A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pemulihan
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali keadaan
normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Post partum adalah masa setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa
post partum berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2019).
2. Etiologi
Menurut Muchtar (2002) beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan
adalah meliputi:
a. Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila kadar progesterone
menurun.
b. Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan menyebabkan
turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan
pembuluh darah,hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
d. Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala janin,
akan timbul kontraksi rahim.
e. Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria, aniotomi, oksitosin drip dan sexio
caesarea.
3. Patofisiologis
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu
12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun
kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal
akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali beratsebelum hamil. Uterus akan
mengalami proses involusiyangdimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi
otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi mempengaruhi perubahan dari berat
uterus pasca melahirkan menjadi kira-kira 500 gram setelah 1 minggu pasca
melahirkan dan menjadi 350 gram setelah 2 minggu pasca melahirkan. Satu
minggusetelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen danprogesteron bertanggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan
kadar hormon menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsungjaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil
menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Intesitas
kontraksi otot otot polos uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
kondsi tersebut sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakaiwaktu
2 sampai 3 minggu. Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis
cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Kadar prolaktin
serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi. Karena
kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat.
4. Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
a. Sistem reproduksi
1) Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan
350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada
di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 5060gr. Pada masa
pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan
mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus
bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera
setelah plasenta lahir.
3) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan
bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan
pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang
menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada
akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
4) Lochea
Raba uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran
menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah
lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir,
cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit,
desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6
minggu setelah bayi lahir.
5) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis,
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
6) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat
pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita
nulipara.
b. Sistem endokrin
1) Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium.
Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta
keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara
dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa
hamil.
2) Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-
stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui
di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat (Bowes, 1991).
c. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan
sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
d. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum
hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
e. Sistem cerna
1) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa
sangat lapar.
f. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam
waktu yang singkat setelah bayi lahir.
g. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.
h. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita
hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison,
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
1) Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan
pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa
terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat
jika di raba.
2) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras
ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
i. Sistem kardiovaskuler
1) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan
darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan
ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah
total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan
tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada
minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya
menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
2) Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang
masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes,
1991).
3) Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan
normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol
maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari
setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).
j. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami
wanita saat bersalin dan melahirkan.
k. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pemsaran rahim.
l. Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap.
Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar, tapi tidak hilang seluruhnya
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.
a. Data Subjektif
Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini (2010), meliputi :
1) Nama : Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari
20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
post partum. Untuk respon nyeri, umur juga mempengaruhi karena pada umur
anak-anak belum bisa mengungkapkan nyeri, pada umur orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena
mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus di jalani dan mereka
takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri di periksakan.
3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari. Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak megeluh jika ada
nyeri.
5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga perawat
dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. Bila
pasien memiliki pengetahuan yang baik terhadap perawatan luka
maka luka akan sembuh pada hari ke tujuh setelah persalinan dan bila
tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi infeksi pada pasien post
partum.
6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut
7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, misalnya pasien merasa kontraksi, nyeri pada jalan lahir karena
adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2010). Keluhan utama pada ibu post
partum dengan luka perawatan episiotomi adalah nyeri dibekas luka jahitan (Bobak,
2005).
c. Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarwati (2010), riwayat kesehatan meliputi : 1) Riwayat kesehatan yang
lalu. Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, diabetes mellitus,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa post partum
ini.
2. Diagnosa Keperawatan
A. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik.
B. Menyusui Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakadekuatan Suplai ASI.
C. Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Kurangnya Kontrol Tidur.
D. Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar Informasi.
E. Resiko Infeksi Ditandai Dengan Ketidakadekuatan Pertahanan Tubuh Primer.
F. Resiko Gangguan Perlekatan Ditandai Dengan Khawatir Menjalankan Peran
Sebagai Orang Tua
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Penerapan luaran keperawatan
dengan menggunakan ketiga komponen luaran keperawatan yaitu Label, Ekspetasi
dan Kriteria Hasil. Motode yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2019) :
A. Metode Dokumentasi Manual/tertulis
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu tertentu maka Luaran
Keperawatan Ekspetasi dengan kriteria hasil :
1) Kriteria 1 (Hasil)
2) Kriteria 2 (Hasil)
3) Dan seterusnya.
B. Metode Dokumentasi Berbasi Komputer
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu tertentu Luaran
Keperawatan Ekspetasi dengan kriteri hasil :
1) Kriteria 1 (Skor)
2) Kriteria 2 (Skor)
3) Dan seterusnya.
Komponen tindakan, yang dilakukan pada intervensi keperawatan terdiri atas
Observasi, Terapeutik , Edukasi dan Kolaborasi (Tim Pokja Siki DPP PPNI,
2018).
4. Implementasi keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Potter, 2011). Komponen tahap implementasi :
a) Tindakan keperawatan mandiri.
b) Tindakan Keperawatan edukatif.
c) Tindakan keperawatan kolaboratif.
d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Bararah, 2013).
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 40 th
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Nama Suami : Tn. A
Umur : 44 tahun
Alamat : Kp. CIkawa Rt 01/08
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Diagnosa Medis : Post Partum matures letak sungsang d/manual aid
+ augmentasi drip oxytocin dari ibu G5P2A2 hamil 40 mgg
Tanggal Masuk RS : 1- 8- 22
Tanggal pengkajian : 2-8- 22
B. Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada jalan lahir , terasa perih dan
panas
C. Riwayat Kesehatan sekarang : Ny. N mengatakan riwayat obstetri dengan G5 P2
A2 dengan kelahiran normal kehamilan 40 minggu. Klien datang dari IGD klien
mengatakan pada hari Senin, 1 Agustus 2022 pukul 07.00 WIB ke ruang VK
untuk dilakukan pemantauan observasi dan tindakan lebih lanjut. Klien
mengatakan bayi lahir pukul 08.40 WIB dengan persalinan normal, bayi berjenis
laki - laki, berat badan bayi 3157 gram, panjang badan bayi 49 cm, klien
terpasang infus RL 20 Tpm, setelah kondisi klien sudah baik, setelah melahirkan
klien dipindahkan ke ruang nifas atau ruang marjan . Klien mengatakan di area
jalan lahir terasa nyeri dan panas setelah melahirkan ketika bergerak atau duduk,
nyeri seperti tertusuk - tusuk, nyeri dibagian perineum setelah melahirkan, tingkat
skala nyeri
5 dan nyeri hilang timbul.
Ny.P
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
NyN
NN : Klien
J. Status persalinan yang lalu
Anak 1 : pasien mengatakan sekarang usia anak 17 thn, lahir di bidan, berat lahir
3.500 gr, laki – laki sehat
Anak 2 : pasien mengatakan keguguran di usia kehamilan 2 bulan .
Anak ke 3 : pasien mengatakan sekarang sia anak 10 tahun, lahir di RS, berat lahir
3.300 gr, perempuan sehat
Anak ke 4 : pasien mengatakan keguguran di usia kehamilan 3 bulan
K. Riwayat Ginekologi :
L. Pemeriksaan Fisik
KU : baik, Kesadaran : composmentis,
BB : 65kg
TB : 165cm
TTV : TD : 120/90 mmHg, P : 18x/menit, S : 37 °C, N : 88x/menit, SpO2 : 98%
Kepala : Inspeksi : bentuk mesosepal, bentuk simetris, palpasi : tidak ada benjolan
Leher : Inspeksi : tidak ada lesi, Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar gondok,
tidak ada tumor, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Telinga : tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan.
Hidung : tidak ada polip, fingsi penciuman baik dan tidak ada nyeri tekan
Thoraks : bentuk simetris, tidak ada lesi, pergerakan sama,
Abdomen :Inspeksi : Terdapat linea nigra, tidak ada nyeri tekan, ada striae
gravidarum, , kontraksi kuat, perkusi tympani, palpasi : Kontraksi keras, tinggi
fundus 2 jari dibawah pusat
Genital : Lochea rubra, warna merah kecoklatan, tampak darah per vaginam 1/3
pembalut ibu,
Perineum dan anus : Terdapat 5 jahitan pada perineum, keadaan luka basah, tidak
ada tanda radang. Tanda REEDA: tidak ada kemerahan, ekimosis,
terdapat darah, kerekatan jahitan: kuat pada area perineum
Musculoskeletal : kekuatan oto ekstrimitas atas 5/5 , ekstrimitas bawah 5/5
M. Profil keluarga : Ny. N adalah seorang ibu rumah tangga yang setiap hari
mengurus kegiatan dirumah seperti memasak, mencuci dan mengurus anak
pertamanya, sedangkan suami Ny. N bekerja di buruh pabrik, yang setiap hari
bekerja, Ny. N mengaku rajin memeriksa kehamilannya karena pernah mengalami
keguguran 2 kali, begitu pula suaminya sangat menjaga kehamilan istrinya,
karena kehamilannya ini sangat ditunggu tunggu.
N. Keluarga Berencana : pasien mengatakan menjalani KB yaitu implant, selama
pemakaian KB tidak ada masalah yang terjadi.
O. Pemeriksaan Penunjang :
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 9,6 gr% 12,00- 15,00 gr%
Hematrokit 36,70% 35- 47,00%
Trombosit 213.000 mm3 150.000-400.000mm3
Leukosit 7.800 m3 4.000 – 10.000 mm3
Eritrosit 2,76 mm3 4.5 – 6 juta/mm3
R. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik (D.0077)
2. Resiko Infeksi b.d luka jahitan/ luka insisi (D. 0142).
S. Intervensi Keperawatan
Dx. Kep Kriteria hasil Rencana Keperawatan
nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
intervensi Observasi :
keperawatan selama Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
waktu tertentu frekuensi, intensitas nyeri.
diharapkan tingkat Identifikasi skala nyeri.
nyeri menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
Kriteria hasil : memperingan nyeri.
Pasien melaporkan Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
keluhan nyeri tentang nyeri
berkurang, Monitor keberhasilan terapi komplementer
Keluhan nyeri meringis yang sudah diberikan.
menurun Terapeutik
Pasien menunjukkan Berikan tehnik norfarmakologis untuk
sikap protektif mengurangi rasa nyeri
menurun Fasilitasi istirahat dan tidur
Pasien tidak tampak Edukasi
gelisah. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri.
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Ajarkan tehnik nonfarmakolois untuk
mengurangi nyeri seperti tehnik napas
dalam
Kolaborasi
Kolborasi pemberian analgetik
Kerusakan Setelah dilakukan Pencegahan infeksi ( I.14539 )
integritas intervensi Observasi :
kulit keperawatan selama Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
waktu tertentu sistemik
diharapkan resiko Terapeutik
infeksi menurun Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Kriteria hasil : dengan pasien dan lingkungan pasien,
Tidak ada tanda – tanda pertahankan tehnik aspetik
infeksi, kadar sel Edukasi
putih membaik Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotic
T. Implementasi
U. Evaluasi Keperawatan
Tgl/jam No. dx Evaluasi
Senin, 1 S : pasien mengatakan nyeri di jalan lahir berkurang,
1/8/22 bertambah apabila digunakan untuk berjalan, terasa
14.00 seperti tertusuk tusuk,
O : pasien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4,
TTV : TD : 120/80 mmHg, S : 37C, N : 80x/menit, P :
20x/menit
A : Dx. Nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi 1,2,3,4
Senin, 2 S : pasien mengatakan perih dari jalan lahir berkurang
1/8/22 O : pasien tampak tenang, tidak terdapat tanda
14.00 infeksi , TTV : TD : 120/80 mmHg, S : 37C, N :
80x/menit, P : 20x/menit
A : Dx. Resiko Infeksi tidak terjadi
P : lanjutkan Intervensi 1, 2