Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)


DI RUANG ANGGREK RUMKIT TK. III 04.06.02
BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ns. Erni Suprapti.,M.Kep

DISUSUN OLEH
Angga Dwi Ardhana (20101440119009)
Henri Purba Kusuma (20101440119053)
Cahyo Adhi Nugroho (20101440119024)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I. Pendahuluan
a. Latar belakang
Gastroentritis akut yang ditandai dengan diare dan beberapa kasus
muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Sebagai
gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare. Di
Indonesia diperoleh diare merupakan penyebab kematian bayi 42%
dibandingkan pneumonia 24%. Kematian golongan usia 1-4 tahun
karena diare 25,2% dibandingkan pneumonia 15,5%. (Riskesdas, 2007)
b. Tujuan
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak
dengan Gastroentritis.

BAB II. Konsep Dasar Medis


a. Pengertian
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial
Kumala ( 2011). Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200g atau 200ml/24jm. Definisi lain memakai kriteria frekuaensi yaitu
buang air besar encer tersebut dapat atau tanpa di sertai lender dan darah.
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial
(Mattaqin & Kumala, 2011). Gastroenteristis akut yang ditandai dengan
diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat kehilangan
cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit (Betz & Linda, 2012).
Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit
melalui feses. Kelainan yang menganggu penyerapan diusus besar lebih
jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya semua diare, sedangkan
kelainan penyerapan diusus besar lebih kelainan diusus besar lebih jarang
menyebabkan diare. Pada dasarnya diare merupakan gangguan transportasi
larutan diusus (Sodikin, 2012).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada
lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih.
Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat
atau tanpa lendir dan darah(Murwani, 2011).

Diare adalah suatu kondisi di mana seseorang buang air besar


dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Depkes RI, 2011).
b. Etiologi
Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi dua golongan, diare
sekresi (secretory diarrhoea) dan diare osmotis (osmotic diarrhea). Diare
sekresi dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain (Sodikin, 2011):
1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainnya
(seperti keadaan gizi / gizi buruk, hygiene atau sanitasi yang buruk,
kepadatan penduduk, sosial budaya, dan sosial ekonomi).
2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-
bahan kimia, makanan (seperti keracunan makanan, makanan yang
pedas atau terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup),
gangguan saraf, hawa dingin atau alergi, dan sebagainya.
3) Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A)
yang mengakibatkan berlipat gandanya bakteri atau flora usus dan
jamur (terutama Candida).
4) Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh malabsorpsi
makanan, kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir
rendah (BBLR), dan bayi baru lahir.
Faktor penyebab gastroenteritis adalah:
1) Faktor infeksi
a) Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak, meliputi
infeksi internal sebagai berikut:
i. Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella,
capylabactor, versinia aoromonas dan sebagainya.
ii. Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria,
poliomyelitis)
iii. Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris,
srongyloidis,protozoa,jamur).
b) infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti :
OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.
2) Faktor malabsorbsi:
a) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galatosa).
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsorbsi protein
3) Faktor makanan Makanan basi, beracun dan alergi terhadap
makanan.
4) Faktor psikologis Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar) (Mansjoer arief, 2000)

c. Patofisiologi
Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan mukosa lambung, meliputi :
1) kerusakan mukosa barrier yang menyebabkan difusi balik ion
H+meningkat
2) perfusi mukosa lambung yang terganggu; dan
3) jumlah asam lambung yang tinggi (Wehbi, 2009 dalam Muttaqin
dan Kumala 2011).
Faktor- faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri, contohnya,
stress fisik akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu
sehingga timbuk daerah-daerah infark kecil selain itu sekresi asam
lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada pasien strees fisik biasanya
tidak terganggu (Muttaqin & Kumala, 2009).
Gastroenteristis Akut akibat infeksi H.pylori biasanya bersifat
asimtomatik. Bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan
lapisan mukus. Proteksi lapisan ini akan menutupi mukosa lambung dan
melindungi dari asam lambung. Penetrasi atau daya tembus bakteri ke
lapisan mukosa yang menyebabkan terjadinya kontak dengan sel-sel
epithelial lambung dan terjadi adhesi (pelengketan) sehingga
menghasilkan respons peradangan melalui pengaktifan enzim untuk
mengaktifkan IL-8. Hal tersebut menyebabkan fungsi barier lambung
terganggu dan terjadilah gastroenteristis akut (Santacroce, 2008 dalam
Muttaqin & Kumala, 2009).

Widagdo (2011) menjelaskan bahwa virus tersebar dengan cara


fekaloral bersama makanan dan minuman, dari beberapa ditularkan secara
airborne yaitu norovirus, Virus penyebab diare secara selektif menginfeksi
dan merusak sel-sel di ujung jonjot yang rata disertai adanya sebukan sel
radang mononuclear pada lamina propania sedang pada mukosa lambung
tidak terdapat perubahan walaupun penyakit dikenal sebagai
gastroenteristis. Gambaran patologi tidak berkorelasi dengan gejala klinik,
dan terlihat perbaikan proses sebelum gejala klinik hilang. Kerusakan
akibat virus tersebut mengakibatkan adanya adanya absorpsi air dan garam
berkurang dan terjadi perubahan keseimbangan rasio sekresi dan absorpsi
dari cairan usus, serta aktivitas disakaridase menjadi berkurang dan
terjadilah malabsorpsi karbohidrat terutama laktosa.
d. Phatway

Factor mal absorbsi Factor makanan Factor psikologi


Karbohidrat Makanan besi Rasa takut
Lemak Beracun cemas
protein Alergi makanan

Penyerapan sari-sari makanan

Terdapat zat-zat yang tdk Saluran pencernaan tdk


diserap Gangguan motilitas usus
adekuat

Tekanan osmotic meningkat Gangguan sekresi Hiperperistaltik

Sekresi air dalam elektrolit dalam Kesempatan usus


Reabsorbsi didalam usus besar
usus meningkat menyerap makanan
terganggu

Merangsang usus mengelurakan isinya

DIARE

BAB sering dengan konsistensi cair Inflamasi saluran pencernaan

Kulit disekitar Cairan yg keluar Frekuensi


anus lecet banyak Agen pirogenik Mual dan muntah
defekasi
dan iritasi
Suhu tubuh
Kemerahan DEHIDRASI BAB encer anoreksia
meningkat
dan gatal dgn/tanpa
darah
Gangguan
Kerusakan pemenuhan Nutrisi
integritas cairan dan Gangguan kurang dari
kulit elektrolit eliminasi hipertermi kebutuhan
BAB diare
e. Manifestasi klinis
1) Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer
2) Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek
(elastisitas menurun) ubun ubun dan nada cekung, membrane
mukosa kering
3) Diare
4) Muntah
5) Demam
6) Nyeri abdomen
7) Membrane mukosa mulut dan bibir kering
8) Fontanel cekung
9) Perubahan tanda tanda vital
(Cecyly, Betz.2002)

g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan
misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh :
pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare
akut:
1) Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
2) Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap
antibiotika.

Tinja :  Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan makroskopik tinja perlu


dilakukan pada semua penderita dengan diare m eskipun pemeriksaan
laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau
darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau
disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yang
mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan
peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E. histolytica, B. coli dan T.
trichiura

BAB III. Konsep keperawatan


1) PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare. Keluhan utama : feses semakin cair,
muntah, kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala
dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput
kadir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x dengan
konsisten encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
e. Riwayat Psikososial keluarga
f. Kebutuhan dasar
1. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari
2. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan BAB
3. Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan
rasa tidak nyaman
4. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat disentri abdomen.
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Darah
Ht meningkat, leukosit menurun
b) Feses
Bakteri atau parasit
c) Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun
d) Urinalisa
Urin pekat, BJ meningkat
e) Analisa Gas Darah
Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
6. Data Fokus
a. Subjekt
- Kelemahan
- Diare lunak s/d cair
- Anoreksia mual dan muntah
- Tidak toleran terhadap diit
- Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah,
abdomen tengah bawah)
- Haus, kencing menurun
- Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate
turun cepat dan dalam (kompensasi ascidosis).
b. Objektif
- Lemah, gelisah
- Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus
- Penurunan turgor, pucat, mata cekung
- Nyeri tekan abdomen
- Urine kurang dari normal
- Hipertermi
- Hipoksia / Cyanosis,Mukosa kering,Peristaltik usus
lebih dari normal.

2) Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat tugas
dan jelas berdasarkan pada hasil pengumpulan data dan evaluasai data
yang di lakukan dengan sistematis, praktis,etis, dan profesional oleh
tenaga keperawatan yang mampu untuk itu. Diagnosa keperawatan
menggambarkan respons klien terhadap masalah kesehatan atau
penyakit. Menurut buku SDKI,2017. Diagnosa yang muncul pada
kasus GEA yang berkaitan dengan kondisi klinis Defisit Nutrisi adalah:
a. Risiko ketidakseimbangan eletrolit
Yaitu kondisi berisiko mengalami perubahan kadar serum
elektrolit 
Faktor Risiko:
- Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi
air)
- Kelebihan volume cairan
- Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
- Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
- Diare
- Muntah
- Disfungsi ginjal
- Disfungsi regulasi endokrin

Kondisi Klinis Terkait:


- Gagal ginjal
- Anoreksia nervosa
- Diabetes mellitus
- Penyakit Chron
- Gastroenteritis
- Pankreatitis
- Cedera kepala
- Kanker
- Trauma multiple
- Luka bakar
- Anemia sel sabit

b. Hipertermia
Yaitu suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
Penyebab :
- Dehidrasi
- Terpapar lingkungan panas
- Proses penyakit (mis.infeksi, kanker )
- Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
- Peningkatan laju metabolisme
- Respon trauma
- Aktivitas berlebihan
- Penggunaan incubator

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : ( tidak tersedia )

Objektif :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
Kondisi klinis terkait
- Proses infeksi
- Hipertiroid
- Stroke
- Dehidrasi
- Trauma
- Prematuritas

a. Intervensi
Rencana keperawatan adalah pencatatan tentang kegiatan
perencanaan keperawatan (langkah pemecah serta urutan
prioritasnya, perumusan tujuan, perencanaan tindakan dan
penilaian) yang dapat dipertanggung jawabkan. Tujuan yang ingin
dicapai, rencana tindakan pemecahan masalah klien dan rencana
penilaiannya. (Menurut Judith M, 2016) Intervensi keperawatan
pada klien GEA dengan masalah keperawatan sebagai berikut:
1) Pemantauan elektrolit
Mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi
keseimbangan elektrolit
Tindakan :
Observasi
- Identifkasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
- Monitor kadar eletrolit serum
- Monitor mual, muntah dan diare
- Monitor kehilangan cairan, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hypokalemia (mis. Kelemahan
otot, interval QT memanjang, gelombang T datar atau
terbalik, depresi segmen ST, gelombang U, kelelahan,
parestesia, penurunan refleks, anoreksia, konstipasi,
motilitas usus menurun, pusing, depresi pernapasan)
- Monitor tanda dan gejala hyperkalemia (mis. Peka
rangsang, gelisah, mual, munta, takikardia mengarah ke
bradikardia, fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T
tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul, blok
jantung mengarah asistol)
- Monitor tanda dan gejala hipontremia (mis.
Disorientasi, otot berkedut, sakit kepala, membrane
mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
- Monitor tanda dan gejala hypernatremia (mis. Haus,
demam, mual, muntah, gelisah, peka rangsang,
membrane mukosa kering, takikardia, hipotensi, letargi,
konfusi, kejang)
- Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis. Peka
rangsang, tanda IChvostekI [spasme otot wajah], tanda
Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval QT
memanjang)
- Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis. Nyeri
tulang, haus, anoreksia, letargi, kelemahan otot, segmen
QT memendek, gelombang T lebar, kompleks QRS
lebar, interval PR memanjang)
- Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia (mis.
Depresi pernapasan, apatis, tanda Chvostek, tanda
Trousseau, konfusi, disritmia)
- Monitor tanda dan gejala hipomagnesia (mis.
Kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia, depresi SSP,
letargi, koma, depresi)

Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2) Menejemen hipertermia
Mempertahankan subu tubuh dalam rentang normal
Tindakan
Observasi
- identifikasi penyebab hipertermia
- monitor suhu tubuh
- monitor kadar elektrolit
- monitor komplikasi akibat hipertermia
- monitor keluaran urine

Terapeutik
- sediakan lingkungan yang dingin
- longgarkan atau lepaskan pakaian
- basahi dan kipasi permukaan tubuh
- berikan cairan oral
- hindari pemberian antipiretik atau aspirin

Edukasi
- anjurkan tirah baring

Kolaborasi
- pemberian cairan dan elektrolit intravena
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Starndar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Starndar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Betz & Linda 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC.
Mattaqim & kumala 2011. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku Untuk
Brunner dan Sudarth. Jakarta: EGC)
Sodikin 2012. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Harsono.
2011.
Nur Kholis Fahmi.2016.Asuhan Keperawatan Dengan Diare Pada AN.A di Ruang
Flamboyan Pekajangan.Pekalongan Tahun 2016
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC)
Rasyid. 2007. Buku ajar Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :ECG
Yayasan Stroke Indonesia. Stroke Non Hemoragik. Jakarta. 2011.
.

Anda mungkin juga menyukai