Kesulitan BAK dan BAB Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai
menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk
kembali normal

E. Tanda tanda bahay nifas


1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid
biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter
dalam waktu setengah jam)
2. Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik atau masalah penglihatan
5. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
6. Rasa sakit, warna merah, pembengkakan pada kaki
SECTIO CAESAREA

A. Definisi
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan
padadinding uterus melalui dinding depan perut. Sectio Caesaria adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dindingdepan
perut atau vagina
B. Etiologic
1. Etiologi yang berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan letak,
primi para tua disertai kelainanletak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi
janin / panggul), ada sejara gkehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, plasentaprevia terutama pada primigravida, solutio
plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yang disertai penyakit
(jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri,
dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janinfetal distress / gawat janin, mal presentasi dan
mal posisi kedudukan janin,prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakumatau forceps ekstraksi
C. Klasifikasi
1. Segmen bawah: insisi melintang karena cara ini memungkinkan kelahiran per
abdominan yang aman sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan
sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga
rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmen bawah uterus telah
menimbulkan revolusi dalampelaksanaan obstetric
2. Segmen bawah: insisi membujur cara membuka abdomen dan
menyingkapkan uterus sama seperti insisi melintang, insisi membujur
dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
menghindari cedera pada bayi
3. Insisi longitudina di garis tengah dibuat dengan scalpel ke dalam dinding
anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting yang
berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi yang sering
dilahirkan dengan bokong dahulu janin serta plasenta dikeluarkan atau uterus
ditutup dengan jahitan 3 lapis
4. Sectional Caesaria Extraperitoneal pembedahan extraperitoneal dikerjakan
untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami
infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang bersifat fatal.
ada beberapa metode Sectio Caesaria Extraperitoneal, seperti metode
waters, latzko, dan norton. Teknikpada prosedur ini relatif lebih sulit, sering
tanpa sengaja masuk ke dalam vacum peritoneal dn isidensi cedera vesica
urinaria meningkat.
5. Histerektomi Caesaria Pembedahan ini merupakan sectio caesaria yang
dilanjutkan dengan pengeluaran uterus. Jika memungkinkan histerektomi
harus dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan tetapi karena pembedahan
subdural lebihmudah dan dapat dikerjakan lebih cepat, maka pembedahan
subdoral menjadi prosedur pilihan jika terdapat perdarahan hebat dan pasien
terjadi syok, ataujika pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain
D. Indikasi
Beberapa indikasi dilakukannya tindakan operasi SC menjadi tiga garis
besaryaitu pertama indikasi pada janin antara lain bayi terlalu besar, kelainan
letakjanin seperti letak sungsang atau letak lintang, presentasi bokong, berat
lahirsangat rendah, ancaman gawat janin, janin abnormal, kelainan tali pusat, dan
bayikembar. Kedua indikasi pada ibu antara lain Cephalo Pelvis
Disporoportion(CPD), tumor uterus dan ovarium karsinoma serviks, ruptur uteri,
perdarahan hebat, ketuban pecah dini (KPD), dan distocia. Ketiga pada kombinasi
keduanya antara lain plasenta previa atau solusio plasenta dan riwayat SC sebelumnya
E. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus dilakukan tindakan sectio
caesarea,bahkan sekarang sectio caesaria menjadi salah satu pilihan persalinan.adanya
beberapa hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapatt
dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, ruptur sentralis dan lateralis,
panggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklampsi, distoksia service dan
mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu sectio caesaria (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan
yang akan menyebabkan pasien imobilisasi sehingga menimbulkan masalah
hambatan mobilitas fisik. Kelemahan fisik akan menyebakan pasien tidak
mampu melakukan aktifitias perawatan diri pasien sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuias jaringan, pembuluh
darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal inni akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua
proses pembebdahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka
post operasi, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
infeksi
F. Pathway

G. Manifestasi klinik
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi klinis Sectio
Caesarea menurut Dongoes 2010 yaitu :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus terletak di umbilicus
4. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
6. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemantauan terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan darah
7. Urinalisis
8. Anniosentesis terhadap maturitas paru sesuai indikas
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
10. USG
H. Penatalaksanan medis keperawatan
Penatalaksanaan medik diantaranya adalah :
1. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti
Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat
3. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun
pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat
dipersoalkan,namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan
4. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaC

Penatalaksanaan keperawatan diantaranya adalah :

1. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan30
menit pada 4 jam kemudian.
2. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3. MobilisasiPada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita
sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan
4. Pemulangan bila sudah tidak ada komplikasi dan pada hari kelima pasien
dipulangkan
I. Konsep pengkajian keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan.Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan ataumasalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosialdan spiritual. Saat dilakukan pengkajian setelah
pembedahan terdapat akibat anestesi spinal meliputi tungkai bawah terasa
baal, tidak dapat digerakan selama beberapa jam sedangkan akibat anestesi
umum klien akan mengalami nyeri kerongkongan, mulut terasa kering
setelah beberapa jam pertama setelah operasi,timbulnya nyeri setelah anestesi
hilang. Nyeri yang dirasakan dapat menimbulkan masalah pada ibu seperti ibu
malas melakukan mobilisasi. Selain itu ibu akan mengalami perubahan
fisiologis pada masa nifas seperti involusi dan laktasi
b. Diagnosa keperawatan Sesuai dengan data pada tahap pengkajian penulis
mengambil diagnosa yang berfokus pada efek anestesi dan insisi abdomen,
karena post Sectio Caesarea lebih berfokus pada kedua hal tersebut, maka
diagnosa mungkin muncul pada ibu dengan post Sectio Caesarea yaitu :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post SC)
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c. Rencana Keperawatan1)
1) Diagnosa 1: Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post
SC)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam
diharapkan nyeri menurunKrieria hasil:
a) Keluhan nyeri menurun (5)
b) Meringis menurun (5)
c) Frekuensi nadi membaik (5

Intervensi: Manajemen Nyeri


Observasi: identifikasi riwayat alergi obat, Monitor efektifitas
analgesic
Terapeutik: diskusikan jenis analgesik yang disukai utuk mencapai
analgesiaoptimal
Edukasi: jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi: kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik sesuai
indikasi
2) Diagnosa 2: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 7 jam diharapkan
mobilitasfisik menigkat.Kriteria Hasil:-
a) nyeri menurun (5)-
b) kelemahan fisikk menurun

Intervensi: Dukungan Ambulasi


Observasi: identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi-
Terapeutik: Fasilitasi melakukan mobilitas fisik
Edukasi: Jelaskan tujuan prosedur ambulasi
Daftar pustaka

Pitriani, Risa., & Andriyani , A. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas normal
,Ed1, Cetakan 1 . Yogyakarta .deepublish .

Pokja SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia .Jakarta Selatan :DPP PPNI .

Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia .Jakarta Selatan :DPP PPNI

Pokja SDKI.(2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia .Jakarta Selatan :DPP PPNI

Sari, Evin.&Khotimah . (2018). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.Bogir,In Media.
Susanto, Andinas. V. (2018). ). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui: Teori Dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Wahyuningsih, H P. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai