DISUSUN OLEH
Angga Dwi Ardhana (20101440119009)
Henri Purba Kusuma (20101440119053)
Cahyo Adhi Nugroho (20101440119024)
c. Patofisiologi
Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan mukosa lambung, meliputi :
1) kerusakan mukosa barrier yang menyebabkan difusi balik ion
H+meningkat
2) perfusi mukosa lambung yang terganggu; dan
3) jumlah asam lambung yang tinggi (Wehbi, 2009 dalam Muttaqin
dan Kumala 2011).
Faktor- faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri, contohnya,
stress fisik akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu
sehingga timbuk daerah-daerah infark kecil selain itu sekresi asam
lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada pasien strees fisik biasanya
tidak terganggu (Muttaqin & Kumala, 2009).
Gastroenteristis Akut akibat infeksi H.pylori biasanya bersifat
asimtomatik. Bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan
lapisan mukus. Proteksi lapisan ini akan menutupi mukosa lambung dan
melindungi dari asam lambung. Penetrasi atau daya tembus bakteri ke
lapisan mukosa yang menyebabkan terjadinya kontak dengan sel-sel
epithelial lambung dan terjadi adhesi (pelengketan) sehingga
menghasilkan respons peradangan melalui pengaktifan enzim untuk
mengaktifkan IL-8. Hal tersebut menyebabkan fungsi barier lambung
terganggu dan terjadilah gastroenteristis akut (Santacroce, 2008 dalam
Muttaqin & Kumala, 2009).
DIARE
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan
misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh :
pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare
akut:
1) Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
2) Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap
antibiotika.
2) Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat tugas
dan jelas berdasarkan pada hasil pengumpulan data dan evaluasai data
yang di lakukan dengan sistematis, praktis,etis, dan profesional oleh
tenaga keperawatan yang mampu untuk itu. Diagnosa keperawatan
menggambarkan respons klien terhadap masalah kesehatan atau
penyakit. Menurut buku SDKI,2017. Diagnosa yang muncul pada
kasus GEA yang berkaitan dengan kondisi klinis Defisit Nutrisi adalah:
a. Risiko ketidakseimbangan eletrolit
Yaitu kondisi berisiko mengalami perubahan kadar serum
elektrolit
Faktor Risiko:
- Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi
air)
- Kelebihan volume cairan
- Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
- Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
- Diare
- Muntah
- Disfungsi ginjal
- Disfungsi regulasi endokrin
b. Hipertermia
Yaitu suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
Penyebab :
- Dehidrasi
- Terpapar lingkungan panas
- Proses penyakit (mis.infeksi, kanker )
- Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
- Peningkatan laju metabolisme
- Respon trauma
- Aktivitas berlebihan
- Penggunaan incubator
Objektif :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait
- Proses infeksi
- Hipertiroid
- Stroke
- Dehidrasi
- Trauma
- Prematuritas
a. Intervensi
Rencana keperawatan adalah pencatatan tentang kegiatan
perencanaan keperawatan (langkah pemecah serta urutan
prioritasnya, perumusan tujuan, perencanaan tindakan dan
penilaian) yang dapat dipertanggung jawabkan. Tujuan yang ingin
dicapai, rencana tindakan pemecahan masalah klien dan rencana
penilaiannya. (Menurut Judith M, 2016) Intervensi keperawatan
pada klien GEA dengan masalah keperawatan sebagai berikut:
1) Pemantauan elektrolit
Mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi
keseimbangan elektrolit
Tindakan :
Observasi
- Identifkasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
- Monitor kadar eletrolit serum
- Monitor mual, muntah dan diare
- Monitor kehilangan cairan, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hypokalemia (mis. Kelemahan
otot, interval QT memanjang, gelombang T datar atau
terbalik, depresi segmen ST, gelombang U, kelelahan,
parestesia, penurunan refleks, anoreksia, konstipasi,
motilitas usus menurun, pusing, depresi pernapasan)
- Monitor tanda dan gejala hyperkalemia (mis. Peka
rangsang, gelisah, mual, munta, takikardia mengarah ke
bradikardia, fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T
tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul, blok
jantung mengarah asistol)
- Monitor tanda dan gejala hipontremia (mis.
Disorientasi, otot berkedut, sakit kepala, membrane
mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
- Monitor tanda dan gejala hypernatremia (mis. Haus,
demam, mual, muntah, gelisah, peka rangsang,
membrane mukosa kering, takikardia, hipotensi, letargi,
konfusi, kejang)
- Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis. Peka
rangsang, tanda IChvostekI [spasme otot wajah], tanda
Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval QT
memanjang)
- Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis. Nyeri
tulang, haus, anoreksia, letargi, kelemahan otot, segmen
QT memendek, gelombang T lebar, kompleks QRS
lebar, interval PR memanjang)
- Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia (mis.
Depresi pernapasan, apatis, tanda Chvostek, tanda
Trousseau, konfusi, disritmia)
- Monitor tanda dan gejala hipomagnesia (mis.
Kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia, depresi SSP,
letargi, koma, depresi)
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2) Menejemen hipertermia
Mempertahankan subu tubuh dalam rentang normal
Tindakan
Observasi
- identifikasi penyebab hipertermia
- monitor suhu tubuh
- monitor kadar elektrolit
- monitor komplikasi akibat hipertermia
- monitor keluaran urine
Terapeutik
- sediakan lingkungan yang dingin
- longgarkan atau lepaskan pakaian
- basahi dan kipasi permukaan tubuh
- berikan cairan oral
- hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Edukasi
- anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- pemberian cairan dan elektrolit intravena
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Starndar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Starndar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Betz & Linda 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC.
Mattaqim & kumala 2011. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku Untuk
Brunner dan Sudarth. Jakarta: EGC)
Sodikin 2012. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Harsono.
2011.
Nur Kholis Fahmi.2016.Asuhan Keperawatan Dengan Diare Pada AN.A di Ruang
Flamboyan Pekajangan.Pekalongan Tahun 2016
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC)
Rasyid. 2007. Buku ajar Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :ECG
Yayasan Stroke Indonesia. Stroke Non Hemoragik. Jakarta. 2011.
.