Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

POSTNATAL CARE (PNC)/ NIFAS


A. Definisi
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6
minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organorgan reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000).
Periode postnatal mengacu pada waktu setelah melahirkan, di mana
beradaptasi fisiologi bayi dan risiko terhadap ibu perdarahan postpartum dan
morbiditas yang signifikan lainnya yang tertinggi. Periode postnatal meliputi
24 jam pertama sejak lahir. Biasanya, pada akhir periode ini dikaitkan dengan
pelaksanaan intervensi seperti promosi kontrasepsi dan imunisasi bayi,
meskipun beberapa metode kontrasepsi, seperti metode amenorea laktasi, IUD,
vasektomi dan sterilisasi perempuan, harus didiskusikan bahkan sebelum
melahirkan, dan beberapa imunisasi, seperti yang terhadap hepatitis B dan
tuberkulosis (BCG), dapat diberikan saat lahir (WHO, 2010).
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu
(Mitayani, 2009):
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum.
2. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum.
3. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu
keenam postpartum.
B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada syaraf an nutrisi.
1. Teori penurunan hormon. 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi
penurunan hormon progesteron dan estrogen. Fungsi hormone progesteron
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesteron
menurun.
2. Struktur rahim. Turunnya kadar hormon esterogen dan progesterone
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi
rahim.
3. Teori distensi rahim. Rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
uteru-plasenta.

4. Teori iritasi mekanik. Dibelakang servik terlihat ganglion servikale


(freksus fraterhaluss). Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh
kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi uterus, dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminana yang
dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban, oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
C. Tanda dan Gejala
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
PERUBAHAN FISIK
1. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusi terjadi karena
adanya:
a. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.
b. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
a. Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi

dan

retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah

melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


Involusi

TFU

Berat
Uterus

Diameter Bekas
Melekat Plasenta

Keadaan
Cervix

Setelah plasenta
lahir

Sepusat

1000 gr

12,5 cm

Lembek

1 minggu

Pertengahan
pusat symphisis

500 gr

7,5 cm

Dapat dilalui 2
jari

2 minggu

Tak teraba

350 gr

5 cm

Dapat
dimasuki 1 jari

6 minggu

Sebesar hamil 2
minggu

50 gr

2,5 cm

8 minggu

Normal

30 gr

b. Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi
plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya
dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.
Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka.
c. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
d. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena
hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix
jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat
laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum
ruggae mulai nampak kembali.
2. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila
terlalu mengganggu analgesik.
3. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochea bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi. Lochea ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak
busuk. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
yaitu lochea rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua,
verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar
mulai hari pertama sampai hari ketiga.

a. Lochea rubra (cruenta)


Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 37 pasca
persalinan.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 24 pasca
persalinan.
d. Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f. Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,


biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis
yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur
mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang
menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk
memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.
5. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh
darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan

diuresis yang

menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal.


Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.
Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron
membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan
vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
6. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini
terjadi pada hari pertama post partum.
7. System Hormonal
a. Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada
otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi
oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin
beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat

perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang


memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi
oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan
pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,
progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
b. Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula

hipofise

anterior bereaksi pada alveolus payudara dan

merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar


prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14
sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH
disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang
menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar
normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruasi.
c. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu
ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang
terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg
baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH.
Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang
laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang
ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxitocin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri.
Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae
dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu. Air susu ibu kurang
lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam
0,1 0,2 %.

Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu.
8. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter
Tandatanda vital

Penemuan normal
Tekanan darah < 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik
dari tingkat disaat
persalinan 1 3 hari post
partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Denyut nadi: 60-100 X /
menit

Penemuan abnormal
Tekanan darah > 140 / 90
mmHg

Suhu > 380 C


Denyut nadi: > 100 X /
menit

PERUBAHAN PSIKOLOGI
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
2. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air
besar.
3. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang

dikarenakan

kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga


nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post
partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
D. Patofisiologis
Dalam masa post partum/nifas, alat-alat genitalia interna dan eksterna
berangsur-angsur pulih kembali seperti sebelum hamil. Hal ini biasa disebut
involusi. Otot-otor uterus berkontraksi, pembuluh darah disekitarnya akan
terjepit dan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir/serviks akan
menganga, pada endometrium timbul thrombosis, degenerasi dan nekrosis di

tempat plasenta pada hari pertama, seluruh alat genitalia akan sehat sempurna
dalam waktu satu bulan.

E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap : Hb, WBC, PLT.
2. Elektrolit sesuai indikasi.
G. Penatalaksanaan
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan

perawatan yang intensif untuk

pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana


perawatan post partum meliputi:

1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama
8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua
diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,
melancarkan

fungsi

alat

gastrointestinal

dan

alat

perkemihan,

meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi


ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga
ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI
sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a. Fisik: tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara: puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia: Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
e. Luka jahitan episiotomi: Apakah baik atau terbuka, apakah ada tandatanda infeksi.
5. Edukasi yang diberikan saat pulang adalah:
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan,
sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak
akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang
menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah
sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh
dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva

Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun
didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari
sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila
klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa
nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan
setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah
atau setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok memakai sabun dan
luka bisa diberi betadin.
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum
terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat
laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting
susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena
sangat berguna untuk kesehatan bayi. Dan segera setelah lahir ibu
sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi
serta colostrum yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat individu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6
bulan.
h. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan
kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan
sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada
umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Alasan masuk
Alasan yang membuat pasien datang dan ingin berobat, pada mastitis ibu
ingin memreriksakan payudaranya
3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien tersebut bisa memperberat
keadaan klien atau tidak
4. Riwayat kesehatan sekarang dan lalu
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Riwayat perkawinan
Status perkawinan yang kurang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
sehingga akan mempengaruhi proses nifas
7. Riwayat KB
Untuk mengetahui jenis KB yang pernah digunakan, dan lamanya berapa
tahun
8. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid normal
terakhir, dan pengalaman haid sebelumnya
9. Riwayat kehamilan
Berapa kali ibu hamil, apa pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan
yang lalu, penolong persalinan keadaan nifas lalu
10. Riwayat persalinan
Ada kelainan atau tidak
11. Riwayat nifas

Apakah pernah terdapat kelainan atau pada payudara berupa kaku


payudara atau puting susu lecet atau kemerahan, bila iya terjadi pada hari
keberapa
12. Pola Nutrisi dan cairan
Kaji tentang nafsu makan, jenisnya, ada pantangan atau tidak, bagi ibu
nifas minum 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum, dan 1 liter didapat
dari kuah sayur dan buah
13. Pola Eliminasi
BAB harus ada dalam 3 hari post partum
14. Pola Istirahat
Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
15. Personal hygiene
Untuk mencegah adanya infeksi
16. Pola psikologis
Untuk mengetahui respon ibu terhadap bayinya
17. Penggunaan obat-obatan/ rokok
Apakah ibu pernah mengkonsumsi rokok dan obat-obatan seama hamil
18. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
b. Kepala
c. Wajah : Keadaan wajah pucat atau tidak, ada oedema/tidak dn eksema
grividarum.
d. Mata : Konjunctiva pucat/tidak, sklera kuning/tidak.
e. Hidung
f. Telinga
g. Payudara
19. Nyeri teka memerah atau tidak
a. Abdomen : Ada bekas luka /tidak, terdapat strie atau linia nigra atu
tidak.
b. Vulva : Untuk mengetahui apakah ada luka perineum dan lochea
sesuai dengan hari nifas.
c. Anus
d. Ekstremitas : Ada oedema atau tidak.
e. Lochea : Warna dan baunya.
20. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb
< 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
B. Diagnosa
1. Nyeri b.d. trauma mekanis.
2. Gangguan integritas jaringan b.d. episiotomi, laserasi.
3. Resiko tinggi infeksi b.d. personal hygiene kurang baik.
4. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik, kebutuhan minum anak.
5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan
kebutuhan untuk menyusui.
6. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine b.d. edema pemeal,
trauma perineal.
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d. kehilangan
darah, penurunan intake oral.

8. Cemas b.d. kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi/ibu, kondisi


bayi/ibu.
9. Ketidakefektifan menyusui b.d kurang pengetahuan.
C. Intervensi
No.
Diagnosa
1.
Nyeri b.d.
trauma mekanis.

Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan 1. Kaji adanya lokasi
tindakan
keperawatan
diharapkan nyeri
hilang/ berkurang
dengan kriteria
hasil :
1. Pasien
mengatakan
nyeri
berkurang.
2. Skala nyeri
berkurang.
3. Tidak ada
respon nyeri

dan sifat nyeri.


2. Inspeksi perbaikan
perineum dan
episiotomi,

Rasional
1. Mengidentifikasi
kebutuhan khusus
dan intervensi yang
tepat.
2. Dapat menunjukkan

perhatikan edema,

trauma berlebihan

ekimosis, nyeri tekan

pada jaringan

local, eksudat

perineal dan/

purulent.
3. Ajarkan teknik
relaksasi/distraksi.
4. Berikan posisi aman
dan nyaman.
5. Kolaborasi pemberian
analgesik.

terjadinya
komunikasi yang
memerlukan
evaluasi/intervensi
lanjut.
3. Teknik relaksasi dan
distraksi dapat

pada wajah

menurunkan nyeri.
4. Posisi nyaman

pasien.

membuat nyeri
berkurang.
5. Analgesik dapat
2.

Resiko tinggi

Setelah dilakukan 1. Kaji lochea (warna,

infeksi b.d.

tindakan

personal

keperawatan

hygiene kurang

diharapkan ibu

baik

terhindar dari
infeksi dengan
kriteria hasil :
1.Tidak ada
tanda-tanda
infeksi.
2.Genitalia
bersih.

3.

bau, jumlah, kondisi


luka).
2. Anjurkan ibu
mengganti pembalut
jika sudah penuh.
3. Anjurkan ibu selalu
membersihkan
genitalia dengan air
bersih setelah BAK
dan BAB.
4. Pantau tanda-tanda

vital pasien.
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat

menurunkan nyeri.
1. Mengetahui
kebersihan luka,
lochea pada pasien.
2. Pembalut yang kotor
tempat kuman
bersarang.
3. Menjaga genitalia
tetap bersih.
4. Mengetahui
perubahan tanda
vital yang dapat
dijadikan indikasi
infeksi.
1. Mengetahui sejauh

menyusui b.d

tindakan

pengetahuan dan

mana kemampuan

kurang

keperawatan

pengalaman ibu

pengetahuan

diharapkan ibu

ibu untuk menyusui.


2. Ibu dapat mudah

dapat menyusui
bayinya dengan

dalam menyusui.
2. Demonstrasikan
tehnik menyusui
dengan benar.\
3. Ajarkan ibu

maksimal,
dengan kriteria
hasil :
1. Ibu mengatakan
dapat menyusui
dengan
maksimal.
2. Bayi dapat ASI

memahami tehnik
menyusui yang
benar.
3. Kebersihan putting

membersihkan
putting sebelum dan
sedah menyusui.
4. Ajarkan ibu tehnik

terjaga saat bayi


menyusu.
4. Agar ASI keluar
dengan lancer dan

perawatan/pijat

tidak terjadi

payudara.

bendungan ASI.

cukup.

DAFTAR PUSTAKA
Gant, Norman F. 2010. Dasar-dasar Ginekologi dan Obstetri. Jakarta: EGC.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai