Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pemulihan
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali keadaan
normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Post partum adalah masa setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa
post partum berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2019).
2. Etiologi
Menurut Muchtar (2002) beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan
adalah meliputi:
a. Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila kadar progesterone
menurun.
b. Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan menyebabkan
turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan
pembuluh darah,hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
d. Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala janin,
akan timbul kontraksi rahim.
e. Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria, aniotomi, oksitosin drip dan sexio
caesarea.
3. Patofisiologis
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu
12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun
kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal
akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali beratsebelum hamil. Uterus akan
mengalami proses involusiyangdimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi
otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi mempengaruhi perubahan dari berat
uterus pasca melahirkan menjadi kira-kira 500 gram setelah 1 minggu pasca
melahirkan dan menjadi 350 gram setelah 2 minggu pasca melahirkan. Satu
minggusetelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen danprogesteron bertanggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan
kadar hormon menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsungjaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil
menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Intesitas
kontraksi otot otot polos uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
kondsi tersebut sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakaiwaktu
2 sampai 3 minggu. Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis
cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Kadar prolaktin
serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi. Karena
kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat.

4. Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
a. Sistem reproduksi
1) Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan
350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada
di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 5060gr. Pada masa
pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus
bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera
setelah plasenta lahir.
3) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan
bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan
pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang
menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada
akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
4) Lochea
Raba uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran
menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah
lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir,
cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit,
desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6
minggu setelah bayi lahir.
5) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis,
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
6) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita
nulipara.
b. Sistem endokrin
1) Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium.
Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta
keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara
dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa
hamil.
2) Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-
stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui
di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat (Bowes, 1991).
c. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan
sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
d. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum
hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
e. Sistem cerna
1) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa
sangat lapar.
f. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam
waktu yang singkat setelah bayi lahir.
g. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.
h. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita
hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison,
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
1) Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan
pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa
terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat
jika di raba.
2) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras
ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
i. Sistem kardiovaskuler
1) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan
darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan
tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada
minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya
menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
2) Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes,
1991).
3) Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan
normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol
maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari
setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).
j. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami
wanita saat bersalin dan melahirkan.

k. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pemsaran rahim.
l. Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap.
Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar, tapi tidak hilang seluruhnya
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.
a. Data Subjektif
Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini (2010), meliputi :
1) Nama : Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari
20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
post partum. Untuk respon nyeri, umur juga mempengaruhi karena pada umur
anak-anak belum bisa mengungkapkan nyeri, pada umur orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena
mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus di jalani dan mereka
takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri di periksakan.
3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari. Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak megeluh jika ada
nyeri.
5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga perawat
dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. Bila
pasien memiliki pengetahuan yang baik terhadap perawatan luka
maka luka akan sembuh pada hari ke tujuh setelah persalinan dan bila
tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi infeksi pada pasien post
partum.
6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut
7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, misalnya pasien merasa kontraksi, nyeri pada jalan lahir karena
adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2010). Keluhan utama pada ibu post
partum dengan luka perawatan episiotomi adalah nyeri dibekas luka jahitan (Bobak,
2005).
c. Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarwati (2010), riwayat kesehatan meliputi : 1) Riwayat kesehatan yang
lalu. Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, diabetes mellitus,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa post partum
ini.

1) Riwayat kesehatan sekarang


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa post
partum dan bayinya.
1) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya, mengetahui
apakah ada riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung, DM dan
hipertensi dan penyakit menular seperti asma / TBC (Prawirohardjo,
2005).
2) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi, lamanya
menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur / tidak menstruasinya. Sifat
darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi
disebut disminorea (Estiwidani, 2008).
3) Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali,
usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan,
dan sudah mempunyai anak belum (Estiwidani, 2008).
4) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat persalinan
yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan,
dan cara melahirkan. Masalah / gangguan kesehatan yang timbul sewaktu
hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan
bayi sewaktu lahir,adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi,
keadaan bayi hidup / mati saat dilahirkan (Estiwidani, 2008).
Paritas mempengaruhi persepsi terhadap nyeri persalinan karena
primipara mempunyai proses persalinan yang lama dan lebih melelahkan
dengan multipara. Hal ini disebabkan karena serviks pada klien primipara
memerlukan tenaga yang lebih besar untuk mengalami peregangan
karena pengaruh intensitas konstraksi lebih besar selama kala I
persalinan. Selain itu, pada ibu dengan primipara menunjukan
peningkatan kecemasan dan keraguan untuk mengantisipasi rasa nyeri
selama persalinan.
5) Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrapsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
encana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Anggraini, 2010).
6) Riwayat Kehamilan Sekarang
Menurut Saifuddin (2006), meliputi :
a) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya
b) Keluhan-keluhan pada trisemester I, II, III.
c) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
d) Selama hamil berapa kali ibu periksa
e) Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan
f) Pergerakana anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa
minggu
g) Imunisasi TT : sudah / belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan
imunisasi TT selama hamil.
7) Riwayat Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu
dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Anggraini,
2010).
8) Pola Kebiasaan Selama Masa Post Partum
a) Nutrisi
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet
seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup serta serat-serat makanan yang cukup, sehingga proses
penyembuhan luka episiotomi lebih cepat. Ibu dianjurkan untuk
minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Mengkonsumsi zat besi
setidaknya selama 90 hari post partum (Saifuddin, 2006)
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang
air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati, 2010). Pada
ibu post partum dengan perawatan luka episiotomi biasanya buang air
besar secara spontan akan tertunda 2 – 3 hari setelah melahirkan
karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan, pada saat
buang air kecil juga akan merasakan nyeri pada luka episiotomy
(Bobak, 2005).
c) Istirahat / tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang. Istirahat sangat penting bagi ibu post partu
karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan
(Anggraini, 2010).
d) Keadaan psikologi
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu merasa
takut atau cemas dengan keadaan sekarang (Nursalam, 2008).
e) Riwayat Sosial Budaya
f) Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan / tidak, diterima /
tidak, jenis kelamin yang diharapkan dan untuk mengetahui pasien dan
keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien khususnya pada post partum misalnya pada
kebiasaan makan dilarang makan ikan atau yang amis-amis
(Anggraini, 2010).
g) Penggunaan obat-obatan / rokok
Untuk mengetahui apakah ibu mengkonsumsi obat terlarang ataukah
ibu merokok (Manuaba, 2007).
h) Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).
i) Status generalis
- Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau
kurang (Prihardjo, 2007). Pada kasus keadaan umum ibu baik
(Varney, 2007).
- Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis
(sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya), apatis (tidak menanggapi rangsangan /
acuh tak acuh, tidak peduli) somnolen (kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), spoor
(keadaan yang menyerupai tidur), koma (tidak bisa dibangunkan,
tidak ada respon terhadap rangsangan apapun, tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya) (Novi, 2009). Pada kasus kesadaran
composmentis (Varney, 2007).
- Tanda- tanda Vital
- Tekanan Darah
Untuk mengetahui tekanan darah ibu. Pada beberapa kasus
ditemukan keadaan dimana jika ibu post partum merasakan
nyeri maka tekanan darah akan meningkat, tetapi keadaan ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit
lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Anggraini,
2010). Batas normalnya 110/60– 140/90 mmHg (Monica, 2005).
- Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit
(Saifuddin, 2008). Batas normal nadi berkisar antara 60 - 80
x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan
darah yang berlebihan (Anggraini, 2010).
- Suhu
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah
partus dapat naik 0,5°C dari keadaan normal tetapi tidak
melebihi 38°C (Wiknjosastro, 2006). Suhu normal manusia
adalah 36,6°C-37,6°C (Potter dan Perry, 2005). Suhu ibu post
partum dengan episiotomi dapat meningkat bila terjadi infeksi,
atau tanda REEDA (+).
- Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung dalam 1
menit (Saifuddin, 2006). Batas normalnya 12 – 20 x/menit (Potter dan
Perry, 2005).
- Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Wiknjosastro, 2006).
- LILA
Untuk mengetahui status gizi pasien (Wiknjosastro, 2006).
- Pemeriksaan Sistematis
- Inspeksi
- Rambut
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
(Nursalam, 2008).
- Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah oedema (Nursalam, 2008)
- Mata
Untuk mengetahui oedema atau tidak conjungtiva, anemia /
tidak, sklera ikterik / tidak (Nursalam, 2008)
- Mulut / gigi / gusi
Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi
berdarah atau tidak (Nursalam, 2008).
- Abdomen
Untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak, adastrie/tidak,
ada tidaknya linea alba nigra (Saifuddin, 2006).
- Vulva
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,
varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan
(Prihardjo, 2007). Pada kasus episiotomy vulva kadang bisa
menjadi edema, perineum ruptur jika terjadi infeksi, maka akan
terlihat kemerahan, jahitan basah dan mengeluarkan nanah serta
bau busuk.
- Fundus uteri
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah
umbilicus. Bila uterus lembek , lakukan masase sampai keras.
Bila fundus bergeser kearah kanan midline , periksa adanya
distensi kandung kemih.
- Kandung kemih
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat
terisi karena diuresis post partum dan cairan intra vena.
- Lochea
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa
dengan aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat,
dicurigai terjadinya robekan servik.
- Perineum
Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan tidak
edema dan jahitan harus utuh.
- Anus
Untuk mengetahui ada haemoroid/tidak (Prihardjo, 2007). Luka
episiotomi tidak sampai mengenai anus.
- Palpasi
- Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada
benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe
(Nursalam, 2008).
- Dada
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2004)
- Abdomen
Untuk mengetahui Kontraksi uterus : keras / lemah, tinggi
fundus uteri (Saifuddin, 2006).
- Ekstremitas
Untuk mengetahui ada cacat atau tidak oedema atau tidak
terdapat varices atau tidak (Prihardjo, 2007)
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendukung penegakan diagnosa, yaitu pemeriksaan laboratorium,
rontgen, ultrasonografi, dan lain-lain (Nursalam, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan
A. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik.
B. Menyusui Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakadekuatan Suplai ASI.
C. Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Kurangnya Kontrol Tidur.
D. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar Informasi.
E. Resiko Infeksi Ditandai Dengan Ketidakadekuatan Pertahanan Tubuh Primer.
F. Resiko Gangguan Perlekatan Ditandai Dengan Khawatir Menjalankan Peran
Sebagai Orang Tua
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Penerapan luaran keperawatan
dengan menggunakan ketiga komponen luaran keperawatan yaitu Label, Ekspetasi
dan Kriteria Hasil. Motode yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2019) :
A. Metode Dokumentasi Manual/tertulis
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu tertentu maka Luaran
Keperawatan Ekspetasi dengan kriteria hasil :
1) Kriteria 1 (Hasil)
2) Kriteria 2 (Hasil)
3) Dan seterusnya.
B. Metode Dokumentasi Berbasi Komputer
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu tertentu Luaran
Keperawatan Ekspetasi dengan kriteri hasil :
1) Kriteria 1 (Skor)
2) Kriteria 2 (Skor)
3) Dan seterusnya.
Komponen tindakan, yang dilakukan pada intervensi keperawatan terdiri atas
Observasi, Terapeutik , Edukasi dan Kolaborasi (Tim Pokja Siki DPP PPNI,
2018).
4. Implementasi keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Potter, 2011). Komponen tahap implementasi :
a) Tindakan keperawatan mandiri.
b) Tindakan Keperawatan edukatif.
c) Tindakan keperawatan kolaboratif.
d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Bararah, 2013).

Asuhan Keperawatan Pada Ny. N dengan Post Partum

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 40 th
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Nama Suami : Tn. A
Umur : 44 tahun
Alamat : Kp. CIkawa Rt 01/08
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Diagnosa Medis : Post Partum matures letak sungsang d/manual aid
+ augmentasi drip oxytocin dari ibu G5P2A2 hamil 40 mgg
Tanggal Masuk RS : 1- 8- 22
Tanggal pengkajian : 2-8- 22
B. Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada jalan lahir , terasa perih dan
panas
C. Riwayat Kesehatan sekarang : Ny. N mengatakan riwayat obstetri dengan G5 P2
A2 dengan kelahiran normal kehamilan 40 minggu. Klien datang dari IGD klien
mengatakan pada hari Senin, 1 Agustus 2022 pukul 07.00 WIB ke ruang VK
untuk dilakukan pemantauan observasi dan tindakan lebih lanjut. Klien
mengatakan bayi lahir pukul 08.40 WIB dengan persalinan normal, bayi berjenis
laki - laki, berat badan bayi 3157 gram, panjang badan bayi 49 cm, klien
terpasang infus RL 20 Tpm, setelah kondisi klien sudah baik, setelah melahirkan
klien dipindahkan ke ruang nifas atau ruang marjan . Klien mengatakan di area
jalan lahir terasa nyeri dan panas setelah melahirkan ketika bergerak atau duduk,
nyeri seperti tertusuk - tusuk, nyeri dibagian perineum setelah melahirkan, tingkat
skala nyeri
5 dan nyeri hilang timbul.

D. Riwayat Persalinan dan kelahiran saat ini


1. Lama persalinan :
Kala I : 30 menit
Kala II : 10 menit
Kala III : 20 menit
Kala IV : 1 jam – menit
Jumlah : 2 jam - meni
2. Posisi Fetus : letak sungsang
3. Tipe Kelahiran : Manual Aids
4. Penggunaan analgetik dan anastesi : Ketorolac drip 1 amp
5. Masalah selama persalinan : kekuatan ibu eketika mengejan menurun
sehingga dilakukan manual aid dan augmentasi drip oxytocin
E. Data bayi saat ini :
BB : 3157 gram AS : 9- 10-10, LK : 35cm, LD : 33cm, LP: 30cm
TB : 49 cm
Pusat : (  ) Normal ( ) Abnormal
Perawatan tali pusat
( ) Alkohol 70%
( ) Betadine
(  ) Lainnya : Klem tali pusat dan kassa steril
Anus : Berlubang.
S ; 36,7 °C
F. Keadaan Psikologi ibu : Perubahan psikologis yang terjadi pada Ny. N yaitu
periode taking hold karena Ny. N rasa tanggung jawabnya bertambah dalam
merawat
bayinya dan berusaha menguasai perawatan bayi
G. Riwayat Penyakit Dahulu : disangkal
H. Riwayat Penyakit Keluarga : ayah pasien : diabetes melitus, ibu pasien : disangkal
I. Genogram :
a. Genogram

Ny.P

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

NyN
NN : Klien
J. Status persalinan yang lalu
Anak 1 : pasien mengatakan sekarang usia anak 17 thn, lahir di bidan, berat lahir
3.500 gr, laki – laki sehat
Anak 2 : pasien mengatakan keguguran di usia kehamilan 2 bulan .
Anak ke 3 : pasien mengatakan sekarang sia anak 10 tahun, lahir di RS, berat lahir
3.300 gr, perempuan sehat
Anak ke 4 : pasien mengatakan keguguran di usia kehamilan 3 bulan
K. Riwayat Ginekologi :

- Menarche : Pasien mengatakan haid pertama kali pada umur 12 tahun.


- Siklus : Pasien mengatakan siklus haidnya 28 – 30hari
- Lama : Pasien mengatakan lamanya haid 6 – 7 hari.
- Banyaknya : Pasien mengatakan 2 – 3 x ganti pembalut perhari.
- Teratur/tidak teratur : Pasien mengatakan haidnya teratur setiap
bulan.
- Sifat darah : Pasien mengatakan sifat darahnya encer berwarna
merah kecoklatan.
- Dismenorhoe : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri
saat menstruasi.
- G5 P2 A2 hamil 40mgg
- HPL : 5 agustus 2022
- Keluhan selama kehamilan
Trimester I : pasien mengatakan ketika hamil trimester I mengalami mual,
muntah dipagi hari
Trimester II : pasien mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III : pasien mengatakan sering pegal – pegal di sekitar pinggang
- ANC : 6 kali, Teratur, di bidan
Trimester I : Pasien mengatakan 1 x pada umur kehamilan 1 bulan
Trimester II : Pasien mengatakan 2 x pada umur kehamilan 3 bulan dan 6
bulan.
Trimester II : Pasien mengatakan 3 x pada umur kehamilan 7
bulan, 8 bulan dan 9 bulan

L. Pemeriksaan Fisik
KU : baik, Kesadaran : composmentis,
BB : 65kg
TB : 165cm
TTV : TD : 120/90 mmHg, P : 18x/menit, S : 37 °C, N : 88x/menit, SpO2 : 98%
Kepala : Inspeksi : bentuk mesosepal, bentuk simetris, palpasi : tidak ada benjolan
Leher : Inspeksi : tidak ada lesi, Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar gondok,
tidak ada tumor, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Telinga : tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan.
Hidung : tidak ada polip, fingsi penciuman baik dan tidak ada nyeri tekan
Thoraks : bentuk simetris, tidak ada lesi, pergerakan sama,
Abdomen :Inspeksi : Terdapat linea nigra, tidak ada nyeri tekan, ada striae
gravidarum, , kontraksi kuat, perkusi tympani, palpasi : Kontraksi keras, tinggi
fundus 2 jari dibawah pusat
Genital : Lochea rubra, warna merah kecoklatan, tampak darah per vaginam 1/3
pembalut ibu,
Perineum dan anus : Terdapat 5 jahitan pada perineum, keadaan luka basah, tidak
ada tanda radang. Tanda REEDA: tidak ada kemerahan, ekimosis,
terdapat darah, kerekatan jahitan: kuat pada area perineum
Musculoskeletal : kekuatan oto ekstrimitas atas 5/5 , ekstrimitas bawah 5/5
M. Profil keluarga : Ny. N adalah seorang ibu rumah tangga yang setiap hari
mengurus kegiatan dirumah seperti memasak, mencuci dan mengurus anak
pertamanya, sedangkan suami Ny. N bekerja di buruh pabrik, yang setiap hari
bekerja, Ny. N mengaku rajin memeriksa kehamilannya karena pernah mengalami
keguguran 2 kali, begitu pula suaminya sangat menjaga kehamilan istrinya,
karena kehamilannya ini sangat ditunggu tunggu.
N. Keluarga Berencana : pasien mengatakan menjalani KB yaitu implant, selama
pemakaian KB tidak ada masalah yang terjadi.

O. Pemeriksaan Penunjang :
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 9,6 gr% 12,00- 15,00 gr%
Hematrokit 36,70% 35- 47,00%
Trombosit 213.000 mm3 150.000-400.000mm3
Leukosit 7.800 m3 4.000 – 10.000 mm3
Eritrosit 2,76 mm3 4.5 – 6 juta/mm3

P. Terapi yang diperoleh :


Infuse RL 20 tetes/menit + oxytocin 1 amp drip
Cefadroxil 3x1 tab
Asmef 3x1 tab
SF 3x1 tab
Q. Analisa data
No. Hari, Data focus Problem Etiologi
tanggal,
jam
1. Senin, DS : Nyeri akut Agen cidera fisik
1/8/22 Klien mengatakan nyeri ( D. 00132 )
j. 10.00 di area luka jahitan perineum
setelah melahirkan ketika
bergerak atau duduk.
P : Klien mengatakan nyeri
setelah melahirkan
Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk.
R : Nyeri dibagian luka
jahitan perineum
S : skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
DO :
- Klien tampak menahan nyeri
- Klien menunjukkan lokasi
nyeri
- Klien mengeluh nyeri luka
jahitan perineum
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 88x/menit
RR : 18x/menit
S : 37°C
2. Senin, S : Resiko Efek prosedur
1/8/22 Klien mengatakan ada Infeksi invasive
j. 10.00 luka jahitan jalan lahir ( D. 0142 ) ( jahitan )
(perineum) masih terasa
perih dan panas.
DO :
- Terdapat luka jahitan jalan
lahir sepanjang ± 1cm
- Luka jahitan perineum
tampak masih basah dan
kemerahan
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 37,30C

R. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik (D.0077)
2. Resiko Infeksi b.d luka jahitan/ luka insisi (D. 0142).

S. Intervensi Keperawatan
Dx. Kep Kriteria hasil Rencana Keperawatan
nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
intervensi Observasi :
keperawatan selama Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
waktu tertentu frekuensi, intensitas nyeri.
diharapkan tingkat Identifikasi skala nyeri.
nyeri menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
Kriteria hasil : memperingan nyeri.
Pasien melaporkan Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
keluhan nyeri tentang nyeri
berkurang, Monitor keberhasilan terapi komplementer
Keluhan nyeri meringis yang sudah diberikan.
menurun Terapeutik
Pasien menunjukkan Berikan tehnik norfarmakologis untuk
sikap protektif mengurangi rasa nyeri
menurun Fasilitasi istirahat dan tidur
Pasien tidak tampak Edukasi
gelisah. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri.
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Ajarkan tehnik nonfarmakolois untuk
mengurangi nyeri seperti tehnik napas
dalam
Kolaborasi
Kolborasi pemberian analgetik
Kerusakan Setelah dilakukan Pencegahan infeksi ( I.14539 )
integritas intervensi Observasi :
kulit keperawatan selama Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
waktu tertentu sistemik
diharapkan resiko Terapeutik
infeksi menurun Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Kriteria hasil : dengan pasien dan lingkungan pasien,
Tidak ada tanda – tanda pertahankan tehnik aspetik
infeksi, kadar sel Edukasi
putih membaik Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotic

T. Implementasi

hari, tanggal, No dx Implementasi Respon ttd


jam
Senin, 1/8/22 1 Memonitor tanda- DS :
10.00 tanda vital sign Klien mengatakan
bersedia
diperiksa tekanan darah,
nadi, pernapasan dan
suhu.
DO :
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 37,30C
10.30 1 Mengkaji skala nyeri DS :
pasien Klien mengatakan nyeri
luka jahitan jalan lahir
setelah melahirkan
ketika
bergerak atau duduk.
P: Klien mengatakan
nyeri
post partum spontan
Q: Nyeri sepert
tertusuk-
tusuk
R: Nyeri bagian luka
jahitan
perineum
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul
ketika bergerak
DO :
- Klien tampak
mengeluh
nyeri
- Wajah klien tampak
menahan nyeri
- Klien menunjukkan
lokasi nyeri
11.00 1 Memberikan posisi DS :
nyaman pada klien Klien mengatakan
bersedia
diberikan posisi yang
nyaman dengan posisi
setengah duduk.
DO :
- Klien sudah dalam
posisi
setengah duduk atau
semi fowler
- Klien tampak nyaman
11.30 1 Mengajarkan teknik DS :
relaksasi nafas Klien mengatakan
dalam pada klien bersedia
diajarkan relaksasi nafas
dalam
DO :
- klien tampak
mengikuti
dan mempraktekkan apa
yang sudah diajarkan
oleh perawat.
- Klien tampak
mengulanginya
- Klien tampak
kooperatif.
12.00 1 Mengkaji skala DS :
nyeri klien post Klien mengatakan rasa
partum spontan nyeri luka jahitan
setelah diajarkan perineum
relaksasi nafas sedikit berkurang
dalam setelah
diajarkan teknik
relaksasi
nafas dalam.
P : klien mengatakan
nyeri
post partum spontan
sedikit
berkurang
Q : nyeri seperti
tertusuk-
tusuk
R : nyeri bagian luka
jahitan
perineum
S : tingkat skala nyeri
berkurang dari skala 5
menjadi skala 4
T : nyeri hilang timbul.
DO :
- Klien tampak sedikit
rileks dan tenang
- Klien masih menahan
nyeri
13.00 Mengkolaborasikan S:
pemberian terapi Klien mengatakan
obat analgesik, bersedia
vitamin dan minum obat dari dokter.
antibiotik DO :
- Obat Asam mefenamat
3x500mg/8jam,
Solvitron 1x90mg dan
Amoxcilin
3x500mg/8jam sudah
diminum melalui oral
tidak terjadi mual
muntah
- Klien tampak istirahat
dan tidak ada alergi
obat
Senin, 1/8/22 2 Mengobservasi tanda dan Ds : pasien mengatakan
07.30 gejala infeksi local dan di jalan lahir terasa
sistemik perih dan panas
Do : pasien tampak
meringis menahan sakit
08.00 2 Melakukan cuci tangan Ds : -
sebelum dan sesudah Do : tangan bersuh, cuci
kontak dengan pasien tangan dilakukan sesuai
prosedur
08.30 2 Melakukan pengukuran Ds : pasien bersedia
TTV Do : TD : 120/80
mmHg, N : 80x/menit,
P : 20x/menit , S : 37,7
C
09.00 2 Menganjurkan pasien Ds : pasien mengatakan
mencebok daerah vagina bersedia
dari depan ke belakang Do : pasien tampak
dengan air yang mengalir kooperatif
10.00 2 Menjelaskan tanda dan Do : pasien mengatakan
gejala infeksi mengerti
Do; Pasien tampak
mengangguk
11.00 2 Menganjurkan pasien rajin Ds : pasien mengatakan
cuci tangan selalu cuci tangan
sebelum dan sesudah
dari toilet
Do : pasien kooperatif

U. Evaluasi Keperawatan
Tgl/jam No. dx Evaluasi
Senin, 1 S : pasien mengatakan nyeri di jalan lahir berkurang,
1/8/22 bertambah apabila digunakan untuk berjalan, terasa
14.00 seperti tertusuk tusuk,
O : pasien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4,
TTV : TD : 120/80 mmHg, S : 37C, N : 80x/menit, P :
20x/menit
A : Dx. Nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi 1,2,3,4
Senin, 2 S : pasien mengatakan perih dari jalan lahir berkurang
1/8/22 O : pasien tampak tenang, tidak terdapat tanda
14.00 infeksi , TTV : TD : 120/80 mmHg, S : 37C, N :
80x/menit, P : 20x/menit
A : Dx. Resiko Infeksi tidak terjadi
P : lanjutkan Intervensi 1, 2

Anda mungkin juga menyukai