BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap infeksi. Sebagian
besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong, namun virus lain dan bakteri dapat
menyebabkan orchitis.
Insidensi orchitis umumnya ditemukan pada pria prepubertas terutama pasien yang
mengalami penyakit gondong. Bakteri yang menyebabkan orchitis antara lain Neisseria
gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus, Sterptococcus, bakteri tersebut biasanya menyebar dari
epididimitis terkait dalam seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH (Benigna Prostat
Hipertrofi).
Untuk menegakkan diagnosis orchitis diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
baik. Pemeriksaan penunjang tidak terlalu membantu untuk menegakkan diagnosis orchitis.
USG dapat membantu menyingkirkan diagnosis lainnya seperti torsio testis.
Penatalaksanaan dari orchitis terutama bersifat suportif karena biasanya sebagian besar
pasien orchitis akan kambuh spontan dalam 3-10 hari, kecuali bila penyebabnya bakteri perlu
diberikan antibiotik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi testis?
2. Apa definisi dari Orchitis?
3. Bagaimana klasifikasi dari Orchitis?
4. Bagaimana epidemiologi dari Orchitis?
5. Apa faktor resiko dari Orchitis?
6. Apa etiologi dari Orchitis?
7. Bagimana patofisiologi dari Orchitis?
8. Apa tanda dan gejala dari Orchitis?
9. Apa komplikasi dari Orchitis?
10. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Orchitis?
11. Bagaimana manajemen asuhan keperawatan dari Orchitis?
12. Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan Orchitis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
a. Setelah disusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep asuhan
keperawatan klien dengan Orchitis.
2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologi dari testis
b. Mahasiswa dapat memahami definisi dari Orchitis
c. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari Orchitis
d. Mahasiswa dapat mengetahui epidemiologi dari Orchitis
e. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor resiko dari Orchitis
f. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi dari Orchitis
g. Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi dari Orchitis
h. Mahasiswa dapat menjelaskan tanda dan gejala dari Orchitis
i. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari Orchitis
j. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Orchitis
k. Mahasiswa dapat menjelaskan manajemen asuhan keperawatan dari Orchitis
l. Mahasiswa dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan Orchitis
m.
BAB II
KONSEP MEDIS
1. Kolaboratif
Pria dewasa atau anak pasca-pubertas perlu diberi gamma globulin apabila ada
kemungkinan kontak dengan penderita gondongan kecuali apabila ia pernah mengalami
gondongan atau sudah menerima vaksin untuk gondongan. Apabila ada keraguan, gamma
globulin harus diberikan. Gamma globulin tidak akan mencegah gondongan tetapi bisa
membuat serangan gondongan menjadi lebih ringan dan komplikasi dapat dicegah.
Apabila ada hidrokel, cairan bisa diaspirasi untuk mengurangi tekanan pada testis.
Antibiotika spektrum luas dapat diberikan. Obat anti-inflamasi nonsteroid dapat diberikan
untuk mengurangi pembengkaakan dan rasa nyeri.
2. Mandiri
Penyuluhan pasien, fokus dari pendidikan kesehatan adalah mengurangi rasa nyeri,
pembengkakan, dan gejala sistemis. Selama ada pembengkakan scrotum, pasien diberi tirah
baring, dan scrotum dapat ditinggikan dengan handuk.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Identitas
Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, no. MRS, diagnose
medis.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama: Biasanya pasien orchitis mengeluh testis mengalami pembengkakan
disertai nyeri dan warna kemerahan pada daerah testis yang terkena, selain itu testis terasa
berat dan penuh.
2. Riwayat penyakit sekarang: Biasanya pasien mengalami demam, rasa lemah, nyeri otot,
tubuh terasa tidak nyaman, mual, dan sakit kepala
3. Riwayat penyakit dahulu: Perlu dikaji imunisasi gondongan yang tidak adekuat, infeksi
saluran berkemih berulang, kelainan saluran kemih, riwayat penyakit menular seksual pada
pasangan, riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya. Biasanya pasien
mempunyai riwayat gondongan.
4. Riwayat penyakit keluarga: perlu dikaji apakah keluarga juga pernah mengalami penyakit
yang sama dengan pasien.
5. Riwayat lingkungan: Biasannya klien tinggal di lingkungan yang kurang bersih atau kumuh
yang dapat menyebabkan infeksi.
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: biasanya composmentis
2. TTV:
TD: biasanya meningkat (N:120/80 mmHg)
Nadi: biasanya meningkat (N: 100x/menit)
RR:biasanya normal (N: 16-20x/menit)
S: biasanya meningkat (N: 36,5-37.5oC)
3. Review of system
a. B1 (Breath)
Biasanya pasien dengan orchitis tidak di temukan masalah pada sistem pernafaan. Kecuali
jika ada penyakit yang menyertai atau kemungkinan komplikasi.
b. B2 (Blood)
Biasanya pasien dengan orchitis didapatkan peningkatan tekanan darah dan nadi.
c. B3 (Brain)
Biasanya pasien dengan orchitis GCS composmentis dan terdapat sakit kepala.
d. B4 (Bladder)
Biasanya pada pemeriksaan nampak testis yang membesar, konsistensinya kenyal, namun
dapat juga mengeras, tampak merah, epididimis membesar, dan kulit skrotum meregang,
nyeri pada testis hingga ke pangkal paha, mual, muntah, nyeri saat buang air kecil dan nyeri
saat hubungan seksual, darah pada semen
e. B5 (Bowel)
Biasanya pasien dengan orchitis mengalami mual dan muntah.
f. B6 (Bone)
Biasanya pasien dengan orchitis mengalami rasa lemah, nyeri otot, tubuh terasa tidak
nyaman.
D. Pola fungsi kesehatan
1. Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual, muntah saat makan sehingga
makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2. Pola eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak mengalami konstipasi atau diare.Sedangkan eliminasi urine
mengalami gangguan yaitu nyeri waktu berkemih.
3. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang
sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
4. Pola aktifitas dan latihan
Biasanya aktivitas klien akan terganggu karena adanya rasa nyeri yang diderita.
5. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan nyeri.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak
psikologi klien. Pada konsep diri pasien mengalami harga diri rendah karena komplikasi yang
diderita seperti infertil.
7. Pola persepsi sensori dan kognitif
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam persepsi.
8. Pola reproduksi seksual
Biasanya pasien mengalami gangguan pada reproduksi seksual.
9. Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan dengan klien dirawat di rumah
sakit dan klien harus bedrest total.
10. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total tapi pasien yakin akan
cepat sembuh dan menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita orkhitis antara lain:
1. Pemeriksaan urin
2. Pemeriksaan discharge uretra untuk mengetahui mikroorganisme penyebab
3. Sistoskopi, pielografi intravena, dan sistografi dapat dilakukan jika dicurigai adanya patologi
pada kandung kemih.
F. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi b.d proses inflamasi
2. Nyeri b.d infeksi pada saluran kemih
3. Perubahan pola eliminasi urin b.d gangguan pada sistem urinaria
4. Gg pemenuhan kebutuhan seksual b.d nyeri pada saat hubungan seksual
5. Gg harga diri rendah b.d infertilitas
G. Rencana asuhan keperawatan
Diagnosa 1
1. Hipertermi b.d proses inflamasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh
klien kembali normal
Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,5 C-37,5 C),
b. Klien tidak tampak menggigil,
c. Klien melaporkan panas badannya turun,
d. Tidak tampak pembengkakan pada skrotum
e. Tidak terdapat kemerahan di kulit sekitar skrotum klien
f. Nadi klien dalam batas normal (60-100 x/menit)
Intervensi Rasional
1.Monitor suhu tubuh, tekanan 1. Suhu diatas 37,5C
darah, nadi, dan respirasi menunjukkan proses penyakit
secara berkala (minimal tiap 2 infeksius akut. Menggigil
jam) sering mendahului puncak
suhu.
2. Pantau suhu lingkungan, 2. Suhu ruangan/jumlah selimut
batasi penggunaan selimut. harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal.
3. Berikan kompres hangat 3. Membuat vasodilatasi
pembuluh darah sehingga
dapat membantu mengurangi
demam
4. Anjurkan klien untuk 4. Untuk mencegah dehidrasi
mempertahankan asupan akibat penguapan cairan
cairan adekuat karena suhu tubuh yang
tinggi
5. Berikan antipiretik dan 5. Digunakan untuk
antibiotic sesuai indikasi mengurangi demam dengan
aksi sentralnya pada
hipotalamus
Diagnosa 2
2. Nyeri b.d infeksi pada saluran kemih
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien
berkurang
Kriteria Hasil:
a. Klien tampak rileks
b. Klien dapat beristirahat
c. Skala nyeri 0-3
d. TTV dalam rentang normal
e. Pasien mengetahui penyebab nyeri
Intervensi Rasional
1. Catat lokasi, lamanya intensitas
1. Membantu mengevaluasi tempat
(skala 0-10) dan penyebaran. dan kemajuan gerakan kalkulus.
Perhatikan tanda non verbal, Nyeri panggul sering menyebar ke
contoh peninggian TD dan nadi, punggung , lipat paha, genitelia,
gelisah, merintih, menggelepar. sehubungan dengan proksimitas
saraf pleksus dan pembuluh darah
yang mencetuskan ketakutan,
gelisah, ansietas berat.
2. Observasi TTV 2. Mengetahui perkembangan lebih
lanjut
3. Jelaskan penyebab nyeri dan 3. Memberikan kesempatan untuk
pentingnya melaporkan ke
pemberian analgesic sesuai waktu
perawat terhadap perubahan
kejadian/ karakteristik nyeri. (membantu dalam peningkatan
kemampuan koping pasien dan
dapat menurunkan ansietas) dan
mewaspadakan perawat akan
kemungkinan terjadi komplikasi.
4. Berikan tindakan nyaman
4. Meningkatkan relaksasi,
menurunkan tegangan otot, dan
meningkatkan koping.
5. Bantu atau dorong penggunaan
5. Mengarahkan kembali perhatian
distraksi dan aktivitas
dan membantu dalam relaksasi
terapeutik.
otot.
6. Untuk mengurangi nyeri dan rasa
tidak nyaman.
6. Kolaborasi dalam pemberian
analgesik
Diagnosa 3
3. Perubahan pola eliminasi urin b.d gangguan pada sistem urinaria
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan maslah teratasi
Kriteria Hasil:
a. Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa
b. Klien akan menunjukan perilaku yang meningkatkan kontrol kandung kemih.
c. Tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancar lewat kateter.
Intervensi Rasional
1. Kaji kebiasaan pola eliminasi 1. Merupakan nilai dasar untuk
urine klien perbandingan dan menetapkan
tujuan lebih lanjut
2. Kaji terhadap tanda dan gejala 2. Berkemih 20-30cc dengan teratur
retensi urine: jumlah dan dan haluaran kurang dari masukan
frekuensi urine, distensi supra adalah tanda retensi urine
pubis, keluhan tentang
dorongan untuk berkemih dan
ketidak nyamanan 3. Menetapkan jumlah urine yang
3. Lakukan kateterisasi pada tersisa
pasien untuk menunjukan
jumlah urine residu 4. Memberikan informasi tentang
4. Awasi pemasukan, pengeluaran fungsi ginjal dan adanya
dan karakteristik urine. komplikasi, contoh infeksi dan
perdarahan. Perdarahan dapat
mengindikasikan peningkatan
obstruksi / iritasi ureter
5. Menentukan adanya ISK, dari
5. Kolaborasi ambil urine untuk gejala komplikasi.
kultur urine dan sensitivitas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Testis merupakan organ kelamin pria, terletak dalam scrotum. Fungsi testis:
Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH dan sekresi testosterone oleh
sel leydig, diatur oleh LH (Menurut Snell, 2000).
Orchitis adalah suatu inflamasi testis (kongesti testikular), biasanya disebabkan oleh
faktor-faktor piogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis, kimia atau faktor yag tidak
diketahui ( Smeltzer, 2002).
Klasifikasi dari orchitis adalah: Orchitis viral danOrchitis bacterial piogenik atau orchitis
granulomatosa.
Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari
10 tahun).
Faktor resiko dari orchitis ada 2: faktor resiko untuk orchitis yang tidak berhubungan
dengan penyakit menular seksual dan faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan
penyakit menular seksual.
Penyebab dari orchitis dapat terjadi karena bakteri dan virus.
Gejala yang dirasakan meliputi nyeri pada testis hingga ke pangkal paha, pembengkakan
dan kemerahan pada testis, menggigil, dan demam yang dapat bilateral atau unilateral, mual,
muntah, nyeri saat buang air kecil dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada semen.
Komplikasi dari Orchitis adalah testis yang mengecil (Atrofi), abses (Nanah) pada
kantong testis, infertilitas.
Pemeriksaan diagnostik dari Orchitis adalah pemeriksaan urin kultur, urethral smear (tes
penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe), pemeriksaan darah CBC (complete blood count),
dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan mendeteksi
adanya abses pada skrotum, testicular scan, analisa air kemih, pemeriksaan kimia darah.
Manajemen asuhan keperawatan dalam orchitis ada dua, yaitu kolaboratif dan mandiri.
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Orchitis adalah:
a. Hipertermi b.d proses inflamasi
b. Nyeri b.d infeksi pada saluran kemih
c. Perubahan pola eliminasi urin b.d gangguan pada sistem urinaria
d. Gg pemenuhan kebutuhan seksual b.d nyeri pada saat hubungan seksual
e. Gg harga diri rendah b.d infertilitas
B. Saran
Penulis memberi saran agar dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Orchitis, perawat bisa lebih berhati-hati supaya tidak komplikasi dengan memahami tentang
konsep medis dari kelainan ini, sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan secara
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary Dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan System Reproduksi &
Seksualitas. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hartanto, Huriawati. 2008. Kamus Saku Mosby: Kedokteran, Keperawatan & Kesehatan. Edisi 4.
Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6 Vol 2. Jakarta:
EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2. Jakarta: EGC
Snell, R. A. 2000. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC
Ulfiyah, Hamidatu. 2012. Askep orchitis. http://ulphi09.blogspot.com/2012/10/askep-
orchitis_8890.html. Diakses: 18 oktober 2012, jam 14.20 WIB