Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN VOMITUS PROFUSE


DI RS NUR HIDAYAH

Disusun Oleh:
ANGGA ANTONI PRADANA
203203008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020
VOMITUS PROFUSE

A. Pengertian
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut
dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi,
ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan
kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran
makanan secara sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan
refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara
pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi
abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang
lambat (Putra, 2007)

B. Etiologi
Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis
muntah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi
stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain. kelainan anatomik kongenital,
genetik, dan penyakit metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan
peptik, infeksi, dan psikogenik sebagai penyebab muntah lebih sering terjadi dengan
meningkatnya umur, intoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau
tanpa mutah sering merupakan gejala dari penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik,
genetik, kelainan neuromotor. (Suratmaja, 2005)
Penyebabnya dapat terjadi :
1. Infeksi
2. Gangguan Metabolisme
3. Gangguan Sistem syaraf
4. Masalah Sensitifitas
5. Keracunan makanan
6. Kondisi Fisiologis

C. Patofisiologi
Suratmaja (2005), Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai
aferen vagus dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau
duodenum dan muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau
kadang-kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang
menyebabakan muntah. Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai
rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
1. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat
rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh
retching atau muntah.
2. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan
glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma
sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
3. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai
dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma
disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan
antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Vomiting atau Muntah antara lain (Putra, 2007)
1. keringat dingin.
2. Suhu tubuh yang meningkat.
3. Mual
4. Nyeri perut
5. Akral teraba dingin
6. Wajah pucat
7. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
8. Pengeluaran saliva yang meningkat
9. Bisa disertai dengan pusing

E. Komplikasi
1. Komplikasi metabolik :
Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa, deplesi
kalium, natrium.Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari hilangnya cairan lewat
muntah atau masukan yang kurang oleh karena selalu muntah.Alkalosis sebagai
akibat dari hilangnya asam lambung, hal ini diperberat oleh masuknya ion
hidrogen ke dalam sel karena defisiensi kalium dan berkurangnya natrium
ekstraseluler.Kalium dapat hilang bersama bahan muntahan dan keluar lewat
ginjal bersama-sama bikarbonat.Natrium dapat hilang lewat muntah dan urine.
Pada keadaan alkalosis yang berat, pH urine dapat 7 atau 8, kadar natrium dan
kalium urine tinggi walaupun terjadi deplesi Natrium dan Kalium
2. Gagal Tumbuh Kembang
Muntah berulang dan cukup hebat menyebabkan gangguan gizi karena intake
menjadi sangat berkurang dan bila hal ini terjadi cukup lama, maka akan terjadi
kegagalan tumbuh kembang.
3. Aspirasi Isi Lambung
Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia.Episode aspirasi ringan
berulang menyebabkan timbulnya infeksi saluran nafas berulang.Hal ini terjadi
sebagai konsekuensi GERD.
4. Mallory Weiss syndrome
Merupakan laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan
lambung.Biasanya terjadi pada muntah hebat berlangsung lama.Pada pemeriksaan
endoskopi ditemukan kemerahan pada mukosa esofagus bagian bawah daerah
LES. Dalam waktu singkat akan sembuh. Bila anemia terjadi karena perdarahan
hebat perlu dilakukan transfusi darah
5. Peptik esophagitis
Akibat refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan iritasi mukosa
esophagus oleh asam lambung
(Putra, 2007)

F. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi
keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut
dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi
dehidrasi.
2. Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya
adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang
nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini
memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
3. Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui
penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak
dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal
yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS),
apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial.
Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif,
misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca
operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas
saluran gastrointestinal.
(Putra, 2007)

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
1. Darah lengkap
2. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
3. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau
kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
4. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai gastroenteritis
atau infeksi parasite

H. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian (Nettina, 2001)
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : mual, muntah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan yang lalu
4) Riwayat kesehatan keluarga
c. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital sign
2) Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak mata
cekung, produksi urine berkurang).
3) Tanda- tanda shock
4) Penurunan berat badan
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah
2) Foto polos abdomen meupun dengan kontras
3) USG

I. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbs
3. Nausea berhubungan dengan iritasi gastric
4. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolite dengna faktor risiko Muntah dan
Gangguan Mekanisme Pengaturan
.
INTERVENSI KEPERAWATAN

No/ NOC NIC


Dx
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluid management
selama 3x24 jam, tidak terjadi defisit  Timbang popok/pembalut jika
volume cairan dengan kriteria hasil : diperlukan
Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan
 Mempertahankan urine output output yang akurat
sesuai dengan usia dan BB, BJ  Monitor status hidrasi
urine normal, HT normal (5) ( kelembaban membran mukosa,
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh nadi adekuat, tekanan darah
dalam batas normal(5) ortostatik ), jika diperlukan
 Tidak ada tanda tanda dehidrasi,  Monitor vital sign
Elastisitas turgor kulit baik,  Monitor masukan makanan /
membran mukosa lembab, tidak cairan dan hitung intake kalori
ada rasa haus yang berlebihan (5) harian
 Kolaborasikan pemberian cairan
IV
 Monitor status nutrisi
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
 Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
 Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul meburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfus
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition Management
selama 3x24 jam, tidak terjadi  Kaji adanya alergi makanan
kekurangan nutrisi dengan kriteria hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Nutritional Status : food and Fluid menentukan jumlah kalori dan
Intake nutrisi yang dibutuhkan pasien.
 Adanya peningkatan berat badan  Yakinkan diet yang dimakan
sesuai dengan tujuan (5) mengandung tinggi serat untuk
 Berat badan ideal sesuai dengan mencegah konstipasi
tinggi badan (5)  Berikan makanan yang terpilih
 Mampu mengidentifikasi ( sudah dikonsultasikan dengan
kebutuhan nutrisi (5) ahli gizi)
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi  Monitor jumlah nutrisi dan
(5) kandungan kalori
 Tidak terjadi penurunan berat  Berikan informasi tentang
badan yang berarti (5) kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
 Monitor lingkungan selama
makan
 Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nuntrisi
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Mual
selama 3x24 jam, tidak terjadi mual  Lakukan penilaian terhadap
dengan kriteria hasil : mual, frekuensi, durasi,
Nafsu makan keparahan dan faktor pencetus
 Memiliki keinginsn untuk makan  Observasi tanda-tanda nonverbal
(5) dari ketidaknyamanan
 Memiliki energy untuk makan (5)  Pastikan obat antiemetic yang
 Asupan makanan terpenuhi(5) efektif untuk menjegah mual
 Asupan nutrisi (5)  Tingkatkan istirahat atau tidur
 Asupan cairan terpenuhi (5) untuk memfasilitasi
pengurangan mual
 Dorong pola makan
 Instruksikan diet tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
 Berikan asupan air putih
 Monitor asupan makanan
terhadap kandungan gizi dan
kalori
 Monitor efek dari manajemen
mual secara keseluruhan
4. setelah dilakukan tindakan keperawatan Managemen Elektrolit
selama 3x24 jam, tidak terjadi  Monitor nilai serum elektrolite
ketidakseimbangan elektrolite dengan abnormal
kriteria hasil :  Monitor manifestasi
Keseimbangan Elektrolite ketidakseimbangan elektrolite
 Peningkatan serum sodium atau  Pertahankan kepatenan akses iv
natrium (5)  Berikan cairan sesuai resep jika
 Peningkatan serium natrium (5) diperlukan
 Peningkatan serium kalium (5)  Pertahankan pemberian
intravenous berisi elektrolit
dengan laju yang lambat
 Monitor kehilangan cairan yang
kaya elektrolit
 Lakukan pengukuran kehilangan
elektrolite yang berlebihan
 Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai modifikasi diet
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai jenis, penyebab dan
pengobatan bila terdapat
ketidakseimbangan
 Konsultasikan dengan dokter
jika terjadi tanda dan gejala
ketidakseimbangan atau
memperburuk
PATHWAY

Merangsang Muntah

Medulla Oblongata
 Infeksi
 Gang. Metabolisme
 Gang. Syaraf Otot abdomen dan
 Sensisitifitas Tekanan. Spingter esophagaus
diafragma Intrathorakal naik membuka
 Keracunan kontraksi
 Fisiologis
Muntah
Isi usus menekang
ke lambung
Pengeluaran Devisist Vol. Cairan
Nutrisi
Nausea Distensi Lambung
Nutrisi tdak Elektrolit tdak seimbang
tercukupi

Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Risiko Ketidakseimbangan


kebutuhan tubuh elektrolite
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Deddy Satriya. (2007). Muntah pada anak. Di sunting dan di terbitkan Klinik Dr.
Rocky™.Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad/ FK-UNRI. Pekanbaru
Suraatmaja, Sudaryat. (2005). Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta
gastroenterologi anak. CV. Sagung Seto. Jakart
Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Edisi 4.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai