Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST SC


DENGAN INDIKASI OLIGOHIDRAMNION
DI RUANG AL AQSHA 4 RS HAJI SURABAYA
A. TINJAUAN TEORITIS
a. Sectio Caesaria
1. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin denganmembuka dinding
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatuhisterotomiuntuk melahirkan janin dari
dalam Rahim (Mansjoer, 2001). Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuatsayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu histerotomyuntuk
melahirkan janin dari dalam rahim (mochtar,1998)
2. Etiologi
Penyebab dilakukannya sectio caesarea antara lain adalah:
a. Chepalopelvic disproportion atau panggul sempit
b. Gawat janin
c. Plasenta previad.
d. Pernah sectio caesarea sebelumnyae.
e. Kelainan letak incoordinate uterine action
f. Eklampsia, hipertensi
3. Perubahan Fisiologis
Menurut Mochtar (2002), Wiknjosastro (2002), Hakimi (2010) dan Prawirohardjo
(2010) perubahan fisiologis pada masa nifas terjadi pada sistem reproduksi, payudara
dan laktasi, traktus urenareus, sistem gastro intestinal, sistem kardiovaskuler, dan after
pain.
1) Perubahan fisiologi sistem reproduksi
1) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendor. Setelah
3 minggu masa nifas, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil
semua alat reproduksi berangsur-angsur akan kembali semula.
2) Sedangkan pada uterus, pada akhir kala III persalinan, fundus uteri setinggi
umbilikus atau berada pada garis tengah kira-kira sama dengan umur
kehamilan 10 minggu (sebesar buah jeruk) tebal 10 cm, serta berat kira-kira
1000 gram. Setelah 24 jam persalinan fundus uteri berada kurang lebih 1-2
cm di bawah umbilikus dan setelah 9 hari post partumuterus sudah tidak
berada lagi di abdomen.
3) Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas, lochea memiliki beberapa jenis yaitu : Lochea rubra berisi darah
segar dan sisa-sisa selaput ketuban selama 2 hari post partum,lochea
sanguinoleta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7
post partum, lochea serosa berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,
lochea alba cairan putih selama 2 minggu, lochea purulenta bila terjadi
infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk, lochea statis yaitu
lochea tidak lancar.
4) Sedangkan pada serviks setelah persalinan bentuk serviks menganga seperti
corong warna merah kehitaman,kadang-kadang terdapat perlukaan kecil
setelah melahirkan, tangan masih bisa masuk karena rahim setelah 2 jam
dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari.
5) Pada perinium, segera setelah melahirkan perineum kembali menjadi kendor
karena sebelum teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
2) Perubahan fisiologi pada payudara dan laktasi, payudara akan mencapai
maturitas yang penuh selama masa nifas, terkecuali jika laktasi disupresi
payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan nyeri tekan sebagai reaksi
terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
3) Perubahan fisiologi pada traktus urinarius, buang air kecil akan sulit selama 24
jam pertama, sesudah bagian ini mengalami komprosi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan.
4) Perubahan fisiologi pada sistem gastrointestinal kerap kali diperlukan waktu 3-4
hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama
½ hari. Gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah perinium dapat
menghalangi keinginan ke belakang.
5) Pada sistem kardiovaskuler adalah penyesuaian pembuluh darah maternal,
setelah melahirkan berlangsung dramatis dan cepat.Tiga perubahan fisiologis
pasca partum yang melindungi wanita : hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang
mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% - 15%, hilangnya fungsi
endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi, terjadinya
mobilisasi ekstra vaskuler yang disimpan selama hamil.
6) After pain atau mules, after pain terjadi sesudah melahirkan akibat reaksi usus
yang kadang-kadang sangat mengganggu selama 3-4 hari post partum. Perasaan
saat itu timbul bila masih terdapat sisa selaput ketuban sisa-sisa plasenta atau
gumpalan darah dalam cavum uteri.
4. Manifestasi Klinis
Perlu adanya perawatan yang lebih komprehensif pada ibu yang melahirkan melelui
persalinan section caesaria yaitu dengan perawatan post partum serta perawaan post
operatif. Doenges (2010) mengemukakan, manifestasi klinis section caesarea meliputi:
a) Nyeri yang disebabkan luka hasil bedah
b) Adanya luka insisi dibagian abdomen
c) Di umbilicus, fundus uterus kontraksi kuat
d) Aliran lokea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
e) Ada kurang lebih 600-800ml darah yang hilang selama porses pembedahan
f) Emosi yang labil atau ketidakmampuan menghadapisituasi baru pda perubahan
emosional
g) Rata-rata terpasang kateter urinarius
h) Tidak terdengarnya auskultasi bising usus
i) Pengaruh anestesi dapat memicu mual dan muntah
j) Status pulmonary bunyi paru jelas serta vesikuler
k) Biasanya ada kekurang pahaman prosedur pada kelahiran SC yang tidak
direncanakan
l) Pada anak yang baru dilahirkan akan dibonding dan attachment
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu Sectio
Caesarea adalah sebagai berikut :
1) Hitung darah lengkap.
2) Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang
3) Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.
4) Pelvimetri : menentukan CPD.
5) Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.
6) Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha,kedudukan, dan
presentasi janin.
7) Amniosintess : Mengkaji maturitas paru janin.
8) Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin terhadap
gerakan/stres dari pola kontraksi uterus/pola abnormal.
6. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectiocaesarea,
bahkan sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan bayi tidak
dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan
lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia
service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien
mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah deficit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan
saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila
tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi
b. Oligohidramnion
1. Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal,
yaitu kurang dari 500 cc. Oligohidramnion adalah suatu kondisi ibu hamil yang
memiliki terlalu sedikit cairan amnion, indeks AFI (amniotic fluid index) atau
prakiraan volume cairan ketuban di dalam Rahim kurang dari 5 cm. Normalnya, AFI
pada kehamilan usia 20 hingga 35 minggu ialah berkisar antara 5 hingga 25 cm.
oligohidramnion adalah suatu kejadian yang biasanya ditemui dan membutuhkan
perawatan yang intensif dan penanganan antepartum dan intraprtum yang lebih baik
(Lumentut & Tendean, 2015).
2. Etiologi
Oligohidramnion dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu gangguan plasenta,
kebocoran atau pecahnya kantung ketuban, persalinan yang lewat dari tanggal
perkiraan, penyakit yang di derita ibu seperti diabetes dan hipertensi, dehidrasi.
Oligohidramnios dapat terjadi kapan saja, tetapi kondisi ini lebih sering terjadi di
akhir trimester ketiga kehamilan. Selain itu, ibu hamil yang mengandung bayi kembar
juga lebih berisiko mengalami oligohidramnios.
Ibu hamil berisiko tinggi mengalami keguguran jika oligohidramnion terdiagnosis
sebelum kehamilan berusia 20 minggu. Namun, jika kondisi ini terdiagnosis
menjelang trimester akhir kehamilan, risiko yang lebih umum terjadi adalah kelahiran
prematur.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis oligohidramnion diantaranya yaitu:
a. Perut ibu keliatan kurang membuncit
b. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen
c. Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
d. Ibu merasa nyeri diperut pada tiap pergerakan janin
e. Persalinan lebih lama dari biasanya
f. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan ketuban terlalu sedikit atau
terlalu banyak. Umumnya para dokter akan mengukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran
di dalam rahim dan menjumlahkannya. Metode ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid
Index (AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang dari 5
cm, calon ibu tersebut di diagnosa mengalami oligohydramnion. Jika jumlah cairan
tersebut lebih dari 25 cm, calon ibu tersebut di diagnosa mengalami polihydramnion
5. Patofisiologi
Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekan organ-organ
janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan.
Oligohidramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatkan resiko
keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika
oligohidramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin
berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamilan,
oligohidramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran,
termasuk kerusakan pada plasenta memutuskan saluran oksigen kepada janin dan
menyebabkan kematian janin

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
klien, baik fisik, mental dan lingkungan. (Dermawan, 2012)

1) Identitas
a. Identitas Klien
Identitas klien dapat berupa nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku
bangsa, status perkawinan, tanggal dan jam MRS, nomor register, tanggal
pengkajian, diagnosa medis.
b. Identitas Penanggungjawab
Identitas penanggungjawab dapat meliputi nama, umur, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.

2) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat pengkajian untuk menentukan priortas
intervensi keperawatan, keluhan utama pada post sectio caesarea biasanya adanya
nyeri pada bagian abdomen, pusing, dan sakit pinggang.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang yang perlu dikaji yaitu jam selesai operasi,
kesadaran pasien, keadaan umum, letak dan ukuran dari luka operasi.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami riwayat operasi sebelumnya
5) Riwayat penyakit keluarga
Peranan keluarga atau keturunan merupakan factor penyebab penting yang perlu
dikaji, yaitu penyakit berat yang pernah di derita salah satu anggota keluarga
misalnya TBC, DM, dan hipertensi
6) Riwayat obstetri
Riwayat obstetri pada klien yang di kaji yaitu keadaan haid, menarche, siklus haid,
hari pertama haid terakhir, jumlah dan warna darah yang keluar, lamanya haid,
apakah ada nyeri haid atau tidak.
7) Riwayat Kehamilan
Berapa kali melakukan persalinan, selama hamil periksa di mana, mengukur tinggi
badan dan berat badan.
8) Riwayat persalinan
Ditanyakan kelangsungan dari kehamilan dan persalinan serta nifas yang lalu,
bagaimana keadaan bayi yang di lahirkan, apakah cukup bulan atau tidak,
kelahirannya normal atau tidak, siapa yang menolong persalinan dan dimana
melahirkannya, sehingga mendapatkan gambaran yang jelas tentang riwayat
kehamilan persalinan yang lalu.
9) Pola kebiasaan sehari hari
1) Nutrisi
Makan dan minum meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dan
saat dirawat di rumah sakit. Makanan pada masa post sc harus bermutu dan
bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran, dan buah-buahan. Termasuk mengalami peningkatan berat
badan atau tidak
2) Eliminasi
pola dan defekasi, jumlah, warna, konsistensi. Adanya perubahan pola
BAK dan BAB. BAB harus 3-4 hari post SC sedangkan BAK secepatnya.
3) Istirahat dan tidur
meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan
kelelahan yang berlebihan
4) Personal hygiene
meliputi pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, cuci rambut
sebelum dan saat dirawat di rumah sakit termasuk menggantu balutan.
5) Aktifitas
Seberapa sering melakukan aktifitas, apakah memerlukan bantuan atau tidak
6) Psikososial spiritual
Emosi selama pasca section caesaria

10) Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik pada klien post SC
A. Keadaan umum, klien biasanya masih lemah setelah persalinan
B. Kesadaran, kesadaran klien biasanya composmentis
C. Pemeriksaan fisik head to toe
1. Kepala
Mengkaji bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut, dan terdapat
benjolan pada bagian kepala atau tidak.
2. Mata
Bentuk bola mata, konjungtiva anemis atau tidak, bentuk mata simetris atau
tidak.
3. Telinga
Bentuk telinga simetris atau tidak, kebersihan telinga, ada cairan yang
keluar dari telinga atau tidak.
4. Hidung
Lubang hidung simetris, adanya polip atau tidak, adanya nyeri tekan atau
tidak, adanya benjolan, adanya perdarahan, adanya pernapasan cuping
hidung atau tidak, terpasang oksigen atau tidak
5. Mulut dan gigi
Mulut bersih atau kotor, mukosa bibir kering atau lembab, terdapat caries
gigi atau tidak
6. Leher
Saat dilakukan palpasi ditemukan ada atau tidak pembesaran kelenjar
tiroid, tidak terdapat nyeri tekan, tidak mengalami kaku kuduk, dan tidak
terdapat pembesaran vena jugularis
7. Payudara
Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada payudara, aerola,
puting menonjol atau datar, air susu menetes, lancar atau tidak keluar
8. Paru paru
Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri, ada pembengkakan atau tidak,
gerakan saat inspirasi dan ekspirasi seirama, tidak terdapat otot bantu
napas, tidak terdapat jejas, tidak terdapat lesi
Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak, teraba massa atau tidak
Perkusi : redup atau sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler atau terdapat suara napas tambahan
(wheezing atau ronkhi)
9. Jantung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat jejas, ictus cordis teraba atau tidak
Palpasi : ictus cordi terabata atu tidak di intra costae, tidak terdapat nyeri
tekan
Perkusi : redup atau tympani
Auskultasi : bunyi jantung lup dup atau ada suara tambahan
10. Abdomen
Inspeksi : apakah terdapat luka jahitan post operasi, bentuk luka, panjang
luka, tertutup oleh kassa atau tidak, ada strie gravidarium atau tidak
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada luka atau tidak, konsistensi uterus
lembek atau keras
Perkusi : redup
Auskultasi : bising usus
11. Genetalia
Pengeluaran darah ada atau tidak, darah keluar berapa banyak dan berwarna
apa, terdapat luka pada jalan lahir atau tidak
12. Ekstremitas
emeriksaan ekstremitas terdapat oedema atau tidak karena pembesaran
uterus atau karena preeklampsia
13. Tanda tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post sectio caesara maka tekanan darah
akan menurun, nadi cepat, pernapasan meningkat, suhu tubuh menurun
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu:
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur invansif) (D. 0077)
2) Risiko infeksi d.d prosedur invansif (D. 0142)
3) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri (D. 0054)
4) Defisit perawatan diri b.d kelemahan (D. 0109)
5) Konstipasi b.d efek agen farmakologis (D. 0049)
6) Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi (D. 00074)
7) Ansietas b.d krisis situasional (D. 0080)
8) Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan (D. 0055)
9) Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D. 0111)
10) ) Ansietas b.d krisis situasional (D. 0080)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dilakukan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Menurut SIKI DPP PPNI (2016), intervensi atau tindakan yang akan
dilakukan yaitu :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur invasive) (D.0077)
Intervensi keperawatan:
Manajemen Nyeri (I. 08238)
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Risiko infeksi d.d prosedur invansif (D. 0142)


Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi
- Monitor tanda gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada daerah edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika perlu

3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri (D. 0054)


Dukungan mobilisasi (I. 05173)
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur,
duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)

4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan (D. 0109)


Dukungan Perawatan Diri (I. 11348)
Observasi
- Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang teraupetik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)
- Siapkan keperluan pribadi (mis. 47 Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

5. Konstipasi b.d efek agen farmakologis (D. 0049)


Manajemen Konstipasi (I. 04155)
Observasi:
- Periksa tanda dan gejala konstipasi
- Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk, volume, dan
warna)
- Identifikasi faktor risiko konstipasi (mis. Obat-obatan, tirah baring, dan diet rendah
serat)
- Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan atau peritonitis
Terapeutik:
- Anjurkan diet tinggi serat
- Lakukan masase abdomen, jika perlu
- Lakukan evakuasi feses secara manual, jika perlu
- Berikan enema atau irigasi, jika perlu
Edukasi:
- Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
- Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi
- Latih buang air besar secara teratur
- Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi
Kolaborasi:
- Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu

6. Gangguan rasa nyaman b.d efek samping terapi (D. 00074)


Terapi Relaksasi (I. 09236)
Observasi:
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
- Monitor respons terhadap teknik relaksasi
Terapeutik:
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgesik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi:
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis. Musik,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. Napas dalam, peregangan, dan
imajinasi terbimbing)

7. Ansietas b.d krisis situasional (D. 0080)


Reduksi Ansietas (I. 09314)
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (Mis. Kondisi, waktu, stresor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realisitis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, Jika perlu
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antlansietas, Jika perlu

8. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan (D. 0055)


Dukungan Tidur (I. 06174)
Observasi:
-Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau psikologis)
- Identifikasi makanan atau minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi, teh,
alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik:
a. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur) batasi waktu tidur siang, jika perlu
b. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
c. Tetapkan jadwal tidur rutin
d. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat, penganturan
posisi, terapi akupresur)
e. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi:
f. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
g. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
h. Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang mengganggu tidur
i. Anjurkan penggunaan obat tidur yang mengandung supresor terhadap tidur
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya

9. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D. 0111)


Edukasi Kesehatan (I. 12383)
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
- Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat

10. ) Ansietas b.d krisis situasional (D. 0080)


Reduksi Ansietas (I. 09314)
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (Mis. Kondisi, waktu, stresor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realisitis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, Jika perlu
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam Potter & Perry, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
(Meirisa, 2013). Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

NANDA. (2018).buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

DokterSehat, Redaksi. Oligohidramnion: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan. DokterSehat.


Diakses melalui https://doktersehat.com/penyakit-a-z/oligohidramnion/

Anda mungkin juga menyukai