Di susun Oleh:
Teguh Septiawan
233203051
FAKULTAS KESEHATAN
A. Definisi
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan
padadinding uterus melalui dinding depan perut. Sectio Caesaria adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dindingdepan
perut atau vagina
B. Etiologic
1. Etiologi yang berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan letak,
primi para tua disertai kelainanletak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi
janin / panggul), ada sejara gkehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, plasentaprevia terutama pada primigravida, solutio
plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yang disertai penyakit
(jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri,
dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janinfetal distress / gawat janin, mal presentasi dan
mal posisi kedudukan janin,prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakumatau forceps ekstraksi
C. Klasifikasi
1. Segmen bawah: insisi melintang karena cara ini memungkinkan kelahiran per
abdominan yang aman sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan
sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga
rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmen bawah uterus telah
menimbulkan revolusi dalampelaksanaan obstetric
2. Segmen bawah: insisi membujur cara membuka abdomen dan
menyingkapkan uterus sama seperti insisi melintang, insisi membujur
dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
menghindari cedera pada bayi
3. Insisi longitudina di garis tengah dibuat dengan scalpel ke dalam dinding
anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting yang
berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi yang sering
dilahirkan dengan bokong dahulu janin serta plasenta dikeluarkan atau uterus
ditutup dengan jahitan 3 lapis
4. Sectional Caesaria Extraperitoneal pembedahan extraperitoneal dikerjakan
untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami
infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang bersifat fatal.
ada beberapa metode Sectio Caesaria Extraperitoneal, seperti metode
waters, latzko, dan norton. Teknikpada prosedur ini relatif lebih sulit, sering
tanpa sengaja masuk ke dalam vacum peritoneal dn isidensi cedera vesica
urinaria meningkat.
5. Histerektomi Caesaria Pembedahan ini merupakan sectio caesaria yang
dilanjutkan dengan pengeluaran uterus. Jika memungkinkan histerektomi
harus dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan tetapi karena pembedahan
subdural lebihmudah dan dapat dikerjakan lebih cepat, maka pembedahan
subdoral menjadi prosedur pilihan jika terdapat perdarahan hebat dan pasien
terjadi syok, ataujika pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain
D. Indikasi
Beberapa indikasi dilakukannya tindakan operasi SC menjadi tiga garis
besaryaitu pertama indikasi pada janin antara lain bayi terlalu besar, kelainan
letakjanin seperti letak sungsang atau letak lintang, presentasi bokong, berat
lahirsangat rendah, ancaman gawat janin, janin abnormal, kelainan tali pusat, dan
bayikembar. Kedua indikasi pada ibu antara lain Cephalo Pelvis
Disporoportion(CPD), tumor uterus dan ovarium karsinoma serviks, ruptur uteri,
perdarahan hebat, ketuban pecah dini (KPD), dan distocia. Ketiga pada kombinasi
keduanya antara lain plasenta previa atau solusio plasenta dan riwayat SC sebelumnya
E. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus dilakukan tindakan sectio
caesarea,bahkan sekarang sectio caesaria menjadi salah satu pilihan persalinan.adanya
beberapa hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapatt
dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, ruptur sentralis dan lateralis,
panggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklampsi, distoksia service dan
mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu sectio caesaria (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan
yang akan menyebabkan pasien imobilisasi sehingga menimbulkan masalah
hambatan mobilitas fisik. Kelemahan fisik akan menyebakan pasien tidak
mampu melakukan aktifitias perawatan diri pasien sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuias jaringan, pembuluh
darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal inni akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua
proses pembebdahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka
post operasi, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
infeksi
F. Pathway
G. Manifestasi klinik
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi klinis Sectio
Caesarea menurut Dongoes 2010 yaitu :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus terletak di umbilicus
4. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
6. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemantauan terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan darah
7. Urinalisis
8. Anniosentesis terhadap maturitas paru sesuai indikas
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
10. USG
H. Penatalaksanan medis keperawatan
Penatalaksanaan medik diantaranya adalah :
1. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti
Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat
3. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun
pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat
dipersoalkan,namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan
4. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaC
1. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan30
menit pada 4 jam kemudian.
2. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3. MobilisasiPada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita
sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan
4. Pemulangan bila sudah tidak ada komplikasi dan pada hari kelima pasien
dipulangkan
I. Konsep pengkajian keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan.Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan ataumasalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosialdan spiritual. Saat dilakukan pengkajian setelah
pembedahan terdapat akibat anestesi spinal meliputi tungkai bawah terasa
baal, tidak dapat digerakan selama beberapa jam sedangkan akibat anestesi
umum klien akan mengalami nyeri kerongkongan, mulut terasa kering
setelah beberapa jam pertama setelah operasi,timbulnya nyeri setelah anestesi
hilang. Nyeri yang dirasakan dapat menimbulkan masalah pada ibu seperti ibu
malas melakukan mobilisasi. Selain itu ibu akan mengalami perubahan
fisiologis pada masa nifas seperti involusi dan laktasi
b. Diagnosa keperawatan Sesuai dengan data pada tahap pengkajian penulis
mengambil diagnosa yang berfokus pada efek anestesi dan insisi abdomen,
karena post Sectio Caesarea lebih berfokus pada kedua hal tersebut, maka
diagnosa mungkin muncul pada ibu dengan post Sectio Caesarea yaitu :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post SC)
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c. Rencana Keperawatan1)
1) Diagnosa 1: Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post
SC)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam
diharapkan nyeri menurunKrieria hasil:
a) Keluhan nyeri menurun (5)
b) Meringis menurun (5)
c) Frekuensi nadi membaik (5
Pitriani, Risa., & Andriyani , A. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas normal
,Ed1, Cetakan 1 . Yogyakarta .deepublish .
Pokja SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia .Jakarta Selatan :DPP PPNI .
Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia .Jakarta Selatan :DPP PPNI
Pokja SDKI.(2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia .Jakarta Selatan :DPP PPNI
Sari, Evin.&Khotimah . (2018). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.Bogir,In Media.
Susanto, Andinas. V. (2018). ). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui: Teori Dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press